Disusun oleh
Kelompok 6/ Praktikum 1 :
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui cara
dan tahapan-tahapan dalam pemeriksaan fisik pada hewan ruminansia yaitu sapi
dan kambing.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 25 September 2017 pukul 07.00-
11.00 WIB di GG Kandang, Kampus IPB Gunung Gede.
Prosedur
Pemeriksaan Fisik Pada Sapi dan Kambing. Alat dan bahan disiapkan. Sapi
dan kambing yang akan diperiksa diamati lalu dilakukan pemeriksaan fisik
dimulai dengan menulis signalement, anamnesis dan status present dari hewan.
Pemeriksaan fisik pada hewan dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Hasil pemeriksaan fisik ditulis pada form yang telah disediakan.
Tali yang akan digunakan berkali-kali harus dibuat sedemikian rupa agar
ujung tali tidak terurai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mematikan ujung
dengan ferulle, mematikan ujung dengan tali kecil, menggunakan plester atau
selotip, maupun membakar ujung tali dengan api. Metode mematikan ujung
dengan ferulle yaitu sebuah plat besi yang lunak atau ferulle diletakkan pada
ujung tali. Metode ini merupakan metode paling mudah dan cepat untuk
mencegah penguraian. Metode mematikan ujung dengan tali kecil yaitu seutas tali
kecil diletakkan pada ujung tali yang akan dimatikkan. Bagian yang panjang dari
tali kecil secara rata menutupi bagian yang pendek pada tali. Setelah itu, bagian
yang panjang dari tali kecil diletakkan diatas bagian yang terlilit. Tali kecil
dililitkan 8-9 kali dengan erat pada sekitar tali dan menutupi bagian yang panjang
dari tali kecil. Kedua ujung tali kecil ditarik dengan keras dan tali kecil dipotong
pada bagian yang dekat dengan lilitan. Metode mematikan ujung dengan
menggunakan plester atau selotip yaitu dengan cara plester atau selotip diletakkan
pada ujung tali lalu dililitkan hingga bagian ujung tali tertutupi. Metode
mematikan ujung dengan membakar ujung tali adalah metode yang digunakan
saat praktikum. Ujung tali dibakar hingga serabut tali meleleh, lalu satukan
serabut-serabut tali agar menjadi satu. Metode ini pada umumnya digunakan
untuk tali yang terbuat dari plastik. (Leahy dan Barrow 2013)
Tali yang telah dimatikan ujungnya, dilanjutkan dengan membuat
sambungan sebelum melakukan handling. Sambungan yang dapat digunakan
adalah sambungan samping, sambungan mata, dan sambungan mata sekitar
sebuah honda logam. Sambungan samping adalah cara permanen untuk
menyambung ujung tali ke sisi tali lainnya. Ujung tali diuraikan sekitar 8-10 inci.
Satu sulur diangkat pada sisi tali dan dilewatkan pada ujung suilur yang telah
terurai lainnya, sulur ini dianggap sulur 1. Sulur pada sisi tali yang terletak di
dekat sulur 1 diangkat keluar dan dilewatkan sulur 2 yang berada dibawahnya,
jadi sulur 2 dimasukkan di tempat sulur 2 keluar. Tali dibalikkan dan dilewatkan
sulur 3 di bawah sulur dari sisi mana belum terdapat sulur dibawahnya. Dengan
demikian sulur ini akan masuk di tempat sulur 2 keluar tempat sulur 2 masuk.
Pada tahap ini, semua sulur akan keluar pada satu bidang yang lewat bagian pada
tali. Ujung tali sulur dilewatkan lalu dilepas di atas sulur berikutnya pada sisi tali.
Sulur-sulur dijalin hingga ujungnya bertemu. Suatu sambungan yang lebih bagus
dapat dibuat dengan cara sebagian dari sulur dipotong setiap kali melewati bawah
sulur dan badan tali, sebagaimana mematikan ujung tali dengan anyaman. (Leahy
dan Barrow 2013)
Sambungan mata digunakan untuk membuat mata permanen pada ujung
seutas tali. Ujung tali diuraikan 8-10 inci dan dibuat kelokan pada ujung, sumbu
ujung membentuk sudut siku-siku dengan sumbu sulur yang terjalin dari badan
tali. Lingkar disesuaikan dengan ukuran yang diinginkan lalu diletakkan
membentuk sebuah mata. Sebuah sulur dari badan tali dilewatkan sulur tengah
dari ujung tali, lalu dilepas di bawahnya. Sulur ini dianggap sebagai sulur 1.
Penyeselaian sambungan ini, dilanjutkan seperti sambungan samping. Sambungan
mata ini yang digunakan saat praktikum. Sambungan mata sekitar sebuah honda
logam digunakan untuk membuat lingkar pada ujung sebuah tali jerat. Logam
dalam lingkar itu mempunyai permukaan yang licin, sehingga tali dapat dengan
mudah meluncur melalui mata. (Leahy dan Barrow 2013)
Handling dan restraint yang digunakan untuk ternak yaitu tali leher luncur
wyoming, tali keluh, dan pram kuping. Tali leher luncur wyoming dapat
digunakan sebagai ganti sebuah pram dalam menangani sapi pedaging. Tali leher
ini dibuat hanya dengan seutas tali yang pada ujungnya dipasang cincin logam
(Leahy dan Barrow 2013). Cincin logam dapat diganti dengan membuat
sambungan mata pada ujung tali. Sebuah lekuk tali dilewatkan melalui cincin,
sehingga terbentuk dua lingkar yang besar. Lingkar besar dipasang disekitar
kepala dan lingkar kecil dipasang disekitar hidung. Ujung tali yang melewati
cincin ditarik sehingga terjadi tekanan pada hidung dan hewan terkekang. Fungsi
dan manfaat tali leher luncur wyoming adalah mempermudah pengendalian pada
sapi, menali sapi yang belum dikeluh, untuk mengalihkan perhatian dari posisi
menangkap, dan menghindar dari tendangan. Tali leher luncur wyoming
digunakan untuk sapi, domba, dan kambing, namun untuk kambing dan domba
ukuran diameter dari tali lebih kecil. Teknik ini digunakan saat praktikum, dengan
alternatif cincin diganti dengan membuat sambungan mata.
Tali keluh merupakan tali yang menembus lubang hidung sapi dari kanan ke
kiri. Sapi yang sudah dikeluh (dipasang tali keluh) ini menjadi lebih terkendali
dan lebih mudah dibawa kemana-mana. Setiap kali tali keluh ini ditarik sapi akan
merasa kesakitan dan akan berhenti melawan. Keluh dipasang dengan cara
menusukkan tang penusuk hidung atau pasak bambu runcing pada sekat antara
lubang hidung kiri dan kanan yang telah diolesi antiseptic terlebih dahulu untuk
menghindari infeksi. Setelah sekat hidung sapi berlubang, kemudian dipasang
cincin atau tali. Proses keluh ini apabila dilakukan dengan tepat sasaran tidak akan
menimbulkan luka karena yang tertusuk adalah selaput tulang rawan pada hidung
sapi, apabila sedikit meleset pun sebenarnya tidak masalah namun akan terjadi
pendarahan akibat luka di hidung sapi. Sapi akan merasa sakit sehingga
menghentikan perlawanannya. (Nugroho 2008)
Pemasangan keluh pada sapi sebaiknya dilakukan ketika sapi masih berusia
muda, sebelum hal ini terkait dengan tulang selaput tulang rawan yang masih
lunak, proses recovery yang lebih cepat pada sapi muda, kekuatan sapi yang
belum begitu besar, serta agar tidak mengganggu proses penggemukan ataupun
produksi susu. Biasanya setelah pemasangan keluh akan mengakibatkan stress
pada sapi sehingga sapi menjadi tidak nafsu makan. Apabila sapi tersebut
mengalami stress nya pada usia produktif tentu berpengaruh pada hitungan bisnis.
Oleh karena itu usahakan memasang tali keluh pada saat sapi belum masa
produksi untuk mengantisipasi stress yang berdampak pada produksi sapi.
(Nugroho 2008)
Pram kuping akan mengakibatkan kesakitan pada kuping, sehingga ternak
akan teralihkan perhatiannya dari bagian lain pada tubuh. Cara ini merupakan
pengekangan yang efektif karena kuping sangat peka, tetapi harus diterapkan
dengan hati-hati. Pram ini menggunakan seutas tali dengan sebuah mata
diujungnya untuk membuat sebuah lingkar di tanduk ternak. Tali kemudian
dilewatkan di sekitar kuping dan ujungnya dilewatkan pada badan tali sehingga
terbentuk sebuah ikatan mati. Ujung tali ditarik untuk mengadakan tekanan.
(Leahy dan Barrow 2013)
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Crow SE, Walshaw SO, Boyle JE. 2009. Manual Of Clinical Procedures in Dogs,
Cats, Rabbits, and Rodents. Lowa: Wiley-Blackway.
Ballard B and Rockett J. 2009. Restraint and Handling for Veterinary Technicians
and Assistants. New York (US): Delmar.
Leahy JR, Barrow P. 2013. Cara-Cara Mengekang Hewan. Bogor (ID): IPB Press
Nugroho P. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 3. Jakarta (ID): Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional