LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.H.R.
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin
: Laki laki
Alamat
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Banjar
Tanggal MRS
: 20 Juli 2016
Nomor RM
: 06.29.18
ANAMNESIS
Alloanamnesis
Dilakukan pada
Keluhan Utama
Demam
Keluhan Tambahan
- Nyeri kepala
- Muntah
- Tampak gelisah dan sulit diajak bicara
- Tidak bisa BAB
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien dibawa ke RSUD Kotabaru dengan keluhan demam sejak
3 minggu smrs, demam hilang timbul, tidak menentu waktunya. Pasien
sudah diberi obat penurun panas sebelumnya (Paracetamol) tetapi keluhan
demam tidak membaik. Kejang (-), menggigil (-), gusi berdarah (-),
mimisan (-), ruam kemerahan pada kulit (-), riwayat batuk dan pilek
sebelumnya (-).
Pasien juga mengeluh nyeri kepala sejak 2 minggu smrs. Nyeri
kepala dirasakan hingga ke bagian belakang leher. Nyeri kepala tidak
berdenyut dan tidak dipengaruhi oleh cahaya terang. Riwayat trauma
kepala disangkal.
Pasien juga tampak gelisah dan sulit diajak bicara sejak 1 hari
smrs, sebelumnya pasien sempat muntah satu kali, muntah tidak
menyembur. Muntah berisi air, ampas (-), muntah warna kecoklatan (-),
darah (-).
Pasien belum BAB sejak 1 minggu smrs, buang angin (+).
Riwayat BAK pasien lancar, jernih, warna kekuningan, riwayat BAK
warna hitam dan cokelat seperti teh disangkal.
Semenjak sakit, nafsu makan dan minum pasien menurun.
Pasien tidak pernah sakit berat dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya. Keluhan serupa belum pernah dialami oleh pasien.
pengobatan
disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Delirium
Tanda Vital
Frekuensi nadi
Tekanan darah
: 145 / 90 mmHg
Suhu
Frekuensi napas
Data Antropologi
Berat Badan
Tinggi Badan
Kepala
: 29 kg
: Tidak dilakukan pengukuran
: Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba adanya
benjolan, tidak ada kelainan di kulit kepala, rambut
berwarna hitam
dicabut.
Leher
Telinga
Hidung
Mulut
Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Genitalia
Anus
Extremitas
Neurologis
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 20 Juli 2016)
HASIL
SATUAN
12.4
g/dl
NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
33.4
Eritrosit
4.61
106/L
MCV
72.5
fL
82.0 92.0
MCH
26.9
pg
27.0 31.0
MCHC
37.1
g/dL
31.0 36.0
Leukosit
11.7
103/L
5.0 10.0
20.0 48.0
2.0 10.8
42.0 80.0
Hitung Jenis
-
Limfosit
Mid
Gran
Trombosit
8.9
10.5
80.6
555
103/L
150.0 400.0
KIMIA DARAH
Ureum
18
mg/dL
15-39
Kreatinin
0.8
mg/dL
SGOT (AST)
28
u/L
40
SGPT (ALT)
37
u/L
41
SEROLOGI
Negatif
Negatif
IMUNOLOGI
Malaria rapid
(-) / Negatif
< 1/80
Widal
(-) / Negatif
< 1/80
S. typhi O
(-) / Negatif
< 1/80
S. typhi H
(-) / Negatif
< 1/80
S. partyphi AO
S. paratyphi BO
V.
RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang dengan
keluhan demam sejak 3 minggu smrs, demam hilang timbul. Nyeri kepala
9
VI.
VII.
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
PENATALAKSANAAN
- IVFD NaCl 0.9% : Dextrose 5% = 1 : 1 23 tpm
- Inj. Cefriaxone 1450 mg/ 12 jam, bolus I.V. (skin test)
- Inj. Dexametason 4,3 mg/ 6 jam, bolus I.V. selama 4 hari (diberikan
-
10
BAB III
MENINGITIS
3.1. Definisi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.1
3.2. Anatomi dan Fisiologi Selaput Otak
Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang
melindungi struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
Lapisan Luar (Durameter). Durameter merupakan tempat yang tidak
kenyal yang membungkus otak,sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal
dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang
disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam
11
13
daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang
disebabkan oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.4
3.3.1.c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana
kasus-kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika
utara insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan
musim semi, sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim
kering. Meningitis karena virus berhubungan dengan musim, di Amerika sering
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar
agen pengantar virus.Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate
meningitis virus sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus
terjadi pada musim panas.4
3.3.2. Determinan Meningitis
3.3.2.a. Host/ Pejamu
Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering
menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan
yang berkulit putih.4
Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi
lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada
usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat
tinggi. Diagnosa pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan
terjadinya gejala meningitis setelah beberapa hari mendapat suntikan BCG.4
Meningitis serosa dengan penyebab virus terutama menyerang anakanak dan dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu
orang menderita ampak, Gondongan (Mumps) atau penyakit infeksi virus
lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun
dan lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan.4
3.3.2.b. Agent
14
purulenta
paling
sering
disebabkan
oleh
Meningococcus,
15
3.4. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing
dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh
bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis
purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu
golongan neonatus paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus
dan Listeria monositogenes.4,5
Golongan
umur
dibawah
tahun
(balita)
disebabkan
oleh
oleh
Haemophilus
influenzae,
Neisseria
meningitidis
dan
Meningococcus,
Pneumococcus,
Stafilocccus,
Streptococcus
dan
Listeria.4,5
16
17
neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan
oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih dibandingkan Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri.4,5
3.6. Gejala Klinis Meningitis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.4,5,6
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang
jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis
yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan
malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi
kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh
Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,muntah, sakit tenggorok, nyeri
otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal
di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada
meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula,
tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala,
muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.4,5
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara
akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang,
nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai
dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak
dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus
pneumoniae, 21 % oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus.
Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
18
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi,
nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan
serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.4,5
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu:
Stadium I atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan
dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit
bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang,
murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat
panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.7
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang
hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tandatanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku,
terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah
lebih hebat.7
Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia
dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana
mestinya.7
19
20
Anak umur kurang dari tiga tahun belum dapat mengatakan nyeri kepala sedang
pada bayi akan lebih susah lagi karena hanya datang dengan keluhan demam,
rewel, letargi, malas minum dan high-pitched cry. Keluhan lain yang harus
digali yaitu riwayat penyakit infeksi sebelumnya, misal keluhan diare, batukpilek, rinorrhea, otorrhea sebagai port of entry dari meningitis.4,5
3.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik awal adalah Status present yaitu gangguan
kesadaraan dapat berupa hanya rewel sampai penurunan kesadaran yang dapat
diukur sesuai dengan Glasgow Coma Scale (GCS). Pemeriksaan lingkar kepala
(pada pediatric) dilakukan untuk menilai apakah ada hidrosefalus atau
peningkatan tekanan intra kranial. Anak kurang dari satu tahun sering
didapatkan ubun ubun yang membonjol. Peningkatan tekanan intrakranial
menyebabkan papil edema pada pemeriksaan mata. Strabismus akibat
penekanan pada saraf abdusen dan dilatasi pupil yang tidak berespon terhadap
cahaya terjadi karena penekanan saraf okulomotorik. Bradikardi dan hipertensi
arteri dapat terjadi karena tekanan pada batang otak.3
23
Laju
24
3.8. Tatalaksana
Tatalaksana yang paling penting pada penderita meningitis adalah
bantuan hidup dasar yaitu mencegah kerusakan otak lebih lanjut dengan: 1).
mempertahankan jalan nafas yang adekuat adalah prinsip yang terpenting.
Ventilasi mekanik bila dibutuhkan terutama pada penderita dengan kejang atau
penurunan kesadaran; 2). Mempertahankan semua fungsi sistem vital. Sistem
kardiovaskular dipertahankan dengan mempersiapkan akses intravaskular,
terutama pada penderita yang datang dengan syok dapat diberikan resusitasi
cairan 20 ml/kg BB secepatnya dan dapat diulang dua kali. Tatalaksana di unit
gawat darurat mengacu pada periode emas yaitu resusitasi enam puluh menit
pertama. Fase hipovolemia dapat berlanjut ke fase syok yang refrakter terhadap
terapi cairan, merupakan indikasi pemberian inotropik.4,11
Meningitis Bakteri
Pemeriksaan mikrobiologi membutuhkan waktu beberapa hari
sehingga apabila dicurigai meningitis bakterial, maka pemberian antibiotik
harus segera. Pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada data epidemiologi
25
kultur atau pola kuman setempat. Terapi definitif diberikan segera setelah ada
hasil kultur dan tes kepekaan antibiotik. Terapi meningitis bakterial pada anak
umur 1-3 bulan, lini pertama dapat dipergunakan Ampisilin 200-400
mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV
dibagi dalam 4 dosis, atau Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2
dosis.4,5,7
Antibiotik empiris lini pertama untuk anak umur lebih dari 3 bulan,
adalah Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis, atau
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau Ampisislin 200-400
mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis. Kortikosteroid deksametason diberikan dengan dosis 0,6
mg/kgbb/hari diberikan secara intravena setiap 6 jam diberikan selama dua hari
pertama, 30 menit sebelum pemberian antibiotik.4,5,7
Meningitis Tuberkulosis
Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai rekomendasi American
Academy of Pediatrics 1994, yakni dengan pemberian 4 macam obat selama 2
bulan, dilanjutkan dengan pemberian INH dan Rifampisin selama 10 bulan.4
Dosis obat antituberkulosis adalah sebagai berikut :12
-
26
Pembedahan
Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali jika ada
komplikasi seperti empiema subdural, abses otak, atau hidrosefalus. 4
3.9. Pencegahan4,5
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi meningitis
pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan
seperti Haemophilus influenzae type b (Hib), Pneumococcal conjugate vaccine
(PCV7), Pneumococcal polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal
conjugate vaccine (MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib
Conjugate vaccine (Hb- OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan
dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio
dan MMR.
Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan terkena
meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib yang telah
direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3 dosis dengan
interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis dengan interval waktu
satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis imunisasi ini tidak
27
dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai belum dapat
membentuk antibodi.
Meningitis
Meningococcus
dapat
dicegah
dengan
pemberian
3.10. Prognosis4
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme
spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak,
jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek,
yaitu dapat menimbulkan cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami
sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
28
kecacatan
seperti
ketulian,
keterlambatan
berbicara
dan
gangguan
29