KESEHATAN ANAK
RSUD KOTABARU
MENINGITIS
Pembimbing:
dr. Eka Yusuf Inra, M.Kes, Sp.A
Oleh:
dr. Tania Dewi
dr. Ivan Danusaputra
I. Data Pasien
Nama
: Helmi Rukmana
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat
: Tanjung Tengah, Kec. Tanjung
Selayar
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Suku Bangsa : Banjar
Tanggal MRS : 20 Juli 2016
II. Anamnesis
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
II.1. Keluhan Utama:
Demam
II.2. Keluhan Tambahan:
- Nyeri kepala
- Muntah
- Tampak gelisah dan sulit diajak bicara
- Tidak bisa BAB
II. Anamnesis
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
II. Anamnesis
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
II.3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien juga tampak gelisah dan sulit diajak bicara
sejak 1 hari smrs, sebelumnya pasien sempat muntah
satu kali, muntah tidak menyembur. Muntah berisi air,
ampas (-), muntah warna kecoklatan (-), darah (-).
Pasien belum BAB sejak 1 minggu smrs, buang
angin (+). Riwayat BAK pasien lancar, jernih, warna
kekuningan, riwayat BAK warna hitam dan cokelat
seperti teh disangkal.
Semenjak sakit, nafsu makan dan minum pasien
menurun.
II. Anamnesis
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
II. Anamnesis
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
Tanda Vital
Frekuensi nadi
= 60 x/menit reguler, isi cukup
Tekanan darah
= 145 / 90 mmHg
Suhu
= 36,5 C, axilla
Frekuensi napas
= 22 x/menit reguler, abdominotorakal
Data Antropologi
Berat Badan
: 29 kg
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
tidak
Mulut : Bibir kering, mukosa pucat (-), sianosis perioral (-), lidah
kotor (-), tonsil dan faring tidak dapat dievaluasi.
Thorax:
Cor
Inspeksi :
Pulsasi ictus kordis tidak tampak
Palpasi :
Pulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi :
Redup
Batas jantung kanan : sejajar ICS V MCL sinistra
Batas jantung kiri
: di ICS V MCL sinistra
Batas jantung atas
: di ICS III parasternal line sinistra
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)
retraksi (-)
Abdomen
Inspeksi :
Tampak mendatar
Palpasi :
Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan
dan nyeri
lepas pada seluruh kuadran abdomen (-), turgor kulit
normal
Perkusi :
Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi :
Bising usus (+) kesan normal
Anus dan genitalia eksterna: tidak tampak kelainan dari luar
Extremitas : akral hangat, edem (-),sianosis (-), deformitas (-), parese (-), CRT <
Reflex fisiologis :
Biceps + / + , normal
Triceps + / + , normal
Patella + / + , normal
Achilles + / + , normal
Reflex patologis :
Satuan
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
12.4
g/dL
Hematokrit
33.4
Eritrosit
4.61
10^6/uL
MCV
72.5
fL
82.0 92.0
MCH
26.9
pg
27.0 31.0
MCHC
37.1
g/dL
31.0 36.0
Leukosit
11.7
10^3/uL
Hitung jenis
- Limfosit
- Mid
- Gran
8.9
10.5
80.6
%
%
%
Trombosit
555
10^3/uL
5.0 10.0
20.0 48.0
2.0 10.0
42.0 80.0
150.0 400.0
Hasil
Satuan
KIMIA DARAH
Ureum
Kreatinin
18
0.8
mg/dL
mg/dL
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
28
37
u/L
u/L
SEROLOGI
IMUNOLOGI
Malaria rapid
Widal
- S. typhi O
- S. typhi H
- S. partyphi AO
Nilai
Rujukan
15-39
Pria: 0.9 1.3
Wanita: 0.6
1.1
40
41
Negatif
Negatif
(-) /
Negatif
(-) /
Negatif
<
<
<
<
1/80
1/80
1/80
1/80
V. Resume
An. HR, 13 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3
minggu smrs, demam hilang timbul. Nyeri kepala sejak 2 minggu
smrs, dirasakan hingga ke bagian belakang leher. Tampak gelisah dan
sulit diajak bicara sejak 1 hari smrs. Muntah satu kali 1 hari smrs,
tidak menyembur. Belum BAB sejak 1 minggu smrs, buang angin
(+). Semenjak sakit, nafsu makan dan minum menurun.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran / KU : Delirium, tampak gelisah
Leher : kaku kuduk (+)
Mata : pupil bulat anisokor, diameter 3 mm / 1 mm, reflex cahaya
-/ Mulut : bibir kering
Pemeriksaan neurologis:
Rangsang meningeal :
Kaku kuduk (+)
Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Pemeriksaan Penunjang :
VI. Diagnosis
Obs. Febris + penurunan kesadaran
e.c. Meningitis (susp. Meningitis
bakterial DD/ Meningitis TB)
VII. Penatalaksanaan
IVFD NaCl 0.9% : Dextrose 5% = 1 : 1 23 tpm
Inj. Cefriaxone 1450 mg/ 12 jam, bolus I.V. (skin test)
Inj. Dexametason 4,3 mg/ 6 jam, bolus I.V. selama 4
hari (diberikan 15-30 menit sebelum atau pada saat
pemberian antibiotik)
Inj. Paracetamol 290 mg/ 8 jam bolus I.V. jika suhu >
38.5C
Pemasangan kateter urine
Pemasangan NGT jika tidak memungkinkan intake oral
Observasi GCS, TTV dan tanda-tanda kegawatan
Saran: Pemeriksaan CSF dan Rontgen Thorax
20 Juli 2016
(hari perawatan ke I)
FOLLOW UP
21 Juli 2016
(hari perawatan ke II)
S:
S:
S:
Demam (-)
Muntah (-)
Nyeri kepala (-)
Tampak gelisah
Belum BAB > 1 minggu
Makan dan minum
O:
Kes: Delirium, KU: tampak
gelisah
TD: 145/90 mmHg
N: 60x/menit, P: 22x/menit,
S: 36,5 derajat Celcius
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem
(-), sianosis (-), CRT < 2s.
22 Juli 2016
(hari perawatan ke III)
Demam (-)
Muntah (-)
Nyeri kepala (-)
Tampak gelisah
Belum BAB > 1 minggu
Makan dan minum
O:
Kes: Delirium, KU: tampak
gelisah
N: 68x/menit, P: 25x/menit,
S: 36,8 derajat Celcius
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor baik,
BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
23 Juli 2016
(hari perawatan ke IV)
S:
24 Juli 2016
(hari perawatan ke V)
S:
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
(alloanamnesa)
Tangan dan kaki sering
kedutan (alloanamnesa)
O:
S:
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
pasien tidak sadar
(alloanamnesa)
O:
GCS E2V2M4
TD: 141/94 mmHg
N: 101x/menit, P: 17x/menit
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
isokor diameter 3mm /
3mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
150cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)
25 Juli 2016
(hari perawatan ke VI)
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
pasien tidak sadar
(alloanamnesa)
O:
GCS E2V2M4
TD: 122/82 mmHg
N: 130x/menit, P:
24x/menit,
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
isokor diameter 3mm /
3mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
190cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)
GCS E1V1M4
TD: 123/78 mmHg
N: 130x/menit, P: 25x/menit
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 2mm /
4mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II ireguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
100cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)
TINJAUAN PUSTAKA
KESADARAN
Kesadaran (consciousness) mengacu pada
kesadaran subjektif mengenai dunia luar dan
diri, termasuk kesadaran mengenai dunia
pikiran sendiri; yaitu, kesadaran mengenai
pikiran, persepsi, mimpi, dan sebagainya.
Tingkat akhir dari kesadaran berada di korteks
serebrum.
Sensasi kesadaran kasar dideteksi oleh
talamus.
Pengalaman di alam sadar bergantung pada
integrasi fungsi berbagai bagian sistem saraf.
MEKANISME SADAR
Sebagian besar dari berbagai jalur sensorik
memancarkan impuls dari organ-organ indera melalui
rantai neuron-3 dan -4 ke lokus tertentu di korteks
serebrum.
Impuls-impuls ini berperan untuk persepsi dan
lokalisasi masing-masing sensasi.
Impuls dari sistem-sistem ini juga memancar melalui
kolateral ke reticular activating system (RAS) di
formasio retikularis batang otak.
Aktivitas di sistem ini menghasilkan keadaan sadar &
waspada sehingga persepsi dapat terjadi.
Sistem lain berperan untuk rasa mengantuk dan tidur.
RAS
ORGANISASI KORTEKS
Neokorteks secara umum tersusun
dlm 6 lapisan.
Neuron yg plg byk adalah sel
piramidal dengan percabangan
dendritik vertikal yg luas yg mungkin
mencapai permukaan korteks.
Aferen dari nukleus-nukleus spesifik
talamus terutama berakhir di lapisan
korteks 4
Aferen nonspesifik tersebar di lapisan
TINGKAT KESADARAN
Tingkat kesadaran diurutkan
berdasarkan penurunan tingkat
keadaan terjaga/bangun (arousal),
berdasarkan seberapa intensif
interaksi antara rangsangan perifer &
otak:
Ketajaman perhatian maksimum
(maximum alertness)
Keadaan terjaga penuh (wakefulness)
Tidur (dibedakan menjadi beberapa
jenis)
TINGKAT KESADARAN
1. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari
kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsang
dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu mampu
memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya
serta bereaksi secara memadai.
2. Apatis: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni
individu berespons lambat terhadap stimulus dari luar.
Orang dengan kesadaran apatis tampak tak acuh terhadap
situasi disekitarnya.
3. Somnolen: adalah suatu keadaan kesadaran menurun
yang cenderung tidur. Orang dengan kesadaran somnolen
tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat terhadap
stimulus dari luar.
4. Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang
dengan kesadaran sopor nyaris tidak berespons terhadap
stimulus dari luar, atau hanya memberikan respons minimal
terhadap perangsangan kuat.
5. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu
dalam keadaan koma tidak dapat bereaksi terhadap
Trauma
intrakranial
Infeksi
Vaskular
Penurunan
kesadaran
Keganasa
n
Lain lain
ekstrakrani
al
Apa?
Bagaimana?
Gangguan kesadaran
Stroke
Meningkatkan TIK,
mendorong otak mendesak
tengkorak
Apa?
Bagaimana?
Kelainan Lain
Serangan Jantung
Kehilangan kesadaran
dalam satu atau dua
menit pertama, sel-sel
saraf mati pada menit ke
empat dan lima: terjadi
koma yang dapat bersifat
ireversibel
Ketidakmampuan ginjal
atau hati untuk
membersihkan darah dari
racun menyebabkan
akumulasi zat-zat toksik
pada darah dan dapat
menyebabkan kerusakan
otak
Apa?
Bagaimana?
Abnormalitas Metabolik
Hiperglikemi
Hipoglikemi
Hiponatremia
Menyebabkan peningkatan
air pada CIS otak
Hipotiroid
Apa?
Bagaimana?
Trauma dll
Asfiksia
Trauma Kapitis
Hipertermia
Hipotermia
Apa?
Bagaimana?
Infeksi
Infeksi
Substansi
Alkohol
Obat-obatan
MENINGITIS
DEFINISI
peradangan yang
terjadi pada
meninges (radang
pada arachnoid
dan piamater).
yaitu membrane
atau selaput yang
melapisi otak
ANATOMI
Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :
Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak
dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat
dari kontak yang sangat erat akan menyediakan
darah untuk struktur-struktur ini.
Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan
piameter dan duramater.
Duramater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras
berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.
EPIDEMIOLOGI
Mortality/Morbidity
- pneumococcal meningitis mortality
(21%) and morbidity (15%)
Ras
- kulit hitam > drpd ras lain nya
Umur
- male : female = 3:1
FAKTOR RESIKO
umur > 60th
Umur < 5 tahun , terutama anak dgn DM,
insufisiensi adrenal atau ginjal, hipoparatiroidisme
atau cystic fibrosis.
Pasien imunosupresi resiko terkena infeksi
oportunistik dan meningitis bakterial akut. Tdk
menunjukkan tanda yg mencolok sprti demam atau
inflamasi meningeal.
Infeksi HIV predisposisi bacterial meningitis ( S
pneumoniae )
Splenectomy & sickle cell disease resiko
meningitis sekunder
Alkohol and sirosis
FAKTOR RESIKO
Diabetes Mellitus
Terpapar org lain yg terkena meningitis,
dgn atau tanpa profilaksis
Thalassemia major
Intravenous (IV) drug abuse
Bacterial endocarditis
Ventriculoperitoneal shunt
ETIOLOGI
Kasus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme, seperti virus, bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebar dalam
darah ke cairan otak.
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan
atas :
Bakteri:
Virus :
Enterovirus
Pneumococcus
Meningococcus
Jamur :
Haemophilus influenza
Cryptococcus
Staphylococcus
neoformans
Escherichia coli
Coccidioides
Salmonella
immitris
Mycobacterium tuberculosis
PREVALENSI ETIOLOGI
BERDASARKAN USIA
Neonatus Group B or D streptococci,
nongroup B streptococci, Escherichia coli, and
L. monocytogenes
Infants and children H influenzae (48%), S
pneumoniae (13%), and N meningitidis
Adults S pneumoniae, (30-50%), H
influenzae
(1-3%), N meningitidis (10-35%), gramnegative bacilli (1-10%), staphylococci (5-15%),
streptococci (5%), and Listeria species (5%)
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan
perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih.
- Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
- Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis.
- Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Demam
Nausea & vomiting
Penurunan kesadaran
Photophobia
Sakit kepala hebat atau nyeri di bagian
belakang leher
Agitasi
Iritabilitas & malas makan minum ( bayi )
Nafas cepat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Analisis CSF dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : tekanan , cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein , glukosa , kultur positif terhadap beberapa
jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih , glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine :
dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe
penyebab infeksi.
MRI/ scan CT : dapat membantu dalam
melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor.
Rontgen dada/kepala/sinus : mungkin
dapat dilakukan jika ada indikasi (sumber
Leucocyte
cell type
Glucose
Stain
Bacterial
meningitis
PMN
<50% of
blood
Gram
Tuberculous
meningitis
Lymphocytes*
<50% of
blood
Acid-fast
stain
Fungal
meningitis
Lymphocytes
Low
India ink
Viral
meningitis
Lymphocytes
Normal
Carcinomato
us meningitis
Lymphocytes,
tumor cells
Very low
Other test
Culture
PCR for
some
Culture
PCR
Culture
Antigen
Antibody
CSF culture
PCR
Stool culture
Cytologic
exam
MENINGITIS BAKTERIAL
(PIOGENIK)
MENINGITIS BAKTERIAL
Meningitis bakterialis adalah suatu peradangan selaput
jaringan otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh
bakteri patogen. Peradangan tersebut mengenai
araknoid, piamater, dan cairan serebrospinalis.
Peradangan ini dapat meluas melalui ruang subaraknoid
sekitar otak, medulla spinalis, dan ventrikel.
Penyakit ini menyebabkan angka kematian yang cukup
tinggi (5-10%). Hampir 40% diantara pasien meningitis
mengalami gejala sisa berupa gangguan pendengaran
dan defisit neurologis. Meningitis harus ditangani sebagai
keadaan emergensi. Kecurigaan klinis meningitis sangat
dibutuhkan untuk diagnosis karena bila tidak terdeteksi
dan tidak diobati, dapat mengakibatkan kematian.
ETIOLOGI BERDASARKAN
USIA
Usia 0-2 bulan: Streptococcus group
B, Escherichia coli
Usia 2 bulan-5 tahun: Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Haemophillus influenzae
Usia diatas 5 tahun: Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
Anamnesis
Seringkali didahului infeksi pada saluran napas atas
atau saluran cerna seperti demam, batuk, pilek, diare,
dan muntah.
Gejala meningitis adalah demam, nyeri kepala,
meningismus dengan atau tanpa penurunan kesadaran,
letargi, malaise, kejang, dan muntah merupakan hal
yang sangat sugestif meningitis tetapi tidak ada satu
gejala pun yang khas.
Banyak gejala meningitis yang berkaitan dengan usia,
misalnya anak kurang dari 3 tahun jarang mengeluh
nyeri kepala. Pada bayi gejala hanya berupa demam,
iritabel, letargi, malas minum, dan high pitched-cry
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan
kesadaran atau iritabilitas.
Dapat juga ditemukan ubun-ubun besar yang
membonjol, kaku kuduk, atau tanda rangsang
meningeal lain (Bruzinski dan Kernig), kejang, dan
defisit neurologis fokal.
Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan
pada anak berusia kurang dari 1 tahun.
Dapat juga ditemukan tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial.
Cari tanda infeksi di tempat lain (infeksi THT, sepsis,
pneumonia)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Darah perifer lengkap dan kultur darah. Pemeriksaan gula darah dan
elektrolit jika ada indikasi.
Pungsi lumbal sangat penting untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan etiologi:
Didapatkan cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+)
dan Pandy (+)/ (++).
Jumlah sel 100-10.000/mm3 dengan hitung jenis predominan
polimorfonuklear, protein 200-500 mg/dl, glukosa < 40 mg/dl,
pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi. Pada stadium dini
jumlah sel dapat normal dengan predominan limfosit.
Apabila telah mendapat antibiotik sebelumnya, gambaran LCS
dapat tidak spesifik.
Pada kasus berat, pungsi lumbal sebaiknya ditunda dan tetap dimulai
pemberian antibiotik empirik (penundaan 2-3 hari tidak mengubah
nilai diagnostik kecuali untuk identifikasi kuman, itu pun jika
antibiotiknya sensitif)
Jika memang kuat dugaan kearah meningitis, meskipun terdapat
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, pungsi lumbal masih
dapat dilakukan asalkan berhati-hati. Pemakaian jarum spinal dapat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan computed tomography
(CT scan) dengan kontras atau
magnetic resonance imaging(MRI)
kepala (pada kasus berat atau curiga
ada komplikasi seperti empiema
subdural, hidrosefalus, dan abses otak)
Pada pemeriksaan elektroensefalografi
dapat ditemukan perlambatan umum.
BACTERIAL MENINGEAL
SCORE
Prediktor
Ada
Tidak
ada
Riwayat kejanh
TATALAKSANA
Medikamentosa
Diawali dengan terapi empiris, kemudian disesuikan dengan
hasil biakan dan uji resistensi.
TATALAKSANA
Deksametason
Deksametason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
selama 4 hari. Injeksi deksametason diberikan 15-30
menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotik.
Lama pengobatan
Tergantung dari kuman penyebab, umumnya 10-14 hari.
Bedah
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika
ada komplikasi seperti empiema subdural, abses otak,
atau hidrosefalus.
PENATALAKSANAAN SUPORTIF
Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah hari ke3 dan ke-4. Tanda vital dan evaluasi neurologis harus dilakukan
secara teratur. Guna mencegah muntah dan aspirasi
sebaiknya pasien dipuasakan lebih dahulu pada awal sakit.
Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak dengan
ubun-ubun besar yang masih terbuka.
Peningkaan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate
Antidiuretic Hormone(SIADH), kejang dan demam harus
dikontrol dengan baik. Restriksi cairan atau posisi kepala lebih
tinggi tidak selalu dikerjakan pada setiap anak dengan
meningitis bakterial.
Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis SIADH
ditegakkan jika terdapat kadar natrium serum yang < 135
mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum < 270 mOsm/kg,
osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, natrium urin > 30
mEq/L (30 mmol/L) tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi atau
hipovolemia. Beberapa ahli merekomendasikan pembatasan
jumlah cairan dengan memakai cairan isotoni, terutama jika
natrium serum < 130 mEq/L (130 mmol/L). Jumlah cairan
Tatalaksana
PEMANTAUAN
Terapi
Untuk
memantau
efek
samping
penggunaan antibiotik dosis tinggi,
dilakukan pemeriksaan darah perifer
secara serial, uji fungsi hati, dan uji
fungsi ginjal bila ada indikasi.
PEMANTAUAN
Tumbuh kembang
Gangguan pendengaran sebagai gejala sisa
meningitis bakterialis terjadi pada 30%
pasien, karena itu uji fungsi pendengaran
harus segera dikerjakan setelah pulang.
Gejala sisa lain seperti retardasi mental,
epilepsi,
kebutaan,
spastisitas,
dan
hidrosefalus. Pemeriksaan penunjang dan
konsultasi
ke
departemen
terkait
disesuaikan dengan temuan klinis pada saat
follow-up
PENCEGAHAN
Vaksinasi utk H. influenzae & N.
meningitidis.
Terapi untuk ibu hamil yg terinfeksi
sebelum partus utk mencegah
meningitis neonatus oleh
streptococcus group B.
PROGNOSIS
Mortalitas lebih tinggi pada S.
pneumoniae
Pneumokokus sering
meninggalkan gejala sisa jangka
panjang
MENINGITIS
TUBERKULOSIS
Meningitis tuberkulosis adalah
radang selaput otak yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis.
Biasanya jaringan otak ikut terkena
sehingga disebut sebagai
meningoensefalitis tuberkulosis.
PREVALENSI
Angka kejadian jarang dibawah usia 3
bulan dan mulai meningkat dalam 5 tahun
pertama. Angka kejadian tertinggi pada
usia 6 bulan sampai 2 tahun.
Angka kematian berkisar antara 10-20%.
Sebagian besar memberikan gejala sisa,
hanya 18% pasien yang normal secara
neurologis dan intelektual. Anak dengan
meningitis tuberkulosis bila tidak diobati,
akan meninggal dalam waktu 35 minggu
Pertimbangkan meningitis
Tuberkulosis jika:
Demam berlangsung selama 14 hari
Demam timbul lebih dari 7 hari dan ada anggota keluarga
yang menderita TB
Hasil foto dada menunjukkan TB
Pasien tetap tidak sadar
CSS tetap mempunyai sel darah putih yang tinggi (tipikal <
500 sel darah putih per ml, sebagian besar berupa
limfosit), kadar protein meningkat (0.8 4 g/L) dan kadar
gula rendah (< 15 mmol/liter).
Pada pasien yang diketahui atau dicurgai menderita HIVpositif, perlu pula dipertimbangkan adanya TB atau
meningitis kriptokokal
Bila ada konfirmasi epidemi meningitis meningokokal dan
terdapat petekie atau purpura, yang merupakan
karakteristik infeksi meningokokal, tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal dan segera berikan Kloramfenikol
DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat demam yang lama/kronis, dapat pula
berlangsung akut
Kejang, deskripsi kejang (jenis, lama, frekuensi,
interval) kesadaran setelah kejang
Penurunan kesadaran
Penurunan berat badan (BB), anoreksia,
muntah, sering batuk dan pilek
Riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis
dewasa
Riwayat imunisasi BCG
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Manifestasi klinis dibagi menjadi 3 stadium :
Stadium I (inisial)
Pasien tampak apatis ,iritabel, nyeri kepala, demam, malaise,
anoreksia, mual dan muntah. Belum tampak manifestasi kelainan
neurologi.
Stadium II
Pasien tampak mengantuk, disorientasi, ditemukan tanda
rangsang meningeal, kejang, defisit neurologis fokal, paresis
nervus kranial, dan gerakan involunter (tremor,koreoatetosis,
hemibalismus).
Stadium III
Stadium II disertai dengan kesadaran semakin menurun sampai
koma, ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial,
pupil terfiksasi, pernapasan ireguler disertai peningkatan suhu
tubuh, dan ekstremitas spastis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan PENUNJANG
polymerase chain reaction
(PCR),
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan
latex particle agglutination dapat mendeteksi
kuman Mycobacterium di cairan serebrospinal
(bila memungkinkan).
Pemeriksaan pencitraan (computed tomography
(CT Scan)/magnetic resonance imaging/(MRI)
kepala dengan kontras) dapat menunjukkan lesi
parenkim pada daerah basal otak, infark,
tuberkuloma, maupun hidrosefalus. Pemeriksaan
ini dilakukan jika ada indikasi, terutama jika
dicurigai terdapat komplikasi hidrosefalus.
Foto rontgen dada dapat menunjukkan gambaran
penyakit tuberkulosis.
Uji tuberkulin dapat mendukung diagnosis
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai rekomendasi American
Academy of Pediatrics 1994, yakni dengan pemberian 4 macam obat
selama 2 bulan, dilanjutkan dengan pemberian INH dan Rifampisin
selama 10 bulan.
PENATALAKSANAAN
Bedah
Hidrosefalus terjadi pada 2/3 kasus dengan lama sakit >3
minggu dan dapat diterapi dengan asetazolamid 30-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
VP-shunt jika terdapat hidrosefalus obstruktif
dengan gejala ventrikulomegali disertai peningkatan
tekanan intraventrikel atau edema periventrikuler.
Suportif
Jika keadaan umum pasien sudah stabil, dapat dilakukan
konsultasi ke Departemen Rehabilitasi Medik untuk
mobilisasi bertahap, mengurangi spastisitas, serta
mencegah kontraktur.
MENINGITIS VIRAL
MENINGITIS VIRAL
Terjadi sebagai akibat akhir / sequel
dari berbagai penyakit yang
disebabkan oleh virus seperti campak,
mumps, herpes simpleks dan herpes
zooster.
Pada meningitis virus ini tidak
terbentuk eksudat dan pada
pemeriksaan cairan cerebrospinal
tidak ditemukan adanya organisme.
Viruses
DIAGNOSIS
Pungsi lumbal
LCS :
Tekanan meningkat
Sel meningkat (awal PMN limfositer)
Warna jernih
Peotein normal/ sedikit meningkat
Glukosa normal
Periksa :
PCR ( Polymerase Chain Reaction ) : DNA /
RNA virus
Kultur virus
Titer antibodi
Darah
Titer antibodi
Swab orofaring, feses
MENINGITIS JAMUR
ETIOLOGI
FUNGAL INFECTIONS THAT MAY BE MANIFEST
AS CHRONIC MENINGITIS OR BRAIN ABSCESS
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Candida albicans
Blastomyces dermatitidis*
* Disease manifest as brain abscess
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf
pusat tidak spesifik seperti akibat infeksi bakteri.
DIAGNOSIS
berdasarkan gejala klinis
cairan cerebrospinal.
Gambaran sama dengan meningitis
tuberculosa
menemukan Cryptococcus dalam cairan
cerebrospinal dengan pewarnaan tinta India,
kultur dalam media sabouraud dan
berdasarkan hasil inokulasi pada hewan
percobaan.
TERAPI
Terapi dengan Amfoterisin B memperlihatkan
hasil yang baik.
Amfoterisin B diberikan tiap hari intravena
dengan dosis 0,5 mg/Kg, diberikan enam sampai
sepuluh minggu, tergantung dari perbaikan klinis
dan kembalinya cairan cerebrospinal ke arah
normal.
Amfoterisin B dapat diberikan dengan 5flurocytosine 150 mg/Kg per hari (dalam empat
dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang baik.
MENINGITIS KRONIK
ETIOLOGI MENINGITIS
KRONIK
KOMPLIKASI MENINGITIS
Hidrosefalus obstruktif
MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan
adrenal bilateral)
SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
Efusi subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral palsy
Gangguan mental
Gangguan belajar
Attention deficit disorder.
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TERIMA KASIH