TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi Ilmiah
Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Family : Alliaceae
Subfamili : Allioideae
Genus : Allium
Spesies : A. Sativum
(Khalid., 2003)
Bawang putih termasuk tanaman semusim yang memiliki ketinggian 30-60 cm,
membentuk rumpun, dan berumbi lapis. Umbi berbentuk bulat telur warna putih dan
beraroma menyengat. Tanaman ini tumbuh baik di daerah terbuka dengan ketinggian
600 mdpl yang banyak sinar mataharinya dan berhawa sejuk. (Untari,2010)
Gambar 2.1 Akar bawang putih (Departemen Pertanian, 2008)
Akar yang tumbuh pada batang pokok redumenter (tidak sempurna) berfungsi
sebagai alat penghisap makanan.
Umbi bawang putih berlapis-lapis, maka bawang putih termasuk jenis tanaman
umbi lapis. Sebuah umbi yang bawang putih terdiri atas 8 – 20 siung ( anak bawang ).
Antara siung yang satu dengan siung yang lain dipisahkan oleh kulit tipis dan liat,
sehingga membentuk satu kesatuan yang rapat. Akar bawang berbentuk serabut
dengan panjang maksimum 10 cm. Umbi bawang putih mengandung minyak asiri 0,2-
1% dengan unsur utama alliin. Alliin dalam proses pengeringan akan berubah menjadi
allicin yang memberikan aroma khas dari umbi bawang putih. Kandungan lainnya
allil sulfida, allil propel disulfide, allil divinil sulfide, allil vinil sulfoksida, diallil
trisulfida, adenosin, allistin, garlisin, tuberkulosid, dan senyawa fosfor (Untari,2010).
Tumbuhan bawang putih memiliki daun panjang, pipih, rata, dan tidak berlubang.
Banyaknya daun 7-10 helai per tanaman. Bentuk bunga bawang putih adalah
majemuk bulat dan dapat membentuk biji. Biji tersebut tidak biasa dipergunakan
untuk pembiakan. Memang tidak semua jenis bawang putih dapat berbunga. Kalau
siung bawang dibelah menjadi dua, di dalamnya terdapat lembaga, dan lembaga ini
nanti akan tumbuh menerobos pucuk siung. Di samping lembaga, dalam siung
bawang putih terdapat daging pembungkus lembaga. Fungsi daging pembungkus
lembaga adalah melindungi lembaga, sekaligus menjadi gudang persediaan makanan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman baru. Sedangkan
bagian dasar siung/umbi pada hakikatnya adalah batang pokok redumenter
(Untari,2010).
Secara klinis, bawang putih telah dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal,
termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes,
rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan juga
sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Banyak juga terdapat publikasi yang
menunjukan bahwa bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai agen
antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014).
Bawang putih memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam
amino dan banyak mineral, contohnya selenium. Bawang putih memiliki komponen
sulfur yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Allium lainnya. Komponen
sulfur inilah yang memberikan bau khas dan berbagai efek obat dari bawang putih
(Londhe, 2011).
Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut komplek sativumin, yang
diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses dekomposisi.
Dekomposisi kompleks sativumin ini menghasilkan bau khas yang tidak sedap dari
allyl sulfide, allyl disulfate, allyl mercaptane, alun allicin dan alliin. Komponen
kimia ini mengandung sulfur. Sulfur merupakan komponen penting yang terkandung
dalam bawang putih. Adapun komponen aktif bawang putih sativumin adalah allicin,
scordinine glycoside, scormine, thiocornim, scordinine A dan B, creatinine,
methionine, homocystein, vitamin B, vitamin C, niacin, s-ade nocyl methionine, S-S
bond (benzoyl thiamine disulfide), dan organic germanium yang masing-masing
mempunyai kegunaan berbeda. Baik allin maupun allinase keduanya cukup stabil
ketika kering sehingga bawang putih kering masih dapat berpotensi untuk
menghasilkan allicin ketika dilembabkan. Akan tetapi, allicin sendiri juga tidak stabil
dalam panas ataupun pelarut organik yang akan terurai menjadi beberapa komponen,
yaitu diallyl sulfides (Majewski, 2014)
Zat-zat kimia yang terdapat pada bawang putih adalah Allisin yang berperan
memberi aroma pada bawang putih sekaligus berperan ganda membunuh bakteri
gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para
amino benzoat, Sedangkan Scordinin berupa senyawa kompleks thioglosida yang
berfungsi sebagai antioksidan. (Londhe, 2011).
Adapun beberapa efek dan manfaat bawang putih terhadap tubuh kita ialah
sebagai berikut :
3. Kemampuan antibakteri
Studi In vitro telah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki aktivitas
melawan banyak bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri
yang telah diuji sensitivitasnya terhadap bawang putih antara lain ialah
Escherichia, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus,
Bacillus, Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis. (Puja, 2010).
Kandungan dari bawang putih lain yang diduga berperan dalam kematian
larva adalah flavonoid. Zat ini bekerja sebagai inhibitor pernapasan. Flavonoid
diduga mengganggu metabolisme energi di dalam mitokondria dengan
menghambat sistem pengangkutan elektron. Adanya hambatan pada sistem
pengangkutan elektron akan menghalangi produksi ATP dan menyebabkan
penurunan pemakaian oksigen oleh mitokondria (Agnetha, 2008).
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Uniramia
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematosera
Familia : Culicidae
Sub family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesie : Aedes aegypti ,Aedes albopictus
(Djakaria S, 2004)
B. Morfologi Aedes Aegypti
Secara morfologis nyamuk Aedes aegypti memiliki strip putih yang terdapat pada
bagian skutumnya, seperti dapat dilihat pada gambar 2.6. Dari gambar 2.6 dapat dilihat
bahwa skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian
punggung (dorsal) tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih.
( Hoedoyo,2013)
1. Tempat perindukan sementara yaitu kaleng bekas, ban bekas, talang air,
vas bunga, dan barang – barang yang dapat menampung air bersih.
2. Tempat perindukan permanen ialah tempat yang merupakan penampungan
air untuk keperluan rumah tangga seperti bak mandi, gentong air, bak
penampungan air hujan ,dan reservior air.
3. Tempat perindukan alamiah berupa genangan air yang terdapat pada
lubang-lubang pohon (Ishartadiati, 2012). Dapat juga terdapat diketiak
daun, pelepah tanaman. ( Rosa, 2007)
2. Penyebaran
3. Variasi Musim
Pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai terisi. air. Telur-
telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu, pada musim
hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan
dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu,
pada musim hujan populasi nyamuk Aedes Aegypty akan meningkat.
Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue (Depkes RI, 2005).
2.1.2 Hipotesis
H0 : larutan bawang putih (Allium sativum) tidak efektif sebagai insektisida nabati
untuk membunuh larva nyamuk Aedes Aegypty.
H1 : larutan bawang putih (Allium sativum) efektif sebagai insektisida nabati untuk
membunuh larva nyamuk Aedes Aegypty.
Efek larvasida
Larva Mati
Keterangan :