LAPORÅN KASUS
2.1. Identitas
Nama : Tn. TH
Tanggal Lahir/ Usia : 26 Januari 1976
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gang Sepakat, Sawah Lebar
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
No.MR : 684739
Tanggal MRS : 20 Agustus 2021, Pukul 16:30 WIB
2.2. Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan muntah darah dan BAB berwarna hitam 5 hari SMRS
Hasil : Tampak varises esofagus geade 1-2, dinding tebal, cherry red sign (-)
KESAN : Varises Esofagus gr. 1-2 Tenang.
METODE
Pencarian Artikel
Pemilihan Artikel
Pemilihan artikel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi, yang membahas
hal-hal yang dipertanyakan pada pertanyaan klinis. Kriteria inklusi yaitu publikasi
jurnal dalam 10 tahun terakhir, studi yang dapat dipakai berupa Observasional
(Cohort, Cross sectional), Systematic Review, Meta-analysis, Randomized
Controlled Trial dan Clinical Trials, dan full text. Kriteria eksklusi yang kami
gunakan yaitu jurnal tidak free full text, publikasi lebih dari 10 tahun dan data
penelitian tidak ditampilkan dengan lengkap.
Cirrhosis AND Spironolactone AND Effectivity
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
• Studi yang dapat dipakai adalah
-Publikasi lebih dari 10 tahun
Observasional (Cohort, Cross sectional),
- Bukan full text
Systematic Review, Meta-analysis,
- Data penelitian tidak
Randomized Controlled Trial, Clinical
ditampilkan dengan lengkap
Trials
- Jurnal berbayar
• Tahun Publikasi 10 tahun terakhir
• Jurnal bisa diakses Full text
3. Siswanti,E., Persvective Semua pasien yang Spironolakton Efektivitas Pasien sirosis hati disertai Kelainan ginjal, Berdasarkan uji
Cross- dirawat inap dengan asites yang dirawat inap di dibuktikan statistic Mann-
Harahap,U., Furosemid dan
sectional diagnosis sirosis bangsal interna, instalasi dengan creatinine Whitney U
Sembiring,J., Spironolakton
study hati dengan ascites diagnostic terpadu yang serum <1,5 didapatkan nilai P
(2018) dari bangsal rindu didiagnosis dengan mg/dL. Menolak value. Signifikansi
A, rindu B dan RIC anamnesis, pemeriksaan untuk (2-tailed) 0,435
di RSUP H. Adam fisik, dan laboratorim, serta berpartisipasi. untuk Na/K urin
Malik Medan. mendapat terapi diuretic Tidak pada waktu, dan
Pasien yang minimal 1 kali. Bersedia menggunakan Asymp. Signifikansi
memenuhi kriteria menjadi objek penelitian Spironolakton. (2-tailed) 0,628
inklusi dan eksklusi dengan menandatangani Tidak pemeriksaan
sebanyak 26 pasien inform consent. Jenis menggunakan natrium urin 24 jam,
yang dibagi 2 diuretic yang digunakan kombinasi berdasakan nilai
kelompok. dalam pengobatan Spironolakton tersebut
Spironolakton, dengan disimpulkan bahwa
kombinasinya dengan Furosemide. tidak ada perbedaan
Furosemid bermakna antara
spironolakton
dengan
kombinasinya
dengan furosemide.
Sedangkan nilai
signifikasnsinya
adalah 0,628 mEq
dan 0,435 mEq
(p>0,05).
Tabel 3. Validity criteria
Article Relevance
Intention-to-
Clinically
treat
Mulyani, et al (2015) + + - + + - + - + +
Muslim, et al (2015) + + + + + + + - + +
Siswanti,E.,et.al (2018) - + + + + + + - + +
Article
Clinically
important
Patient
Mulyani., et al (2017) + +
Muslim, et al (2015) + +
Siswanti,E.,et.al (2018) + +
Tabel 5. Importance Criteria
Article Outcome n p value
spironolakton dan kombinasinya dengan furosemid pada pasien sirosis hati yang disertai asites.
Metode yang digunakan adalah metode prospektif cross-sectional. Subjek penelitian ini yakni 26
pasien rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan Selama 3 bulan dibagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok pertama yang terdiri dari sembilan pasien, berusia antara 39 dan 65 tahun, diberikan
spironolakton. Kelompok kedua dari 17 pasien, usia antara 20 dan 81 tahun, diberikan
menggunakan Mann-Whitney U-test, program SPSS versi 22. Hasil: Berdasarkan uji statistik
Mann–Whitney U didapatkan nilai p value. Signifikansi (2-tailed) 0,435 untuk Na/K urin pada
waktu, dan Asymp. nilai signifikansi (2-tailed) 0,628 Pemeriksaan natrium urin 24 jam,
berdasarkan nilai tersebut disimpulkan tidak ada perbedaan bermakna antara spironolakton
dengan kombinasinya dengan furosemide. Sedangkan nilai signifikansinya adalah 0,628 mEq
DISKUSI
Asites adalah satu dari tiga komplikasi sirosis hepatis yang sering terjadi, komplikasi
yang lain adalah hepatik ensefalopati dan perdarahan varises. Pasien Sirosis hepatis dengan
komplikasi asites paling sering dirawat di rumah sakit dikarenakan kualitas hidup yang jelek, dan
dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan gagal ginjal.1,2
Sirosis hepatis sering menyebab koplikasi asites, dimana 50% mortalitas dalam sepuluh
tahun, dan meningkatkan kemungkinan pasien untuk memerlukan transplantasi hati sebagai
pilihan terapi. Peningkatan angka mortalitas sirosis 6 per 100 000 populasi pada tahun 1993
menjadi 12.7 per 100 000 populasi pada tahun 2000. 3 Pasien yang menderita sirosis hepatis
kompensata sering mengalami asites sebanyak 60% setelah 10 tahun. Keberhasilan terapi
merupakan faktor yang akan memperbaiki gejala dan prognosis.1,2,3 Terapi asites dengan
menggunakan obat-obatan dan intervensi membuat volume tubuh tetap normal, mencegah
disfungsi multiorgan, dan mencegah infeksi.1
Diuretik adalah terapi utama asites sejak tahun 1940. Beberapa diuretik telah diteliti
tetapi pada praktek sehari-hari disarankan untuk mengunakan spironolakton, furosemid,
amilorid, dan bumetanid.3
Spironolakton merupakan antagonis aldosterone yang bekerja di tubulus distal yang dapat
meningkatkan natriuresis dan mempertahankan kalium. Spironolakton adalah terapi lini pertama
asites pada sirosis. Dosis awal 100 mg dapat dinaikkan bertahap sampai 400 mg untuk mencapai
efektifitas natriuresis. Efek natriuresis akan muncul 3-5 hari setelah penggunaan spironolakton.
Penelitian kontrol menunjukkan natriuresis dan diuresis spironolakton lebih baik dibandingkan
loop diuretik seperti furosemid.3
Furosemid merupakan loop diuretik, dosis awal 40 mg/hari dan dinaikkan setiap 2-3 hari
mencapai dosis 160 mg/hari.3 Terapi diuretik pada asites sering kali diperdebatkan mengenai
pemakaian antagonis aldosteron diberikan dengan atau tanpa loop diuretik. Dua penelitian
menilai bagaimana efktifitas terapi yang digunakan apakah antagonis aldosteron yang dinaikkan
secara bertahap selama 7 hari (100- 400 mg/hari dan dinaikkan 100/mg/hari) dengan
menambahkan furosemid (160 mg/hari dan dinaikkan 40 mg/hari) hanya pada pasien yang tidak
respon dengan antagonis aldosteron dosis tinggi atau kombinasi terapi antagonis aldosteron dan
furosemid dari awal terapi (100 dan 40 mg/hari dan jika tidak respon dapat dinaikkan bertahap
selama 7 hari sampai 400 dan 160 mg/hari).9,10 Penelitian ini menyimpulkan bahwa kombinasi
antagonis aldosteron dan furosemid memberikan hasil yang adekuat pada pasien asites rekuren,
namun tidak pada asites baru. Pasien asites baru diberikan antagonis aldosteron (contohnya
spironolakton 100 mg/hari) pada awal terapi dan dinaikkan bertahap setiap 7 hari mencapai dosis
400 mg/hari pada pasien yang tidak respon. 2 Pemberian furosemid dan spironolakton secara
bersamaan akan meningkatkan efek natriuresis.1,2,3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mulyani T, et al (2017) Pada penelitian ini,
efektivitas diuretik dinilai dari rata-rata penurunan lingkar perut harian dan balance cairan pasien
selama rawat inap.4 Pengukuran lingkar perut merupakan salah satu pengukuran yang dapat
memonitor efektivitas penggunaan diuretik pada pasien ascites, Asites yang besar dan tegang
umumnya pengukuran dilakukan dengan mengukur berat badan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata penurunan lingkar perut pada kedua kelompok berbeda tidak
bermakna (p>0,05).12 Pemberian diuretik selama 10 hari (hari ke 1-10) memberikan respon
penurunan lingkar perut yang signifikan dibandingkan pemberian diuretik selama 5 hari pertama
(hari ke 1-5). Hal tersebut terjadi karena efek diuresis akan optimal jika diuretik digunakan
minimal 7 hari. 5,6
Pasien sirosis hati dengan ascites, target penggunaan diuretik dikatakan
tercapai bila balance cairan negatif, yaitu output cairan yang lebih besar dibandingkan input
cairan.7 Target minimal yang ingin dicapai adalah -500 cc/hari.12 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa respon diuretik terhadap penurunan lingkar perut dan capaian balance
cairan pada hari ke 1-15 lebih rendah bila dibandingkan pada hari ke 1-10. Hal hal ini dapat
disebabkan terjadinya resistensi diuretik dan keparahan penyakit. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi respon diuretik pada pasien sirosis hati adalah parasentesis dan memburuknya
fungsi hati.5,8 Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah dosis diuretik. Regimen
dosis kombinasi diuretik yang direkomendasikan American Association for the Study of Liver
Diseases (AASLD) adalah spironolakton 100 mg/hari dan furosemid 40 mg/hari. Jika dengan
dosis Spironolakto 100mg/hari dan furosemid 40mg/hari menunjukkan penurunan berat badan
harian dan natriuresis, dosis dapat dilakukan peningkatan setiap 3-5 hari dengan dosis
maksimum spironolakton 400 mg/hari dan furosemid 160 mg/hari. Peningkatan dosis harus tetap
mempertahankan rasio spironolakton 100 mg : furosemid 40 mg untuk menjaga
normokalemia.9,10
Dari hasil rerata dosis yang diberikan, diketahui bahwa dosis spironolakton dan
furosemide yang diberikan telah sesuai dengan rekomendasi dari AASLD. Namun terdapat
beberapa pasien yang menerima dosis kurang dari rekomendasi AASLD. Evaluasi keamanan
kombinasi spironolakton dan furosemid dilihat dari kejadian efek samping setelah penggunaan
diuretik. Dari 58 pasien, 2 pasien (3,45%) mengalami hipokalemia, 2 pasien (3,45%) mengalami
hiperkalemia, dan 1 pasien (1,72%) mengalami hiponatremia. Ketidakseimbangan elektrolit ini
dapat menyebabkan perburukan sirosis hepatis pada pasien.
dengan dosis tunggal 50-100 mg/hari berdasarkan derajat asites pasien. Jika klinis pasien setelah
3-4 hari diberikan pengobatan tetapi penurunan berat badan kurang dari 300 g/hari, Dosis dapat
di tingkatkan setiap 4 hari dengan dosis 100 mg/hari dengan dosis maksimal 400 mg/hari agar
dapat menghindari terjadinya hiperkalemia.13 Keadaan klinis yang tidak kunjung membaik
merupakan indikasi untuk dilakukan pemeriksa kadar natrium dalam urin,jika kadar natrium
tinggi disarankan untuk mengurangi makanan tinggi natrium. Jika keadaan klinis tidak membaik
pada penggunaan spironolakton tunggal sebanyak 200 mg/hari atau terjadi hiperkalemia, dapat
dan hipokloremia lebih sering terjadi pada penggunaan terapi kombinasi spironolakton dengan
hiperkalemia, dan hiperkloremia. Dalam penelitian ini tidak ditemukan gangguan hipernatremia
pada penggunaan spironolakton tunggal dan juga pada penggunaan terapi kombinasi
mengunakan spironolakton pada pemeriksaan Na/K urin dengan nilai normal >1 mEq hasil nilai
laboratorium respon baik, sedangkan tes urin 24 jam pada tiga pasien kurang responsif dengan
nilai <78 mEq. Spironolakton paling sering digunakan untuk tatalaksana sirosis hepatis dengan
asites.11 Sedangkan respon kombinasi Spironolakton dan furosemide pada pemeriksaan Na/K
urin bila respon baik menujukan nilai >1 mEq. Pemeriksaan urin 24 jam pada dua pasien
menghasilkan nilai <78 mEq. Berdasarkan hasil pemeriksaan Na/K urin, dapat ditarik
disimpulkan bahwa kombinasi spironolakton dan furosemide lebih baik dari pada spironolakton.
Kombinasinya spironolakton dengan furosemide banyak digunakan untuk pengobatan sirosis hati
Terapi asites yang adekuat merupakan hal yang sangat penting karena dapat
menurunkan mortalitas dan meningkatkan mobilitas pasien sirosis hepatis dengan komplikasi
asites. Pengunaan spironolakton tunggal menujukan efektifitas yang kurang baik di bandingkan
buktikan pada penelitian yang telah di lakukan oleh Muslim., et all dan mulyani., et all yang
menujukan hasil penurunan berat badan, lingkar perut, dan pemeriksaan kadar elektrolit darah
yang dinilai berdasarkan hasil pemeriksaan Na/K urin menujukan perbaikan yang signifikan.
Dari hasil telaah kritis jurnal diatas, dapat disimpulkan bahwa terpai kombinasi
spironolakton dan furosemid lebih baik dibandingkan dengan pengunaan terapi spironolakton
1. Runyon BA. Management of adult patients with ascites due to cirrhosis: update 2012.
AASLD practice guideline. published on www. wileyonlinelibrary.com. Accessed 2
desember 2013.
2. European Association for the Study of the Liver. EASL clinical practice guidelines on the
management of ascites, spontaneous bacterial peritonitis, and hepatorenal syndrome in
cirrhosis. J Hepatol. 2010 (53): 397–417
3. Moore KP, Aithal GP. Guideline on the management of ascites in cirrhosis. Gut 2006;55;1-
12.
4. Raza MA, Qureshi UF, Humayoun MA, Waseem T, Akram J. Effect of intravenous
mannitol in mobilization of resistant cirrhotic ascites. Eur J Gastroenterol Hepatol.
2011;23(2):184-188. doi:10.1097/MEG.0b013e328342af25.
5. Runyon BA. Management of Adult Patients with Ascites Due to Cirrhosis: Update 2012.
Am Assoc Study Liver Dis Pract Guidel. 2013:2087-2107
6. Moore KP. Guidelines on the management of ascites in cirrhosis. Gut.
2006;55(suppl_6):vi1-vi12. doi:10.1136/gut.2006.099580
7. El-Bokl MA, Senousy BE, El-Karmouty KZ, et al. Spot urinary sodium for assessing dietary
sodium restriction in cirrhotic ascites. World J Gastroenterol. 2009;15(29):3631-3635.
doi:10.3748/wjg.15.3631.
8. Senousy BE, Draganov P V. Evaluation and management of patients with refractory ascites.
World J Gastroenterol. 2009;15(1):67-80. doi:10.3748/wjg.15.67
9. European Association for the Study of the Liver. EASL: clinical practice guidelines on the
management of ascites, spontaneous bacterial peritonitis, and hepatorenal syndrome in
cirrhosis. J Hepatol. 2010;53:397-417.
10. Rosner MH, Gupta R, Ellison D, Okusa MD. Management of cirrhotic ascites: Physiological
basis of diuretic action. Eur J Intern Med. 2006;17(1):8-19. doi:10.1016/j.ejim.2005.08.003.
11. James SD, Anna SF, Lok AK, Burroughs E, Jenny H. Sherlock’s Diseases of the Liver and
Biliary System. 12th ed. Edited by Blackwell Publishing Ltd; 2011.
12. Mulyani T, Rahmawati F, Ratnasari N, 2017. Evaluation Of Spironolactone In Combination
With Furosemide In Cirrhotic Patients With Permagna (Large) Ascites.Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
13. Muslim Z, Arifin H, Zubir N 2017. Comparative Eeffects Of Spironolactone And
Combination With Furosemide Of Ascites Fluid And Blood Electrolyte In Cirrhosis.
Padang: Fakultas Kedokteran Andalas.
14. Sulistia GG, Rianto S, Frans SD, Nafrialdi P. Pharmacology and Therapeutics. Issue 4. New
York: New Style; 1995. p. 380-99.
15. Siswanti E, Harahap U, Sembiring J, 2018. Monitoring Of Effectiveness Of Spironolactone
Therapy And Its Combinations With Furosemide To Liver Cirrhosis And Ascites In Rsup H.
Adam Malik Medan. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Jurnal 1
Judul : Evaluasi Penggunaan Kombinasi Spironolakton Dan Furosemid Pada Pasien Sirosis
Hati Dengan Ascites Permagna
Author : (Mulyani et al., 2017)
Tahun : 2017
Best evidence research design: Retrospective Cohort Study
Pertanyaan penilaian Keterangan
Apakah penelitian Iya, Penelitian ini membahas pertanyaan / masalah
tersebut membahas yang terfokus secara jelas, yang dijelaskan pada
pertanyaan / masalah paragraf 1 bagian Abstrak, halaman 1.
yang terfokus dengan “Terapi ascites permagna menurut European
jelas? Association for the Study of the Liver (EASL) tahun
2010 adalah paracentesis diikuti pemberian diuretik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
dan efek samping kombinasi spironolakton dan
furosemid pada pasien sirosis hati dengan ascites
permagna”
Apakah metode Ya, metode penelitian ini sesuai untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Di paragraf pertama dari
penelitian (desain
bagian metode halaman 2.
studi) sesuai untuk “Penelitian ini merupakan penelitian observasional
menjawab dengan rancangan retrospective cohort study. Metode
pertanyaan pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu
penelitian? melakukan pengambilan data dari rekam medis pasien
sirosis hati dengan ascites permagna yang dirawat
inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari
2010 – Desember 2014.”
Apakah ada Tidak ada. Studi ini hanya dikerjakan oleh 3 peneliti
cukup banyak (2 orang dari fakultas farmasi dan 1 dari fakultas
subjek (karyawan,
tim, divisi, kedokteran umum).
organisasi) dalam
studi untuk
menetapkan
bahwa temuan
tidak terjadi
secara kebetulan?
Apakah pemilihan Ya, hal ini tercantum pada bagian Populasi dan
kohort / panel subyek penelitian di halaman 3.
didasarkan pada “Kriteria inklusi penelitian ini antara lain pasien
criteria eksternal, sirosis hati dengan komplikasi ascites permagna jenis
objektif dan tense dan non-tense ascites, mendapatkan terapi
tervalidasi? kombinasi spironolakton dan furosemid untuk
ascitesnya, dan menjalani rawat inap di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta periode Januari 2010 – Desember
2014. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien
sirosis hati yang disertai gagal jantung kongestif dan
gagal ginjal kronik, pasien sirosis hati yang disertai
hepatorenal syndrome, pasien sirosis hati yang < 4
hari dirawat kemudian meninggal dunia atau pulang
paksa, serta rekam medis pasien yang tidak
mencantumkan data lingkar perut atau balance
cairan”
Apakah perwakilan Iya, perwakilan studi kohort dari populasi ditentukan.
kelompok / panel dari Dijelaskan pada bagian karakteristik subjek penelitian
populasi yang pada halaman 3.
ditentukan? “Karakter yang berbeda bermakna secara statistik di
antara kedua kelompok yaitu kelompok usia >60
tahun, kelompok jenis kelamin perempuan, dan
kelompok yang tidak dilakukan tindakan parasentesis.
Ketiga kelompok tersebut memiliki persentase
kejadian yang lebih besar pada pasien non-tense
dibandingkan pasien tense ascites”
Apakah tindak lanjut Tidak ada. Studi ini menggunakan metode
kasus / subjek cukup retrospective cohort study.
lama?
Apakah criteria hasil Tidak tercantum pada penelitian.
yang obyektif dan
tidak bias digunakan?
Apakah metode Iya, dijelaskan pada bagian analisis data halaman 3.
pengukuran yang “Data karakteristik pasien meliputi usia, jenis
obyektif dan kelamin, riwayat penyakit, dan tindakan parasentesis,
tervalidasi digunakan dianalisis secara deskriptif dan Chi Square goodness
untuk mengukur of fit. Data kadar kreatinin serum dianalisis dengan uji
hasil? independent t-test. Evaluasi terhadap penurunan
lingkar perut harian dan pencapaian balance cairan
pasien dilakukan dengan menggunakan statistik
independent t-test dengan taraf kepercayaan 95%.
Data evaluasi efek samping obat diuretik dianalisis
secara deskriptif dalam bentuk persentase.”
Apakah efek ukuran Tidak dijelaskan pada penelitian.
relevan secara
praktis?
Seberapa tepat Tidak dijelaskan pada penelitian.
perkiraan efeknya?
Apakah interval
kepercayaan
diberikan?
Mungkinkah ada Iya, masih ada beberapa faktor perancu yang perlu di
fakor perancu yang perhatikan seperti yang di jelaskan pada bagian
belum limitations halaman 6.
diperhitungkan? “Pada kedua kelompok tidak ada pasien yang
mendapatkan dosis maksimal furosemide 160 mg/hari
dan hanya 1 pasien yang mendapat dosis maksimal
spironolakton 400 mg/hari yaitu pada pasien
kelompok non-tense. Tidak diberikannya dosis
maksimal diuretik kepada pasien ikut mempengaruhi
respon diuretik dalam hal penurunan lingkar perut dan
balance cairan.”
Bisakah hasilnya Ya, studi ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa
diterapkan ke terdapat efektivitas kombinasi spironolakton dan
organisasiAnda? furosemid pada pasien sirosis hati dengan ascites
permagna jenis tense maupun non-tense dalam hal
penurunan lingkar perut dan pencapaian balance
cairan.
Jurnal 2
Judul : Perbandingan Efek Spironolakton dan Kombinasi Furosemid Terhadap Cairan Asites
dan Elektrolit Darah Pada Sirosis
Author : (Muslim et al., 2015)
Tahun : 2017
Best evidence research design: Analitik Prospective Eksperimental Cohort Study
Pertanyaan penilaian Keterangan
Apakah penelitian Iya, Penelitian ini membahas pertanyaan / masalah
tersebut membahas yang terfokus secara jelas, yang dijelaskan pada
pertanyaan / masalah paragraf 1 bagian Abstrak, halaman 1.
yang terfokus dengan “Pengaruh Spironolakton dan kombinasi Furosemide
jelas? terhadap kadar Elektrolit darah pada penelitian ini
menunjukkan persentase gangguan elektrolit darah
tertinggi adalah hiponatremia dan hipokalsemia.
Terapi kombinasi spironolakton-furosemida untuk
penurunan berat badan dan lingkar perut lebih baik
daripada penggunaan tunggal spironolakton”
Apakah metode Ya, metode penelitian ini sesuai untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Di paragraf pertama dari
penelitian (desain
bagian metode halaman 2.
studi) sesuai untuk “Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental
menjawab dengan rancangan prospective cohort study. Metode
pertanyaan pengambilan data dilakukan secara prospektif yaitu
penelitian? melakukan pengambilan data dari rekam medis
pasien,catatan perawat, pemeriksaan fisik dan hasil
laboratorium pasien sirosis hati dengan ascites yang
dirawat inap di RSU Dr. M Djamil Padang
dilakakukan selama 4 bulan yaitu Januari 2013 –
April 2013.”
Apakah ada Tidak ada. Studi ini hanya dikerjakan oleh 3 peneliti
cukup banyak (2 orang dari fakultas farmasi dan 1 dari Divisi
subjek (karyawan, Penyakit Dalam).
tim, divisi,
organisasi) dalam
studi untuk
menetapkan
bahwa temuan
tidak terjadi
secara kebetulan?
Apakah pemilihan Ya, hal ini tercantum pada bagian Populasi dan
kohort / panel subyek penelitian di halaman 1.
didasarkan pada “Kriteria inklusi penelitian ini adalah semua pasien
criteria eksternal, sirosis hati dengan komplikasi asites dengan atau
objektif dan tanpa menggunakan spironolakton dan kombinasi
tervalidasi? furosemide di RSU Dr. M Djamil Padang Januari
2013 – April 2013. Kriteria eksklusi penelitian ini
adalah pasien sirosis hati dengan komplikasi asites
menggunakan obat-obatan yang mempengaruhi kadar
elektrolit pasien, pasien dengan penurunan kesadaran,
pasien yang tidak diobati 6 sampai 7 hari.
Apakah perwakilan Iya , perwakilan studi kohort dari populasi ditentukan.
kelompok / panel dari Dijelaskan pada bagian karakteristik subjek penelitian
populasi yang pada halaman 3.
ditentukan? “karakter yang berbeda bermakna diantara kedua
kelompok meliputi meliputi pasien yang di berikan
pengobatan Spironolakton dan pasien yang diberrikan
pengobatan kombinasi Spironolakton dan Furosemid
Kua kelompok tersebut memiliki persentase kejadian
yang lebih besar pada pasien yang di berikan
kombinasi spironolakton dan furosemid dibandingkan
pasien yang diberikan spironolokton saja”
Apakah tindak lanjut Iya, seperti yang di jelas pada abstrak halaman 1
kasus / subjek cukup penelitian ini berfungsi untuk melihat bagaimana
lama? pengaruh kombinasi Spironolakton dan Furosemid
dibandingkan dengan pemberian Spironolakton saja
terhadap tatalakasa pasien sirosis dengan asites.
Apakah criteria hasil Tidak tercantum pada penelitian.
yang obyektif dan
tidak bias digunakan?
Apakah metode Iya, dijelaskan pada bagian analisis data halaman 2.
pengukuran yang “Data karakteristik pasien meliputi usia, jenis
obyektif dan kelamin, dan riwayat penyakit. Sebagai acuan
tervalidasi digunakan digunakan berbagai literatur, berisi tentang standar
untuk mengukur terapi komplikasi sirosis dengan asites, buku
hasil? informasi AHFS, Martindale, dan literatur pendukung
lainnya. Uji statistik menggunakan SPSS 17 untuk
mengetahui perbandingan antara efek spironolakton
dan kombinasinya dengan furosemide terhadap berat
badan dan lingkar perut pasien. Data kadar kreatinin
serum dianalisis dengan uji independent t-test.
Evaluasi terhadap penurunan lingkar perut harian dan
pencapaian balance cairan pasien dilakukan dengan
menggunakan statistik independent t-test dengan taraf
kepercayaan 95%. Data evaluasi efek samping obat
diuretik dianalisis secara deskriptif dalam bentuk
persentase.”
Apakah efek ukuran Tidak dijelaskan pada penelitian.
relevan secara
praktis?
Seberapa tepat Tidak dijelaskan pada penelitian.
perkiraan efeknya?
Apakah interval
kepercayaan
diberikan?
Mungkinkah ada Tidak dijelaskan pada penelitian.
fakor perancu yang
belum
diperhitungkan?
Bisakah hasilnya Ya, studi ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa
diterapkan ke terdapat efektivitas kombinasi spironolakton dan
organisasiAnda? furosemid pada pasien sirosis hati dengan ascites
dalam hal penurunan lingkar perut dan elektrolit
darah.
Jurnal 3
Judul : Monitoring of Effectiveness of Spironolactone Therapy and It’s Combinations with
Furosemide to Liver Cirrhosis and Ascites in RSUP H. Adam Malik Medan
Author : (Siswanti,E., Harahap,U., Sembiring,J., 2018)
Tahun : 2018
Best evidence research design : Cross Sectional Prosvective
Pertanyaan penilaian Keterangan
Apakah penelitian Iya, penelitian ini membahas masalah terfokus
tersebut membahas dengan jelas tertulis di paragraf 4, bagian
pertanyaan / masalah introduction halaman 1.
yang terfokus dengan “Treatment of cirrhosis of the liver and ascites begins
jelas? with salt diet, salt consumption of 5.2 g or 90
mEq/day. Low-salt diet combined with diuretics.
Initially, it begins with the spironolactone dose 100–
200 mg once a day. The diuretic response was
monitored with 0.5 kg/day weight loss, without foot,
or 1 kg/day edema with edema of the foot. Or
inadequate spironolactone administration can be
combined with furosemide at a dose of 20-40 mg/day.
Administration of furosemide dosage may be
increased if there is no response; maximum dose of
160 mg/day”
Apakah metode Iya, dijelaskan bagaimana metode penelitian
penelitian ini cocok dilaksanakan pada bagian methods, halaman 1.
dalam menjawab “This study was conducted with a prospective cross-
pertanyaan peneliti? sectional study design on spironolactone and its
combination with furosemide at RSUP H. Adam Malik
Medan, using urine Na/K examination and 24-h urine
sodium. The study was analyzed statistically using
Mann–Whitney U-test, SPSS Statistic program version
22.”
Apakah baik itu Iya, subjek berjumlah 26 anak dari 3 ruang rawat inap
lokasi dan subjek di RSUP H. Adam Malik Medan. Dijelaskan dalam
dapat jurnal pada bagian Method paragraf 8 untuk jumlah
menggambarkan populasi
populasi yang “Total population (population size) = 41”
ingin diteliti?
Jumlah sampel dijelaskan pada Result paragraf 1.
“Based on the number of samples, there are as many
as 26 patients with liver cirrhosis accompanied
ascites that have met the inclusion”