Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

Kesehatan Jiwa Pasien Hemodialisa Pada Masa COVID-19

Oleh:

Siti Syarifah Jasmin Vivienka, S.Ked

71 2019 073

Pembimbing:

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ., MARS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


RS. Dr. ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Referat yang Berjudul :

Kesehatan Jiwa Pasien Hemodialisa Pada Masa COVID-19

Oleh:

Siti Syarifah Jasmin Vivienka, S.Ked


71 2019 073

Pembimbing:

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ., MARS

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa di RS dr. Ernaldi Bahar
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Periode 15 Februari
2021 – 21 Februari 2021.

Palembang, Februari 2021

Pembimbing

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ., MARS

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Kesehatan Jiwa Pasien Hemodialisa Pada Masa COVID-19” sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan


2. Kedua orang tua yang senantiasa memberi dukungan materil maupun spiritual
3. dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ., MARS, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan masukan, arahan, serta
bimbingan dalam menyelesaikan referat ini
4. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.

Semoga Allah SWT memberian balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Palembang, Februari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ……………………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3

2.1. Pengertian .......................................................................................... 3

2.2. Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan .............................................. 3

2.3. Patofisiologi........................................................................................ 7

2.4. Rentang Respon Marah...................................................................... 8

2.5. Tanda dan Gejala................................................................................ 11

2.6. Mekanisme Koping............................................................................. 13

2.7. Evaluasi dan Terapi............................................................................ 14

BAB III PENUTUP...........…………………………………………………… 15

3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari


gangguan jiwa dan memiliki sifat positif untuk menggambarkan tentang
kedewasaan serta kepribadiannya (KemenkesRI, 2012). Kesehatan jiwa masih
menjadi salah satu permasalahan Kesehatan yang sangat penting di dunia
termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2017),gangguan mental yang
sering terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Sekitar 4,4%
dari populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan
kecemasan.Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun
2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kesehatan jiwa di
seluruh dunia.Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di
negara berkembang dengan penghasilan rendah dan menengah (WHO,2017).
Hemodialisis (HD) adalah suatu proses dimana darah dikeluarkan dari
tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin luar tubuh yang disebut
dialiser. Frekuensi tindakan hemodialisis bervariasi tergantung banyaknya
fungsi ginjal yang tersisa. Rata-rata penderita gagal ginjal kronis menjalani
terapi hemodialisis tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan
terapi hemodialisis paling sedikit tiga sampai empat jam setiap kali tindakan
terapi (Supriyadi dkk,2011). Hasil penelitian dari Amalia dkk (2015)
menyebutkan lebih lanjut bahwa penyakit gagal ginjal memiliki dampak yang
signifikan pada aspek psikologis kehidupan pasien. Salah satunya akibat efek
samping pengobatan, yaitu imobilitas dan kelelahan terkait ketidakmampuan
untuk bekerja, disfungsi seksual, takut mati dan ketergantungan pada mesin
untuk hidup dan mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menjalani
hemodialisis sehingga menyebabkan terjadinya depresi.
Terlebih pada situasi saat ini, adanya wabah coronavirus (COVID-19) yang

5
penyebarannya semakin hari semakin mengkhawatirkan. Sistem imun tubuh
yang lemah meningkatkan kerentanan tubuh terhadap infeksi (Martin dalam
Khalifa, 2010). Orang-orang dengan system imun lemah seperti orang tua,
wanita hamil dan kondisi sakit lainnya dapat memperburuk dan progresifitas
penyakit dari corona virus ini lebih cepat. Tentunya hal ini akan menimbulkan
kecemasan bagi seorang pasien yang menjalani hemodialisa di masa pandemic
COVI-19.
Kecemasan merupakan sebuah perasaan yang waspada seolah-olah ada
ancaman dan kejadian yang akan menimpanya sehungga menimbulkan
perasaan takut dan disertai keringat dingin, tangan gemetar, dan jantung yang
berdebar-debar (Keliat, et, al. 2011).
Dari sekelumit kejadian di atas dapat kita lihat pentingnya mengetahui
Kesehatan jiwa bagi perseorangan maupun masyarakat demi tetap terpeliharanya
keadaan Jiwa kita yang sehat untuk melakukan tugas-tugas kita sehari-hari.

1.2. Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari referat ini adalah sebagai berikut:
1) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami tentang
Kesehatan jiwa pasien hemodialisa pada masa COVID-19.
2) Diharapkan munculnya pola berpikir kritis bagi semua dokter muda
setelah dilakukan diskusi denngan dosen pembimbing klinik tentang
Kesehatan jiwa pasien hemodialisa pada masa COVID-19.
3) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat mengaplikasikan
pemahaman yang didapatkan dalam kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) terutama mengenai kesehatan jiwa pasien hemodialisa pada masa
COVID-19.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara


penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU
Kesehatan No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan
sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization
tahun 2001, menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari
kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara
produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.1

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa menurut seorang ahli kesehatan


Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi
dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari
kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan pemeliharaan mental
yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak
sedikit praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan
perhatiannya pada gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha
mempertahankan kesehatan mental itu sendiri.1

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014


Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.2

7
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK
adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan
dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko
mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang
selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta
dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi
orang sebagai manusia (UU No 18 tahun 2014 Pasal 1). 2

2.2. Faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa

Menurut Videbeck (2008) faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa


diantaranya :
a. Faktor Individual

1) Struktur Bisologi

Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa


penelitian yang dilakukan oleh para psikiater mengenai
neutransmiter, anatomi dan faktor genetik juga ada hubungannya
dengan terjadinya gangguan jiwa. Dalam setiap individu berbeda-
beda struktur anatominya dan bagaimana menerima reseptor ke
hipotalamus sebagai respon dan reaksinya dari rangsangan tersebut
hingga menyebabkan gangguan jiwa
2) Ansietas dan ketakutan.
Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang
tidak menentu akan sesuatu hal menyebabkan individu merasa
terancam, ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya
terancam.

8
b. Faktor Psikologik

Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan


gangguan mental sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan
bagaimana setiap orang mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini
sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode
stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan tingkat sosial yang dicapai
sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang hingga terkadang
sampai menarik diri dari hubungan sosial. Kepribadian merupakan
bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang
yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan
merupakan ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi
merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali. Setiap
penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan.

kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase


perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan
keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya.
Bagaimana setiap individu mampu mengontrol emosionalnya dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Faktor Budaya dan Sosial

Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai


perbedaan terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu
psikosis dalam suatu sosio budaya tertentu berbeda dengan budaya
lainnya. Perbedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin
mempengaruhi pula terhadap penyebab mula gangguan jiwa. Tidak
hanya itu saja, status ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa.
d. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) selain di atas, faktor Stressor Presipitasi


mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang. Sebagai faktor stimulus
dimana setiap individu mempersepsikan dirinya melawan tantangan,

9
ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah khusus tentang konsep
diri disebabkan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu
menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya. Lingkungan dan stresor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses
patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.
2. Tanda dan gejala gangguan jiwa

Tanda gangguan jiwa menurut (Suliswati dkk, 2007), meliputi:

a. Perubahan yang berulang dalam pikiran, daya ingat, persepsi


yang bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku.
b. Perubahan ini menyebabkan tekanan batin dan penderitaan pada
individu dan orang lain dilingkungannya.

c. Perubahan perilaku, akibat dari penderitaan ini menyebabkan


gangguan dalam kegiatan sehari-hari, efisiensi kerja dan
hubungan dengan orang lain.

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah


sebagai berikut :
a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah,
cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria,
rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran
buruk.
b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar
(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh,
melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di
sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya
tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk
kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut
halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau

10
merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang
lain.
c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah
(abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku,
susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga
terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
d. Gangguan emosi: klien merasa senang, gembira yang berlebihan
(Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting,
sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di
lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tidak berdaya
(depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.

Gangguan psikomotor: Hiperaktivitas, klien melakukan


pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan
maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak
disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak
bergerak atau melakukan gerakan aneh (Yosep, 2007).

11
BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang : UPT
UNDIP Press Semarang.
2. Kemenkes Ri. Kesehatan Mental dalam UU No 18 tahun 2014 Pasal 1.
Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai