Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diagnosa klinik merupakan ilmu yang mempelajari teknik diagnosis standard dari
suatu penyakit berdasarkan pada pemahaman terhadap normal atau abnormalnya parameter
patofisiologi yang dapat diidentifikasi dari tubuh dengan menggunakan teknik-teknik
diagnosa standard. Dalam menerapkan ilmu Diagnosa Klinik Veteriner, dokter hewan yang
praktik dihadapkan dengan keadaan di lapangan dengan berbagai kegiatan pelayanan jasa
medik veteriner yang menerapkan tahapan ilmu diagnosa klinik.
Teknik-teknik diagnosis standard haruslah dipahami secara benar agar mahasiswa dapat
menetapkan diagnosis secara akurat dari suatu penyakit berdasarkan perubahan-perubahan
parameter patofisiologis yang dapat diidentifikasi melalui teknik-teknik diagnosis standard
secara holostik dan terintegrasi.
Penentuan diagnosa klinik yang akurat pada hewan kesayangan tidak seratus persen
dapat ditegakkan dengan diagnosa klinik tetapi memerlukan bantuan teknik pemeriksaan atau
uji kesehatan lain, seperti pemeriksaan nekropsi, pemeriksaan serologi dan sebagainya.
Metode pemeriksaan diagnosa klinis ada empat cara yaitu melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi), dan mendengar (auskultasi). Pada hewan kesayangan
dikatakan sakit bila organ tubuh ataupun fungsinya mengalami kelainan dari keadaan normal,
kelainan tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan alat indra secara langsung atau
menggunakan alat –alat bantu contohnya terlihat adanya kemerahan dan eksudat kental pada
matanya, terlihat lepuh – lepuh pada lidahnya, diare pada saat defekasi dan sebagianya.
Tanda – tanda yang terlihat atau yang ditemui pada hewan kesayangan yang menderita
dinamakan sebagai gejala sakit atau symptom atau sering dinamakan gejala klinis.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ketiga ini mengenai simulasi peeriksaan pasien
kucing antar sesame praktikan dengan alat-alat.
1. Apa saja komponen yang terdapat pada sinyalmen ?
2. Apa saja fungsi dari sinyalmen ?
3. Apa saja komponen yang terdapat pada anamnesa ?
4. Apa saja fungsi dari anamnesa ?
5. Apa saja cara koleksi urine kucing ?

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ketiga ini yaitu berkaitan dengan simulasi peeriksaan pasien
kucing antar sesame praktikan dengan alat-alat.
1. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada sinyalmen
2. Untuk mengetahui fungsi dari sinyalmen
3. Untuk mengetahui komponen yang terdapat pada anamnesa
4. Untuk mengetahui fungsi dari anamnesa
5. Untuk mengetahui cara cara koleksi urine kucing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tindakan kateterisasi merupakan tindakan invasif dan dapat menimbulkan rasa nyeri,
sehingga jika dikerjakan dengan cara yang keliru akan menimbulkan kerusakan uretra yang
permanent (Kozier, Erb, dan Oliveri 1991, Basuki, B.Purnomo,2003). Nyeri merupakan
keluhan utama yang sering dialami oleh pasien dengan kateterisasi karena tindakan
memasukkan selang kateter dalam kandung kemih mempunyai resiko terjadinya infeksi atau
trauma pada uretra. Resiko trauma berupa iritasi pada dinding uretra lebih sering terjadi pada
pria karena keadaan uretranya yang lebih panjang daripada wanita dan membran mukosa
yang melapisi dinding uretra memang sangat mudah rusak oleh pergesekan akibat
dimasukkannya selang kateter juga lumen uretra yang lebih panjang (Fitria et al., 2016).
Cystocentesis sering dilakukan karena itu adalah cara terbaik untuk memastikan
sampel segar tanpa kontaminasi bakteri dari uretra, saluran genital, kulit, atau rambut.
Namun, prosedur ini dapat menyebabkan hematuria sementara (mikroskopis), mempengaruhi
hasil urinalisis. Selanjutnya, transportasi kucing ke klinik10 dan manipulasi selama
cystocentesis dapat menyebabkan stres. Terakhir, cystocentesis tidak layak pada beberapa
kucing karena perilaku mereka atau pengisian kandung kemih yang buruk (Mortier et al.,
2023).
kateter urin ukuran 0,1 yang telah diberi lubrikan dimasukkan perlahan ke organ
kelamin kucing, kemudian spuit dipasang diujung kateter dan urin yang ada pada vesika
urinari tersebut mengalir keluar. Urin yang telah dikeluarkan melalui kateter kemudian
dilakukan pemeriksaan urinalisis (Bheja et al., 2022).
Cystocentesis adalah prosedur di mana jarum dimasukkan ke dalam dinding perut ke
dalam kandung kemih untuk menarik urin. Prosedur ini umumnya dilakukan dalam praktik
dokter hewan dan memiliki penggunaan diagnostik dan terapeutik. Sistosentesis diagnostik
menghindari banyak masalah potensial yang terkait dengan pengumpulan spesimen urin
dengan mikturisi normal, kompresi manual kandung kemih, atau kateterisasi. Keuntungan
utama sistosentesis adalah kontaminasi urin void dengan darah, eksudat, mikroorganisme,
dan puing-puing lainnya dari uretra, saluran genital, dan integumen yang dapat mempersulit
interpretasi temuan urinalisis rutin dihindari (Manfredi at al., 2019).
Urine midstream: sebaiknya diambil urine pertama di pagi hari. Area sekitar muara
uretra esterna dibersihkan dengan air dan sabun dan dikeringkan. Pada wanita labia dibuka,
pada pria kulit ditarik. Biarkan urine keluar beberapa mililiter, tampung urine setelahnya.
Kateterisasi in and out: area sekitar muara uretra esterna dibersihkan dengan air dan sabun
dan dikeringkan, insersi kateter sampai ke kandung kemih. Biarkan 15 ml urine pertama,
tampung urine setelahnya. Kateterisasi menetap: sampel urine diaspirasi dari kateter dengan
menggunakan jarum dan syring, dan bukan diambil dari kantong urine. Pengambilan sampel
urine dari kantong urine dapat memberikan hasil koloni kuman yang meningkat karena telah
terpapar pada suhu kamar dalam waktu yang lama (Duarsa, 2020).
FLUTD merupakan penyakit gangguan yang mempengaruhi kandung kemih dan
saluran perkemihan pada kucing. Sesuai dengan namanya FLUTD itu teriadi pada saluran
perkemihan bagian bawah. FLUTD lebih rentan diderita oleh kucing jantan hai tersebut
disebabkan secara anatomi uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung serta saluran
perkemihan yang lebih panjang dan memiliki bagian yang menyempit sehingga sering
menimbulkan penyumbatan urine pada saluran perkemihannya (Suharano, 2020).
Ujung kateter yang digunakan untuk kateterisasi intermiten dapat berbentuk lurus atau
melengkung. Sebuah sistem kateterisasi tertutup yang intermiten ada yang dirancang untuk
mengurangi risiko kontaminasi bakteri kandung kemih; selama pemasangan kateter tidak
pernah berkontak langsung dengan tangan. Komplikasi kateterisasi intermiten yang paling
serf g terjadi adalah infeksi saluran kemih. Penelitan-penelitian menunjukkan bahwa padd
asien dengan cedera tulang belakang, terjadinya bakteri dalam kandung kemih adalah 1-3%
per kateterisasi dan 1-4 episode terjadi bakteriuria per 100 hari (Danarto, 2021).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan


3.1 Hasil
A. Sinyalemen
 Data Klien :
Pemilik : M. Furqan Abdul Gani
Alamat pemilik : Lamgugob
 Data Pasien :
Nama : Bobi
Ras : Domestik
Spesies : kucing
Kelamin : Jantan
Umur : 3 tahun
Bulu dan warna : hitam
Berat badan : 5.49 kg

B. Anamnesa

1. Apakah Bobi ini sudah pernah divaksin sebelumnya pak?


2. Bagaimana pola makannya pak?,Apakah teratur atau sering mogok
makan?
3. Untuk pola buang air nya pak?,apakah teratur atau tidak?
4. Tempat tidurnya si Bobi ini di kandang,dilepas dirumah,atau di luar
rumah pak?
5. Apakah sudah pernah berobat di klinik lain sebelumnya pak?Kalau
sudah apa saja obat yang sudah pernah diberikan?
C. Restrain
Untuk restrain pada kucing yang diperiksa menggunakan teknik
restrain Ventrodorsal

D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Gizi : BCS 1-5 = 4 (Overweight),Karena os costae dan os
vertebrae tidak teraba lagi
b. Tempramen : Jinak (Pendiam)
c. Habitus : Makanannya dry food
2. a. Frekuensi nafas : 86 kali / menit (normal)
b. Frekuensi pulsus : 136 kali / menit (normal)
c. Suhu tubuh : 38oC (mengalami hipotermia)
3. Kulit dan Bulu : Turgor 1 detik,tidak dehidrasi (normal),kulit tidak ada
lesi.Pada bulu tidak ada kerontokan yang banyak dan warnanya mengkilap
tidak pudar.
4. Selaput lendir : - Mukosa mata : Pinkrose
- Mukosa Hidung : Pinkrose
- Mukosa mulut : Pinkrose
- Mukosa alat kelamin : pinkrose
- Mukosa anus : Pinkrose
5. Kelenjar limfe : lgl. Mandibularis tidak ada tumor,lgl. Axillaris tidak
ada tumor, dan lgl. Poplitea Kalor
6. Alat pernafasan : Cavum nasi nya tidak ada exudat dan serous.Suara
pernafasannya normal vesiculan
7. Alat peredaran darah : CRT 1 detik (normal) tidak dehidrasi, Suara denyut
jantung loop-doop (normal)
8. Alat pencernaan : Pada cavum oris tidak ada pulser dan giginya patah 1. .
9. Alat kelamin/perkencingan : Tidak ada pembengkakak di VU dan Ren
10. Urat saraf : Syarah ekstremitasnya saat Jentik menunjukan
refleks,sayarf pendengaran N. audiotorius saat dipanggil Namanya dia
menoleh (respon syaraf baik), dan syaraf penglihatan N. oculomotorius,N.
trigeminus, N. opticus, N. facialis saat di beri tepukan di depan matanya dia
mengedipkan matanya (respon syaraf baik).
11. Anggota gerak : Koordinasi (tidak jalan sempoyongan)
12. Lain-lain : Banyak kotoran di daerah telinga
3.2 Pembahasan

Sinyalemen (Inggris: Singnalement) atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri dari
seekor hewan merupakan ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain sebangsa dan
sewarna meski ada kemiripan satu sama lainnya (twin). Sinyalemen sangat penting dikenali
dan dicatat pada awal pemeriksaan fisik. Sinyalemen selalu dimuat di dalam pembuatan surat
laksana jalan untuk surat jalan bagi hewan yang akan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
Selain itu, fungsi sinyalemen hewan untuk menentukan status kesehatan hewan di status
vaksinasi yang telah dijalaninya sesuai dengan cirri-ciri hewan yang dimaksud dalam surat
tersebut. Fungsi sinyalemen juga berguna untuk mengetahui pernah atau tidaknya hewan
tersebut pernah dibawa berkonsultasi ke klinik atau ke rumah sakit, sehingga memudahkan
paramedic untuk membuka rekaman medic untuk mengetahui sejarah penyakit hewan
sebelumnya.
Anamnesa merupakan Tanya jawab antara dokter hewan dengan pemilik hewan/klien.
Seorang dokter hewan membutuhkan kemampuan untuk memperoleh informasi tentang
riwayat penyakit pasien yang tidak biasa dari pemiliknya. Caranya dengan pertanyaan-
pertanyaan menyelidik namun tidak disadari oleh pemilik hewan dan pertanyaan yang
diberikan harus bersifat netral, artinya tidak menduga terlebih dahulu jawabannya juga
hindari pertanyaan dengan ya atau tidak.
Status present adalah kedaan hewan pada saat hewan tersebut datang ke klinik. Gizi yang
didapat dari pemeriksaan Bpbi mendapatkan nilai 4 BCS-nya (Body Condition Score) yang
asrtinya tomi mengalami gizi yang overwight sehingga os costae dan os vertebrae tidak
teraba lagi. Temperamen nya jinak. Habitusnya sering makan makanan dry food. Setelah di
amati menggunakan stetoskop frekunsi nafas nya 86× permenit (takipnea, normal: 24-46) dan
frekuensi pulsus 136× permenit (normal atau tidak ada permasalahan pada pulsus).
Pengecekan suhu dilakukan di rectum kucing dengan menyentuh dinding rectum didapatkan
hasil suhunya yaitu 38°C (normal, tidak terjadi hipotermia dan hipertemia). Apabila
mengalami hipotermia bisa kemungkinan kucing yang dibawa mengalami stres saat
perjalanan ingin dibawa ke klinik. Kulit tidak ada lesi (luka), turgor elastic dan kembali
dalam waktu dibawah 1 detik yang artinya kucing tersebut tidak mengalami dehidrasi, bulu
tidak rontok.
Saat pemeriksaan selaput lendir, mukosa dari mulut, mata, anus, dan kelamin berwarna
pinkrose yang artinya normal dan tidak mengalami gangguan. Pemeriksaan kelenjar limfe ada
beberapa tempat, limpoglandula mandibula tidak mengalami pembengkakan, limpoglandula
axilaris juga tidak mengalami pembengkakang, dan limpoglandula poplitea mengalami kalor
(panas).
Pemeriksaan pernafasan dapat dilihat dari hidung, pada saat pemeriksaan hidung terdapat
mukous yang berarti normal. Adapun tipe pernapasannya adalah thoracalis Pada saat
pemeriksaan alat peredaran darah dilakukan dengan cara menekan gusi dan amati berapa
detik sampai kembali normal. CRT (capillary refil time) 1 detik artinya darah kembali normal
dengan cepat, sehingga kucing yang diperiksa tidak mengalami dehidrasi. Pemeriksaan
pencernaan dapat dilihat dari cavum oris dan anusnya, cavum orisnya tiddak terdapat lesi,
namun terdapat 1 gigi patah.. Anus memiliki mukosa yang berwarna pinkrose berarti normal.
Pemeriksaan urat saraf dapat dilakukan dengan memriksa N. Opticus dan N. Auditorius.
Pada pemeriksaan N. Opticu, responsis saat tangan dijentik mata langsung reflek menutup
dan N. Auditorius, respon baik saat dipanggil (tidak tuli) dan saat tangan dijentik juga telinga
merespon dengan baik. Anggota gerak normal, tidak terdapat inkoordinasi pada keempat
extremitasnya, saat berjalan tidak sempoyongan. Serta di telinganya terdapat kotoran dan
kucingnya sudah di steril.
Adapun cara koleksi sample urine itu ada 4 yaitu
1. Voiding (Langsung/ ditampung)
Cara ini dilakukan dengan cara menampung urine yang keluar dari saluran
perkemihan sebanyak mungkin sesuai dengan yang dibutuhkan operator. Cara ini
merupakan cara yang efektif dan terbaik untuk analisis urine serta kultur, resiko
terhadap hewan juga kecil, dan potensi hemturia iatrogenik yang minimum. Adapun
kekurangannya adalah volume urine yang dibutuhkan tidak maksimal.
2. Massage (Pijatan)
Cara ini dilakukan dengan memijat VU (Vessica urinaria) hingga urine
terkoleksi sebanyak mungkin yang dibutuhkan operator. Kelebihan dan kekurangan
cara ini sama seperti cara voiding.
3. Kateterisasi
Kateterisasi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk
membantu pengeluaran urine dengan cara memasukkan cateter urine dari orifisium
urethra externa menuju ke vu. Kelebihan menggunakan cara ini ialah potensi trauma
lebih minimum, potensi hematuria iatrogenik juga lebih minimum. Kekurangannya
ialah urine yang dikoleksi kurang efektif untuk analisis serta kultur urine. Tujuan
dilakukan pengkoleksian urine menggunakan metode ini ialah untuk membantu
dalam eliminasi urine, pengambilan sample untuk analisis urine, dan mendukung
proses pembedahan dan penanganan medis, dan membantu mengindentifikasi urethra.
4. Chystosintesis
Metode ini dilakukan dengan cara menusukkan jarum ke kandung kemihnya
langsung, dengan alat suntik berukuran 6 atau 12 mL , melalui dinding perut dan
dinding kandung kemih untuk mendapatkan sampel urin untuk urinalisis atau kultur
bakteri. Kelebihan dengan cara ini yaitu prosesnya cepat dan kekurangannya adalah
hewan akan mengalami trauma.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sinyalemen (Inggris : Signalement) atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri dari
seekor hewan merupakan ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain sebangsa dan
sewarna meski ada kemiripan satu sama lainnya (twin). Anamnesa merupakan suatu kegiatan
wawancara antara klien dengan dokter hewan untuk memperoleh keterangan- keterangan
tentang keluhan dan riwayat penyakit yang diderita pasien. Tujuan dalam kegiatan anamnesa
adalah untuk memperoleh informasi tentang pasien.
Pengkoleksian urine kucing dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu, voiding, massage,
kateterisasi dan sistosintesis, ke 4 cara tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing, adapun pengkoleksian urine kucing bertujuan untuk, urinalisis kesehatan rutin,
kultur, atau urinalisis diagnostik dan lain-lain.

4.2 saran
Terimakasih kakak dan abang yang telah mengajarkan kami sewaktu di laboratorium,
sebaiknya setiap kelompok jangan di gabung supaya pemeriksaan atau pekerjaan yang
dilakukan praktikan dapat lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bheja1, A. S., Utami, T., Yohanes T.R.M.R., Simarmata ,Tarsisius, C. dan Tophianong
(2022). Identifikasi kristaluria sebagai gambaran awal kejadian urolithiasis pada
kucing di kelurahan liliba. Jurnal Veteriner Nusantara, 5(08): 1-10.
Danarto, H.R. (2021). Buku Ajar Urologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Duarsa, G. W. K. (2020). Luts, Prostatitis, Bph Dan Kanker Prostat Peran Inflamasi Dan Tata
Laksana. Airlangga University Press, Jawa Timur.
Kurniawati, M. F. (2016). Perbedaan Teknik Pemberian Jelly Dengan Cara Mengoleskan Ke
Selang Kateter Dan Menyemprotkan Ke Meatus Uretra Terhadap Kecepatan
Pemasangan Dan Keluhan Nyeri Pada Pasien Kateterisasi Urin. Jurnal Ilmu
Kesehatan MAKIA, 2(1): 8-11.
Manfredi, S., Gnudi, G., Miduri, F., Daga E. dan Volta, A. (2019). Cystocentesis Diagnostik
dan Terapi pada Anjing dan Kucing: Pertimbangan. Jurnal Ilmu Susu dan Dokter
Hewan, 9(5): 1-2.
Mortier, F., Daminet, S., Duchateau, L., Marynissen, S. J., dan Paepe, D. (2023). Comparison
of cystocentesis versus home sampling to determine urinary protein: Creatinine ratio
and urine specific gravity in cats. Journal of Veterinary Internal Medicine, 37(4):
1401-1408.
Suharno, B. (2020). Cat and Dog Media Komunikasi Penyayang Kucing dan Anjing.
Romindo PrimavetCom, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai