MENINGITIS
Pembimbing:
dr. Eka Yusuf Inra, M.Kes, Sp.A
Oleh:
dr. Tania Dewi
RSUD
KOTABARU
I. IDENTITAS
Nama
: An.H.R.
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Tanjung Tengah, Kec. Tanjung
Selayar
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Tanggal MRS : 20 Juli 2016
Nomor RM : 06.29.18
II. ANAMNESIS
(Alloanamesis dari Ibu dan Ayah Pasien)
II.1. Keluhan Utama:
Demam
II.2. Keluhan Tambahan:
- Nyeri kepala
- Muntah
- Tampak gelisah dan sulit diajak bicara
- Tidak bisa BAB
Tanda Vital
Frekuensi nadi
Tekanan darah
= 145 / 90 mmHg
Suhu
= 36,5 C, axilla
Frekuensi napas
Data Antropologi
Berat Badan
: 29 kg
Tinggi Badan
Leher
Mata
(-) , nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikuler (-) , kelenjar
getah bening pre-retro-infra aurikuler tidak teraba membesar.
Hidung: Bentuk normal, tidak ada deviasi, sekret -/-, mukosa
Mulut : Bibir kering, mukosa pucat (-), sianosis perioral (-), lidah
Cor
Inspeksi :
Pulsasi ictus kordis tidak tampak
Palpasi :
Pulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistra
Perkusi :
Redup
Batas jantung kanan : sejajar ICS V MCL sinistra
Batas jantung kiri
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)
Pulmo
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan napas,
retraksi (-)
Palpasi :
Stem fremitus kanan - kiri, depan - belakang sama kuat
Perkusi :
Sonor, batas paru-hepar di ICS V MCL dextra
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler, ronkhi - / - , wheezing - / - ,slym -
/-
Abdomen
Inspeksi :
Tampak mendatar
Palpasi :
Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan
dan nyeri
lepas pada seluruh kuadran abdomen (-), turgor kulit
normal
Perkusi :
Timpani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi :
Bising usus (+) kesan normal
Anus dan genitalia eksterna: tidak tampak kelainan dari luar
Extremitas : akral hangat, edem (-),sianosis (-), deformitas (-), parese (-), CRT <
Pemeriksaan Neurologis:
N. Cranialis : sulit dievaluasi karena pasien tidak kooperatif
Rangsang meningeal :
Reflex fisiologis :
Biceps + / + , normal
Triceps + / + , normal
Patella + / + , normal
Achilles + / + , normal
Reflex patologis :
Satuan
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
12.4
g/dL
Hematokrit
33.4
Eritrosit
4.61
10^6/uL
MCV
72.5
fL
82.0 92.0
MCH
26.9
pg
27.0 31.0
MCHC
37.1
g/dL
31.0 36.0
Leukosit
11.7
10^3/uL
Hitung jenis
- Limfosit
- Mid
- Gran
8.9
10.5
80.6
%
%
%
Trombosit
555
10^3/uL
5.0 10.0
20.0 48.0
2.0 10.0
42.0 80.0
150.0 400.0
Hasil
Satuan
KIMIA DARAH
Ureum
Kreatinin
18
0.8
mg/dL
mg/dL
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
28
37
u/L
u/L
SEROLOGI
IMUNOLOGI
Malaria rapid
Widal
- S. typhi O
- S. typhi H
- S. partyphi AO
- S. paratyphi BO
Nilai
Rujukan
15-39
Pria: 0.9 1.3
Wanita: 0.6
1.1
40
41
Negatif
Negatif
(-) /
Negatif
(-) /
Negatif
(-) /
Negatif
<
<
<
<
1/80
1/80
1/80
1/80
V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang
dengan keluhan demam sejak 3 minggu smrs, demam hilang
timbul. Nyeri kepala sejak 2 minggu smrs, dirasakan hingga ke
bagian belakang leher. Tampak gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1
hari smrs. Muntah satu kali 1 hari smrs, tidak menyembur. Belum
BAB sejak 1 minggu smrs, buang angin (+). Semenjak sakit, nafsu
makan dan minum menurun.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran / KU : Delirium, tampak gelisah
Leher : kaku kuduk (+)
Mata : pupil bulat anisokor, diameter 3 mm / 1 mm, reflex cahaya -
VI. DIAGNOSIS
Obs. Febris + penurunan kesadaran e.c.
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD NaCl 0.9% : Dextrose 5% = 1 : 1 23 tpm
Inj. Cefriaxone 1450 mg/ 12 jam, bolus I.V. (skin test)
Inj. Dexametason 4,3 mg/ 6 jam, bolus I.V. selama 4
FOLLOW UP
20 Juli 2016
(hari perawatan ke I)
21 Juli 2016
(hari perawatan ke II)
S:
S:
S:
Demam (-)
Muntah (-)
Nyeri kepala (-)
Tampak gelisah
Belum BAB > 1 minggu
Makan dan minum
O:
Kes: Delirium, KU: tampak
gelisah
TD: 145/90 mmHg
N: 60x/menit, P: 22x/menit,
S: 36,5 derajat Celcius
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem
(-), sianosis (-), CRT < 2s.
22 Juli 2016
(hari perawatan ke III)
Demam (-)
Muntah (-)
Nyeri kepala (-)
Tampak gelisah
Belum BAB > 1 minggu
Makan dan minum
O:
Kes: Delirium, KU: tampak
gelisah
N: 68x/menit, P: 25x/menit,
S: 36,8 derajat Celcius
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 3mm /
1mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor baik,
BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
23 Juli 2016
(hari perawatan ke IV)
S:
24 Juli 2016
(hari perawatan ke V)
S:
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
(alloanamnesa)
Tangan dan kaki sering
kedutan (alloanamnesa)
O:
S:
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
pasien tidak sadar
(alloanamnesa)
O:
GCS E2V2M4
TD: 141/94 mmHg
N: 101x/menit, P: 17x/menit
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
isokor diameter 3mm /
3mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
150cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)
25 Juli 2016
(hari perawatan ke VI)
Demam (+)
Tidak bisa diajak bicara
pasien tidak sadar
(alloanamnesa)
O:
GCS E2V2M4
TD: 122/82 mmHg
N: 130x/menit, P:
24x/menit,
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
isokor diameter 3mm /
3mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II reguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
190cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)
GCS E1V1M4
TD: 123/78 mmHg
N: 130x/menit, P: 25x/menit
Kepala leher : kaku kuduk
(+), brudzinsky I (+),
brudzinsky II (+)
Mata : CA -/-, pupil bulat
anisokor diameter 2mm /
4mm, reflex cahaya -/Mulut : sianosis perioral (-),
bibir kering (+)
Thorax: cor: BJ I-II ireguler,
mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo : suara nafas
vesikuler, rh -/-, wh -/Abdomen : supel, turgor
baik, BU (+) menurun
Ext : akral hangat, edem (-),
sianosis (-), CRT < 2s.
Terpasang kateter urine
100cc warna kuning, darah
(-), endapan (-)
MENINGITIS
Meningitis adalah
ANATOMI
Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :
Piamater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak
dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari
kontak yang sangat erat akan menyediakan darah
untuk struktur-struktur ini.
Arachnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter
dan duramater.
Duramater
Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras
berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia mencapai 158/100.000 kasus per
FAKTOR PREDISPOSISI
LAKI-LAKI > PEREMPUAN
BAYI > ANAK/DEWASA
KEADAAN SOSIOEKONOMI RENDAH,
ETIOLOGI
Kasus meningitis disebabkan oleh
atas :
Bakteri:
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
Virus :
Enterovirus
Jamur :
Cryptococcus
neoformans
Coccidioides
immitris
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
Meningitis
belakang leher
Agitasi
Iritabilitas & malas makan minum ( bayi )
Nafas cepat
punggung.
Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk.
Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk
kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi.
Kesadaran menurun, tanda Kernigs dan
Brudzinsky positif.
tanda sbb :
Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi
DIAGNOSIS MENINGITIS
PADA ANAK
Lihat apakah ada riwayat:
Demam
Muntah
Tidak bisa minum atau menyusu
Sakit kepala atau nyeri di bagian belakang leher
Penurunan kesadaran
Kejang
Gelisah
Cedera kepala yang baru dialami
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis CSF dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : tekanan , cairan keruh/berkabut, jumlah sel
bakteri)
Elektrolit darah : Abnormal
Leucocyte
cell type
Glucose
Stain
Bacterial
meningitis
PMN
<50% of
blood
Gram
Tuberculous
meningitis
Lymphocytes*
<50% of
blood
Acid-fast
stain
Fungal
meningitis
Lymphocytes
Low
India ink
Viral
meningitis
Lymphocytes
Normal
Carcinomato
us meningitis
Lymphocytes,
tumor cells
Very low
Other test
Culture
PCR for
some
Culture
PCR
Culture
Antigen
Antibody
CSF culture
PCR
Stool culture
Cytologic
exam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/
MENINGITIS BAKTERIAL
(PIOGENIK)
ETIOLOGI MENINGITIS
BAKTERIAL BERDASARKAN USIA
Usia 0-2 bulan: Streptococcus group B,
Escherichia coli
Usia 2 bulan-5 tahun: Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis,
Haemophillus influenzae
Usia diatas 5 tahun: Streptococcus
pneumoniae, Neisseria meningitidis
PATOGENESIS MENINGITIS
BAKTERIAL
BACTERIAL MENINGEAL
SCORE
Prediktor
Ada
Tidak
ada
Riwayat kejanh
atau
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau
Ampisislin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis +
kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
TATALAKSANA MENINGITIS
BAKTERIAL
Deksametason
PENATALAKSANAAN SUPORTIF
Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah hari ke-
Tatalaksana
MENINGITIS
TUBERKULOSIS
Meningitis tuberkulosis adalah radang
PREVALENSI MENINGITIS
TB
Angka kejadian jarang dibawah usia 3
yang menderita TB
Hasil foto dada menunjukkan TB
Pasien tetap tidak sadar
CSS tetap mempunyai sel darah putih yang tinggi (tipikal
< 500 sel darah putih per ml, sebagian besar berupa
limfosit), kadar protein meningkat (0.8 4 g/L) dan kadar
gula rendah (< 15 mmol/liter).
Pada pasien yang diketahui atau dicurgai menderita HIVpositif, perlu pula dipertimbangkan adanya TB atau
meningitis kriptokokal
Bila ada konfirmasi epidemi meningitis meningokokal dan
terdapat petekie atau purpura, yang merupakan
karakteristik infeksi meningokokal, tidak perlu dilakukan
pungsi lumbal dan segera berikan Kloramfenikol
DIAGNOSIS MENINGITIS TB
Manifestasi klinis dibagi menjadi 3 stadium :
Stadium I (inisial)
darah.
Lekosit darah tepi sering meningkat (10.000
20.000 sel/mm3).
Sering ditemukan hiponatremia dan hipokloremia
karena sekresi antidiuretik hormon yang tidak adekuat.
Pungsi lumbal:
Liquor serebrospinal (LCS) jernih, cloudy atau
santokrom,
Jumlah sel meningkat antara 10250 sel/mm3 dan
jarang melebihi 500 sel/mm3 hitung jenis predominan
sel limfosit walaupun pada stadium awal dapat dominan
polimorfonuklear.
Protein meningkat di atas 100 mg/dl sedangkan
glukosa menurun di bawah 35 mg/dl, rasio glukosa
LCS dan darah dibawah normal.
Pemeriksaan BTA (basil tahan asam) dan kultur M. Tbc
tetap dilakukan.
mendeteksi
kuman
serebrospinal
Mycobacterium
di
cairan
Foto
menunjukkan
PENATALAKSANAAN
MENINGITIS TB
Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai rekomendasi
mg/hari.
Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari.
Pirazinamid 15-30 mg/kgBB.hari, dosis maksimal 2000
mg/hari.
Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari
atau streptomisin IM 20 30 mg/kg/hari dengan maksimal 1
gram
PENATALAKSANAAN
MENINGITIS TB
Bedah
Hidrosefalus terjadi pada 2/3 kasus dengan lama sakit
MENINGITIS VIRAL
MENINGITIS VIRAL
Terjadi sebagai akibat akhir / sequel
Viruses
DIAGNOSIS MENINGITIS
VIRUS
Pungsi lumbal
LCS :
Tekanan meningkat
Sel meningkat (awal PMN limfositer)
Warna jernih
Peotein normal/ sedikit meningkat
Glukosa normal
Periksa
Darah
Titer antibodi
Kultur virus
MENINGITIS JAMUR
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitis
Histoplasma capsulatum
Candida albicans
Blastomyces dermatitidis*
* Disease manifest as brain abscess
MANIFESTASI KLINIS
MENINGITIS JAMUR
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf
DIAGNOSIS MENINGITIS
JAMUR
berdasarkan gejala klinis
cairan cerebrospinal.
Gambaran sama dengan meningitis
tuberculosa
menemukan Cryptococcus dalam cairan
cerebrospinal dengan pewarnaan tinta India,
kultur dalam media sabouraud dan
berdasarkan hasil inokulasi pada hewan
percobaan.
Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada
limfosit)
Peningkatan kadar protein
Penurunan kadar gula biasanya sekitar 1535 mg
Kultur bakteri yang negatif membedakan
dengan meningitis bakterial
TERAPI MENINGITIS
JAMUR
Terapi dengan Amfoterisin B memperlihatkan
KOMPLIKASI MENINGITIS
Hidrosefalus obstruktif
MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan
adrenal bilateral)
SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
Efusi subdural
Kejang
Edema dan herniasi serebral
Cerebral palsy
Gangguan mental
Gangguan belajar
Attention deficit disorder.
PENCEGAHAN
Vaksinasi utk H. influenzae & N.
meningitidis.
Terapi untuk ibu hamil yg terinfeksi sebelum
partus utk mencegah meningitis neonatus
oleh streptococcus group B.
Personal Hygiene
Hindari kontak dengan penderita
PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
1.
Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,
Mcgraw-Hill.
2.
Ropper, AH., Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of Neurology,
Eight Edition, McGraw-Hill.
3.
4.
5.
6.
Anonim. 2014. Meningitis. (Updated 2014, accesed on Juli 2016). Available at:
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/75755/potongan/S1-2014-302137-intr
oduction.pdf
.
7.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Meningitis. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.
8.
Anonim. 2014. Kernigs Sign of Meningitis. (Updated 2014, accesed on Juli 2016).
Available at: https://medlineplus.gov/ency/imagepages/1977.htm.
9.