Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diagnosis merupakan prosedur yang dilakukan seorang dokter untuk


menentukan suatu kondisi pasiennya. Diagnosis juga diartikan sebagai hasil dari
evaluasi yang telah dilakukan.Diagnosis fisik merupakan teknik diagnosis yang
didasarkan pada pemeriksaan fisik,kemampuan praktisi paling utama bagi seorang
prakitisi yang harus terus-menerus diasah dan dikembangkan.Semakin banyak
pasien yang ditangani dan semakin sering kasus-kasus dihadapi maka pemeriksaan
fisik dilakukan akan semakin mahir.Setiap kali pemeriksaan dilakukan pada
pasien,maka kemampuan untuk menggali dan memperkaya informasi kemampuan
untuk melakukan pemeriksaan fisik akan semakin terasah dan semakin tajam.

Indikator diagnosis dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu dengan


anamnesa, pemeriksaan fisik,pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Urutan pemeriksaan lengkap terdiri dari sinyalemen, anamnesa, status
present, pemeriksaan laboratorium, diagnose, diferensial diagnose, prognosa dan
terapi. Pemeriksaan ini memiliki tujuan untuk mendiagnosa pasien (Diagnostik),
memberi pengobatan tertentu pada pasien sesuai kebutuhannya, dan juga untuk
menentukan apakah pasien memerlukan pemeriksaan lanjutan. Pada percobaan ini,
kami hanya melakukan pemeriksaan yang terdiri dari sinyalemen, anamnesa, dan
juga satus present yang hasilnya akan diisi di ambulator.

Melalui pemeriksaan fisik yang baik dan teliti,abnormalitas yang ringan


dapat segera diidentifikasi sebelum hal tersebut menjadi masalah dan menimbulkan
masalah yang lebih serius.Dengan pemeriksaan fisik,disfungsi suatu organ maupun
system seringkali dapat diketahui tanpa melalui dan menunggu dilakukannya
pemeriksaan yang lebih luas dan mendalam.Pemeriksaan fisik pada dasarnya
melakukan konfirmasi kondisi actual hewan yang diperiksa dengan konidsi sehat
seekor hewan baik berdasarkan nilai standar yang ada maupun perubahan-
perubahan yang terjadi pada hewan yang diperiksa dibandingkan kondisi normal
hewan tersebut.Beberapa hal yang perlu diingat pada saat melakukan pemeriksaan
fisik adalah cermat dan konsisten serta selalu membuat catatan medis yang lengkap
dan terperinci.

1.3 Rumusan Masalah


1. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan dan apa fungsinya?
2. Informasi apa saja yang diperlukan pada sinyalemen?
3. Apa pertanyaan anamnesa yang benar?
4. Bagaimana kondisi pasien yang diperiksa?
5. Bagaimana ciri kondisi normal pada pasien pada tiap pemeriksaan?

1.4 Tujuan Praktikum

Praktikum ini memiliki tujuan yaitu untuk

1. Memahami tahapan serta cara memeriksa pasien

2. Mengetahui informasi yang diperlukan pada sinyalemen

3. Mengetahui pertanyaan anamnesa yang benar

4. Mengetahui ciri kondisi normal pada pasien

5. Mengetahui kondisi yang tidak normal pada pasien


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosa merupakan penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti atau
memeriksa gejalagejalanya. Didalam konsep diagnosa telah tercakup pula konsep
prognosisnya, dalam proses diagnosa bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis
dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan penyakit tertentu
melainkan mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan
menyarankan tindakan pemecahannya (Fanny et al., 2017).
Pada saat dilakukan pemeriksaan klinis didapatkan hasil frekuensi pulsus
kucing tidak normal yaitu 78 kali/menit. Frekuensi pulsus normal kucing antara
110-130 kali/menit. Hasil pemeriksaan frekuensi nafas kucing yaitu 40 kali/menit,
dan frekuensi nafas normal kucing berkisar 20-30 kali/menit. Suhu tubuh kucing
normal yaitu 38,1˚C karena temperatur rektum normal kucing berkisar 37,8-39,2˚C
pada pemeriksaan klinis teramati turgor kulit normal, mukosa berwarna pucat, dan
CRT lebih dari dua detik (Riesta dan Batan, 2020)
Anamnesa adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan
difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. Anamnesa juga diartikan sebagai
mekanisme dimana klien juga bisa mendapatkan informasi. Suatu anamnesa dapat
terfokus, seperti dalam kasus klien masuk ruang kedaruratan, atau wawancara dapat
bersifat komprehensif. Dalam menegakkan suatu diagnosis, anamnesa mempunyai
peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk
untuk menegakkan diagnosis (Ayuningtyas et al., 2015).
Kucing memiliki panjang tubuh 76 cm, berat tubuh pada betina 2 – 3 kg,
yang jantan 3 – 4 kg dan lama hidup berkisar 13 – 17 tahun. Gen yang berperan
dalam penampakan bulu panjang ditentukan oleh gen resesif sedangkan kucing
berbulu pendek memiliki sepasang gen dominan. Panjang ekor dikendalikan oleh
gen Manx. Kucing berekor pendek bergenotip. Frekuensi alel yang mengendalikan
ekspresi variasi dalam suatu populasi dapat diduga melalui bentuk morfogenetik
pada kucing (Mariandayani, 2012).
Pemeriksaan permukaan luar dapat dilakukan dengan cara palpasi atau
perabaan dengan tangan.Bagian yang dapat dipalpasi yakni,bagian
kepala,leher,bagian rongga dada,perut atau abdomen,bagian pangkal pinggul atau
pelvis,serta alat gerak atau extremitas.Tujuan palpasi adalah untuk mendeteksi
adanya perubahan bentuk,respon khusu atau rasa nyeri pada bagian yang
diraba.Sepertiga atas bagian leher atau penekanan tulang-tulang rusuk kiri dan
kanan secara bersamaaan (Effendi dan Setiawati, 2017).
Sama halnya dengan kucing,sebenarnya bila kucing melakukan
“Freezing”malah menguntungkan,karena dalam keadaan berperilakudemikian
dokter hewan justru dapat melakukan pemeriksaan fisik atau tindakan lain yang
diperlukan.Gerakan–gerakan tubuh (body posturing)jarang dilakukan
kucing,meskipun kita sudah cukup dekat pada hewan ini (Dharmojono, 2002)..
Secara sederhana,diagnosis merupakan ringkasan dari kondisi pasien atau
proses penyakit.Kemampuan untuk menegakkan diagnosis dengan tepat merupakan
kemampuan dasar dalam praktik klinis (Japp dan Robertson, 2019).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

A. Sinyalemen :

Nama pasien : Jack


Berat Badan : 4,41 kg
Warna Bulu : Abu-abu
Jenis Kelamin : Jantan
Umur : 2 tahun
Ras : Domestik
Nama pemilik : Akram Albari
Alamat : Limpok

B. Anamnesa :

1. Bagaimana kondisi lingkungan di sekitar Jack?


2. Pakan apa yang diberikan kepada Jack?
3. Apakah Jack sudah pernah di vaksin?
4. Apakah Jack sudah pernah di beri obat cacing?

C. Status Present :

1. Keadaan umum
a. Gizi : BCS 3 (Ideal)/ Normal
b. Temperamen : Pemalas,Pemalu
c. Habitus : Suka Tidur,Suka sembunyi
2. a. Frekuensi napas :76 kali/menit (Takipnea) 26-48
b. Frekuensi pulsus : 104 kali/menit (Normal) 92-150
c. Suhu tubuh : 38°C (Normal) 37,6 – 39,4°C
3. Kulit dan Bulu : Kulit bersih,tidak ada kerontokan,
turgor normal (hewan tidak dehidrasi)
4. Selaput lendir : Mukosa hidung bewarna pink
rose,mata berwarna pink rose dan mukosa mulut juga berwarna pink
rose (normal)
5. Kelenjar limfe : Lgl. mandibularis, Lgl. axillaris, dan
Lgl. poplitea normal
6. Alat pernapasan : Tipe pernafasan: Costae. Tidak ada
eksudat
7. Alat peredaran darah : CRT: 2 detik. Tidak ada suara
abnormal pada jantung
8. Alat pencernaan : Tidak ada ulser dan karies pada cavum
oris
9. Alat kelamin/perkencingan : Vesica urinaria normal (licin dan
ramping) dan ginjal terasa licin
10. Urat saraf : Mata,telinga dan extremitas normal
11. Anggota gerak :Normal(Tidakmengalami inkoordinasi)
12. Lain-lain : Terdapat luka (lesi) di tubuh

3.2 Pembahasan

Sinyalemen adalah identitas dari klien dan juga pasien atau dapat
diarikan juga sebagai pencatatan tanda-tanda pengenal dari hewan yang
diperiksa. Fungsi sinyalemen adalah sebagai identitas pasien, rekam
medik, dan surat laksana jalan Sinyalmen atau jati diri atau identitas diri
atau ciri-ciri dari seekor hewan merupakan ciri pembeda yang
membedakannya dari hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada
kemiripan satu sama lain(twin).
Sinyalmen sangat penting untuk dikenali dan dicatat pada awal pemeriksaan
fisik.Sinyalmen selalu dimuat didalam surat laksana jalan atau surat jalan bagi hewan
yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain dan menerangkan sebenar-
benarnya bahwa hewan dengan ciri-ciri yang tertuang didalam dokumen berasal dari
tempat yang sudah tertulis pada surat jalan hewan.

Fungsi lain dari sinyalmen adalah pencatuman status kesehatan hewan disurat
keterangan sehat atau surat status vaksinasi yang telah dijalaninya sesuai dengan ciri-
ciri hewan yang dimaksud didalam surat tersebut.Fungsi ketiga adalah identitas diri
didalam rekam medic kerumah sakitan bahwa hewan dengan ciri-ciri yang jelas
pernah dirawat di rumah sakit atau pernah dibawa berkonsultasi ke klinik,sehingga
memudahkan petugas administrasi medic membuka kembali dokumen rekam medic
untuk tujuan mempelajari sejarah penyakit hewan sebelumnya.

bagi hewan dari satu tempat ke tempat lain. Sinyalemen pada pasien terdiri
informasi mengenai berat badan, umur, warna bulu/kulit, spesies dan juga jenis.
Sedangkan sinyalemen pada klien terdiri dari nama, no handphone dan
alamat.Setelah melakukan pengisian identitasdari klienn dan juga pasien,lalu
melakukan anamnesa.

3.2.2 Anamnesa merupakan wawancara terhadap klien untuk mendapatkan


informasi tentang pasien. Dengan anamnesa dokter hewan dapat mengetahui
informasi tentang gambaran keadaan hewan mulai sakit sampai sekarang, Kejadian-
kejadian pada waktu lampau yang ada hubunganya dengan penyakit yang sekarang
diderita. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/ sekandang, pakan, status
vaksinasi, dsb.Dalam anamnesa gunakan bahasa yang mudah dipahami berdasarkan
tingkat intelegensinya, sehingga pemilik dapat memberikan jawaban yang benar.
Pertanyaan yang diberikan juga bersifat netral artinya tidak menduga terlebih
dahulu jawabannya, juga hindari pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak.
Anamnesa juga memiliki 6 komponen, yaitu status preventif (vaksin, antihelmentik,
antibiotic, antiektoparasit), status pakan (pakan, minum, defekasi dan urin), status
symtomatis, status mobilitas (suhu ruangan, tempat tinggal, keberadaan hewan lain,

3.2.3 Pemeriksaan Pada Kucing

- Inspeksi adalah melihat, membaui dan mendengarkan tanpa alat bantu


dalam jarak dekat maupun jarak jauh pada kucing.

- Menentukan atau mengukur pulsus atau pulsasi denyut jantung


hewan. Hal ini jug sangat penting untuk melakukan pemeriksaan pulsus.
Hal ini karena pulsus juga berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Frekuensi
fulsus normal pada kucing adalah 92-150 kali/menit sedangkan frekuensi
nafas yang normal pada kucing yaitu 145-200 kali/menit untuk kucing
berusia 1-5 tahun. . Namun hasil yang telah dilakukan didapatkan pada
kucing 104 kali/menit berarti masih dalam keadaan normal.

- Suhu Tubuh Mengukur suhu tubuh menggunakan alat thermometer


rectal. Suhu yang didapatkan kemarin adalah 38,7°C dimana suhu tubuh
normal pada kucing berada pada interval (range) 37,6 - 39,4°C. Sebelum
memasukkan memasukkan dapat di be ri b ah an pe li ca n a ta u d i b er s i hk an
menggunakan alcohol agar tidak adanya bakteri yang terkontaminasi.

- Pemeriksaan CRT (capillary refill time) Hal ini bertujuan dilakukan


dengan tujuan pemeriksaan warna selaput lender atau jaringan mukosa di
hidung, mulut dan vulva. Pertama membuka bibir hewan kucing lalu
menekan gusi bagian atas setelah itu melepaskan kembali bersaan dengan
menghitung lama waktunya kembali warna gusi dari putih menjadi merah
atau normal kembali. Lama waktu kembali dari gusi putih ke gusi normal
kembli memiliki lama selama 2 detik, dan itu termasuk normal.

-Selaput lendir konjunctiva dan mata : pada pemeriksaan konjunctiva


tidak didapatkan lesi, kotoran, dan bercak-bercak serta tidak ada perubahan
warna yaitu warnanya tetap merah rosa. Pada pemeriksaan mata pupil normal
serta bagian-bagian yang lain tidak terlihat lesi- lesi. Selaput lendir Hidung
dan Mulut : selaput lendir hidung normal karena tidak terdapat eksudat
dan tidak ada lesi dan terdapat cairan serosa untuk menjaga kelembaban
membrane. Mukosa mulut berwarna merah muda, salvias n or ma l, ti da k
a da le s i s e hi ng gg a d ap at dikatakan normal.

- Alat pencernaan Mulut, Pharing, Esophagus, Anus : sebelumnya


pemeriksaan mulut sudah dilakukan. Pharing : normal karena saat dipalpasi
pada daerah ini, kucing tidak melakukan gerakan refleks atau gerakan
memberontak. Esophagus :normal karena ketika dipalpasi pada daerah ini,
kucing tidak melakukan gerakan refleks atau gerakan memberontak.
Anus : normal karena tidak terdapat sisa-sisa kotoran atau feses. Abdomen
: normal karena pada saat dilakukan palpasi pada rongga perut, kucing
tidak merasakan sakit atau memberontak dan tidak terjadi pembesaran
serta pada saat dilakukan auskultasi dari sebelah kanan dan kiri, gerakan
peristaltiknya normal.

- Alat pernafasan Pemeriksaan hidung : pada pemeriksaan sebelumnya


hidung dalam keadaan normal. Pharing, Laring, trachea : normal karena pada
saat palpasi kucing tidak memberontak dan tidak ditemukan benda-
benda asing. Tidak terdapat reaksi batuk dan bersin yang
mengindikasikan suatu kelainan. Rongga dada : dilakukan perkus i dan
aus kultas i untuk mendengar suara yang terdapat pada daerah ini yang
berhubungan dengan paru-paru dan jantung.

-Sistem Peredaran darah (sirkulasi) Jantung : inspeksi dan palpasi untuk


mengamati detak dan debar jantung, hasil yang didapatkan dengan
menggunakan stetoskop detaknya cepat karena kucing yang mengalami
stress. Perkusi dan auskultasi pada daerah pekak jantung didapatkan
kondisi normal karena tidak ada pelebaran daerah pekak jantung. N a d i :
N o r m a l s es u a i d e n g a n h as i l s a a t pemeriksaan pulsus dan nafas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat mengambil kesimpulan
bahwa dalam mendiagnosa hewan kecil ada beberapa tahap yang mesti kita
lakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Berupa inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi, dan membaui. Dan ada beberapa alat
pembantu yang digunakan dalam mendiagnosa. Mahasiswa diharapkan
harus mengetahui tahapan- tahapan dalam melakukan pemeriksaan fisik
yang baik dan benar, agar mendapatkan hasil diagnosa yang benar, agar
treatment yang diberikan tidak salah-salah dan m en ge ta hu i , menguasai teknik-
teknik dalam melakukan pemeriksaan fisik, agar pasien merasa nyaman saat
dilakukan pemeriksaan dan mendapatkan hasil diagnosa yang
benar.Setelah melakukan praktikum dengan materi sinyelemen, anamnesa,
handling, restrain dan teknik pemeriksaan pada kucing tersebut dapat disimpulkan
bahwa kucing yang di periksa tidak mengalami sakit atau mengidap suatu penyakit
yang berat hanya saja ada terdapat beberapa lesi di area wajah kucing.

4.2 Saran

Praktikan berharap kedepannya waktu praktikum lebih diperpanjang agar


saat praktikum tidak terburu-buru sehingga para praktikan lebih memahami materi
dan melakukan pemeriksaan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas,A., Susilani, A.T. dan Hakam, F. (2015). Hubungan tingkat


pengetetahuan tentang rekam medis kelengkapan lembar anamnesa oleh bidan
dibangsal kebidanan rumah sakit nur hidayah Bantul. Jurnal Permata
Indonesia, 6(2): 1-15.

Dharmojono. (2002). Kappita Selekta Veteriner (Hewan Kecil). Obor Indonesia,


Jakarta.

Effendi, C. dan Setiawati,W. (2017). Solusi Permasalahan Kucing. Swadaya, Jakarta.

Fanny, R.R., Hasibuan, N.A. dan Buulolo, E. (2017). Perancangan system pakar
diagnose penyakit asidosis tubulus renalis menggunakan metode certainty
factor dengan penulusran forward chaining. Media Informatika Budidarma,
1(1): 13-16.

Japp, A.G. dan Robertson, C. (2019). Diagnosis Klinis.Elsevier, Jakarta.

Mariandayani, H.N. (2012).Keragaman kucing domestic (Felis domesticus)


berdarsakan monogastrik. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 1(1) : 20-30.

Riesta, B.D.A. dan Batan, I.W. (2020). Laporan kasus chystitis hemoragika dan
urolithiasis pada kucing local jantan peliharaan. Indonesia Medicus Veterinus,
9(6) : 1010-1023.

Anda mungkin juga menyukai