Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KASUS UPF ANAK

MENINGITIS
Pembimbing:
dr. Eka Yusuf Inra, M.Kes, Sp.A
Oleh:
dr. Tania Dewi

RSUD
KOTABARU

I. IDENTITAS
Nama

: An.H.R.
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Tanjung Tengah, Kec. Tanjung
Selayar
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Tanggal MRS : 20 Juli 2016
Nomor RM : 06.29.18

II. ANAMNESIS
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
II.1. Keluhan Utama:
Demam
II.2. Keluhan Tambahan:
- Nyeri kepala
- Muntah
- Tampak gelisah dan sulit diajak bicara
- Tidak bisa BAB

II.3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa ke RSUD Kotabaru dengan keluhan
demam sejak 3 minggu smrs, demam hilang timbul,
tidak menentu waktunya. Pasien sudah diberi obat
penurun panas sebelumnya (Paracetamol) tetapi
keluhan demam tidak membaik. Kejang (-), menggigil
(-), gusi berdarah (-), mimisan (-), ruam kemerahan
pada kulit (-), riwayat batuk dan pilek sebelumnya (-).
Pasien juga mengeluh nyeri kepala sejak 2 minggu
smrs. Nyeri kepala dirasakan hingga ke bagian belakang
leher. Nyeri kepala tidak berdenyut dan tidak
dipengaruhi oleh cahaya terang. Riwayat trauma kepala
disangkal.

Pasien juga tampak gelisah dan sulit diajak


bicara sejak 1 hari smrs, sebelumnya pasien
sempat muntah satu kali, muntah tidak
menyembur.
Muntah berisi air, ampas (-),
muntah warna kecoklatan (-), darah (-).
Pasien belum BAB sejak 1 minggu smrs,
buang angin (+). Riwayat BAK pasien lancar,
jernih, warna kekuningan, riwayat BAK warna
hitam dan cokelat seperti teh disangkal.
Semenjak sakit, nafsu makan dan minum
pasien menurun.

II.4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah sakit berat dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Keluhan serupa belum pernah dialami oleh pasien.
II.5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa di keluarga (-)
- Riwayat anggota keluarga yang sedang sakit atau
dalam
pengobatan (-)
II.6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien anak kedua dari tiga bersaudara. Sehari-hari
orang tua pasien bekerja sebagai buruh.

II.7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Selama hamil, ibu pasien rutin memeriksakan diri
ke bidan dan tidak pernah sakit berat atau dirawat.
Pasien
lahir cukup bulan, spontan, ditolong oleh bidan.
Waktu
lahir langsung menangis dan tidak biru. Berat
badan
lahir dan
panjang badan lahir ibu tidak
ingat.
II.8. Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap, tetapi ibu
pasien
tidak ingat imunisasi apa yang belum
didapatkan oleh pasien.
II.9. Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 20 Juli 2016
Kesadaran / Keadaan Umum

Delirium, tampak gelisah, tidak sianosis, tidak pucat, tidak


ikterik.

Tanda Vital

Frekuensi nadi

= 60 x/menit reguler, isi cukup

Tekanan darah

= 145 / 90 mmHg

Suhu

= 36,5 C, axilla

Frekuensi napas

= 22 x/menit reguler, abdominotorakal

Data Antropologi

Berat Badan

: 29 kg

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Kepala : Bentuk dan

ukuran normal, tidak teraba


benjolan,
rambut hitam terdistribusi merata tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak tampak kelainan

Leher

: Trakhea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba


membesar, kelenjar
getah bening submandibula, supra-infra
clavicula, cevical tidak teraba membesar, kaku kuduk (+)

Mata

: Palpebra superior et inferior - dextra et sinistra tidak


edem, konjungtiva anemis - / - , sklera ikterik - / - , pupil bulat
anisokor, diameter 3 mm / 1 mm, reflex cahaya - / -

Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, sekret (-) , serumen

(-) , nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikuler (-) , kelenjar
getah bening pre-retro-infra aurikuler tidak teraba membesar.
Hidung: Bentuk normal, tidak ada deviasi, sekret -/-, mukosa

tidak hiperemis, napas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir kering, mukosa pucat (-), sianosis perioral (-), lidah

kotor (-), tonsil dan faring tidak dapat dievaluasi.


Thorax:

Cor
Inspeksi :
Pulsasi ictus kordis tidak tampak
Palpasi :
Pulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi :
Redup
Batas jantung kanan : sejajar ICS V MCL sinistra
Batas jantung kiri

: di ICS V MCL sinistra

Batas jantung atas

: di ICS III parasternal line sinistra

Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)

Pulmo
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan napas,

retraksi (-)

Palpasi :
Stem fremitus kanan - kiri, depan - belakang sama kuat
Perkusi :
Sonor, batas paru-hepar di ICS V MCL dextra
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler, ronkhi - / - , wheezing - / - ,slym -

/-

Abdomen
Inspeksi :
Tampak mendatar
Palpasi :
Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan
dan nyeri
lepas pada seluruh kuadran abdomen (-), turgor kulit
normal
Perkusi :
Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi :
Bising usus (+) kesan normal
Anus dan genitalia eksterna: tidak tampak kelainan dari luar
Extremitas : akral hangat, edem (-),sianosis (-), deformitas (-), parese (-), CRT <

Pemeriksaan Neurologis:
N. Cranialis : sulit dievaluasi karena pasien tidak kooperatif
Rangsang meningeal :

Kaku kuduk (+)


Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)

Reflex fisiologis :
Biceps + / + , normal
Triceps + / + , normal
Patella + / + , normal
Achilles + / + , normal
Reflex patologis :

Babinsky - / Chaddock - / Oppenheim - / Gordon - / Schaeffer - / -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 20 Juli 2016):
Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Hemoglobin

12.4

g/dL

Pria: 13.0 16.0


Wanita : 12.0 14.0

Hematokrit

33.4

Pria: 40.0 48.0


Wanita : 37.0 43.0

Eritrosit

4.61

10^6/uL

MCV

72.5

fL

82.0 92.0

MCH

26.9

pg

27.0 31.0

MCHC

37.1

g/dL

31.0 36.0

Leukosit

11.7

10^3/uL

Hitung jenis
- Limfosit
- Mid
- Gran

8.9
10.5
80.6

%
%
%

Trombosit

555

10^3/uL

Pria : 4.50 5.50


Wanita : 4.0 5.0

5.0 10.0
20.0 48.0
2.0 10.0
42.0 80.0
150.0 400.0

Hasil

Satuan

KIMIA DARAH
Ureum
Kreatinin

18
0.8

mg/dL
mg/dL

SGOT (AST)
SGPT (ALT)

28
37

u/L
u/L

SEROLOGI
IMUNOLOGI
Malaria rapid
Widal
- S. typhi O
- S. typhi H
- S. partyphi AO
- S. paratyphi BO

Nilai
Rujukan
15-39
Pria: 0.9 1.3
Wanita: 0.6
1.1
40
41

Negatif

Negatif

(-) /
Negatif
(-) /
Negatif
(-) /
Negatif

<
<
<
<

1/80
1/80
1/80
1/80

Rontgen thorax AP:


Foto thorax kesan normal

V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang
dengan keluhan demam sejak 3 minggu smrs, demam hilang
timbul. Nyeri kepala sejak 2 minggu smrs, dirasakan hingga ke
bagian belakang leher. Tampak gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1
hari smrs. Muntah satu kali 1 hari smrs, tidak menyembur. Belum
BAB sejak 1 minggu smrs, buang angin (+). Semenjak sakit, nafsu
makan dan minum menurun.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran / KU : Delirium, tampak gelisah
Leher : kaku kuduk (+)
Mata : pupil bulat anisokor, diameter 3 mm / 1 mm, reflex cahaya -

/ Mulut : bibir kering


Pemeriksaan neurologis:
Rangsang meningeal :
Kaku kuduk (+)
Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)

VI. DIAGNOSIS
Obs. Febris + penurunan kesadaran e.c.

Meningitis (susp. Meningitis bakterial DD/


Meningitis TB)

VII. PENATALAKSANAAN
IVFD NaCl 0.9% : Dextrose 5% = 1 : 1 23 tpm
Inj. Cefriaxone 1450 mg/ 12 jam, bolus I.V. (skin test)
Inj. Dexametason 4,3 mg/ 6 jam, bolus I.V. selama 4

hari (diberikan 15-30 menit sebelum atau pada saat


pemberian antibiotik)
Inj. Paracetamol 290 mg/ 8 jam bolus I.V. jika suhu >
38.5C
Pemasangan kateter urine
Pemasangan NGT jika tidak memungkinkan intake
oral
Observasi GCS, TTV dan tanda-tanda kegawatan
Saran: Pemeriksaan CSF

FOLLOW UP
20 Juli 2016
(hari perawatan ke I)

21 Juli 2016
(hari perawatan ke II)
S:

S:

S:
Demam (-)
Muntah (-)
Nyeri kepala (-)
Tampak gelisah
Belum BAB > 1 minggu
Makan dan minum

Demam (+) turun naik


Muntah 2x tadi subuh,
tidak menyembur
Nyeri kepala (+)
Tampak gelisah
Belum BAB 1 minggu
Makan dan minum
O:

O:
Kes: Delirium, KU: tampak
gelisah
TD: 145/90 mmHg
N: 60x/menit, P: 22x/menit,
S: 36,5 derajat Celcius
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem
(-), sianosis (-), CRT < 2s.

22 Juli 2016
(hari perawatan ke III)
Demam (-)
Muntah (-)
Nyeri kepala (-)
Tampak gelisah
Belum BAB > 1 minggu
Makan dan minum

O:
Kes: Delirium, KU: tampak
gelisah
N: 68x/menit, P: 25x/menit,
S: 36,8 derajat Celcius
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor baik,
BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.

Kes: GCS E2V1M4, KU:


tampak sakit berat
N: 59x/menit, P: 20x/menit,
S: 36,8 derajat Celcius, SpO2
98% dengan oksigen 1-2 Lpm
nasal kanule
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor baik,
BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.

23 Juli 2016
(hari perawatan ke IV)
S:

24 Juli 2016
(hari perawatan ke V)
S:

Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
(alloanamnesa)
Tangan dan kaki sering
kedutan (alloanamnesa)

O:

S:
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
pasien tidak sadar
(alloanamnesa)

O:
GCS E2V2M4
TD: 141/94 mmHg
N: 101x/menit, P: 17x/menit
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
isokor diameter 3mm /
3mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
150cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)

25 Juli 2016
(hari perawatan ke VI)
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
pasien tidak sadar
(alloanamnesa)

O:
GCS E2V2M4
TD: 122/82 mmHg
N: 130x/menit, P:
24x/menit,
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
isokor diameter 3mm /
3mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
190cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)

GCS E1V1M4
TD: 123/78 mmHg
N: 130x/menit, P: 25x/menit
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 2mm /
4mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II ireguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
100cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)

MENINGITIS
Meningitis adalah

infeksi cairan otak


disertai radang yang
mengenai piameter
(lapisan dalam selaput
otak) dan arakhnoid
serta dalam derajat
yang lebih ringan
mengenai jaringan
otak dan medula
spinalis yang
superfisial.

ANATOMI
Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :

Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak
dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari
kontak yang sangat erat akan menyediakan darah
untuk struktur-struktur ini.

Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter
dan duramater.

Duramater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras
berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.

EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia mencapai 158/100.000 kasus per

tahun, dengan etiologi Haemophilus influenza tipe b


(Hib) 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000.
Neonatus Group B or D streptococci, nongroup B
streptococci, Escherichia coli, and L. monocytogenes
Infants and children H influenzae (48%), S
pneumoniae (13%), and N meningitidis
Adults S pneumoniae, (30-50%), H influenzae
(1-3%), N meningitidis (10-35%), gram-negative
bacilli (1-10%), staphylococci (5-15%), streptococci
(5%), and Listeria species (5%)

FAKTOR PREDISPOSISI
LAKI-LAKI > PEREMPUAN
BAYI > ANAK/DEWASA
KEADAAN SOSIOEKONOMI RENDAH,

LINGKUNGAN PADAT >>


RAS KULIT HITAM > RAS KULIT PUTIH

ETIOLOGI
Kasus meningitis disebabkan oleh

mikroorganisme, seperti virus, bakteri,


jamur, atau parasit yang menyebar dalam
darah ke cairan otak.

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan

atas :

Bakteri:
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis

Virus :
Enterovirus
Jamur :
Cryptococcus
neoformans
Coccidioides
immitris

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

Meningitis

dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan


perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih.
- Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
- Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis.
- Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

TANDA DAN GEJALA


Demam
Nausea & vomiting
Penurunan kesadaran
Photophobia
Sakit kepala hebat atau nyeri di bagian

belakang leher
Agitasi
Iritabilitas & malas makan minum ( bayi )
Nafas cepat

TANDA DAN GEJALA


Keluhan pertama biasanya nyeri kepala.
Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan

punggung.
Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk.
Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk
kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi.
Kesadaran menurun, tanda Kernigs dan
Brudzinsky positif.

Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah

tanda sbb :
Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi

kepala mengalami kesukaran karena adanya


spasme otot-otot leher.
Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan
dengan paha dalam keadan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan
maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila
dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama
terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.

DIAGNOSIS MENINGITIS
PADA ANAK
Lihat apakah ada riwayat:
Demam
Muntah
Tidak bisa minum atau menyusu
Sakit kepala atau nyeri di bagian belakang leher
Penurunan kesadaran
Kejang
Gelisah
Cedera kepala yang baru dialami

Dalam pemeriksaan apakah ada:


Tanda rangsang meningeal
Kejang
Letargis
Gelisah
Ubun-ubun cekung (bulging fontanelle)
Ruam : petekiae atau purpura
Bukti adanya trauma kepala yang menunjukkan kemungkinan

fraktur tulang tengkorak yang baru terjadi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis CSF dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : tekanan , cairan keruh/berkabut, jumlah sel

darah putih dan protein , glukosa , kultur positif terhadap


beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih , glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : (meningitis)
LDH serum : (meningitis bakteri)
Sel darah putih : sedikit dengan peningkatan neutrofil (infeksi

bakteri)
Elektrolit darah : Abnormal

Value of CSF analysis findings in predicting the


most likely organism causing meningitis
Type of
meningitis

Leucocyte
cell type

Glucose

Stain

Bacterial
meningitis

PMN

<50% of
blood

Gram

Tuberculous
meningitis

Lymphocytes*

<50% of
blood

Acid-fast
stain

Fungal
meningitis

Lymphocytes

Low

India ink

Viral
meningitis

Lymphocytes

Normal

Carcinomato
us meningitis

Lymphocytes,
tumor cells

Very low

* PMN at early stage

Other test
Culture
PCR for
some
Culture
PCR
Culture
Antigen
Antibody
CSF culture
PCR
Stool culture

Cytologic
exam

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/

urine : dapat mengindikasikan daerah


pusat infeksi atau mengindikasikan tipe
penyebab infeksi.
MRI/ scan CT : dapat membantu dalam

melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak


ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor.
Rontgen dada/kepala/sinus : mungkin

dapat dilakukan jika ada indikasi (sumber

MENINGITIS BAKTERIAL
(PIOGENIK)

ETIOLOGI MENINGITIS BAKTERIAL


1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada
bayi ataupun anak-anak. Jenis bakteri ini juga yang bisa
menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung
(sinus).
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
Bakteri ini merupakan penyebab kedua terbanyak setelah
Streptococcus pneumoniae, Meningitis terjadi akibat adanya
infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya
masuk kedalam peredaran darah.
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang
juga dapat menyebabkan meningitis. Pemberian vaksin (Hib
vaccine) telah membuktikan terjadinya angka penurunan pada
kasus meningitis yang disebabkan bakteri jenis ini.
4. Listeria monocytogenes (listeria).
Ini merupakan salah satu jenis bakteri yang juga bisa
menyebabkan meningitis. Bakteri ini dapat ditemukan dibanyak
tempat, dalam debu dan dalam makanan yang terkontaminasi.
Makanan ini biasanya yang berjenis keju, hot dog dan daging
sandwich yang mana bakteri ini berasal dari hewan lokal
(peliharaan).

ETIOLOGI MENINGITIS
BAKTERIAL BERDASARKAN USIA
Usia 0-2 bulan: Streptococcus group B,

Escherichia coli
Usia 2 bulan-5 tahun: Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Haemophillus influenzae
Usia diatas 5 tahun: Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis

PATOGENESIS MENINGITIS
BAKTERIAL

BACTERIAL MENINGEAL
SCORE
Prediktor

Ada

Tidak
ada

Pengecatan gram positif

Protein cairan serebrospinal 80


mg/dL

Neutrofil darah tepi 10.000 sel/mm3

Riwayat kejanh

Neutrofil cairan serebrospinal 1000 sel/mm3

BMS < 2 pasien mempunyai risiko rendah untuk


menderita meningitis bakteri
BMS 2 pasien mempunyai risiko tinggi untuk
menderita meningitis bakteri.

CSF CHANGES DURING


INFECTION

TATALAKSANA MENINGITIS BAKTERIAL


Medikamentosa
Diawali dengan terapi empiris, kemudian disesuikan dengan

hasil biakan dan uji resistensi.


Terapi empirik antibiotik
Usia1-3 bulan :
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis +

sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis,


atau
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis
Usia > 3 bulan :
Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis,

atau
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau
Ampisislin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis +
kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

TATALAKSANA MENINGITIS
BAKTERIAL
Deksametason

Deksametason 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis


selama 4 hari. Injeksi deksametason diberikan 15-30
menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotik.
Lama pengobatan

Tergantung dari kuman penyebab, umumnya 10-14 hari.


Bedah

Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika


ada komplikasi seperti empiema subdural, abses otak,
atau hidrosefalus.

PENATALAKSANAAN SUPORTIF
Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah hari ke-

3 dan ke-4. Tanda vital dan evaluasi neurologis harus dilakukan


secara teratur. Guna mencegah muntah dan aspirasi sebaiknya
pasien dipuasakan lebih dahulu pada awal sakit.
Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak dengan
ubun-ubun besar yang masih terbuka.
Peningkaan tekanan intrakranial, Syndrome Inappropriate
Antidiuretic Hormone(SIADH), kejang dan demam harus
dikontrol dengan baik. Restriksi cairan atau posisi kepala lebih
tinggi tidak selalu dikerjakan pada setiap anak dengan
meningitis bakterial.
Perlu dipantau adanya komplikasi SIADH. Diagnosis SIADH
ditegakkan jika terdapat kadar natrium serum yang < 135
mEq/L (135 mmol/L), osmolaritas serum < 270 mOsm/kg,
osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, natrium urin > 30
mEq/L (30 mmol/L) tanpa adanya tanda-tanda dehidrasi atau
hipovolemia. Beberapa ahli merekomendasikan pembatasan
jumlah cairan dengan memakai cairan isotoni, terutama jika

Tatalaksana

MENINGITIS
TUBERKULOSIS
Meningitis tuberkulosis adalah radang

selaput otak yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis.
Biasanya jaringan otak ikut terkena
sehingga disebut sebagai
meningoensefalitis tuberkulosis.

PREVALENSI MENINGITIS
TB
Angka kejadian jarang dibawah usia 3

bulan dan mulai meningkat dalam 5 tahun


pertama. Angka kejadian tertinggi pada
usia 6 bulan sampai 2 tahun.
Angka kematian berkisar antara 10-20%.
Sebagian besar memberikan gejala sisa,
hanya 18% pasien yang normal secara
neurologis dan intelektual. Anak dengan
meningitis tuberkulosis bila tidak diobati,
akan meninggal dalam waktu 35 minggu

Pertimbangkan meningitis Tuberkulosis jika:


Demam berlangsung selama 14 hari
Demam timbul lebih dari 7 hari dan ada anggota keluarga

yang menderita TB
Hasil foto dada menunjukkan TB
Pasien tetap tidak sadar
CSS tetap mempunyai sel darah putih yang tinggi (tipikal
< 500 sel darah putih per ml, sebagian besar berupa
limfosit), kadar protein meningkat (0.8 4 g/L) dan kadar
gula rendah (< 15 mmol/liter).
Pada pasien yang diketahui atau dicurgai menderita HIVpositif, perlu pula dipertimbangkan adanya TB atau
meningitis kriptokokal
Bila ada konfirmasi epidemi meningitis meningokokal dan
terdapat petekie atau purpura, yang merupakan
karakteristik infeksi meningokokal, tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal dan segera berikan Kloramfenikol

DIAGNOSIS MENINGITIS TB
Manifestasi klinis dibagi menjadi 3 stadium :
Stadium I (inisial)

Pasien tampak apatis ,iritabel, nyeri kepala, demam, malaise,


anoreksia, mual dan muntah. Belum tampak manifestasi kelainan
neurologi.
Stadium II

Pasien tampak mengantuk, disorientasi, ditemukan tanda


rangsang meningeal, kejang, defisit neurologis fokal, paresis
nervus kranial, dan gerakan involunter (tremor,koreoatetosis,
hemibalismus).
Stadium III

Stadium II disertai dengan kesadaran semakin menurun sampai


koma, ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial,
pupil terfiksasi, pernapasan ireguler disertai peningkatan suhu
tubuh, dan ekstremitas spastis.
Pada funduskopi dapat ditemukan papil yang pucat, tuberkel pada

PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS TB


Darah perifer lengkap, laju endap darah, dan gula

darah.
Lekosit darah tepi sering meningkat (10.000
20.000 sel/mm3).
Sering ditemukan hiponatremia dan hipokloremia
karena sekresi antidiuretik hormon yang tidak adekuat.
Pungsi lumbal:
Liquor serebrospinal (LCS) jernih, cloudy atau
santokrom,
Jumlah sel meningkat antara 10250 sel/mm3 dan
jarang melebihi 500 sel/mm3 hitung jenis predominan
sel limfosit walaupun pada stadium awal dapat dominan
polimorfonuklear.
Protein meningkat di atas 100 mg/dl sedangkan
glukosa menurun di bawah 35 mg/dl, rasio glukosa
LCS dan darah dibawah normal.
Pemeriksaan BTA (basil tahan asam) dan kultur M. Tbc
tetap dilakukan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS TB


PCR, ELISA dan latex particle agglutination

mendeteksi
kuman
serebrospinal

Mycobacterium

di

cairan

CT Scan/MRI kepala dengan kontras melihat

lesi parenkim pada daerah basal otak, infark,


tuberkuloma, maupun hidrosefalus (jika dicurigai
terdapat komplikasi hidrosefalus)
rontgen dada dapat
gambaran penyakit tuberkulosis.

Foto

menunjukkan

Uji tuberkulin dapat mendukung diagnosis

PENATALAKSANAAN
MENINGITIS TB
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai rekomendasi

American Academy of Pediatrics 1994, yakni dengan


pemberian 4 macam obat selama 2 bulan, dilanjutkan dengan
pemberian INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Dosis obat antituberkulosis adalah sebagai berikut :
Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300

mg/hari.
Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari.
Pirazinamid 15-30 mg/kgBB.hari, dosis maksimal 2000
mg/hari.
Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari
atau streptomisin IM 20 30 mg/kg/hari dengan maksimal 1
gram

PENATALAKSANAAN
MENINGITIS TB
Bedah
Hidrosefalus terjadi pada 2/3 kasus dengan lama sakit

>3 minggu dan dapat diterapi dengan asetazolamid


30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
VP-shunt jika terdapat hidrosefalus obstruktif
dengan gejala ventrikulomegali disertai
peningkatan tekanan intraventrikel atau edema
periventrikuler.
Suportif
Jika keadaan umum pasien sudah stabil, dapat dilakukan

konsultasi ke Departemen Rehabilitasi Medik untuk


mobilisasi bertahap, mengurangi spastisitas, serta
mencegah kontraktur.

MENINGITIS VIRAL

MENINGITIS VIRAL
Terjadi sebagai akibat akhir / sequel

dari berbagai penyakit yang


disebabkan oleh virus seperti campak,
mumps, herpes simpleks dan herpes
zooster.
Pada meningitis virus ini tidak

terbentuk eksudat dan pada


pemeriksaan cairan cerebrospinal
tidak ditemukan adanya organisme.

Viruses

DIAGNOSIS MENINGITIS
VIRUS

Pungsi lumbal
LCS :

Tekanan meningkat
Sel meningkat (awal PMN limfositer)
Warna jernih
Peotein normal/ sedikit meningkat
Glukosa normal

Periksa

PCR ( Polymerase Chain Reaction ) : DNA / RNA


virus
Kultur virus
Titer antibodi

Darah

Titer antibodi

Swab orofaring, feses

Kultur virus

MENINGITIS JAMUR

ETIOLOGI MENINGITIS JAMUR


FUNGAL INFECTIONS THAT MAY BE MANIFEST
AS CHRONIC MENINGITIS OR BRAIN ABSCESS

Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Candida albicans
Blastomyces dermatitidis*
* Disease manifest as brain abscess

MANIFESTASI KLINIS
MENINGITIS JAMUR
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf

pusat tidak spesifik seperti akibat infeksi bakteri.

Pasien paling sering mengalami gejala sindroma

meningitis atau sebagai meningitis yang tidak ada


perbaikan atau semakin progresif selama
observasi (paling kurang empat minggu).

Manifestasi klinis lainnya dapat berupa kombinasi

beberapa gejala seperti demam, nyeri kepala,


lethargi, confuse, mual, muntah, kaku kuduk atau
defisit neurologis.

Sering kali hanya satu atau dua gejala utama

yang dapat ditemukan pada gejala awal.

DIAGNOSIS MENINGITIS
JAMUR
berdasarkan gejala klinis
cairan cerebrospinal.
Gambaran sama dengan meningitis
tuberculosa
menemukan Cryptococcus dalam cairan
cerebrospinal dengan pewarnaan tinta India,
kultur dalam media sabouraud dan
berdasarkan hasil inokulasi pada hewan
percobaan.
Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada

serum dan cairan cerebrospinal


Kultur dari urine, darah, feses, sputum,
dan sumsum tulang

Karakteristik LCS yang


ditemukan pada meningitis jamur
10-500 sel/mm3 (dengan dominasi

limfosit)
Peningkatan kadar protein
Penurunan kadar gula biasanya sekitar 1535 mg
Kultur bakteri yang negatif membedakan
dengan meningitis bakterial

TERAPI MENINGITIS
JAMUR
Terapi dengan Amfoterisin B memperlihatkan

hasil yang baik.


Amfoterisin B diberikan tiap hari intravena

dengan dosis 0,5 mg/Kg, diberikan enam


sampai sepuluh minggu, tergantung dari
perbaikan klinis dan kembalinya cairan
cerebrospinal ke arah normal.
Amfoterisin B dapat diberikan dengan 5-

flurocytosine 150 mg/Kg per hari (dalam empat


dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang
baik.

KOMPLIKASI MENINGITIS
Hidrosefalus obstruktif
MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan

adrenal bilateral)
SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
Efusi subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral palsy
Gangguan mental
Gangguan belajar
Attention deficit disorder.

PENCEGAHAN
Vaksinasi utk H. influenzae & N.

meningitidis.
Terapi untuk ibu hamil yg terinfeksi sebelum
partus utk mencegah meningitis neonatus
oleh streptococcus group B.
Personal Hygiene
Hindari kontak dengan penderita

PROGNOSIS

DAFTAR PUSTAKA
1.

Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,
Mcgraw-Hill.

2.

Ropper, AH., Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of Neurology,
Eight Edition, McGraw-Hill.

3.

Stollenwerk N. 2003. Meningitis Pathogenicity Near Criticality. (Updated 2003,


accesed on Juli 2016). Available at:
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/10.1.1.226.6537&rep=rep1&type.pdf.

4.

Mesranti M. 2011. Meningitis. (Updated 2011, accesed on Agustus 2016).


Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/4/Chapter%20II.pdf.

5.

Anonim. 2014. Meningitis Bakterial. (Updated 2014, accesed on Juli 2016).


Available at: https://wisuda.unud.ac.id/pdf/0914018206-3-BAB%20II.pdf.

6.

Anonim. 2014. Meningitis. (Updated 2014, accesed on Juli 2016). Available at:
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75755/potongan/S1-2014-302137-intr
oduction.pdf
.

7.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Meningitis. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.

8.

Anonim. 2014. Kernigs Sign of Meningitis. (Updated 2014, accesed on Juli 2016).
Available at: https://medlineplus.gov/ency/imagepages/1977.htm.

9.

Shashi V. 2014. Pathogenesis of Meningitis and CNS Infection. (Updated 2014,


accesed on Juli 2016). Available at:
http://www.slideshare.net/vmshashi/pathology-of-meningitis-cns-infections.

Anda mungkin juga menyukai