Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diagnosa klinik adalah serangkaian pemeriksaan medis terhadap kondisi
fisik suatu hewan dan struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan untuk
mendapatkan kesimpulan keadaan kesehatan suatu hewan. Kesimpulan berupa
hasil hasil pemeriksaan menggunakan alat bantu pemeriksaan untuk mendapatkan
peneguhan diagnosis.
Tata laksana pemeriksaan hewan dapat dilakukan dengan menggunakan
indra yang manusia miliki, yaitu dengan menggunakan penglihatan, pendengaran
dan penciuman (pembauan). Macam macam pemeriksaan adalah inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi,membaui, mengukur, menghitung, tes alergi, pungsi
pembuktian dan pemeriksaan laboratorium.
Sinyalemen atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri dari hewan yang
merupakan pembeda yang dapat membedakan hewan lain sebangsa dan sewarna
meski ada kemiripan satu sama lain. Sinyalemen terdiri dari data pribadi pasien
seperti nama/nomor, spesies, ras, kelamin, umur, bulu dan warna (spesifik
pattern), berat badan dan tanda-tanda penting lainnya. Selain dara dari pasien,
sinyalemen memuat data dari klien berupa nama, alamat dan nomor telpon yang
dapat dihubungi.
Pada praktikum kali ini, praktikan dituntut mampu melakukan simulasi
pemeriksaan pada hewan sebagaimana pemeriksaan sesungguhnya dengan
berperan sebagai seorang dokter, dua paramedis dan satu notulen. Notulen
memegang peran penting dalam simulasi pemeriksaan ini karna dituntut untuk
menulis segala hasil pemeriksaan dengan cepat dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang harus dilakukan dalam pemeriksaan hewan ?
2. Apakah terdapat penyakit dan kelainan pada hewan yang diperiksa ?
3. Bagaimana parameter kesehatan hewan yang diperiksa secara menyeluruh ?
1.3 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan dari hewan kucing (Felis
cattus domesticus) melalui simulasi pemeriksaan fisik, anamnesa dan status
present kucing yang digunakan untuk mengambil tindakan pemeriksaan lanjutan
dan untuk melatih keterampiran dalam pengkajian dan diagnosa pasien kucing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penerapan kesrawan diharapkan dapat mengurangi cekaman dan ketidak
nyamanan yang dirasakan oleh hewan sehingga mampu meminimalisasi reaksi
ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh hewan berupa gerak, suara,dan getaran.
Keseluruhan reaksi tersebut dapat memengaruhi akurasi pengukuran profil
hemodinamika dengan menggunakan aparatus (seperangkat alat). (Darusman et
al.,2018).
Melalui pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, abnormalitas yang ringan
dapat segera diidentifikasi. Kemampuan dalam melaksanakan pemeriksaan fisik
pada pasien tentu saja akan sangat menunjang dan mempermudah penegakan
diagnosis melalui pemeriksaan lanjutan antara lain, melalui periksaan
laboratorium dengan pemanfaat peralatan-peralatan canggih maupun pemeriksaan
penunjang lainnya. (Lukiswanto dan Yuniarti,2013).
Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan yang paling banyak
dipelihara oleh manusia. Manusia sebagai pemilik kucing diharapkan dapat
mengetahui pencegahan maupun perawatan berbagai macam penyakit pada
kucing agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Oleh karena itu apabila
penyakit kucing tidak ditangani oleh ahli atau pakar yang sesuai dengan
bidangnya, maka kucing tersebut akan mengalami penurunan dan gangguan
kesehatan. (Purnomo et al.,2017)
Restrain pada hewan dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Restrain
secara fisik dapat dilakukan dengan bantuan alat atau menggunakan fisik hewan
itu sendiri sebagai sarana. Sedangkan restrain kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia, midalnya yang tergolong dalam sedativa dan
tranquillizer. (Sudisma, 2016)
Penanganan (handling) merupakan cara penanganan atau memegang satwa
sebelum diperiksa dan/atau diberikan perlakuan lain dengan cara menghalangi,
mengurangi gerak aksi dari satwa secara fisik. Kategori menghalangi dan/atau
mengurangi gerak aksi dari satwa ini adalah dengan menyentuh, menggenggam
atau menggunakan tangan untuk mengelola setiap individu satwa. (Susanti dan
Widarto, 2020).
Hewan peliharaan yang kekurangan asupan nutrisi dapat menjadi kurang
aktif dan rawan terhadap penyakit. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk
mendeteksi kondisi kesehatan hewan peliharaan, dua hal diantaranya adalah
pengamatan melalui nafsu makan dan juga suhu tubuh. Suhu tubuh merupakan
indikasi awal untuk mengetahui kondisi kesehatan baik itu anjing maupun kucing.
(Triastuti et al.,2019).
Pemeriksaan diawali dengan inspeksi terhadap tingkah laku, cara berjalan,
kondisi tubuh, suara, lubang tubuh dan aktifitas menyusui. Selanjutnya dilakukan
pengukuran frekuensi nafas, frekuensi pulsus dan pengukuran suhu tubuh (rektal).
Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan selaput lendir, kulit dan turgor, alat
gerak,refleks, berat badan, saluran pencernaan dan organ-organ lainnya.
(Widiyono et al.,2003).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
1. Sinyalemen
Nomor : 04
Nama Pasien : Oren
Jenis hewan : Kucing
Ras : Domestik
Jenis kelamin : Jantan
Berat badan : 3,40 Kg
Warna : Orange
Umur : 2 tahun
Pemilik : Syakilah
Alamat pemilik : Prada
2. Anamnesa
1) Apa saja gejala yang terlihat dari kucing ?
2) Bagaimana nafsu makan dan minum kucing ?
3) Bagaimana feses kucing belakangan ini ?
4) Pakan yang diberikan dry atau wet food ?
5) Apakah kucing sudah divaksin ?
3. Status Present
1) Keadaan umum
a. Gizi : BCS=2 (Under Weight)
b. Temperamen : Jinak, malas, suka dielus, dan manja
c. Habitus : Malas bergerak dan suka tiduran
2) a. Frekuensi nafas : 44 kali/menit
b. Frekuensi Pulsus : 100 kali/
c. Suhu Tubuh : 37,3℃
3) Kulit dan Bulu : Turgor : 2 detik, bulu rontok, ada lesi di
tubuh, bulu kotor, lesi dibawah mata
4) Selaput Lendir : Mukosa Mata = Pink Rose
Mukosa Hidung = Pink Rose
Mukosa Mulut = Pink Rose
5) Kelenjar Limfe : Lgl. Mandibularis = Normal, tidak
sakit dan tidak bengkak, Lgl.Axillaris
= Normal, non tumor, non kalor,
Lgl. Poplitei = Normal, non kalor,
non dolor dan non rubor.
6) Alat Pernafasan : Thoracalis, Hidung = Serous
7) Alat Peredaran Darah : CRT = 2 detik, Normal (ketika gusi
ditekan darah mengisi kapiler)
8) Alat Pencernaan : Urser (-), Caries (-)
9) Alat Kelamin/Perkencingan : VU (licin, tidak sakit). Glans Penis
(bersih)
10) Urat Saraf :Mata (Normal, Berkedip),
Pendengaran (Normal, bergerak),
Extremitas (Normal, tidak sakit)
11) Anggota Gerak : dapat berjalan normal, anggota
tubuh lengkap, mampu menopang
tubuh.
12) Lain-lain : Jamur di telinga

3.2 Pembahasan
3.2.1 Sinyalemen
Sinyalemen adalah pencatatan tanda-tanda pengenal dari hewan yang
diperiksa. Dari pencatatan sinyalemen diketahui spesies pasien yaitu kucing
dengan nama oren, berjenis kelamin jantan dengan ras domestic, umur 1 tahun
dengan berat badan 3,40 Kg dan memiliki bulu berwarna Orange. Pemilik
bernama Syakilah yang beralamat di Prada. Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8
Oktober 2022. Dengan sinyalemen ini kita mengetahu tanda dari pasien sebagai
pengenal dari pasien tersebut.
3.2.2 Anamnesa32
Anamnesa merupakan Tanya jawab antara dokter hewan dengan
pemilik hewan/klien. Dari anamnesa ini dokter hewan dapat mengatahui informasi
mengenai pasien. Keterangan dari pemilik tidak selalu harus dipercaya 100
persen. Ada beberapa pemilik yang tidak terlalu mengetahui hewan kesayangan
nya dan ada beberapa pemilik yang menyembunyikan keadaan hewannya Dalam
anamnesa dokter hewan pertanyaan yang diajukan haruslah logis serta tidak
mengarahakan jawaban pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak. Contoh
pertanyaan anamnesa diantaranya : apa gejala yang ada pada hewan ?, bagaimana
dengan nafsu makan hewan? Dan pertanyaan lainnya yang memenuhi dua syarat
tersebut.
3.2.3 Status Present
1. Keadaan umum
a. Gizi
Kondisi gizi hewan pada pemeriksaan fisik dapat dilihat melalui
inspeksi.Untuk hewan yang berambut panjang tidak cukup dilakukan inspeksi tapi
disertai dengan palpasi. Kondisi gizi pada hewan dapat ditentukan melalui BCS
(Body Conditions Score). Penilaian BCS ini terdiri dari point 1 sampai 5
- 1 berarti very thin
- 2 berarti underweight
- 3 berarti ideal
- 4 berarti overweight
- 5 berarti obesitas
Pada praktikum ini pemeriksaan pada kucing setelah inspeksi dan palpasi
didapat hasil BCS yaitu 2 yang berarti under weight dengan ciri tulung rusuk,
tulang belakang terlihat dan teraba, lipatan bagian perut jelas, dan tidak terlihat
adanya lemak.
b. Temperamen
Temperamen adalah ekspresi wajah dan reaksi gewan terhadap lingkungan
sekitarnya termasuk reaksi terhadap orang disekitarnya. Temperamen dapat
disederhanakan dengan menilai sifat hewat seperti periang, pemarah, tenang,
pendiam, gampang terkejut, penakut, hiperaktif, agresif atau menyerang Pada
penilaian temperamen dengan inspeksi, temperamen oren jinak, malas, suka dielus
dan manja. Dia tidak menyerang dan hanya diam pada saat di pegang
c. Habitus
Pada habitus, Kucing sangat malas bergerak, kucing tersebut hanya duduk
dan ketika diletakkan diatas meja pemeriksaan kucing langsung memposisikan
dirinya dengan posisi tidur badan miring kesamping, ketika dibangunkan kucing
akan merebahkan tubuhnya lagi.
2. a. Frekuensi nafas.
Menurut Surono dkk, frekuensi normal dari nafas kucing adalah 26-48
kali/ menit. Pada pemeriksaan ini perhitungan frekuensi nafas diinspeksi pada
bagian Thorax kucing. Setelah dihitung didapat hasil frekuensi nafas adalah 44
kali/menit. Frekuensi pernafasan kucing masih normal, tidak mengalami takipnea
atau bradipnea.
b. Frekuensi pulsus
Berdasarkan penilitian Surono dkk, frekuensi pulsus kucing berkisar
antara 92-150 kali/menit. Pemeriksaan pulsus dapat dilakukan dengan teknik
auskultasi menggunakan stetoskop di daerah jantung dan dapat juga menggunakan
teknik palpasi di Arteri femoralis Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan teknik
auskultasi dengan alat stetoskop dengan menempelkan pada daerah jantung.
setelah diperiksa frekuensi pulsus jantung dari oren adalah 100 kali/menit.
Didapatkan pulsus kucing masih normal, tidak mengalami takikardi maupun
bradikardi.
c. Suhu Tubuh
Menurut Surono dkk, rentang normal suhu tubuh kucing adalah 37,6 -
39,4°C. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan dengan alat bantu thermometer.
Thermometer dimakasukan ke rectum dan ditunggu hingga berbunyi. Pada
pemeriksaan oren didapat hasil suhu tubunya adalaha 37,3°C. dari hasil tersebut
dapat dikatakan kucing mengalami hipotermia, hal ini mungkin terjadi karna
kucing kedinginan di dalam ruangan ber AC.
3. Kulit dan Bulu
Pada pemeriksaan kulit dan bulu, ada beberapa aspek pemeriksaan seperti
turgor kulit, kondisi bulu, serta kondisi kulit. Kondisi kulit dan bulu kucing yang
diperiksa rontok namun belum mengakibatkan kebotakan, ada nya lesi di tubuh,
bulu yang kotor dikarnakan kucing selalu berada diluar rumah, dan adanya lesi di
bawah mata yang berkemungkinan akibat berkelahi.
4. Selaput lendir
Pemerikasaan selaput lendir dilakukan pada mukosa hidung, mukosa mata,
mukosa mulut, dan mukosa anus. Warna normal dari mukosa tersebut adalah
pinkrose. Ada beberapa kondisi abnormal yaitu anemis yaitu pucat karena
dehidrasi, kemudia hiperimis atau kemerahan biasanya karena demam, ada sianosi
disebakan karena kekurangan oksigen, dan icterus atau kekuning-kuningan karena
kadar bilirubin yang tinggi.
Pada pemeriksaan kucing pada mukosa hidung, mukosa mata, mukosa
mulut, mukosa anus semua normal dengan warna pada mukosa yaitu pink rose.
Namun pada anus terlihat kotor.
5. Kelenjer limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe dilakukan dengan teknik palpasi pada
beberapa Lgl glandulae, daintaranya Lgl mandibularis, lgl axillaris, dan lgl
poplitea. Lgl mandibularis berada di di daerah kepala, lgl axillaris berada di
ketiak kaki depan dan lgl poplitea berada di kaki belakang. Kondisi abnormal
dikatakan apabila ada pancaradang yaitu :
a) Dolor – sakit atau nyeri
b) Rubor- kemerahan
c) Tumor- pembengkakan
d) Calor – panas
e) Function laesa- kerusakan fungsional
Pada pemeriksaan terhadap pasien oren setelah dilakukan palpasi di Lgl
Mandibullaris, Lgl axillaris dan Lgl. Poplitae semua normal tidak keadaan
abnormal yang dirasakan tidak ada salah satu dari panca radang.
6. Alat Pernafasan
Pada alat pernafasan sebagai dokter hewan sebaiknya kita mengetahui tipe
pernafasan pada hewan yang diperiksa. Dengan itu kita bias memperhatikan
frekuensi nafas dari hewan tersebut. Selain itu juga bias diperiksa suara detak
jantung pada hewan. Suara normal jantung adalah lup dup. sedangkan untuk
kondisi abnormal suara jantung lup lup dup atau lup dup dup. Pada pemeriksaan
dalam praktikum ini tipe pernafasan dari kucing adalah thoracalis, pada hidung
serous.
7. Alat peredaran darah
Pada alat peredaran darah dilakukan pemeriksaan CRT (Capilary Refill
Time) yaitu waktu terisinya kembali kapiler. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menekan bagian gusi dan melepaskannya kembali. Kemudian waktu kembalinya
gusi itu adalah CRT. Untuk kondisi normal CRT adalah 1-2 detik. Pemeriksaan
CRT juga dapat dilakukan di telinga dan bantalan kaki kucing. Pada kucing yang
diperiksa CRT dibagian gus adalah 2 detik yang menandakan peredaran darah
kucing lancar dan normal mengisi kapiler.
8. Alat Pencernaan.
Pada pemeriksaan alat pencernaan dapat dilakukan didaerah mulut. Pada
mulut dapat diperhatikan apakah ada ulser atau tidak. Selain itu juga dapat
dilakukan penciumuman bau dari mulut pasien. Kemudian juga biasa
memperhatikan gigi apakah ada karang gigi atau tidak Pada pemeriksaan kucing
dengan dalam praktikum ini tidak ada masalah pada bagian mulut. Tidak
ditemukan ada ulser dan caries.
9. Alat kelamin/ perkencingan
Pada pemeriksaan alat kelamin/perkencingan dapat dilakukan palpasi di
rongga perut tepatnya di vesica urinaria. Pada palpasi dikatakan normal jika
terasa licin yang berarti tidak ada benda asing yang berada di dalamnya. Setelah
diperiksa dengan teknik palpasi pasien kucing normal dengan terasa licin dan
tidak sakit ketika ditekan saat dipalpasi yang berarti tidak ada benda asing di
dalam ginjal dan pada Glans penis kucing bersih.
10. Urat syaraf
Pemeriksaan urat syaraf dapat dilakukan dengan melihat reflex
penglihatan dan pendengaran serta extremitas pada pasien. Untuk refleks
pendengaran dapat dilakukan dengan memanggil nama hewan. Untuk refleks
penglihatan dapat dilakukan dengan menggerakan jari telunjuk atau menepuk
tangan di depan matanya. Untuk pemeriksaan exstremitas dapat dilakukan dengan
memperhatikan cara hewan berjalan apakah sempoyongan atau berjalan dengan
normal. Pada pemeriksaan rekfleks ini pendengaran dan penglihatan kucing
normal, ketika dipanggil kucing melirik dan pada saat tangan ditepuk didepan
matanya kucing berkedip. Untuk exstremitas kucing normal dilihat dari caranya
berjalannya yang tidak pincang atau sempoyongan.
11. Anggota gerak
Pada pemeriksaan anggota gerak dapat dilakukan dengan memperhatikan
cara berjalan hewan. Apakah terjadi inkoordinasi pada anggota gerak seperti
langkah kaki yang tidak seirama. pada pemeriksaan kucing dapat berjalan dengan
normal tanpa kepincangan, anggota geraknya lengkap dan mampu menopang
tubuhnya.
12. Lain-lain
Lain-lain yang dimaksud adalah kondisi lain yang diluar 11 aspek
sebelumnya. Pada pemeriksaan pasien kucing telinga kucing dipenuhi dengan
jamur yang mana menyebabkan luka seperti sobekan di tepian telinga kucing.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada simulasi pemeriksaan yang dilakukan pada pasien kucing bernama
Oren dengan menggunakan alat, dapat ditarik kesimpulan yaitu, kucing diperiksan
dengan beberapa teknik yaitu inspeksi (penglihatan), palpasi (meraba) dan
auskultasi (mendengar) didapatkan hasil pemeriksaan secara garis besar keadaan
fisik kucing masih normal. Keadaan abnormal yang didapat hanya beberapa
seperti suhu tubuh hipotermia, gizi kucing yang berada di level under weight,
adanya lesi, telinga yang luka karna adanya jamur dan anus yang kotor.

4.2 Saran
Praktikan berharap untuk kedepannya praktikum yang diadakan on time
sehingga tidak bertabrakan dengan jadwal praktikan lainnya. Dan praktikan juga
berhadap kepada asisten laboratorium lebih bersahabat dengan praktikan sehingga
tercipta suasana praktikum yang nyaman dan tentram.
Praktikan mengucapkan Terimakasih kepada Asisten Laboratorium yang
sudah berbagi ilmunya pada praktikan, semoga diberi kesehatan selalu dan dapat
bertemu lagi di laboratorium klinik dengan mata kuliah klinik lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darusman, H. S., Nugroho, S. W., Munggaran, F. A. dan Sajuthi, D. (2018).


Teknik penanganan kendali hewan sesuai kaidah kesejahteraan hewan
meningkatkan akurasi pengukuran profil hemodinamika tikus
laboratorium. Jurnal Veteriner, 19 (2) 208-214.

Lukiswanto, B. S. dan Yuniarti, W. M. (2013). Pemeriksaan Pada Anjing dan


Kucing. Airlangga University Press. Surabaya.

Purnomo, D., Irawan, B. dan Brianorman, Y. (2017). Sistem pakar diagnosa


penyakit pada kucing menggunakan metode dempster-shafer berbasis
android. Jurnal Coding Sistem Komputer Untan, 5(1) 45-55.

Sudisma, I. G. N. (2016). Ilmu Bedah Veteriner dan Tehnik Operasi. Plawa Sari.
Denpasar.

Susanti, P. dan Widarto, A. (2020) Penanganan (Handling) Satwa Mamalia.


Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta.

Triastuti, K,Y., Istiadi. Dan Putra, S.A.(2019). Rancangan bangun sistem


pemberian makanan dan monitoring kondisi kesehatan pada hewan
berbasis aplikasi android. CIASTECH, 2(1) 293-300.

Widiyono, I.,Wuryastuti, H., Indarjulianto, S. dan Purnamaningsih, H. (2003).


Frekuensi nafas, pulsus, dan gerak rumen serta suhu tubah pada Kambin
peranakan Ettawa selama 3 bulan pertama kehidupan pasca lahir. Jurnal
Sains Veteriner, 21 (2) 39-42.

Anda mungkin juga menyukai