Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bawang Putih (Allium sativum)

A. Definisi

Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang


mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Bawang putih termasuk jenis tanaman umbi
lapis. Sebuah umbi bawang putih terdiri atas 8-20 siung (anak bawang). Tanaman ini
banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar
matahari (Rusdy, 2010).

B. Klasifikasi Ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau toksonomi dari bawang putih adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Family : Alliaceae
Subfamili : Allioideae
Genus : Allium
Spesies : A. Sativum
(Khalid., 2003)

B. Sifat- Sifat Botani Bawang Putih

Bawang putih termasuk tanaman semusim yang memiliki ketinggian 30-60 cm,
membentuk rumpun, dan berumbi lapis. Umbi berbentuk bulat telur warna putih dan
beraroma menyengat. Tanaman ini tumbuh baik di daerah terbuka dengan ketinggian
600 mdpl yang banyak sinar mataharinya dan berhawa sejuk. (Untari,2010)
Gambar 2.1 Akar bawang putih (Departemen Pertanian, 2008)

Akar yang tumbuh pada batang pokok redumenter (tidak sempurna) berfungsi
sebagai alat penghisap makanan.

Gambar 2.2 Umbi bawang putih (Departemen Pertanian, 2008)

Umbi bawang putih berlapis-lapis, maka bawang putih termasuk jenis tanaman
umbi lapis. Sebuah umbi yang bawang putih terdiri atas 8 – 20 siung ( anak bawang ).
Antara siung yang satu dengan siung yang lain dipisahkan oleh kulit tipis dan liat,
sehingga membentuk satu kesatuan yang rapat. Akar bawang berbentuk serabut
dengan panjang maksimum 10 cm. Umbi bawang putih mengandung minyak asiri 0,2-
1% dengan unsur utama alliin. Alliin dalam proses pengeringan akan berubah menjadi
allicin yang memberikan aroma khas dari umbi bawang putih. Kandungan lainnya
allil sulfida, allil propel disulfide, allil divinil sulfide, allil vinil sulfoksida, diallil
trisulfida, adenosin, allistin, garlisin, tuberkulosid, dan senyawa fosfor (Untari,2010).

Gambar 2.3. Batang bawang putih (Departemen Pertanian, 2008)


Tanaman bawang putih memiliki pelepah yang membentuk batang semu.

Gambar 2.4. Daun bawang putih (Departemen Pertanian, 2008)

Tumbuhan bawang putih memiliki daun panjang, pipih, rata, dan tidak berlubang.
Banyaknya daun 7-10 helai per tanaman. Bentuk bunga bawang putih adalah
majemuk bulat dan dapat membentuk biji. Biji tersebut tidak biasa dipergunakan
untuk pembiakan. Memang tidak semua jenis bawang putih dapat berbunga. Kalau
siung bawang dibelah menjadi dua, di dalamnya terdapat lembaga, dan lembaga ini
nanti akan tumbuh menerobos pucuk siung. Di samping lembaga, dalam siung
bawang putih terdapat daging pembungkus lembaga. Fungsi daging pembungkus
lembaga adalah melindungi lembaga, sekaligus menjadi gudang persediaan makanan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman baru. Sedangkan
bagian dasar siung/umbi pada hakikatnya adalah batang pokok redumenter
(Untari,2010).

C. Kandungan Bawang Putih

Secara klinis, bawang putih telah dievaluasi manfaatnya dalam berbagai hal,
termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes,
rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan juga
sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Banyak juga terdapat publikasi yang
menunjukan bahwa bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai agen
antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014).
Bawang putih memiliki setidaknya 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam
amino dan banyak mineral, contohnya selenium. Bawang putih memiliki komponen
sulfur yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies Allium lainnya. Komponen
sulfur inilah yang memberikan bau khas dan berbagai efek obat dari bawang putih
(Londhe, 2011).
Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut komplek sativumin, yang
diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses dekomposisi.
Dekomposisi kompleks sativumin ini menghasilkan bau khas yang tidak sedap dari
allyl sulfide, allyl disulfate, allyl mercaptane, alun allicin dan alliin. Komponen
kimia ini mengandung sulfur. Sulfur merupakan komponen penting yang terkandung
dalam bawang putih. Adapun komponen aktif bawang putih sativumin adalah allicin,
scordinine glycoside, scormine, thiocornim, scordinine A dan B, creatinine,
methionine, homocystein, vitamin B, vitamin C, niacin, s-ade nocyl methionine, S-S
bond (benzoyl thiamine disulfide), dan organic germanium yang masing-masing
mempunyai kegunaan berbeda. Baik allin maupun allinase keduanya cukup stabil
ketika kering sehingga bawang putih kering masih dapat berpotensi untuk
menghasilkan allicin ketika dilembabkan. Akan tetapi, allicin sendiri juga tidak stabil
dalam panas ataupun pelarut organik yang akan terurai menjadi beberapa komponen,
yaitu diallyl sulfides (Majewski, 2014)
Zat-zat kimia yang terdapat pada bawang putih adalah Allisin yang berperan
memberi aroma pada bawang putih sekaligus berperan ganda membunuh bakteri
gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para
amino benzoat, Sedangkan Scordinin berupa senyawa kompleks thioglosida yang
berfungsi sebagai antioksidan. (Londhe, 2011).

D. Kegunaan Bawang Putih

Adapun beberapa efek dan manfaat bawang putih terhadap tubuh kita ialah
sebagai berikut :

1. Pada Metabolisme Lemak dan Kolesterol


Bawang putih membantu metabolisme lemak dan menurunkan level kolesterol
tubuh. Meningkatkan kolesterol baik, HDL dan menurunkan kadar kolesterol
jahat, LDL dan trigliserida. Melindungi pembuluh darah dan jantung. Secara
signifikan mengurangi aktivitas HMG CoA dan enzim lainnya. (Puja, 2010).

2. Terhadap Sistem Kardiovaskular


Bawang putih dapat memperbaiki keseimbangan profil lipid, mempengaruhi
tekanan darah, menginhibisi fungsi platelet, antioksidan dan aktivitas fibrinolisis.
(Puja, 2010).

3. Kemampuan antibakteri
Studi In vitro telah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki aktivitas
melawan banyak bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri
yang telah diuji sensitivitasnya terhadap bawang putih antara lain ialah
Escherichia, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus,
Bacillus, Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis. (Puja, 2010).

4. Kemampuan sebagai insektisida / larvasida


Tanaman bawang putih dapat menjadi salah satu pilihan alternatif pengendalian
vektor penyakit DBD secara alamiah. Kandungan senyawa yang sudah ditemukan
pada bawang putih di antaranya adalah Allicin dan Sulfur Amonia Acid Allin.
Sulfur amonia acid allin ini oleh Enzim Allicin Lyase diubah menjadi Piruvic
Acid, Amonia, dan Allicin Anti Mikroba. Selanjutnya Allicin mengalami
perubahan menjadi Diallyl Sulphide. Senyawa Allicin dan Diallyl Sulphide inilah
yang memiliki banyak kegunaan dan berkhasiat sebagai obat. Allicin dan
turunannya juga bersifat insektisida/ larvasida (Puja, 2010).

Menurut (Agnetha, 2008) Mekanisme larvasida dari bawang putih diduga


diperankan oleh zat aktif yang terkandung di dalamnya. Kandungan allicin dan
dialil sulphide memiliki sifat bakterisida dan bakteristatik. Allicin bekerja dengan
cara menggangu sintesis membran sel parasit sehingga parasit tidak dapat
berkembang lebih lanjut. Allicin juga bersifat toksik terhadap sel parasit maupun
bakteri. Allicin bekerja dengan merusak sulfhidril (SH) yang terdapat pada
protein. (bawang putih) Diduga struktur membran sel larva terdiri dari protein
dengan sulfhidril (SH). Allicin akan merusak membran sel larva sehingga terjadi
lisis. Toksisitas allicin tidak berpengaruh pada sel mamalia karena sel mamalia
memiliki glutathione yang dapat melindungi sel mamalia dari efek allicin.
Berdasarkan mekanisme tersebut maka allicin dapat menghambat perkembangan
larva instar IV yang akan berubah menjadi pupa dan akhirnya mati karena
membran selnya telah dirusak. (Puja, 2010).
Kandungan minyak dalam larutan bawang putih mampu mengubah
tegangan permukaan air sehingga larva mengalami kesulitan untuk mengambil
udara dari permukaan air. Hal ini diduga menyebabkan larva tidak mendapat
cukup oksigen untuk pertumbuhannya sehingga menyebabkan kematian larva.
(Agnetha, 2008).

Kandungan dari bawang putih lain yang diduga berperan dalam kematian
larva adalah flavonoid. Zat ini bekerja sebagai inhibitor pernapasan. Flavonoid
diduga mengganggu metabolisme energi di dalam mitokondria dengan
menghambat sistem pengangkutan elektron. Adanya hambatan pada sistem
pengangkutan elektron akan menghalangi produksi ATP dan menyebabkan
penurunan pemakaian oksigen oleh mitokondria (Agnetha, 2008).

2.1.2 Aedes Aegypti


A. Taksonomi Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes sp. Diperkirakan mencapai 950 spesies tersebar di seluruh dunia.
Urutan klasifikasi dari nyamuk Aedes sp adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Uniramia
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematosera
Familia : Culicidae
Sub family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesie : Aedes aegypti ,Aedes albopictus
(Djakaria S, 2004)
B. Morfologi Aedes Aegypti

Secara morfologis nyamuk Aedes aegypti memiliki strip putih yang terdapat pada
bagian skutumnya, seperti dapat dilihat pada gambar 2.6. Dari gambar 2.6 dapat dilihat
bahwa skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian
punggung (dorsal) tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih.
( Hoedoyo,2013)

Gambar 2.6. Karakteristik nyamuk Aedes aegypti ( Hoedoyo,2013)

Nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) disebut black-white mosquito,


karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas dasar
hitam. Nyamuk Aedes aegypti memiliki ukuran bervariasi, kebanyakan nyamuk
betina yang sering diidentifikasi morfologinya. Struktur kepala berbentuk globular,
dengan clypus (perisai) yang memiliki tanda putih keabu-abuan pada betina dan
polos pada nyamuk jantan. Adapun bentuk depan dari perisai ada yang lurus dan ada
yang menonjol. Pada bagian tengah dari vortex (puncak) terdapat sisik datar
berwarna putih. Selain itu nyamuk Aedes aegypti juga memiliki proboscis yang
berwarna hitam, panjang, lurus, ramping, yang berbentuk silinder. Adapun maxillary
palphi yang menempel pada ujung proboscis berwarna putih keabu-abuan yang
terbagi menjadi 5 segmen pada nyamuk jantan, sedangkan 4-5 segmen pada betina
dengan panjang (0,76 ± 0,04 mm). Nyamuk Aedes aegypti juga memilki antenna
berbeda ukurannya pada setiap nyamuk. ( Hoedoyo,2013)

C. Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus hidup sempurna. Siklus hidup


nyamuk ini terdiri dari empat fase, mulai dari telur, larva, pupa dan kemudian menjadi
nyamuk dewasa. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada permukaan air bersih
secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang
lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan
dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4
memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi
pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum
akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk
dewasa membutuhkan waktu 8 hingga 10 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi
lingkungan tidak mendukung.(Depkes,2004)

Menurut Soegijanto (2006), masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk


Aedes Aegypti dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk
dewasa, sehingga termasuk metamorfosis sempurna atau holometabola.

Gambar 2.8. Siklus hidup nyamuk ( Hoedoyo,2013)

E. Bionomik Nyamuk Aedes Aegypti

1. Tempat Perindukan atau Berkembang Biak


Keberadaan nyamuk sangat erat kaitannya dengan tempat
perkembangbiakan nyamuk atau disebut juga sebagai tempat perindukkan.
Tempat perindukkan nyamuk sangat penting bagi keberlangsungan hidup
nyamuk karena sebagian besar siklus hidup nyamuk berlangsung di tempat
perindukkan. Perbedaan lokasi serta beragamnya jenis tempat perindukkan
nyamuk berpengaruh terhadap jumlah individu nyamuk yang di temukan (Rosa,
2007).
Tempat perindukan utama Ae.aegypti adalah tempat – tempat berisi air
bersih , yang berdekatan dengan rumah penduduk, biasanya tidak melebihi jarak
500 meter dari rumah. Ae. Aegypti hidup di daerah pemukiman dan berkembang
biak pada genangan air bersih buatan manusia ( man made breeding place).
Adapun tempat tempat perindukannya dibedakan menjadi :

1. Tempat perindukan sementara yaitu kaleng bekas, ban bekas, talang air,
vas bunga, dan barang – barang yang dapat menampung air bersih.
2. Tempat perindukan permanen ialah tempat yang merupakan penampungan
air untuk keperluan rumah tangga seperti bak mandi, gentong air, bak
penampungan air hujan ,dan reservior air.
3. Tempat perindukan alamiah berupa genangan air yang terdapat pada
lubang-lubang pohon (Ishartadiati, 2012). Dapat juga terdapat diketiak
daun, pelepah tanaman. ( Rosa, 2007)

2. Penyebaran

Nyamuk Aedes sp spesies Aedes Aegypty tersebar luas di daerah tropis


dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah
maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak
sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan air laut. Di atas ketinggian
1.000 m nyamuk ini tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian
tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak memunginkan bagi kehidupan
nyamuk tersebut (Depkes RI, 2005).

3. Variasi Musim
Pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai terisi. air. Telur-
telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Selain itu, pada musim
hujan semakin banyak tempat penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan
dapat digunakan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu,
pada musim hujan populasi nyamuk Aedes Aegypty akan meningkat.
Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue (Depkes RI, 2005).

2.1.2 Hipotesis

 H0 : larutan bawang putih (Allium sativum) tidak efektif sebagai insektisida nabati
untuk membunuh larva nyamuk Aedes Aegypty.
 H1 : larutan bawang putih (Allium sativum) efektif sebagai insektisida nabati untuk
membunuh larva nyamuk Aedes Aegypty.

2.13 Kerangka Teori

Bawang putih ( Allium sativum)

Bawang putih dihaluskan menggunakan blender

Dibuat larutan bawang putih berbagai konsentrasi

Larutan bawang putih mengandung zat aktif sebagai


insektisida / larvasida

Kandungan allicin Flavanoid


Kandungan minyak
menghambat perkembangan
mengahambat pernafasan
larva dengan merusak Menggangu metabolisme
larva
membran sel larva energi di dalam mitokondria

Efek larvasida

Larva Aedes Aegypty

Larva Mati
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Anda mungkin juga menyukai