PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik:
2
Keadaan umum: composmentis, tampak sakit sedang, orthopneu, sianosis (-)
BB 50 kg, TB 155 cm
Tanda vital: TD 100/70 mmHg, RR 28X/menit, Nadi 105x/menit, irregular, suhu:
36,8 C
Leher: JVP 5+2 cm H20, struma (-)
Jantung
Inspeksi: iktus kordis terlihat ICS VI linea axilaris anterior kiri
Palpasi: thrill (+), iktus kordis teraba ICS VI linea axilaris anterior kiri
Perkusi: batas jantung kiri: ICS VI linea axilaris anterior kiri, batas jantung kanan:
2 jari lateral linea parasternalis dekstra ICS V, batas atas ICS II linea parasternalis
sinistrta
Auskultasi: HR 130x/menit, irregular, murmur diastolik rumbling grade ¾ di area
katup mitral, murmur pansistolik grade 4/6 dimitral spreading to the back, gallops
(-)
Pulmo: vesikuler normal, ronchi basah halus di basal kedua paru
Abdomen: hepar teraba 4 jari di bawah arcus costae, tumpul, rata, tidak nyeri;
shifting dullnes (-)
Ekstemitas inferior: pitting edema (+/+)
Pemeriksaan penunjang:
Electrocardiogram: atrial fibrilasi, HR: 130 x/menit, irregular, aksis deviasi ke
kanan, gelombang P mitral (+), R/S di V1 > 1, S persisten di V5-V6.
Chest x-ray: CTR > 50%, pinggang jantung lurus, Kerley A Line (+), sefalisasi
(+)
Pemeriksaan laboratorium:
3
Hb 12,3 g/dL, ureum 35 mg/ dl, creatine 0,8 mg/dl, Natrium 135 mEq/L, Kalium
3,5 mEq/L GDS 100 mg/dl
4
12. Kerley A Line : Suatu tanda yang terlihat pada radiografi dada yang
menunjukkan edema paru interstisial
13. CTR : (Cardio Thoraks Ratio) suatu cara pengukuran besarnya
jantung dengan mengukur perbandingan antara ukuran
jantung dengan lebarnya rongga dada pada photo
thoraks proyeksi PA
14. Atrial fibrilasi : Bunyi aritmia atrium yang ditandai oleh kontraksi acak
yang cepat pada daerah kecil miokardium atrium
sehingga menimbulkan laju ventrikel yang tidak teratur
5
Jantung
Inspeksi: iktus kordis terlihat ICS VI linea axilaris anterior kiri
Palpasi: thrill (+), iktus kordis teraba ICS VI linea axilaris anterior kiri
Perkusi: batas jantung kiri: ICS VI linea axilaris anterior kiri, batas jantung
kanan: 2 jari lateral linea parasternalis dekstra ICS V, batas atas ICS II
linea parasternalis sinistrta
Auskultasi: HR 130x/menit, irregular, murmur diastolik rumbling grade ¾
di area katup mitral, murmur pansistolik grade 4/6 dimitral spreading to
the back, gallops (-)
Pulmo: vesikuler normal, ronchi basah halus di basal kedua paru
Abdomen: hepar teraba 4 jari di bawah arcus costae, tumpul, rata, tidak
nyeri; shifting dullnes (-)
Ekstemitas inferior: pitting edema (+/+)
5. Pemeriksaan penunjang:
Electrocardiogram: atrial fibrilasi, HR: 130 x/menit, irregular, aksis
deviasi ke kanan, gelombang P mitral (+), R/S di V1 > 1, S persisten di
V5-V6.
Chest x-ray: CTR > 50%, pinggang jantung lurus, Kerley A Line (+),
sefalisasi (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Hb 12,3 g/dL, ureum 35 mg/ dl, creatine 0,8 mg/dl, Natrium 135 mEq/L,
Kalium 3,5 mEq/L GDS 100 mg/dl
6
Jantung merupakan organ muskular berbentuk piramid,
terletak diatas diafragma. Jantung berada dalam rongga toraks
diarea mediastinum (ruang antar paru), letak jantung condong ke
sisi kiri daripada kanan tubuh. Apeks jantung terletak pada ruang
interkosta ke-5 dan basal berada setinggi iga-2. Ukuran jantung
kira-kira sebesar tinju individu pemiliknya. Ukuran jantung pada
orang dewasa adalah panjang kira-kira 12 cm, lebar dibagian yang
paling lebar 6 cm, dan berat kira-kira 300 gram (Snell, 2006).
7
Batas-batas jantung
8
dan di bagian dalam diliputi oleh selapis endotel, disebut
endokardium.
Atrium dextra
Atrium dextra terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil,
auricula. Pada permukaan jantung, pada tempat pertemuan atrium
kanan dan auricula kanan terdapat sebuah sulkus vertikal, sulkus
terminalis, yang pada permukaan dalamnya berbentuk rigi disebut
krista terminalis. Bagian atrium di anterior berdinding kasar atau
trabekulasi oleh karena tersusun atas berkas serabut – serabut otot,
musculi pectinati, yang berjalan dari crista terminalis ke auricular
dextra.
Ventrikel dextra
Terletak tepat di bawah manubrium sterni. Sebagian besar
ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel sinistra dan di
media atrium dextra.
Katup trikuspid melindungi osteum antrioventrikular, terdiri dari
tiga cupis yang dibentuk oleh lipatan endokardium disertai sedikit
jaringan fibrosa yang meliputi kupis anterior, septalis dan
inferior(posterior). Basis kupis melekat pada cincin fibrosa rangka
jantung sedangkan ujung bebas dan permukaan ventrikelnya
dilekatkan pada korda tendinae.
Atrium sinistrum
Atrium sinistrum terdiri atas rongga utama dan auricula sinistra.
Atrium sinistra terletak di belakang atrium dextra dan membentuk
sebagian besar basis atau facies posterior jantung. Di belakang
atrium sinistrum terdapat sinus obliqus perikardii serosum dan
perikardium fibrosum memisahkannya dari esofagus. Bagian dalam
atrium sinistra licin, tetapi auricula sinistra mempunyai rigi – rigi
otot seperti pada auricula dextra.
Ventrikel sinistra
Ventrikel sinistra berhubungan dengan atrium sinistrum melalui
ostium attrioventriculare sinistra dan dengan aorta melalui ostium
9
aortae. Dinding ventrikel sinistra tiga kali lebih tebal dari pada
dinding ventrikel dextra. Pada penampang melintang, ventrikel
sinistra berbentuk sirkular. Terdapat trabecula carneae yang
berkembang baik, dua buah musculi papilares yang besar tetapi
tidak terdapat ostium aortae disebut vestibulum aortae.
Valva mitralis melindungi ostium atrioventriculare. Valva terdiri
atas dua cuspis, cuspis anterior dan cuspis posterior, yang
strukturnya sama dengan cuspis pada valva trikuspidalis. Cuspis
anterior lebih besar dan terletak antara ostium atrioventriculare dan
ostium aortae. Perlekatan korda tendinae ke cuspis dan musculi
papillares sama seperti valva trikuspidalis.
Valva aortae melindungi ostium aortae dan mempunyai struktur
yang sama dengan struktur valva truncipulmonalis. Satu cuspis
terletak di anterior dan dua cuspis terletak di dinding posterior . Di
belakang setiap cuspis dinding aorta menonjol membentuk sinus
aortae (Snell, 2006).
Vaskularisasi jantung
Jantung mendapat vaskularisasi dari arterie coronaria dextra dan
sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat diatas valva aortae.
Arteri coronaria dan percabangan utama terdapat dipermukaan
jantung, terrletak di dalam jaring ikat subepicardial.
Arteria coronaria dextra berasal dari sinus anterior aorta dan
berjalan ke depan di antara trunkus pulmonalis dan auricula dextra.
Arteri ini berjalan turun hampir ventrikel di dalam sulcus atrio-
ventrikulare dextra. Cabang –cabangnya:
1. Ramus coni arteriosis, mendarahi facies anterior konus
pulmonalis (infundibulum ventrikulare dexter) dan bagian atas
dinding anterior ventrikel dextra.
2. Ramus ventriculare anteriores, mendarahi fasies anterior
ventrikel dextra Ramus marginalis dexter adalah cabang yang
terbesar dan berjalan sepanjang pinggir bawah fasies kostalis untuk
mencapai apex cordis.
10
3. Ramus ventrikulare posterior mendarahi facies diaphragmatica
ventrikulus dexter.
4. Ramus Interventrikulare posterior (desendens), berjalan menuju
apeks pada sulkus interventrikulare posterior. Memberikan cabang
– cabang ke ventrikel dextra dan sinistra termasuk dinding
inferiornya. Memberikan percabangan untuk bagian posterior
septum ventrikulare tetapi tidak untuk bagian apeks yang
menerima pendarahan dari ramus inventrikulus anterior arteria
coronaria sinistra. Sebuah cabang yang besar mendarahi nodus
atrioventrikularis.
5. Ramus atrialis, beberapa cabang mendarahi permukaan anterior
dan lateral atrium dextra. Atria nodus sinuatrialis mendarahi nodus
dan atrium dextra dan sinistra (Snell, 2006).
11
ascendens dan berjalan ke depan di antara trunkus pulmonalis dan
aurikula sinistra. Kemudian pembuluh ini berjalan di sulcus
atrioventrikularis dan bercabang dua menjadi ramus
interventrikular anterior dan ramus circumflexus.
1. Ramus interventrikularis (descendens) anterior, berjalan ke
bawah di dalam sulcus interventrikularis anterior menuju apex
kordis. Pada kebanyakan orang pembuluh ini kemudian berjalan di
sekitar apeks cordis untuk masuk ke sulkus interventrikular
posterior darn beranastosis dengan cabang – cabang terminal
arteria coronaria dextra.
2. Ramus circumflexus, pembuluh ini melingkari pinggir kiri
jantung di dalam sulkus atrioventrikular. Ramus marginalis
merupakan cabang yang terbesar mendarahi batas kiri ventrikel
sinistra dan turun sampai apeks kordis (Snell, 2006).
Fisiologi Jantung
12
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh.
Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu
proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk
asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya. Ada 5
pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan
darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan
darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke
atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan,
kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal. Darah yang biru
tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di
paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah
merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena
pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri
melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,
dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri
berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi
dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan
dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan
ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium
berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel
(Silverthorn, 2013).
Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah fetal pada janin dan sirkulasi darah pada
anak dan dewasa berbeda. Untuk memahami implikasi anestesi
pada penyakit jantung, seorang ahli anestesi harus mengenal
sirkulasi fetal dan sirkulasi dewasa. Perubahan sirkulasi terjadi
sangat cepat pada saat kelahiran. Periode ini dinamakan periode
transisi di mana sirkulasi fetal akan berubah menjadi sirkulasi
manusia normal atau dewasa. Sirkulasi darah janin dalam rahim
13
tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak. Dalam
rahim, paru-paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan,
pertukaran gas dilakukan oleh plaswenta. Pembentukan pembuluh
darah dan sel darah dimulai minggu ke-3 dan bertujuan menyuplai
embrio dengan oksigen dan nutrien dari ibu. Darah mengalir dari
plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali
pusat. Jumlah darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125
ml/kg/BB per menit atau sekitar 500 ml per menit. Melalui vena
umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena
cava inferior, bercampur darah yang kembali dari bagian bawah
tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cava
inferior lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke
ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke seluruh tubuh.
Darah yang mengandung karbondioksida dari tubuh bagian atas,
memasuki ventrikel kanan melalui vena cava superior. Kemudian
melalui arteri pulmonalis besar meninggalkan ventrikel kanan
menuju aorta melewati duktus arteriosus. Darah ini kembali ke
plasenta melalui aorta, arteri iliaka interna dan arteri umbilikalis
untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya. Foramen ovale dan
duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/ jalan pintas yang
memungkinkan sebagian besar dari cardiac output yang sudah
terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paru-paru. Bayi
segera menghisap udara dan menangis kuat tepat setelah
dilahirkan. Dengan demikian paru-parunya akan berkembang,
tekanan dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terhisap
ke dalam paru-paru (tahanan vaskular paru menurun dan aliran
darah pulmonal meningkat). Duktus arteriosus menutup dan tidak
berfungsi lagi, demikian pula karena tekanan dalam atrium sinistra
meningkat maka foramen ovale akan tertutup sehingga selanjutnya
tidak berfungsi lagi. Tahanan vaskular sistemik juga meningkat.
Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilikalis dan
duktus venosus akan mengalami obliterasi. Dengan demikian
14
setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara
yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh
makanan yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri.
15
a. Sirkulasi sistemik
Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah yang
mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru, dipompa
keluar oleh jantung melalui ventrikel kiri ke aorta, selanjutnya ke
seluruh tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh
darah yang diameternya paling kecil (kapiler). Kapiler melakukan
gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian, yang disebut
dengan vasomotion sehingga darah mengalir secara intermittent.
Dengan aliran yang demikian, terjadi pertukaran zat melalui
dinding kapiler yang hanya terdiri dari selapis sel endotel. Ujung
kapiler yang membawa darah teroksigenasi disebut arteriole
sedangkan ujung kapiler yang membawa darah terdeoksigenasi
disebut venule; terdapat hubungan antara arteriole dan venule
“capillary bed” yang berbentuk seperti anyaman, ada juga
hubungan langsung dari arteriole ke venule melalui arteri-vena
anastomosis (A-V anastomosis). Darah dari arteriole mengalir ke
venule, kemudian sampai ke vena besar (v. cava superior dan v.
cava inferior) dan kembali ke jantung kanan (atrium kanan). Darah
dari atrium kanan selanjutnya memasuki ventrikel kanan melalui
katup trikuspidalis (Silverthorn, 2013).
b. Sirkulasi pulmonal
Sistem sirkulasi pulmonal dimulai ketika darah yang
terdeoksigenasi yang berasal dari seluruh tubuh, yang dialirkan
melalui vena cava superior dan vena cava inferior kemudian ke
atrium kanan dan selanjutnya ke ventrikel kanan, meninggalkan
jantung kanan melalui arteri pulmonalis menuju paru-paru (kanan
dan kiri). Di dalam paru, darah mengalir ke kapiler paru dimana
terjadi pertukaran zat dan cairan, sehingga menghasilkan darah
yang teroksigenasi. Oksigen diambil dari udara pernapasan. Darah
yang teroksigenasi ini kemudian dialirkan melalui vena pulmonalis
(kanan dan kiri), menuju ke atrium kiri dan selanjutnya memasuki
16
ventrikel kiri melalui katup mitral (bikuspidalis). Darah dari
ventrikel kiri kemudian masuk ke aorta untuk dialirkan ke seluruh
tubuh (dan dimulai lagi sirkulasi sistemik).
17
Anatomi Katup Jantung
Katup Trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari
atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi
mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan
cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
Katup Pulmonal
Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui
trunkus pulmonalis sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus
pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri
yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
18
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri
dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi
dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga
memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri
pulmonalis.
Katup Bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup
bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid
terdiri dari dua daun katup.
Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
Pembuluh darah yang terdiri dari arteri, arteriole, kapiler
dan venula serta vena merupakan pipa darah dimana didalamnya
terdapat sel-sel darah dan cairan plasma yang mengalir keseluruh
tubuh. Pembuluh darah berfungsi mengalirkan darah dari jantung
ke jaringan serta organ2 diseluruh tubuh dan sebaliknya. Arteri,
arteriole dan kapiler mengalirkan darah dari jantung keseluruh
tubuh, sebaliknya vena dan venula mengalirkan darah kembali ke
jantung.
b. Apa hubungan Nyonya L hamil & melahirkan dengan sesak
nafas?
Jawab:
Pada kasus dapat di nyatakan bahwa sesak yang dialami
oleh nyonya L adalah Gejala klinis dari gagal jantung kongestif
(GJF). Pada wanita hamil biasanya di sebabkan oleh stenosis atau
regurditasi katup mitral yang merupakan lesi katup pada penyakit
jantung rematik. Perkembangan terbaru untuk saat ini dilakukan
19
Perucutneus Ballon Mitral Valvuloplasti atau kateterisai untuk
stenosis katup mitral yang diderita oleh ibu hamil, namun tindakan
ini harus di pertimbangakan karena dapat memastikan
kelangsungan hidup ibu dan janin.Kehamilan pada penderita gagal
jantung dapat di pertahankan apabila usia kandungan telah
matang.Pada kasus sesak yang terjadi setelah ia melahirkan hal ini
berkaitan juga dengan sirkulasi sistemik dan pulmonal yang mana
oleh karena gagal jantung ini ditandai dengan edema paru dan
edema pada tungkai. Dan berkaitan dengan kompensasi tubuh pada
saat nyonya L masih dalam keadaan hamil, untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (Limantoro, 2012).
20
Kronis
Penyakit katup mitral atau aorta
Disfungsi ventrikel kiri.
2. Nonjantung
Akut
Emboli paru
Pneumotraks
Sindrom hiperventilasi
Kronis
Penyakit paru obstruktif
HIpertensi pulmonal
Kelainan dinding dada
(Gray, 2003).
21
aktivitas yang disebut dyspneu d’effort. Dyspneu d’effort adalah
sesak nafas saat melakukan aktivitas.
22
ke paru-paru. Jadi, dyspnea yang timbul saat melakukan kegiatan
fisik terjadi akibat kongesti paru-paru (Price,2013).
2. Sesak sudah dirasakan jika Ny. L naik tangga rumah dan sesak hilang
saat istirahat sejak 6 bulan terakhir. Sesak malam hari ada sehingga
Ny. L sering tidur menggunakan bantal tinggi.
a. Apa hubungan sering tidur menggunakan bantal tinggi dengan
keluhan sesak nafas pada malam hari?
Jawab:
Paroxysmal nocturnal dyspneu mengacu pada episode akut
sesak napas dan batuk yang parah yang umumnya terjadi pada
malam hari dan membangkitkan pasien dari tidur, biasanya 1
sampai 3 jam setelah pasien tertidur. Dyspneu nokturnal
paroxysmal dapat termanifestasi oleh batuk atau mengi, mungkin
karena tekanan yang meningkat di arteri bronkial yang
menyebabkan kompresi saluran napas, bersamaan dengan edema
paru interstisial yang mengarah ke hambatan saluran napas.
Sehingga untuk menurunkan rasa sesak tersebut, Ny.L
menggunakan bantal tinggi, karena pada saat tidur terlentang darah
terbendung di paru-paru menutupi permukaan paru-paru, dengan
tidur bantal yang tinggi, darah tidak semuanya berkumpul di paru2,
sehingga sesak nya berkurang (Braunwald, 2008).
23
Dalam rangka untuk menentukan arah terbaik terapi, dokter
sering menilai tahap gagal jantung menurut sistem klasifikasi New
York Heart Association (NYHA) fungsional. Sistem ini berkaitan
dengan kegiatan sehari-hari gejala dan kualitas hidup pasien.
Kelas Gejala
Kelas I (Mild) Tidak ada gejala pada setiap tingkat
tenaga dan tidak ada pembatasan dalam
kegiatan fisik biasa.
Kelas II (Mild) Gejala ringan dan keterbatasan sedikit
selama kegiatan rutin.
Nyaman saat istirahat.
Kelas III (Moderate) Akibat gejala terlihat keterbatasan,
bahkan selama aktivitas minimal.
Nyaman hanya saat istirahat.
Kelas IV (Heavy) Keterbatasan aktivitis. Pengalaman
gejala bahkan sementara pada saat
istirahat (duduk di kursi atau menonton
TV).
24
simpatis -> Pelepasan katekolamin-> Adrenalin/noradrenalin
menempel pada reseptor adrenergik (Jantung, pembuluh darah,
dll)-> Peningkatan kontraksi jantung dan frekuensi jantung ->
Gangguan fungsional jantung dengan riwayat RHD -> Kebutuhan
O2 tidak terpenuhi -> Kompensasi tubuh dengan sesak napas (Price
& Wilson, 2013).
25
vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat yang disebabkan oleh
kuman streptokokus Grup-A betahemolitik. Proses reumatik ini
merupakan reaksi peradangan yang dapat mengenai banyak organ
tubuh terutama jantung yang sering disebut dengan penyakit
jantung reumatik. Seseorang yang pernah mengalami demam
reumatik berarti telah memiliki salah satu faktor resiko dari
terjadinya penyakit gagal jantung kongestif (Congestive heart
failure) (Price, 2006).
26
protein ekstraselular yang disekresikan oleh sel endothelial
katup jantung. Ketika terjadi infeksi streptokokus β hemolitik
grup A pada tenggorokan terjadi pengeluaran protein M yang
strukturnya homolog dengan myosin jantung sehingga terjadi
reaksi silang antara protein M dengan jaringan jantung yang
menimbulkan aktivasi sel limfosit B dan T. Sel limfosit T
menyerang protein tubuh yang mirip dengan antigen protein M
sehingga terjadi respon autoimun pada demam rematik
(Siregar, 2008).
Ketika ada infeksi terjadi pengeluaran pirogen endogen yang
akan mensekresikan prostaglandin untuk mengubah patokan
thermostat tubuh di hipotalamus sehingga terjadi peningkatan
suhu tubuh (demam) (Sherwood, 2015).
4. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: composmentis, tampak sakit sedang, orthopneu,
sianosis (-)
BB 50 kg, TB 155 cm
Tanda vital: TD 100/70 mmHg, RR 28X/menit, Nadi 105x/menit,
irregular, suhu: 36,8 C
Leher: JVP 5+2 cm H20, struma (-)
Jantung
Inspeksi: iktus kordis terlihat ICS VI linea axilaris anterior kiri
Palpasi: thrill (+), iktus kordis teraba ICS VI linea axilaris anterior
kiri
Perkusi: batas jantung kiri: ICS VI linea axilaris anterior kiri, batas
jantung kanan: 2 jari lateral linea parasternalis dekstra ICS V, batas
atas ICS II linea parasternalis sinistrta
Auskultasi: HR 130x/menit, irregular, murmur diastolik rumbling
grade ¾ di area katup mitral, murmur pansistolik grade 4/6 dimitral
spreading to the back, gallops (-)
Pulmo: vesikuler normal, ronchi basah halus di basal kedua paru
27
Abdomen: hepar teraba 4 jari di bawah arcus costae, tumpul, rata,
tidak nyeri; shifting dullnes (-)
Ekstemitas inferior: pitting edema (+/+)
a. Bagaimana hasil interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
28
batas jantung kanan : 2 jari linea parasternalis dextra
lateral linea parasternalis ICS IV
dextra ICS V
29
b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik yang abnormal?
Jawab:
Mekanisme Takikardi
Terhirupnya Streptococcus Hemolitikus Group A tubuh
membentuk antibodi reaksi antibodi dengan antigen dan dengan
jaringan jantung yang secara antigenic sama seperti streptococcus
autoantibodi bereaksi dengan jaringan jantung kerusakan
jaringan jantung lesi pada mitral valvulitis penebalan daun
katup mitral penyempitan pada katup mitral (stenosis mitral)
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri terhalangi atrium
kiri meningkatkan tekanan untuk mendorong darah melampaui
katup yang sempit takikardi
30
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kanan terhalangi
peningkatan volume atrium kiri aliran darah balik ke vena
pulmonalis peningkatan tekanan V. Pulmonalis dan kapiler paru
kongesti paru-paru edema paru-paru ronkhi basah halus
Mekanisme Cardiomegali
Terhirupnya Streptococcus Hemolitikus Group A tubuh
membentuk antibodi reaksi antibodi dengan antigen dan dengan
jaringan jantung yang secara antigenic sama seperti streptococcus
autoantibodi bereaksi dengan jaringan jantung kerusakan
jaringan jantung lesi pada mitral valvulitis penebalan daun
katup mitral penyempitan pada katup mitral (stenosis mitral)
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kanan terhalangi
peningkatan volume atrium kiri aliran darah balik ke vena
pulmonalis peningkatan tekanan V. Pulmonalis dan kapiler
paru meningkatkan tekanan A. Pulmonalis hipertensi
pulmonalis peningkatan retensi ejeksi ventrikel kanan
hipertrofi ventrikel kanan cardiomegali
31
peningkatan tekanan atrium kanan darah V. cava terhambat
edema tungkai
Peningkatan vena jugularis
Peningkatan JVP
5. Pemeriksaan penunjang:
Electrocardiogram: atrial fibrilasi, HR: 130 x/menit, irregular, aksis
deviasi ke kanan, gelombang P mitral (+), R/S di V1 > 1, S persisten di
V5-V6.
Chest x-ray: CTR > 50%, pinggang jantung lurus, Kerley A Line (+),
sefalisasi (+)
Pemeriksaan laboratorium:
Hb 12,3 g/dL, ureum 35 mg/ dl, creatine 0,8 mg/dl, Natrium 135
mEq/L, Kalium 3,5 mEq/L GDS 100 mg/dl
a. Bagaimana hasil interpretasi dari pemeriksaan penunjang?
Jawab:
Pemeriksaan Interpretasi
Electrocardiogram:
Atrial fibrilasi, Takikardi
HR: 130x/mnt, irreguler,
aksis deviasi ke kanan, Adanya hipertrofi pada ventrikel kanan
gelombang P mitral (+), Mitral stenosis
R/S di V1 > 1, S Adanya hipertrofi pada ventrikel kanan
persisten di V5-V6.
Chest X-Ray:
CTR > 50, Kardiomegali
pinggang jantung lurus, Adanya hipertrofi pada atrium kiri
Kerley A Line (+), Adanya edema paru
Sefalisasi (+). Pembesaran pada vena pulmonalis
32
pemeriksaan
Hb Lk: 13-18 g/dL 12,3 mg/dL Normal
Pr: 12-16 g/dL
Ureum 10-50 mg/dL 35 mg/dL Normal
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dL 0,8 mg/dL Normal
Natrium 135-145 mEq/dL 135 mEq/dL Normal
Kalium 3,5-4,5 mEq/dL 3,5 mEq/dL Normal
GDS 70-200 mg/dL 100 mg/dL Normal
33
menyebabkan edema paru. Edema paru menyebabkan
terbendungnya aliran limfe sehingga pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya septal line (Kerley A line (+)).
Atrial Fibrilasi
Regurgitasi atau stenosis katup mitral menyebabkan
peningkatan tekanan atrium kiri sehingga darah berbalik lagi ke
vena pulmonalis yang akan menuju ke paru-paru sehingga
menyebabkan edema paru. Ketika sirkulasi pulmonal
meningkat menyebabkan darah berbalik lagi ke arteri
pulmonalis dan menuju atrium kanan menyebabkan tekanan di
atrium kanan meningkat sehingga darah mengalir ke ventrikel
kanan. Ketika tekanan di atrium kanan meningkat sehingga
terjadi aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi dan darah yang
terus mengalir ke ventrikel kanan menyebabkan laju ventrikel
yang irregular sehingga tidak terdapat gelombang P yang jelas
karena digantikan dengan gelombang fibrilasi yang irreguler
dan gelombang QRS sempit sehingga gambaran EKG
menunjukkan adanya atrial fibrilasi.
Aksis deviasi ke kanan dan CTR > 50% (kardiomegali)
Regurgitasi atau stenosis katup mitral menyebabkan
peningkatan tekanan atrium kiri sehingga darah berbalik lagi ke
vena pulmonalis yang akan menuju ke paru-paru. Ketika
sirkulasi pulmonal meningkat menyebabkan darah berbalik lagi
ke arteri pulmonalis dan menuju atrium kanan. Ketika tekanan
di atrium kanan meningkat menyebabkan darah mengalir ke
ventrikel kanan yang menyebabkan tekanan di ventrikel kanan
meningkat sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kanan yang
menyebabkan aksis deviasi ke kanan dan kardiomegali.
34
1) Memasang radiografi toraks ke lampu baca
2) Identitas
3) Marker Foto toraks PA
4) Menilai densitas foto
5) Menunjukkan iga anterior (bentuk V)
6) Menunjukkan iga posterior (bentuk A)
7) Menilai inspirasi cukup atau tidak (iga 6 anterior atau iga 10
posterior terlihat komplit)
8) Menilai simetris/ tidak radiografi toraks (simetris jika terdapat
jarak yang sama antara prosesus spinosus dan sisi medial os
clavikula kanan – kiri)
9) Menunjukkan os scapula apakah superposisi dengan toraks atau
tidak
10) Menunjukkan hillus paru
11) Menunjukkan trakea dan bronkus utama kanan kiri
12) Menunjukkan sinus kostofrenikus
13) Menujukkan sinus kardiofrenikus
14) Menunjukkan diafragma
15) Mengukur tinggi kubah diafragma
16) Menyebutkan batas jantung sambil menunjukkannya di foto toraks
PA - Atrium kanan - Arcus aorta - Pinggang jantung - Aurikel
atrium kiri - Ventrikel kiri - Apeks jantung
Sintesis:
Teknik perhitungan CTR
Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat
perhitungan CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan
membantu kita dalam perhitungan CTR ini.
35
CTR=A+B/C
Keterangan :
A : jarak MSP dengan dinding kanan terjauh jantung.
B : jarak MSP dengan dinding kiri terjauh jantung.
C : jarak titik terluar bayangan paru kanan dan kiri.
Jika CTR >0.5 maka dikategorikan sebagai Cardiomegaly
36
6) Simetris Radiografi toraks dikatakan simetris jika terdapat jarak
yang sama antara prosesus spinosus dan sisi medial os clavikula
kanan - kiri. Posisi asimetris dapat mengakibatkan gambaran
jantung mengalami rotasi dan densitas paru sisi kanan kiri berbeda
sehingga penilaian menjadi kurang valid.
37
Gambar 5. Posisi posteroanterior (PA) dan posisi anteroposterior (AP)
supine
2. Bentuk tubuh Pada orang yang kurus dan jangkung (astenikus)
jantung berbentuk panjang dan ke bawah. Ukuran vertikal jauh
lebih besar daripada ukuran melintang. Diafragma letaknya
mendatar sehingga jantung seolah tergantung (cor pendulum).
Sebaliknya pada orang yang gemuk dan pendek (piknikus); letak
jantung lebih mendatar dengan ukuran melintang yang lebih besar
disertai diafragma yang letaknya lebih tinggi. Bentuk dinding
toraks seperti pectus excavatum/ pigeon chest, pectus carinatum,
kelainan pada kelengkungan vertebra seperti skoliosis, kifosis atau
hiperlordosis dapat mempengaruhi bentuk dan letak jantung.
38
TD :100/70, RR: 28x/menit, nadi
105x/menit irreguler.
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis ICS VI linea axilaris
anterior kiri
Palpasi : Thrill (+), Iktus kordis ICS VI linea
axilaris anterior kiri.
Perkusi : Batas jantung kiri: ICS VI linea
axilaris anterior kiri, batas jantung
kanan: 2 jari lateral linea
parasternallis dekstra ICS V, batas
atas ICS II linea parasternalis
sinistra.
Auskultasi : HR 130x/menit, irreguler, murmur
diastolik rumbling grade ¾ di area
katup mitral, murmur pansistolik
grade 4/6 di mitral spreading to the
back, gallops (-).
Pulmo : Ronchi basah halus di kedua basal
paru.
Abdomen : Hepar teraba 4 jari dibawah arcus
costae.
Ekstremitas inferior : Pitting edema (+)
Pemeriksaan penunjang:
Electrocardiogram : atrial fibrilasi, HR: 130x/menit, irreguler,
aksis deviasi ke kanan, gelombang P mitral
(+), R/S di V1>1, S persisten di V5-V6.
Chest X-ray : CTR>50%, pinggang jantung lurus, Kerley
Aline (+), Sefalisasi (+)
39
Gagal jantung kongestif
Gagal jantung kanan
Gagal jantung kiri
40
Terapi Farmakologis:
Pemberian oksigenasi 3 liter per menit, pemberian oksigen untuk
pencegahan hipoksia serta mengurangi beban jantung pada pasien yang
mengalami sesak napas.
IV line ringer laktat 10 tetes per menit bertujuan untuk pembatasan
intake cairan.
Pemberian diuretik berupa injeksi furosemid 20mg per 8 jam, sampai
tekanan vena jugularis normal dan menghilangkan edema. Pemberian
diuretik secara parenteral diindikasikan pada gagal jantung berat dan
edema paru akut. Pada pasien gagal jantung disertai edema dengan
tensi tidak terlalu tinggi dapat diberikan furosemid drip 40-60mg
dalam 500cc (titrasi) cairan ringer laktat per 24jam. Pada pasien ini
41
diberikan diuretik berupa loop diuretic yaitu furosemid 40mg dalam
50cc ringer laktat20 tetes per menit, dilanjutkan dengan 40mg dalam
500cc ringer laktat20 tetes per menit secara drip dimasukkan kedalam
larutan ringer laktat.
Dapat juga diberikan ACE inhibitor yang bermanfaat untuk menekan
aktivasi neurohormonaldan pada gagal jantung yang disebabkan
disfungsi sistolik ventrikel kiri, serta untuk anti remodeling untuk
mencegah dilatasi jantung. Seharusnya diberikan ACE inhibitor dosis
rendah untuk pasien dengan gagal jantung kronik, yaitu 6,25mg 2 kali
perhari, dengan dosis maksimal50mg 3 kali perhari (Nuraisa, A. 2016).
4
diberikan dengan dosis 1 mg/KgBB setiap 6-12 jam. Diuretik
menyebabkan eksresi kalium bertambah sehingga pada dosis besar atau
pemberian jangka lama diperlukan tambahan kalium.
42
Antibiotika yang diberikan dalam kasus yaitu benzatin penisilin
600.000 IU.
43
misalnya daya sadar, daya cipta, daya tindak dan sebagainya. Allah
menghalangi kegiatan daya-daya tersebut, yang menjurus kepada
kejahatan, dan bahwasanya kepada dialah kamu akan dikumpulkan.”
"Hai manusia, Sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS.
Yunus: 57)
2.6 Kesimpulan
Nyonya L, 30 tahun, ibu rumah tangga mengalami sesak nafas yang
memberat karena mengalami CHF (Congestive Heart Failure) NYHA II
akibat stenosis dan regurgitasi mitral e.c Rheumatic Heart Disease (RHD).
Demam Rematik
44
Perut mudah
Kalsifikasi & sklerosis jaringan katup
Dyspnea kenyang, mual tekanan atrium
Hepatomegali Edema tungkai
& ventrikel
paru tekanan
Edema Stenosis mitral
Pembesaran
Pembesaran
tekanan+ regurgitasi
vena atrium
atrium kiri
atrium
pulmonalis
kiri katup & ventrikel kanan
kanan
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Houn., Dawkins Keith., Simpson A., dan Morgan, John. 2003. Kardiologi.
Jakarta: Erlangga.
Guyton. Arthur.C., Hall. John E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC.
45
Ingram RH, Braunwauld JE. 2008. Dyspnea and pulmonary edema. In: Kasper,
Braunwauld, Fauci, Hauser, Longo, Jameson. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 16th edition. Mc Graw Hill.
Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah. Jakarta:
EGC.
Price & Wilson, 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6. Vol.2 Jakarta: EGC, Hal 548.
Reiltorld SC, Rutherford JD. Valvular heart disease in pregnancy. N. Engl J Med
2003; 349: 52-9.
46
Sherwood, Lauralee. 2012. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta:
EGC.
The Heart Hope. 2011. About Heart Failure: Tahapan Gagal Jantung.
Utami, Putri. 2016. Gagal Jantung et causa Demam Rematik Akut Serangan
Pertama pada Anak Umur 9 Tahun. FK UNILA
47