Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: An.H.R.

Umur

: 13 tahun

Jenis Kelamin

: Laki laki

Alamat

: Tanjung Tengah, Kec. Tanjung Selayar

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Banjar

Tanggal MRS

: 20 Juli 2016

Nomor RM

: 06.29.18

ANAMNESIS
Alloanamnesis
Dilakukan pada

: Dari orangtua pasien


: Tanggal 20 Juli 2016

Keluhan Utama
Demam

Keluhan Tambahan
- Nyeri kepala
- Muntah
- Tampak gelisah dan sulit diajak bicara
- Tidak bisa BAB
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dibawa ke RSUD Kotabaru dengan keluhan demam sejak
3 minggu smrs, demam hilang timbul, tidak menentu waktunya. Pasien
sudah diberi obat penurun panas sebelumnya (Paracetamol) tetapi keluhan
demam tidak membaik. Kejang (-), menggigil (-), gusi berdarah (-),
mimisan (-), ruam kemerahan pada kulit (-), riwayat batuk dan pilek
sebelumnya (-).
Pasien juga mengeluh nyeri kepala sejak 2 minggu smrs. Nyeri
kepala dirasakan hingga ke bagian belakang leher. Nyeri kepala tidak
berdenyut dan tidak dipengaruhi oleh cahaya terang. Riwayat trauma
kepala disangkal.
Pasien juga tampak gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1 hari
smrs, sebelumnya pasien sempat muntah satu kali, muntah tidak
menyembur. Muntah berisi air, ampas (-), muntah warna kecoklatan (-),
darah (-).
Pasien belum BAB sejak 1 minggu smrs, buang angin (+).
Riwayat BAK pasien lancar, jernih, warna kekuningan, riwayat BAK
warna hitam dan cokelat seperti teh disangkal.
Semenjak sakit, nafsu makan dan minum pasien menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit berat dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya. Keluhan serupa belum pernah dialami oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga.
Riwayat anggota keluarga yang sedang sakit atau dalam

pengobatan

disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien anak kedua dari tiga bersaudara. Sehari-hari orang tua
pasien bekerja sebagai buruh.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


ANC : Selama kehamilan, ibu pasien rajin kontrol ke bidan. Ibu pasien
tidak pernah sakit berat selama kehamilan. Ibu pasien tidak minum jamujamuan atau obat-obatan di luar anjuran dokter
Persalinan : Pasien lahir cukup bulan, spontan, ditolong oleh bidan. Waktu
lahir langsung menangis dan tidak biru. Berat badan lahir dan panjang
badan lahir ibu tidak ingat.
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap, tetapi ibu pasien tidak
ingat imunisasi apa yang belum didapatkan oleh pasien.
Riwayat Tumbuh Kembang
Menurut ibu pasien, berat badan dan tinggi badan pasien
bertambah setiap bulannya, tetapi ibu pasien tidak tahu secara pasti berapa

pertambahannya. Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai


dengan anak seusianya.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak gelisah, tidak sianosis, tidak pucat, tidak


ikterik.

Kesadaran

: Delirium

Tanda Vital
Frekuensi nadi

: 60 x/menit, reguler, isi cukup

Tekanan darah

: 145 / 90 mmHg

Suhu

: 36,5 C, pengukuran di axilla

Frekuensi napas

: 22 x/menit reguler, abdominotorakal

Data Antropologi
Berat Badan
Tinggi Badan
Kepala

: 29 kg
: Tidak dilakukan pengukuran
: Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba adanya
benjolan, tidak ada kelainan di kulit kepala, rambut
berwarna hitam

terdistribusi merata, tidak mudah

dicabut.
Leher

: Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba,


kelenjar getah bening submandibula, cervical, supra-

infra clavicula tidak teraba membesar, kaku kuduk


(+).
Mata

: Kedudukan bola mata simetris, palpebra superior et


inferior, dekstra et sinistra tidak edema, tidak cekung,
konjungtiva palpebra dekstra et sinistra tidak anemis,
sklera dekstra et sinistra tidak ikterik. Pupil bulat
anisokor, diameter 3 mm / 1 mm, reflex cahaya - /
-.
: Bentuk normal, kedua liang telinga lapang, tidak

Telinga

ada sekret pada kedua telinga, tidak terdapat serumen


di kedua telinga, kelenjar getah bening pre-retro-post
aurikel tidak teraba.
: Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, mukosa

Hidung

di kedua lubang hidung tidak hiperemis tidak ada


sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung.
: Bibir kering, tidak ada sianosis perioral, lidah tidak

Mulut

kotor, tonsil dan faring sulit dievaluasi.


Thorax :
Inspeksi : Simetris dalam diam dan pergerakan napas, tidak ada
retraksi
Palpasi : Stem fremitus kanan - kiri, depan - belakang sama
kuat
Perkusi : Sonor, batas paru hepar di ICS V MCL dextra
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung :
Inspeksi
Palpasi

: Tidak tampak pulsasi ictus kordis.


: Pulsasi ictus kordis teraba di ICS V 2 jari dari
MCL sinistra
Perkusi
:
Batas jantung kanan : Sejajar ICS V Midsternal line
Batas jantung kiri : di ICS V MCL sinistra
Batas jantung atas : di ICS III parasternal line
sinistra
Auskultasi
: Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada
Murmur, tidak ada gallop

Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

Genitalia

: Tampak mendatar, distensi (-)


: Bising usus (+) kesan normal
: Timpani pada seluruh kuadran abdomen
: Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak
teraba membesar, nyeri tekan dan nyeri lepas
pada seluruh kuadran abdomen (-), turgor
kulit normal
: Tidak tampak kelainan pada genitalia
eksterna.

Anus
Extremitas
Neurologis

: Anus (+), tidak tampak kelainan dari luar,


prolaps (-)
: Tidak ada edema, tidak ada deformitas, akral
Hangat
:
- N. Cranialis : sulit dievaluasi karena
-

IV.

pasien tidak kooperatif


Rangsang meningeal :
Kaku kuduk (+)
Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Reflex fisiologis :
Biceps + / + , normal
Triceps + / + , normal
Patella + / + , normal
Achilles + / + , normal
Reflex patologis :
Babinsky - / Chaddock - / Oppenheim - / Gordon - / Schaeffer - / -

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 20 Juli 2016)

HASIL

SATUAN

12.4

g/dl

NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin

Pria: 13.0 16.0


Wanita: 12.0 14.0

Hematokrit

33.4

Pria : 40.0 48.0


Wanita: 37.0 43.0

Eritrosit

4.61

106/L

Pria : 4.50 5.50


Wanita : 4.0 5.0

MCV

72.5

fL

82.0 92.0

MCH

26.9

pg

27.0 31.0

MCHC

37.1

g/dL

31.0 36.0

Leukosit

11.7

103/L

5.0 10.0

20.0 48.0

2.0 10.8

42.0 80.0

Hitung Jenis
-

Limfosit
Mid
Gran

Trombosit

8.9
10.5
80.6
555

103/L

150.0 400.0

KIMIA DARAH
Ureum

18

mg/dL

15-39

Kreatinin

0.8

mg/dL

Pria: 0.9 1.3


Wanita: 0.6 1.1

SGOT (AST)

28

u/L

40

SGPT (ALT)

37

u/L

41

SEROLOGI

Negatif

Negatif

IMUNOLOGI
Malaria rapid
(-) / Negatif

< 1/80

Widal

(-) / Negatif

< 1/80

S. typhi O

(-) / Negatif

< 1/80

S. typhi H

(-) / Negatif

< 1/80

S. partyphi AO
S. paratyphi BO

Pemeriksaan Rontgen Thorax AP:


Foto thorax kesan Normal.

V.

RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang dengan
keluhan demam sejak 3 minggu smrs, demam hilang timbul. Nyeri kepala
9

sejak 2 minggu smrs, dirasakan hingga ke bagian belakang leher. Tampak


gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1 hari smrs. Muntah satu kali 1 hari smrs,
tidak menyembur. Belum BAB sejak 1 minggu smrs, buang angin (+).
Semenjak sakit, nafsu makan dan minum menurun.
Pemeriksaan Fisik:
Kesadaran / KU : Delirium, tampak gelisah
Leher : kaku kuduk (+)
Mata : pupil bulat anisokor, diameter 3 mm / 1 mm, reflex cahaya - / Mulut : bibir kering
Pemeriksaan neurologis:
Rangsang meningeal :
Kaku kuduk (+)
Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Pemeriksaan Penunjang : Leukosit: 11.700 /uL

VI.

VII.

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja

: Obs. Febris + penurunan kesadaran e.c. Meningitis


(susp. Meningitis bakterial DD/ Meningitis TB)

PENATALAKSANAAN
- IVFD NaCl 0.9% : Dextrose 5% = 1 : 1 23 tpm
- Inj. Cefriaxone 1450 mg/ 12 jam, bolus I.V. (skin test)
- Inj. Dexametason 4,3 mg/ 6 jam, bolus I.V. selama 4 hari (diberikan
-

15-30 menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotik)


Inj. Paracetamol 290 mg/ 8 jam bolus I.V. jika suhu > 38.5C
Pemasangan kateter urine
Pemasangan NGT jika tidak memungkinkan intake oral
Observasi GCS, TTV dan tanda-tanda kegawatan
Saran: Pemeriksaan CSF

10

BAB III
MENINGITIS
3.1. Definisi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.1
3.2. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang
melindungi struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
Lapisan Luar (Durameter). Durameter merupakan tempat yang tidak
kenyal yang membungkus otak,sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal
dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang
disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam

11

(meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum,


tentorium serebelum dan diafragma sella.1,2
Lapisan Tengah (Arakhnoid). Disebut juga selaput otak, merupakan
selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter, membentuk sebuah
kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat.
Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang
berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat
pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan
meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.1,2
Lapisan Dalam (Piameter). Lapisan piameter merupakan selaput
halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah ke otak
dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan
mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut
sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir
cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.1,2

Gambar 1. Lapisan Meningens3


3.3. Epidemiologi
12

3.3.1. Distribusi Frekuensi Meningitis


3.3.1.a. Orang/ Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya
meningitis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan
perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta
lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
belum terbentuk sempurna.4
Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus influenzae di
negara berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di
Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau
sebelum adanya vaksin untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika
Serikat, kira-kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5
tahun. Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah
10 tahun penggunaan vaksin, Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.9 Di
Uganda (2001-2002) Insidens Rate meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar
88 per 100.000.4
Kasus meningitis bakteri di Indonesia mencapai 158/100.000 kasus per
tahun, dengan etiologi Haemophilus influenza tipe b (Hib) 16/100.000 dan
bakteri lain 67/100.000.4
3.3.1.b. Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosioekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara
dan jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada
negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi
tertinggi terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang
luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21
negara.4
Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 120 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di

13

daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang
disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.4
3.3.1.c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana
kasus-kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika
utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan
musim semi, sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim
kering. Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar
agen pengantar virus.Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate
meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus
terjadi pada musim panas.4
3.3.2. Determinan Meningitis
3.3.2.a. Host/ Pejamu
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering
menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan
yang berkulit putih.4
Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi
lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada
usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat
tinggi. Diagnosa pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan
terjadinya gejala meningitis setelah beberapa hari mendapat suntikan BCG.4
Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang anakanak dan dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu
orang menderita ampak, Gondongan (Mumps) atau penyakit infeksi virus
lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun
dan lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan.4
3.3.2.b. Agent
14

Penyebab meningitis secara umum adalah bakteri dan virus.


Meningitis

purulenta

paling

sering

disebabkan

oleh

Meningococcus,

Pneumococcus dan Haemophilus influenzae sedangkan meningitis serosa


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa dan virus. Bakteri Pneumococcus
adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Sebanyak 20-30 % pasien
meninggal akibat meningitis hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian
terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia.4
Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah
haji dan dapat menyebabkan karier disebabkan oleh Neisseria meningitidis
serogrup A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari
penderita. Di Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama
sedangkan di Afrika dan Asia penyebabnya adalah grup A.4
Wabah meningitis Meningococcus yang terjadi di Arab Saudi selama
ibadah haji tahun 2000 menunjukkan bahwa 64% merupakan serogroup W135
dan 36% serogroup A. Hal ini merupakan wabah meningitis Meningococcus
terbesar pertama di dunia yang disebabkan oleh serogroup W135. Secara
epidemiologi serogrup A,B,dan C paling banyak menimbulkan penyakit.4
Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya
mirip sakit flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu
terjadi KLB Mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus
meningitis aseptik pada orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B
merupakan penyebab dari 33% kasus meningitis aseptik, Echovirus dan
Enterovirus merupakan penyebab dari 50% kasus. Resiko untuk terkena aseptik
meningitis pada laki-laki 2 kali lebih sering dibanding perempuan.4
3.3.2.c. Lingkungan
Faktor Lingkungan (Environment) yang mempengaruhi terjadinya
meningitis bakteri yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe b adalah
lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau
hidup serumah dengan penderita infeksi saluran pernafasan.4

15

Risiko penularan meningitis Meningococcus juga meningkat pada


lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji.4
Pada umumnya frekuensi Mycobacterium tuberculosa selalu sebanding dengan
frekuensi infeksi Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi
dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini kebanyakan terdapat pada penduduk
dengan keadaan sosial ekonomi rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta
tidak mendapat imunisasi.4
Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika
sering terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering
terpapar agen pengantar virus. Lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada
orang dewasa. Kebanyakan kasus dijumpai setelah infeksi saluran pernafasan
bagian atas.4

3.4. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing
dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh
bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis
purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu
golongan neonatus paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus
dan Listeria monositogenes.4,5
Golongan

umur

dibawah

tahun

(balita)

disebabkan

oleh

H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun


disebabkan

oleh

Haemophilus

influenzae,

Neisseria

meningitidis

dan

Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan


oleh

Meningococcus,

Pneumococcus,

Stafilocccus,

Streptococcus

dan

Listeria.4,5
16

Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah


kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus
mempunyai prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu
Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex ,
Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis
aseptik(viral).4,5
3.5. Patofisiologi Meningitis
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis,
Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus
dapat pula secara perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang
ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis,
Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi
akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi
kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada
pia dan araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.4,5
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran selsel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri
dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin
sedangkan di lapisaan dalam terdapat makrofag.4,5
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks
dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi

17

neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan
oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.4,5
3.6. Gejala Klinis Meningitis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.4,5,6
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang
jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis
yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan
malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi
kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh
Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,muntah, sakit tenggorok, nyeri
otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal
di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada
meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula,
tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala,
muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.4,5
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara
akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,
nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai
dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak
dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus
pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus.
Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran

18

pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi,
nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan
serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.4,5
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu:
Stadium I atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan
dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit
bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang,
murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat
panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.7
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang
hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tandatanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku,
terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah
lebih hebat.7
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia
dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.7

19

Gambar 2. Symptom Meningitis pada Dewasa dan Anak3


3.7. Diagnosis
3.7.1. Anamnesis
Anamnesis menunjukkan keluhan utama seperti panas tinggi, nyeri
kepala, dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Keluhan meningismus, letargi,
malaise, kejang, atau muntah proyektil karena peningkatan tekanan intrakranial
tetapi keluhan ini tidak sama pada satu penderita dengan yang lain (tidak khas).

20

Anak umur kurang dari tiga tahun belum dapat mengatakan nyeri kepala sedang
pada bayi akan lebih susah lagi karena hanya datang dengan keluhan demam,
rewel, letargi, malas minum dan high-pitched cry. Keluhan lain yang harus
digali yaitu riwayat penyakit infeksi sebelumnya, misal keluhan diare, batukpilek, rinorrhea, otorrhea sebagai port of entry dari meningitis.4,5
3.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik awal adalah Status present yaitu gangguan
kesadaraan dapat berupa hanya rewel sampai penurunan kesadaran yang dapat
diukur sesuai dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Pemeriksaan lingkar kepala
(pada pediatric) dilakukan untuk menilai apakah ada hidrosefalus atau
peningkatan tekanan intra kranial. Anak kurang dari satu tahun sering
didapatkan ubun ubun yang membonjol. Peningkatan tekanan intrakranial
menyebabkan papil edema pada pemeriksaan mata. Strabismus akibat
penekanan pada saraf abdusen dan dilatasi pupil yang tidak berespon terhadap
cahaya terjadi karena penekanan saraf okulomotorik. Bradikardi dan hipertensi
arteri dapat terjadi karena tekanan pada batang otak.3

Tabel 1. Penilaian GCS pada Dewasa3


21

Tabel 2. Penilaian GCS pada Pediatrik5


Tanda rangsang meningeal dapat diperiksa dengan beberapa parasat
antara lain pemeriksaan kaku kuduk, tanda Kernig, tanda Brudzinski I dan
Brudzinski II. Pemeriksaan kaku kuduk (nuchal rigidity) dapat dilakukan
dengan menekuk leher secara pasif. Pemeriksaan kaku kuduk dikatakan positif
bila terdapat tahanan sehinggga dagu tidak dapat menempel pada dada. Tahanan
juga terasa apabila leher diposisikan hiperektensi, diputar atau digerakkan ke
samping. Kaku kuduk dapat disertai dengan hiperekstensi tulang belakang,
disebut opistotonus. Tanda Kernig diperiksa pada penderita dalam posisi
telentang, dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus, kemudian dicoba
meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Tungkai bawah dapat membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap tungkai atas dalam keadaan normal.
Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi di bawah umur enam bulan.8
Tanda Brudzinski I (Brudzinski's Neck Sign) diperiksa dengan
meletakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala penderita dan tangan
lainnya di dada penderita untuk mencegah agar badan tidak terangkat.
22

Kemudian kepala penderita difleksikan ke dada secara pasif (tidak dipaksa).


Rangsang meningeal dikatakan positif jika kedua tungkai bawah fleksi pada
sendi panggul dan sendi lutut.9
Brudzinski II (Brudzinski's Contralateral Leg Sign) diperiksa dengan
cara fleksi tungkai penderita pada sendi panggul secara pasif. Rangsang
dikatakan positif bila terjadi fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan
sendi lutut. Hasil akan tampak lebih jelas bila pada waktu fleksi panggul dan
sendi lutut tungkai lain dalam keadaan ekstensi.9

Gambar 3. Kernigs Sign8

Gambar 4. Brudzinskis Sign8

23

3.7.3. Pemeriksaan Penunjang


3.7.3.a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.4
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat,glukosa dan protein normal,kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.4

Type Leuc Gluc


Stai
Oth
of
ocyt
ose
n
er
Bact
<50
Gra
Cultu
men PMN
e
test
erial
%
of
m
re
ingit Lymp
cell
Tube
<50
Acid- Cultu
meni
bloo
PCR
is
type
rculo
ho%
of
fast
re
ngiti
d
for
Fung
Lymp
Low
India
Cultu
us
cytes
bloo
stain
PCR
s
som
al
hocy
ink
re
meni *
d
e
meni
tes
Antig
Viral
Lymp
Nor
CSF
ngiti
ngiti
en
meni
hocy
mal
cultu
s
s
Antib
ngiti
Carci tes
Lymp Very
Cytol re
ody
s
PCR
nom
hocy
low
ogic
Stool
atou
exa
Tabel 3. Hasil tes,
temuan analisis CSF sesuai mikroorganisme
penyebab
cultu
s
tumo
m
re
meni
r darah
3.7.3.b.
Pemeriksaan
pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit,
ngitiDilakukan
cells
Endap
s Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
10

Laju

24

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu,


pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3.7.3.c. Pemeriksaan Radiologis4
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada.

3.8. Tatalaksana
Tatalaksana yang paling penting pada penderita meningitis adalah
bantuan hidup dasar yaitu mencegah kerusakan otak lebih lanjut dengan: 1).
mempertahankan jalan nafas yang adekuat adalah prinsip yang terpenting.
Ventilasi mekanik bila dibutuhkan terutama pada penderita dengan kejang atau
penurunan kesadaran; 2). Mempertahankan semua fungsi sistem vital. Sistem
kardiovaskular dipertahankan dengan mempersiapkan akses intravaskular,
terutama pada penderita yang datang dengan syok dapat diberikan resusitasi
cairan 20 ml/kg BB secepatnya dan dapat diulang dua kali. Tatalaksana di unit
gawat darurat mengacu pada periode emas yaitu resusitasi enam puluh menit
pertama. Fase hipovolemia dapat berlanjut ke fase syok yang refrakter terhadap
terapi cairan, merupakan indikasi pemberian inotropik.4,11

Meningitis Bakteri
Pemeriksaan mikrobiologi membutuhkan waktu beberapa hari
sehingga apabila dicurigai meningitis bakterial, maka pemberian antibiotik
harus segera. Pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada data epidemiologi
25

kultur atau pola kuman setempat. Terapi definitif diberikan segera setelah ada
hasil kultur dan tes kepekaan antibiotik. Terapi meningitis bakterial pada anak
umur 1-3 bulan, lini pertama dapat dipergunakan Ampisilin 200-400
mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV
dibagi dalam 4 dosis, atau Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2
dosis.4,5,7
Antibiotik empiris lini pertama untuk anak umur lebih dari 3 bulan,
adalah Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis, atau
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau Ampisislin 200-400
mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis. Kortikosteroid deksametason diberikan dengan dosis 0,6
mg/kgbb/hari diberikan secara intravena setiap 6 jam diberikan selama dua hari
pertama, 30 menit sebelum pemberian antibiotik.4,5,7

Meningitis Tuberkulosis
Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai rekomendasi American
Academy of Pediatrics 1994, yakni dengan pemberian 4 macam obat selama 2
bulan, dilanjutkan dengan pemberian INH dan Rifampisin selama 10 bulan.4
Dosis obat antituberkulosis adalah sebagai berikut :12
-

Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari.


Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari.
Pirazinamid 15-30 mg/kgBB.hari, dosis maksimal 2000 mg/hari.
Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari atau
streptomisin IM 20 30 mg/kg/hari dengan maksimal 1 gram
Steroid diberikan untuk menghambat reaksi inflamasi , mencegah
komplikasi infeksi, menurunkan edema serebri , mencegah perlekatan,
mencegah arteritis/infark otak. Indikasi pemberian steroid yaitu kesadaran

26

menurun, adanya defisit neurologist fokal. Dosis: Prednison diberikan dengan


dosis 12 mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2-4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan, dapat
diberikan dexametashone dengan dosis 0,6 mg/kgbb/hari/IV selama 2-3
minggu. Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan
rutin dexametashone.12

Pembedahan
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada
komplikasi seperti empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus. 4

3.9. Pencegahan4,5
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis
pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan
seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine
(PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal
conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib
Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan
dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio
dan MMR.
Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena
meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah
direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan
interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu
satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak

27

dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat
membentuk antibodi.
Meningitis

Meningococcus

dapat

dicegah

dengan

pemberian

kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup


serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin
tetravalen A, C, W135 dan Y.
Meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG.
Hunian sebaiknya memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas
lantai > 4,5 m2/orang), ventilasi 10 20% dari luas lantai dan pencahayaan
yang cukup. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak
langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan
perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal.
Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan personal hygiene
seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan setelah dari toilet.

3.10. Prognosis4
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme
spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak,
jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami
sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan

28

kecacatan

seperti

ketulian,

keterlambatan

berbicara

dan

gangguan

perkembangan mental, dan 5 10% penderita mengalami kematian.


Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada
umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian
meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita
mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.
Penderita meningitis karena virus biasanya menunjukkan gejala klinis
yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral
memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1
2 minggu dan dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.

29

Anda mungkin juga menyukai