Anjing adalah hewan yang sering dijadikan sebagai hewan peliharaan oleh
manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa
dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan
manusia dan anjing yang lain. Anjing adalah hewan yang senang bermain, menggali-
gali, dan melompat-lompat, maka perlu diperhatikan kebersihan dan kesehatan tubuh
pada anjing tersebut. Pemeriksaan fisik secara rutin perlu dilakukan untuk
mengetahui kesehatan dari anjing.
Pemeriksaan klinis merupakan rangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi
fisik suatu hewan atau struktur lain yang terdapat pada tubuh suatu hewan hewan
untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan
menggunakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan
peneguhan diagnosis (Widodo 2011). Tata cara pemeriksaan fisik hewan dapat
dilakukan dengan penglihatan, perabaan, pendengaran, serta penciuman (pembauan)
antara lain dengan cara inspeksi, palpasi atau perabaan, perkusi atau mengetuk,
auskultasi atau mendengar, mencium atau membaui, mengukur dan menghitung,
pungsi pembuktian, tes alergi, pemeriksaaan laboratorium klinik serta pemeriksaan
dengan alat dignostik lain (Widodo 2011).
Pemeriksaan fisik tersebut terdiri dari pemeriksaan suhu, frekuensi nafas,
frekuensi jantung, berat badan, makan, minum, feses, urin, mukosa, kulit, dan rambut.
Pada pemeriksaan suhu, frekuensi nafas, dan jantung diperlukan data sebelum dan
setelah melakukan exercise. Anjing perlu diajak exercise setiap hari untuk meminimal
rasa stress. Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui kesehatan dan kebersihan anjing. Mahasiswa melakukan pemeriksaan
rutin, pemeriksaan natif, dan grooming pada anjing.
ALAT BAHAN DAN METODE
Metode Praktikum
Pemeriksaan harian, rantai dipasangkan pada leher anjing. Anjing dikeluarkan dari
kandang kecil. Anjing dihandel oleh dua orang, lalu suhu tubuh anjing diperiksa.
Frekuensi nafas dan jantung diperiksa dan diukur selama satu menit. Mukosa, kulit,
rambut, feses, urin, makan, minum diperiksa. Berat badan anjing ditimbang. Anjing
diajak jalan-jalan sekitar klinik diploma IPB. Frekuensi nafas dan jantung diukur
kembali untuk melihat perbedaan sebelum dan setelah exercise. Anjing yang telah
dilakukan pemeriksaan dikembalikan kembali ke dalam kandang dan rantai
dilepaskan. Semua alat dan bahan yang digunakan dirapikan kembali.
Grooming anjing, pertama dilakukan grooming kering dengan cara menyisir semua
bagian rambut pada anjing. Kutu dan caplak yang ada di kulit dan rambut anjing
diambil lalu dibakar. Lubang telinga anjing disumbat dengan kapas kering. Salep
diberikan pada kedua mata anjing. Air hangat disiapkan untuk memandikan anjing.
Sampo dicairkan dengan menggunakan air sebelum diberikan pada kulit dan rambut
anjing. Air hangat dibasuhkan terlebih dahulu ke bagian wajah anjing lalu disiramkan
air hangat ke bagian badan anjing. Sampo yang telah dicairkan diusapkan pada
seluruh bagian kulit dan rambut anjing. Jika digunakan sampo sebazole, maka
ditunggu selama lima menit agar sampo tersebut menyerap ke seluruh jamur yang ada
di rambut dan kulit anjing. Setelah itu, bilas seluruh bagian tubuh anjing dengan air
sampai bersih. Anjing yang telah bersih dimasukkan ke dalam kandang bersih dan
kering. Anjing dikeringkan dengan blower di dalam kandang. Setelah kering anjing
dimasukan kembali ke dalam kandang.
Pemeriksaan natif, mikroskop disiapkan terlebih dahulu. Objek glass dan kaca
penutup dibersihkan dengan alcohol 70%. Sedikit feses diambil lalu diletakkan pada
objek glass yang telah ditetesi larutan NaCl fisiologis. Campurkan feses tersebut
dengan larutan NaCl fsiologis sampai merata. Campuran tersebut ditutup dengan kaca
penutup hindari gelembung. Pemeriksaan natif dilakukan pada mikroskop dimulai
dengan perbesaran 4X, 10X, dan 40X. Hasil tersebut difoto pada lima bidang
pandang. Setelah selesai alat dan bahan dirapikan kembali.
Suhu tubuh internal anjing dukur dilakukan dengan mengukur rektal dengan
menggunakan thermometer. Suhu tubuh menunjukkan adanya variasi disetiap
harinya. Suhu tubuh sebelum exercise akan lebih rendah dibandingkan setelah
melakukan exercise. Hal tersebut terjadi karena terjadinya peningkatan aktivitas otot
dan metabolism dibawah pengaruh hormone, seperti hormone tiroid dan katekolamin.
Suhu tubuh normal pada anjing adalah 37,8-39,5◦C. Pada anjing yang telah
melakukan kegiatan atau exercise berat suhu yang meningkat dan akan segera
kembali lagi kebatasan normal dalam waktu 10-20 menit (widiono 2001).
Arteri yang dapat digunakan untuk memeriksa pulsus (frekuensi jantung)
anjing adalah arteri femoralis pada paha bagian dalam. Pada umumnya hewan muda,
kecil, betina, dan bunting memiliki frekuensi jantung yang lebih besar dibandingkan
anjing tua, besar, jantan, dan tidak bunting. Frekuensi jantung pada anjing normal
adalah 76-148 kali/menit. Secara fisiologis nafas dapat dipengaruhi oleh umur,
stimuli, dan kerja. Frekuensi nafas anjing normal adalah 24-42 kali/menit. Frekuensi
nafas akan meningkat ketika anjing telah melakukan exercise atau terjadi ketika
anjing stress dan sakit. Nafas diperiksa dengan menghitung frekuensi dan
memperhatikan kualitasnya dengan melihat kembang-kempisnya daerah thoraco-
abdominal dan menempelkan telapak tangan di depan cuping bagian hidung (Boddie
1962).
Pemeriksaan mukosa dilakukan pada mukosa mulut, mata, dan vulva
didapatkan mukosa warna rose. Warna mukosa pada hewan secara normal adalah
rose. Jika didapatkan warna mukosa pucat dapat dikatakan bahwa hewan tersebut
mengalami abnormalitas atau sakit. Berat badan anjing (lulu) adalah 10 kg,
sedangkan berat badan ideal atau normal anjing adalah tidak tampak tonjolan tulang
namun tulang masih teraba (BCS 3).
Sedangkan lulu berada pada BCS 2 yang menandakan tonjolan tulang terlihat,
daging dan lemak masih terasa sedikit bila diraba. Lulu memiliki kepribadian
penakut, sehingga selama pemeriksaan lulu cenderung menolak untuk diperiksa dan
diajak exercise atau jalan-jalan ke luar. Keadaan rambut lulu adalah lepek, bau, dan
kotor dikarenakan lulu jarang sekali dimandikan, sehingga ditemukan jamur, lesi,
ketombe, dan caplak pada rambut dan kulit lulu. Pada pemeriksaan natif feses lulu
tidak ditemukan telur, larva, kista, ataupun tropozoit dari protozoa. Hasil yang
didapatkan hanya berupa sisa pakan dan kotoran-kotoran.
Hasil pemeriksaan fisik secara umum menandakan keadaan sehat pada lulu.
Keadaan abnormal hanya ditemukan pada bagian kulit dan rambut, yaitu
ditemukannya jamur, ketombe, lesi, dan caplak. Pada pemeriksaan natif feses pun
tidak ditemukan telur, larva, tropozoit dari protozoa, ataupun kista.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Pemeriksaan rutin
2. Pemeriksaan natif
3. Grooming