ILUSTRASI KASUS
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi tidak ada
Riwayat menderita penyakit tuberkulosis paru sebelumnya 2 tahun yang lalu
pasien hanya mengkonsumsi obat TB selama 1 bulan dan kemudian
menghentikan pengobatan TB..
Riwayat menderita keganasan tidak ada
2
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : CMC
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 x/menit, reguler, pengisian cukup
Frekuensi Nafas : 22 x/menit, teratur
Suhu : 370C
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Anemis : (+)
Sianosis : (-)
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 45 kg
BMI : 15,6 cm/kg2 ()
Pemeriksaan Fisik :
Kulit : Kulit teraba hangat, turgor kulit baik
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran KGB di supra klavikula, infra
klavikula, axilla, dan inguinal.
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (+), Sklera ikterik (+), reflek
cahaya (+/+), diameter pupil 3 mm/3mm
Telinga : Deformitas (-), tanda-tanda radang (-)
Hidung : Deviasi septum (-), tanda-tanda radang (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
Gigi dan Mulut : Oral thrush (-), Caries (-), atrofi papil lidah (-), stomatitis
angularis (-), hipertropi ginggiva (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar
Thorax : Normochest
3
Paru :
Paru depan
Inspeksi : statis : simetris kanan dan kiri,
dinamis : simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor, batas pekak hepar setinggi RIC V k anan
Auskultasi : Bronkovesikuler, rhonki basah halus nyaring (+/+)
dikedua basal lapangan paru, wheezing -/-
Paru belakang
Inspeksi : statis : simetris kanan dan kiri,
dinamis: simetris kanan dan kiri.
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : Sonor, peranjakan paru 2 jari
Auskultasi : Bronkovesikuler, rhonki basah halus nyaring (+/+)
dikedua basal lapangan paru, wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V, luas 1
jari, tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung atas RIC II,
Batas kanan linea sternalis dekstra,
Batas kiri 1 jari medial RIC V, pinggang jantung (+).
4
Auskultasi : Bunyi jantung murni,irama teratur, bising (-), M1>M2,
P2<A2.
Abdomen:
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, chessboard phenomenon (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Punggung : Nyeri ketok CVA (-/-), nyeri tekan CVA (-/-)
Alat kelamin : Dalam batas normal
Anus :
Anus : dalam batas normal, tidak tampak benjolan tidak
tampak sikatrik, tidak tampak luka ataupun ulcus
Spingter : dalam batas normal, spingter menjepit
Mukosa : dalam batas nomal, mucosa licin tidak teraba
nodul dan polip
Ampula : dalam batas normal tidak teraba masa
Anggota gerak : reflek fisiologis (+/+), reflek patologis(-/-)
Ulkus (-)
Anckle Brachial Index kanan : 160/160 = 1
Anckle Brachial Index kiri : 150/160 = 0,9
Laboratorium
5
leukositosis denga neutrofilia shift to the right, trombositosis
Urinalisa
Makroskopis Mikroskopis Kimia
Warna Kuning Leukosit 0-1/LPB Protein Negatif
Makroskopis Mikroskopis
Feses rutin
EKG
Frekuensi 88 x / menit
Axis Normal
Gel P Normal
6
QRS Kompleks 0.04 detik
ST segmen Isoelektris
Gel T Normal
Daftar Masalah
Commuity aquared pneumonia
Susp Tuberkulosis Paru Relaps
Efusi pleura dextra
Hipoalbumin ec low intake
DIAGNOSIS KERJA
Primer : Community aquared pneumonia
Sekunder :
Susp. Tuberkulosis Paru relaps
Efusi pleura dextra ec TB paru
Hipoalbumin ec low intake
DIAGNOSIS BANDING
Sindroma obstruksi post tb
Efusi pleura dextra ec malignancy
Empiema
Hematothorax
Pemeriksaan anjuran
Cek Analisa Gas Darah
Faal Hepar (SGOT/SGPT)
7
Faal Ginjal (Ureum, Kreatinin)
Elektrolit (Na, K, Cl)
Kultur Sputum
Gene Xpert
Chest X-ray
Terapi :
Istirahat/Makan lunak 2100 kkal (1000 kkal karbohidrat, protein 48 gr,
275 kkal lemak)
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
Inj. Ceftriaxone 2x1 gram
N asetil sistein 3x200mg PO
Paracetamol 3x500mg PO (K/P)
FOLLOW UP
Tanggal 23 september 2019
S/ Sesak nafas ada, sedikit berkurang, demam tidak ada. Batuk ada
O/
KU Kesadaran TD Nadi Napas Temp SO2
8
Keluar Hasil ekspertise Chest X-ray
Trakea di tengah
Jantung tidak membesar (CTR< 50 %)
Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
Kedua hillus tidak menebal
Corakan brokovaskular kedua paru baik
Tampak Pembercakan dengan fibrosis dilapang atas sampai bawah paru bilateral
Tampak bayangan opak noduler multiple dilapang paru kanan
Kedua diafragma licin, kedua sinus kostofrenikus kanan tumpul
Tulang dan jaringan lunak dinding dada terlihat baik
Kesan :
Suspek Tb paru relaps
Efusi pleura dextra ec TB
Community aquared pneumonia
Hipoalbumin ec low intake
Advis:
Istirahat/Makan Biasa Diet Diabetes 2100 kkal (1000 kkal karbohidrat,
protein 48 gr, 275 kkal lemak)
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
9
Inj. Ceftriaxone 2x1 gram IV
Nebu N asetilsistein 3x1 /8jam
Paracetamol 3x500mg PO
Tes Cepat Molekuler
Analisa cairan pleura
Kultur cairan pleura
USG thorax
FOLLOW UP
Tanggal 24 September 2019
S/ Batuk (+) Sesak napas (+) berkurang, demam tidak ada
O/
KU Kesadaran TD Nadi Napas Temp SO2
10
Kimia
Protein 2,4
Glukosa 26
LDH
Albumin 0,9
Rivalta Positif
11
Efusi pleura bilateral
Community aquared pneumonia
Hipoalbumin ec low intake
Advis :
P/
INH 1 x 300 mg (PO)
Rifampisin 1 x 450 mg (PO)
Etambutol 1 x 750 mg (PO)
Pirazinamid 1 x 1000 mg (PO)
FOLLOW UP
S/ Batuk (+)
Lemah letih (-)
12
Demam (-)
Sesak napas (-)
O/
KU Kesadaran TD Nadi Napas Temp SO2
Terapi lanjut
A/
Tuberkulosis Paru Relaps
Efusi pleura bilateral
Community aquared pneumonia
Hipoalbumin ec low intake
P/
Terapi lanjut
13
BAB III
DISKUSI
14
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya pekak di apeks kedua paru dan
rhonki basah halus nyaring di kedua lapangan paru. Pada pemeriksaan chest x-ray
didapatkan adanya infiltrat menebal di kedua lapangan bawah paru dengan
cavitas, dan dikonfirmasi melalui tes cepat molekuler yang hasilnya MTB
detected low
Indonesia sebagai negara yang menduduki peringkat ke 4 dalam jumlah
penderita TB terbanyak .
Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 0,4 % dari
jumlah penduduk. Prevalensi TB paru di Sumatera Barat pada tahun 2013 adalah
0,2 %. Pada tahun 2014 prevalensi TB di Sumbar adalah 0,11 % dan pada tahun
2016 prevalensi TB Paru di Sumbar mengalami peningkatan menjadi 0,15%.1,2
Untuk pengobatan TB pada pasien ini diberikan OAT kategori I fase
intensif berupa INH 1 x 300 mg, Rifampisin 1 x 450 mg, Etambutol 1 x 750 mg,
dan Pirazinamid 1 x 1000 mg. Prinsip pengobatan dengan OAT dibagi menjadi
dua fase, yaitu fase intensif yang berlangsung selama 2-3 bulan dan dilanjutkan
dengan fase lanjutan selama 4-6 bulan. Pada pasien ini telah ada riwayat TB pada
tahun 80an dan telah mendapat pengobatan TB dan sudah tuntas, Belum adanya
pembagian kategori pada tahun 80an, maka dari itu pada pasien ini diberikan OAT
katagori I.
Prognosis pada pasien ini dalam hal quo ad vitam adalah dubia ad bonam
dilihat dari tanda-tanda vitalnya masih baik; quo ad functionam dubia ad bonam
karena fungsi tubuh pasien masih baik; dan quo ad sanationam dubia ad bonam
karena pasien masih bisa beraktivitas sehari-hari secara mandiri walaupun sudah
15
mengurangi aktivitas bekerjanya.
16