Anda di halaman 1dari 15

Jumat, 18 Juli 2014

Diagnosa Pada Kucing

DIAGNOSA KLINIK PADA KUCING

Tujuan pemeriksaaan klinis adalah untuk menentukan diagnosa. Banyak


penyakit yang dapat ditentukan diagnosa khasnya dengan mendasarkan atas riwayat
kejadian penyakit serta pemeriksaaan fisik pada penderita. Bagi seorang ahli klinik,
merupakan hal yang menggembirakan bilamana penentuan diagnosa secara khas
dapat diambil sebelum melakukan pengobatan dan pencegahan. Gangguan-gangguan
klinis pada hewan yang diperiksa tidak selalu dapat dikenal batasan-batasanya hingga
diagnosa pun tidak selalu dapat ditentukan. Dalam hal demikian ahli klinik harus
berusaha menentukan masalahnya setuntas mungkin dan memulai dengan melakukan
pengobatan atau tindakan pencegahan, sebelum gangguan yang definitif, atau diagnosa
pasti, dapat ditentukan. Apabila hal tersebut tidak dilakukan mungkin seekor hewan akan
menderita yang tidak ada gunanya, keadaanya menjadi makin buruk, atau malahan
dapat mengalami kematian.
Apabila diagnosa pasti tidak dapat ditentukan pada awal kejadian penyakit,
dipandang perlu untuk menyusun daftar permasalahan yang mencakup semua gejala
klinis yang dapat diamati pemilik atau perawat hewan, dan gejala klinis atau gangguan
fungsi organik yang ditemukan waktu mengadakan pemeriksaan fisik. Daftar

permasalahan tersebut kemudian diperiksa dan diteliti adanya kaitan diantara masalahmasalah yang disusun. Masalah-masalah yang saling berkaitan dikelompokan dalam
satu kelompok masalah. Untuk masing-masing kelompok biasanya ada beberapa
penyebab yang sifatnya potensial. Beberapa penyebab tersebut disusun dalam suatu
diagnosa banding, diagnosa diferensial, bagi masing-masing kelompok masalah.
Diagnosa-diagnosa yang dianggap penting mungkin diduga menjadi penyebab
gangguan, atau sebaliknya dianggap tidak penting lagi, setelah dilakukanya uji
laboratorium secara khusus. Tidak jarang pula, diagnosa pasti baru dapat ditentukan
berdasarkan hasil pengobatan khusus.
Dalam pemeriksaan klinis sering dijumpai bahwa gambaran klinis suatu penyakit
sulit dapat dikenali. Hal tersebut mungkin terdapat pada hewan yang keadaan umumnya
tidak baik, yang pertumbuhan badanya jelek, atau hewan yang menurun berat
bandanya. Kadang-kadang dijumpai pula gejala-gejala klinis suatu penyakit yang tidak
jelas bentuknya. Dalam keadaan demikian penentuan diagnosa secara pasti hanya
mungkin setelah dilakukan uji laboratorium yang tuntas. Kadang-kadang penetuan
diagnosa pada suatu kelompok ternak yang sama hanya dapat dilakukan setelah
memeriksa secara teliti tatalaksana pemeliharaanya.

PEMBAHASAN

Sebelum kita melakukan pemeriksaan umum maupun fisik pada kucing, kita
harus tahu penampilan normal kucing;

Refleks/reaksi terhadap rangsangan baik

Mata jernih, bersinar, tanpa ada leleran/sekret

Lubang hidung bersih tanpa leleran

Lubang telinga bersih tanpa bau

Kulit elastis, bebas luka dan parasit

Berat badan sesuai dengan jenis/ras, tidak terlalu gemuk (obesitas), tidak kurus (inanisi)

Jalan normal, tidak kaku, sempoyongan, nyeri,pincang

T, P, N dalam kisaran normal (di RSH dapat naik sedikit karena stres)

Membrana mukosa/selaput lendir, jambon muda (anjing), pucat (kucing) dan waktu
pengisian kapiler (Capillary Refill Time = CRT) 1 2 detik

Urin jernih kekuningan tanpa nyeri/sukar

Tinja keras, coklat.Keluar mudah tanpa pengejanan atau nyeri

Timbul selera makan jika disodori pakan dan mampu makan dan minum.
Riwayat penyakit (Anamnesa)
Suatu catatan kejadian-kejadian yang telah berlangsung sebelum saat penderita
dihadapi oleh dokter hewan untuk pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting
dalam penentuan diagnosa. Pada umumnya merupakan hal yang terbaik apabila pemilik

kucing memberikan keterangan-keterangan dalam riwayat dibiarkan menyatakan


pengamatan-pengamatanya sebelum kita memulai bertanya secara khusus. Setelah
mendapat keterangan-keterangan secukupnya, seorang pemeriksa harus mempunyai
gambaran tentang masalah yang dihadapinya.
Pertanyaan-pertanyaan harus ditujukan terhadap fakta-fakta penting yang telah
diceritakan atau terhadap gejala-gejala klinis yang telah diamati pemilik atau wakilnya.
Pertanyaan harus disusun secara kronologik agar patogenesis dari penyakit yang
diperiksa dapat diusahakan untuk dipelajari. Fungsi semua sistem dalam tuuh harus
ditanyakan. Sebagai tambahan, pertanyaan tentang frekuensi, kualitas dan jumlah tinja
maupun kencing yang dikeluarkan perlu pula diajukan. Tanggal-tanggal seekor hewan
dikawinkan dan tingkat kebuntinganya perlu dicantumkan pada riwayat hewan-hewan
yang masih menghasilkan keturunan. Hal lain yang menyangkut pertanyaan mengenai
tipe perkandangan, jenis makanan, dan air perlu pula ditanyakan.
Lama berlangsungnya suatu penyakit harus ditentukan. Riwayat tentang adanya
penyakit yang terdahulu, baik yang berasal dari hewan yang sama atau yang
sekandang, perlu diperoleh. Begitu pula keterangan tentang tambahnya hewan-hewan
baru ke dalam kandang tempat penderita ditempatkan perlu diketahui oleh pemeriksa.
Riwayat tentang vaksinasi dan pengobatan yang telah diberikan perlu diketahi oleh
pemeriksa. Berhasil atau kurang berhasilnya pengobatan sebelumnya, ataupun respons
terhadap perubahan pengelolaan pemeliharaan dapat pula digunakan untuk membantu
memecahkan masalah yang dihadapi.

Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum penderita dimulai dari suatu jarak yang tidak mengganggu
ketenangan dan sikap penderita. Seringkali terjadi hewan-hewan mengalami
kegelisahan karena didekati oleh dokter hewan, hingga hewan nampak lebih siaga
mengahadapi sesuatu (alert) dan hewan mengalami kenaikan frekuensi pernafasan dan
jantung. Pemeriksaan dari jauh harus dilakukan dari berbagai arah, yaitu dari depan,
belakang dan kedua sisi hewan. Dengan cara ini banyak kelainan tubuh yang dapat
diamati, yang mungkin tidak ditemukan dalam pemeriksaan dari jarak dekat.
Keadaan umum dan kelakuan hewan perlu diperhatikan. Hewan dalam keadaan
berdiri atau tiduran perlu dicatat. Tingkat kelesuan, kesadaran, atau kegelisahan
hendaknya dicatat pula. Kegiatan di bawah sadar atau abnormal mungkin
menggambarkan penyakit syarafi. Adanya rasa sakit ditandai dengan cara berdiri yang
tidak bebas, hewan menggeratakan gigi, gejala-gejala yang berupa hewan yang
berguling-guling atau menunjukan posisi abnormal; penderitaan yang berasal dari
daerah perut kadang juga ditunjukan oleh penderita dengan cara menendang-nendang
perutnya sendiri.
Apabila hewan sedang makan perhatian perlu ditujukan pada kelainan cara
mengunyah makanan; pengunyahan secara intermiten dapat disebabkan karena adanya
rasa sakit waktu mengunyah. Bahan makanan yang jatuh atau keluar lagi dari mulut
dapat ditemukan pada penderita gangguan syaraf, juga cara mengambil pakan,
termasuk kemampuan lidah dan bibir harus diperhatikan.

Pengeluaran tinja dan kemih perlu diperhatikan apabila hal tersebut terjadi pada saat
pemeriksaan umum dilakukan.
Rasa sakit yang berkaitan dengan sistem muskulo-skeletal kadang menyebabkan
sikap hewan yang abnormal, atau pembagian berat badan yang tidak merata. Sikap
kaku sebagai akibat penyakit tetanus lebih mudah diamati dari jauh dibandingkan
dengan pemeriksaan dari dekat. Gangguan dalam langkah hewannwaktu berjalan juga
merupakan petunjuk adanya penyakit syaraf atau otot-ototnya.
Keserasian tubuh terutama simetri pada kedua sisi hewan harus diamati.
Pemeriksaan simetri yang terbaik dilakukan dari muka dan belakang, sedangkan
keserasian tubuh diamati dari samping kanan dan kiri. Keadaan umum tubuh harus
dinilai dari derajat otot-ototnya. Keadaan tubuh kucing dinilai dari keadaan hewan, misal
kucing yang sedang dalam puncak masa laktasi biasanya nampak lebih kurus
dibandingkan dengan kucing yang sedang tidak laktasi.
Frekuensi pernafasan, keteraturan serta dalamnya perlu diperiksa dari jarak yang
tidak mengganggua hewan. Tingkat sesak nafas atau respirasi abdominal dapat dinilai
pada pengamatan pernafasan. Pada kucing normal dalam keadaan tenang serta pada
suhu lingkungan sedang, rata-rata frekuensi pernafasanya 24 42 tiap menitnya.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara palpasi, inspeksi visual dan penciuman
disamping pendengaran dengan cara auskultasi dan perkusi.

Palpasi dapat digunakan untuk mengenal kelainan-kelainan kecil atas susunan


anatomi dan untuk menilai kepekaan terhadaprasa sakit, atau tanda-tanda lain dari
proses peradangan. Kelainan konsistensi jaringan seperti busung dapat ditentukan
dengan palpasi pada jaringan bawah kulit dengan bekas tekanan jari yang tidak segera
kembali ke bentuk aslinya. Emfisema pada jaringan menyebabkan perasaan adanya
gelembung brisikan udara dan perasaan sesuatu yang rusak. Pengapuran yang
patologik ataupun fibriosis dalam palpasi akan terasa keras, sedang radang atau tumor
akan terasa kial dan seperti daging. Adanya fluktuasi kadang-kadang merupakan
petunjuk terjadinya abses atau hematom.
Lesi pada kulit dan selaput lendir paling baik dinilai dengan inspeksi dari dekat dalam
suasana penerangan yang cukup. Radang dengan nekrose jaringan di dalam mulut atau
saluran pernafasan biasanya disertai dengan bau pernafasan yang busuk.
Perkusi hanya memilik nilai terbatas dalam pemeriksaan kucing. Perkusi yang
dilakukan bersama dengan auskultasi dapat digunakan untuk menetukan diagnosa
secara pasti terhadap lokasi jaringan yang berisi gas didalam rongga perut. Caranya
adalah dengan mendengarkan dengan stetoskop, dan pada saat yang sama jari-jari
dipukulkan dengan keras, atau dijentikan pada dinding badan dalam daerah yang sama.
Apabila gas atau udara terdapat di daerah tersebut, suara nyaring atau ping akan
terdengar. Auskultasi dengan menggunakan stetoskop adalah cara terbaik untuk
menilai keadaan abnormal dari suara jantung dan pernafasan. Gerakan saluran
gastrointestinal dapat pula ditentukan dengan mendengarkan secara auskultasi pada
perut.

Biasanya suhu tubuh diukur melalui rektum. Termometer harus berada didalam
rektum sedikitnya 1 menit sebelum diambil dan dibaca hasilnya. Suhu normal kucing
dengan pengambilan melaui rektum adalah 38,0 39,5

C. Suhu normal dibenarkan

memiliki variasi 0,5 sampai dengan 1,0 C selama jangka waktu satu hari. Suhu
lingkungan yang tinggi atau kerja yang berlebihan dapat mengakibatkan suhu tubuh
meningkat sedikit diata suhu badan normal.
Pulsus pada kucing dapat ditentukan dari arteri-arteri

Arteria femoralis ; di sisi medial femur

Arteria digitalis; di sisi voler karpus

Arteria koksigea; di sisi ventral/ basis ekor

Arteria lingualis ; di sisi ventral lidah (hanya pada pasien terbius dapat diraba)
Kadang-kadang frekuensi pulsus lebih mudah ditentukan dengan jalan auskultasi
jantung. Frekuensi pulsus per menit pada kucing (110 140 x/ menit). Apabila
mengalami kenaikan, frekuensi pulsus perlu diukur ulang, karena kegelisahan akibat
pemeriksaan dapat mengakibatkan kenaikan frekuensi sementara.
Tanda abnormalitas dan kemungkinan berarti/bermakna

1. Perubahan nafsu makan


Banyak hewan terutama kucing, nafsu makan berubah meski sehat, terutama di
RSH/Klinik, karena perubahan pakan atau lingkungan. Selera/nafsu makan hilang;
sering merupakan gejala pertama bahwa hewan tidak sehat, dapat disebabkan oleh
sejumlah faktor, termasuk :

ulsera/luka mulut

rongga hidung bengkak, menyebabkan gangguan syaraf penciuman (olfaktorius)

penyakit infeksi dan demam (pyrexia,febris, fever)

penyakit metabolisme
Makan rakus, tetapi berat badan jelek/turun dapat karena :
insufisiensi pankreas
cacingan

2. Perubahan urinasi (kencing)

Polyuria(produksi urin banyak) dan polidipsi (kehausan) merupakan tanda beberapa


penyakit termasuk nefritis (radang ginjal), DM (kencing manis, peny. Gula), diabetes
insipidus (peny. Kel. Hipofisis), pyometra (timbunan nanah di sal.peranakan)

Dysuria (sakit waktu kencing)

Anuria (tidak dapat kencing)

Hematuria (kencing berdarah)


Merupakan keadaan emerjensi, dapat disebabkan : batu (kristal di kandung kemih,),
sindroma gangguan alat kencing pada kucing, pembesaran kelenjar prostate.
Semua perubahan pada proses kencing, perlu dimonitor. Air yang diminum dan
urin yang keluar diukur secara teliti (urin normal kucing 2 ml/kg/jam). Warna, bau,
konsistensi urin dicatat dan dilaporkan.

3. Perubahan defekasi
Konstipasi (Sembelit, gagal berak), dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk :

Makan benda asing (korpus alienum),misal bulu hewan (hair ball, trikobezoar) dsb

Tumor di kolon (usus besar)/rectum (poros usus

Pembesaran kel. Prostata

Mega kolon pada kucing

Dehidrasi (kurang cairan tubuh)

Lingkungan baru yang tidak cocok dengan kebiasaan


Diare (mencret) : berak berulang kali, dengan tinja encer, banyak disebabkan oleh :

Infeksi bakteri

Panleukopenia kucing (infeksi usus kucing oleh virus)

Radang usus besar

Tumor pada usus

Intususepsi (invaginasi, telecosping)

Parasit cacing, protozoa dalam usus

Pakan yang tidak sesuai

induk kucing yang makan pembungkus fetus (anak yang dilahirkan)


Frekuensi berak, jumlah, warna, konsistensi, bau, ada darah, mukus, parasit harus
dicatat. Jika perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis.

4. Muntah (emesis, vomitus) : pengeluaran isi lambung lewat mulut, dapat disebabkan
oleh :

makan bahan asing, misal:zat racun, pakan busuk

infeksi virus di hati, usus, rongga perut

penyakit DM (gula, kencing manis)

Radang ginjal, pankreas

parasit cacing di usus (cc. gelang/ cc. pita

piometra (timbunan nanah di uterus atau saluran peranakan)

benda asing di alat pencernaan (lambung, Usus) misal : plastil, bola kecil, batu
Harus dicatat frekuensi muntah, jumlah, ada tidaknya darah, mukus, parasit,
racun. .Retching: usaha muntah yang tidak berhasil (bedakan dengan batuk ,
terutama pada kucing)

5.

Leleran hidung (ingus, nasal discharge). Biasanya diawali bersin dan dapat
disebabkan oleh :

benda asing, misal : biji rumput, tumor atau polip

kalisivirosis kucing

rhinotracheitis pada kucing karena infeksi virus

Perlu dicatat sifat leleran, misal: serous, mukus, mukopurulen, purulen (spt nanah),
berdarah, berkarat, terutama pada kucing rongga hidung yang bengkak menurunkan
syaraf penciuman sehingga makan tidak mau.

6. Leleran telinga. Sering diikuti dengan geleng-geleng kepala serta garuk-garuk telinga.
Dapat disebabkan oleh :

Biji rumput, tungau telinga (Otodectes cynotis), infeksi bakteri atau jamur

Telinga diperiksa untuk mengetahui ada/tidaknya abnormalitas. Jika perlu menggunakan


auroskop/otoskop

7. Leleran mata, dapat merupakan gejala dari

ISPA kucing

Benda asing

Abnormalitas bulu mata atau kelopak mata

Mata hendaknya diperiksa secara teliti, jangan menyentuh kornea

8. Leleran vagina (lubang kelamin betina), biasanya berkaitan dengan daur reproduksi
anjing betina (birahi) atau kucing betina (queen) dan dapat normal atau abnormal,
indikasi mencakup :

Pre estrus : leleran merah darah

Estrus : leleran warna kekuning-kuningan

Menjelang beranak : hijau gelap

Metritis (radang uterus) : hitam coklat berbau busuk

Abortus (keguguran) : hitam dan berbau busuk

Piometra : kental, pekat, hijau atau seperti kopi berbau busuk

9. Batuk
Dapat dijumpai pada pasien di RSH/Klinik hewan dan dapat bersifat kering, kasar atau
basah dan produktif, paroksismal dsb. Batuk dapat merupakan gejala :

gagal jantung (congestive heart failure)

infestasi cacing gelang pada hewan muda

penyakit kandang (Kennel cough trakeobronchitis)

bronkitis

menghirup zat kimia dan gas yang merangsang atau mengiritasi

Perhatian: Hindari restrain (pengendalian) yg menjengkelkan (berlebihan) pada kucing.

10. Perubahan warna selaput lendir


Warna selaput lendir merupakan indikasi yang baik untuk kesehatan seekor hewan,
dan kadang-kadang sebagai indikasi untuk tindakan cepat jika ada perubahan.

Pucat : indikasi ada perdarahan, anemia, kolaps peredaran darah

Kebiruan (sianosis, blue-tinged) : indikasi gangguan pernapasan

Kuning (ikterus) : indikasi ada penyakit hati atau leptospirosis

11. Keresahan, kegelisahan (restlesness)


Hewan yang gelisah berlebihan hendaknya diperiksa untuk menentukan penyebab
dan langkah-langkah yang akan diambil jika memungkinkan dapat meringankan stress
(penderitaan fisik atau mental).
Tanda-tanda gelisah (stress) antara lain :

terengah-engah, merintih, menyalak, mondar-mandir, menggaruk-garuk di tempat tidur,


tidak mampu diam, yang dapat disebabkan oleh :

nyeri/tidak nyaman

panas/dingin yg berlebihan

menahan kencing/berak

lapar atau haus

kesepian atau bosan

ikatan/balutan terlalu ketat

PENUTUP
Dalam mendiagnosa penyakit pada pasien kucing diperlukan beberapa tindakan,
yaitu anamnesa, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan khusus. Dalam melakukan
pemeriksaan hendaknya dikurangi tindakan yang dapat membuat pasien kurang
nyaman, sehingga dapat mengacaukan data pemeriksaan. Pemeriksaan fisik pada
kucing dilakukan dengan cara palpasi, inspeksi visual dan penciuman disamping
pendengaran dengan cara auskultasi dan perkusi. Keadaan normal pada kucing

temperatur

: 38,0 39,5 o C

denyut nadi (pulsus) : 110 140 x per menit


freq. napas

: 24 42 x per menit

awal birahi

: 10 bln

dikawinkan

: 12 bln

lama birahi

: 3 15 hari

daur birahi

: 2 3 x per tahun

lama bunting : 56 60 hari

DAFTAR PUSTAKA

Subronto.1985.Ilmu Penyakit Ternak.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.


Smith John, Soesanto Mangkoewidjojo.1988.Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis.Univeritas Indonesia Press: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai