Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sel (Cellula = kamar) adalah suatu bangun yang berukuran kecil, seperti
sel atau penjara. Sel biologi merupakan unit terkecil penyusun tubuh makhluk
hidup. Sel merupakan unit struktural dan fungsional yang berarti sel merupakan
unit dasar bagi tubuh makluk hidup dan memiliki fungsi kehidupan seperti
makhluk hidup penyusunnya. Teori sel lainnya menyebutkan sel sebagai kesatuan
hereditas, yang berarti sel dapat mewariskan sifat yang dimiliki kepada
keturunannya
Sel pertama kali dilihat oleh Robert Hooke yang mengamati penampang
melintang sayatan tipis gabus dari batang tumbuhan. Bentuk yang tampak adalah
berupa rongga kosong segi enam, Setelah beberapa dekade diketahui sel berisi
cairan yang disebut sitoplasma.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian sel?
2. Bagaimana sejarah penemuan dan teori sel?
3. Bagaimana struktur dan fungsi bagian-bagian sel?
4. Bagaimana mekanisme transpor pada membran sel?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian sel
2. Mengetahui sejarah penemuan dan teori sel
3. Mengetahui struktur dan fungsi bagian-bagian sel
4. Mengetahui mekanisme transpor pada membran sel

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.I. PENGERTIAN SEL


Sel berasal dari kata latin cella yang berarti ruangan kecil. Ukuran sel
bermacam-macam dan bentuk sel juga bermacam-macam, meskipun ukuran sel
sangat kecil, strukturnya sangat rumit dan masing-masing bagian sel memiliki
fungsi khusus. misalnya, mitokondria yang terdapat di dalam sel berfungsi sebagai
penghasil energi, sedangkan lisosom berfungsi sebagai pencerna.
Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang dapat melaksanakan
kehidupan. Sel disebut sebagai unit terkecil karena sudah tidak bisa dibagi-bagi
lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang berdiri sendiri. Sel dapat melakukan
proses kehidupan seperti melakukan respirasi, perombakan, penyusunan,
reproduksi melalui pembelahan sel, dan terhadap rangsangan. Sel disebut satuan
struktural makhluk hidup. Sel juga disebut sebagai satuan fungsional makhluk
hidup. Perkembangbiakan sel dilakukan melalui pembelahan sel, pembelahan sel
dilakukan baik oleh organisme bersel satu mengadakan pembelahan secara
langsung sedangkan sel-sel pada organisme bersel banyak mengalami pembelahan
secara mitosis.
Sel mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat makhluk
hidup. Dengan adanya materi genetik, sifat makhluk hidup dapat diwariskan
kepada keturunannya.

II.2. SEJARAH PENEMUAN DAN TEORI SEL


Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus dari batang
Quercus suber menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya ruang-ruang
kosong yang dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya. Robert Hooke
menyebut ruang ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae artinya sel. Sel
yang ditemukan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah mati.
Perhatikan Gambar 1.1. Sejak penemuan itu, beberapa ilmuwan berlomba untuk
mengetahui lebih banyak tentang sel.

2
Gambar 1.1 Sel gabus (atas) dan karya Robert

Ilmuwan Belanda bernama Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723)


merancang sebuah mikroskop kecil berlensa tunggal. Mikroskop itu digunakan
untuk mengamati air rendaman jerami. Ia menemukan organisme yang bergerak-
gerak di dalam air, yang kemudian disebut bakteri. Antonie van Leeuwenhoek
merupakan orang pertama yang menemukan sel hidup.

Gambar 1.2. Mikroskop Leeuwenhoek

3
Perkembangan penemuan tentang sel mendorong berkembangnya persepsi
tentang sel. Dari sinilah kemudian lahir teori-teori tentang sel. Beberapa teori
tentang sel sebagai berikut.

a. Sel Merupakan Kesatuan atau Unit Struktural Makhluk Hidup

Teori ini dikemukakan oleh Jacob Schleiden (1804–1881) dan Theodor


Schwan (1810–1882). Tahun 1839 Schleiden, ahli botani berkebangsaan Jerman,
mengadakan pengamatan mikroskopis terhadap sel tumbuhan. Pada waktu yang
bersamaan Theodor Schwan melakukan pengamatan terhadap sel hewan. Dari
hasil pengamatannya mereka menarik kesimpulan sebagai berikut.

1) Tiap makhluk hidup terdiri dari sel.


2) Sel merupakan unit struktural terkecil pada makhluk hidup.
3) Organisme bersel tunggal terdiri dari sebuah sel, organisme lain yang tersusun
lebih dari satu sel disebut organisme bersel banyak.

b. Sel Sebagai Unit Fungsional Makhluk Hidup

Max Schultze (1825–1874) menyatakan bahwa protoplasma merupakan


dasar fisik kehidupan. Protoplasma bukan hanya bagian struktural sel, tetapi juga
merupakan bagian penting sel sebagai tempat berlangsung reaksi-reaksi kimia
kehidupan. Berdasarkan hal ini muncullah teori sel yang menyatakan bahwa sel
merupakan kesatuan fungsional kehidupan.

c. Sel Sebagai Unit Pertumbuhan Makhluk Hidup

Rudolph Virchow (1821–1902) berpendapat bahwa omnis cellula ex


cellulae (semua sel berasal dari sel sebelumnya).

d. Sel Sebagai Unit Hereditas Makhluk Hidup


Ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong penemuan unit-unit
penurunan sifat yang terdapat dalam nukleus, yaitu kromosom. Dalam kromosom

4
terdapat gen yang merupakan unit pembawa sifat. Melalui penemuan ini
muncullah teori bahwa sel merupakan unit hereditas makhluk hidup.

Penemuan-penemuan yang mendukung perkembangan teori sel antara lain sebagai


berikut.

1) Robert Brown (1812), Biolog Skotlandia, menemukan benda kecil terapung


dalam cairan sel yang ia sebut nukleus.
2) Felix Durjadin (1835), beranggapan bahwa bagian terpenting sel adalah cairan
sel yang sekarang disebut protoplasma.
3) Johanes Purkinye (1787–1869), orang pertama yang mengajukan istilah
protoplasma untuk menamai bahan embrional sel telur.

II.3. STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN-BAGIAN SEL


Sel terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu sel prokariotik dan sel
eukariotik. Kedua jenis sel tersebut sama –sama mempunyai membrane plasma
dan sitoplasma. Dibandingkan sel eukariotik, sel prokariotik tidak mempunyai
nucleus, melainkan nukleoid (inti sel sederhana tanpa selaput inti) dan kehilangan
beberapa macam organel. Perbedaan yang nyata antara sel prokariotik dan
eukariotik adalah sel eukariotik terdapat pengorganisasian atau pemisahan
organel-organel sel yang lebih jelas, sedangkan organel-organel sel prokariotik
tidak memiliki membrane seperti sel eukariotik. Seluruh proses metabolisme
prokariotik terjadi dalam sitoplasma sel.
Sel Eukariotik memiliki inti sel yang dibatasi oleh membran inti dan
dinamakan nucleus, organel-organelnya dibatasi membran, Membran selnya
tersusun atas fosfolipid, Diameter selnya antara 10-100mm, mengandung banyak
subunit RNA polymerase, dan susunan kromosomnya linier.
Sel Prokariotik tidak memiliki inti sel yang jelas karena tidak memiliki
membran inti sel yang dinamakan nucleoid, organel-organelnya tidak dibatasi
membran, membran sel tersusun atas senyawa peptidoglikan, diameter sel antara
1-10mm, mengandung 4 subunit RNA polymerase, dan susunan kromosomnya
sirkuler.

5
Gambar 1.3 Struktur sel eukariotik dan sel prokariotik

Struktur sel terdiri atas dua bagian, yaitu protoplas dan membran/dinding
sel. Membran atau dinding sel merupakan bagian terluar sel yang membatasi
protoplas dengan lingkungannya. Protoplas berisi cairan kental yang disebut
protoplasma. Di dalam protoplasma ditemukan beragam organel.
Berdasarkan letaknya, protoplasma dibedakan atas sitoplasma dan
nukleoplasma. Sitoplasma terdapat diantara inti sel (nukleus) dengan membran
sel, sedangkan nukleoplasma terdapat di dalam nukleus.

Gambar 1.4 Anatomi sel hewan dan sel tumbuhan

6
1. Membran Sel
Membran sel atau membran plasma merupakan bagian terluar dari sel
yang bertindak sebagai pembatas antara isi sel dengan lingkungan luarnya.
Membran plasma mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut.
a. Mengontrol atau mengendalikan pertukaran zat antara sitoplasma
dengan lingkungannya.
b. Sebagai reseptor atau penerima rangsang, seperti hormon dan bahan
kimia lainnya yang berasal dari lingkungan luar sel ataupun
bagian lain dari dalam sel itu sendiri.
c. Sebagai pelindung sel agar isinya tidak keluar meninggalkan sel.
d. Mengontrol zat-zat yang akan masuk/keluar meninggalkan
sitoplasma.
Pada sel tumbuhan dan prokariotik, membran selnya berubah menjadi
kaku dan disebut dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung dan penunjang.
Organel tersebut terbentuk dari hasil aktivitas protoplasma.
Di antara dinding sel yang berdekatan terdapat lamela tengah. Di antara
dua sel yang bertetangga juga terdapat pori. Melalui pori tersebut, plasma sel yang
bertetangga dihubungkan oleh benang-benang plasma (plasmadesma).
Plasmodesma diduga berperan memfasitilasi gerakan berbagai zat dan
penghantaran impuls antar sel

Gambar 1.5 Membran Sel

7
Gambar 1.6 Dinding Sel Tumbuhan

2. Sitoplasma
Sitoplasma adalah protoplasma yang mengisi ruangan di antara membran
plasma dengan nukleus. Sitoplasma sel tumbuhan dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu ektoplasma dan endoplasma. Ektoplasma adalah sitoplasma yang berbatasan
dengan membran, sedangkan endoplasma adalah sitoplasma pada bagian yang
lebih dalam. Di dalam ektoplasma sel tumbuhan terdapat banyak plastida.
Pada sel hewan, ektoplasma adalah membran plasma itu sendiri,
sedangkan cairan di sebelah dalam ektoplasma merupakan endoplasma. Pada sel
hewan tidak ditemukan komponen plastisida.
Sitoplasma tersusun dari sitosol, yaitu bagian dari sitoplasma yang mengisi
ruang-ruang antarorganel. Sitosol merupakan sistem larutan yang tersusun dari
90% air, senyawa, organik terlarut, dan kaloida (bahan tidak larut).

3. Organel
Untuk melaksanakan berbagai fungsi hidup, sel dilengkapi dengan
berbagai organel, seperti nukleus, mitokondria, ribosom, lisosom, plastisida,
retikulum endoplasma, kompleks golgi, dan badan mikro.
Beberapa organel pada sel hewan berbeda dengan sel tumbuhan,
perhatikan Tabel 1.7

8
Organel Sel Hewan Tumbuhan

Nukleus
Nukleolus
Mitokondria
Kloroplas X
Ribosom
Retikulum endoplasma
Badan Golgi
Lisosom X
Vakuola pusat X
Sentriol X

Tabel 1.7 Perbedaan Organel Sel Hewan dan Tumbuhan

a. Nukleus
Nukleus atau inti sel adalah organel yang ditemukan pada sel eukariotik.
Organel ini mengandung sebagian besar materi genetik sel dengan bentuk molekul
DNA linear panjang yang membentuk kromosom bersama dengan beragam jenis
protein seperti histon. Gen di dalam kromosom-kromosom inilah yang
membentuk genom inti sel.
Fungsi utama nukleus adalah untuk menjaga integritas gen-gen tersebut
dan mengontrol aktivitas sel dengan mengelola ekspresi gen. Selain itu, nukleus
juga berfungsi untuk mengorganisasikan gen saat terjadi pembelahan sel,
memproduksi mRNA untuk mengkodekan protein, sebagai tempat sintesis
ribosom, tempat terjadinya replikasi dan transkripsi dari DNA, serta mengatur
kapan dan di mana ekspresi gen harus dimulai, dijalankan, dan diakhiri
Nukleus tersusun atas: membran berpori, benang kromatin, nukleolus, dan
nukleoplasma. Struktur membran sama dengan membran plasma, terdiri atas dua
lapisan lemak yang berbentuk pospolipid, dan protein yang berbentuk
glikoprotein. Membran plasma tidak memiliki pori seperti membran nucleus.
Nukleus berisi cairan yang disebut nukleoplasma

9
Benang kromatin adalah benang-benang dalam inti yang dapat menyerap
warna. Benang-benang ini saat sel membelah menjadi memendek dan menebal
yang disebut kromosom.

Gambar 1.8 Inti Sel

b. Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma (RE) adalah organel yang dapat ditemukan di
seluruh sel hewan eukariotik.
Retikulum endoplasma memiliki struktur yang menyerupai kantung
berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma
bervariasi, tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan
labirin membran yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma meliputi

10
separuh lebih dari total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik
berarti “di dalam sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang
berarti “jaringan”).
Retikulum Endoplasma dibedakan menjadi dua, yaitu RE kasar dan RE
halus. Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-bintik yang merupakan ribosom.
Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka, fungsi utama RE kasar adalah
sebagai tempat sintesis protein. RE halus Berbeda dari RE kasar, RE halus tidak
memiliki bintik-bintik ribosom di permukaannya. RE halus berfungsi dalam
beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan
konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor
pada protein membran sel.

Gambar 1.9 Retikulum Endoplasma

c. Ribosom
Ribosom berdiameter lebih kurang 20 nm. Organel tersebut banyak
melekat pada membran RE. Ribosom tersusun dari protein dan RNA ribosom
dengan perbandingan jumlah yang sama. Fungsi ribosom adalah sebagai tempat
mensintesis protein dari asam amino. Pelaksana sintesis tersebut adalah RNA.

d. Sentriol

11
Sentriol adalah sepasang benda mikro berbentuk tabung yang tampak di
dekat nukleus. Masing-masing sentriol mengandung mikrotubulus (buluh halus),
yaitu salah satu bahan yang membina rangka sel (sitoskelet)
Sentriol berfungsi dalam kontrol pergerakan atau tonjolan sel,
pembentukan sitoskelet, dan orientasi pembelahan sel. Organel tersebut hanya
dimiliki oleh sel hewan dan protista.

e. Badan Golgi
Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom)
adalah organel yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir
di semua sel eukariotik dan banyak dijumpai pada organ tubuh yang
melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan memiliki 10
hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan
Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.
Badan Golgi tersebut mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.
1) Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel
kelenjar kantung kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.
2) Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti
membran plasma. Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari
membran plasma.
3) Membentuk dinding sel tumbuhan
4) Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi
enzim untuk memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.
5) Tempat untuk memodifikasi protein
6) Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel
7) Untuk membentuk lisosom

12
Gambar 1.10 Badan Golgi

f. Lisosom
Lisosom adalah organel sel berupa kantong terikat membran yang berisi
enzim hidrolitik yang berguna untuk mengontrol pencernaan intraseluler pada
berbagai keadaan. Lisosom ditemukan pada tahun 1950 oleh Christian de Duve
dan ditemukan pada semua sel eukariotik. Di dalamnya, organel ini memiliki 40
jenis enzim hidrolitik asam seperti protease, nuklease, glikosidase, lipase,
fosfolipase, fosfatase, ataupun sulfatase. Semua enzim tersebut aktif pada pH 5.
Lisosom perperan dalam penguraian molekul-molekul secara endositosis,
fagositosis, dan autofagi.
1) Endositosis adalah pemasukan makromolekul dari luar sel ke dalam sel
melalui mekanisme endositosis, yang kemudian materi-materi ini akan
dibawa ke vesikel kecil dan tidak beraturan, yang disebut endosom awal.
Beberapa materi tersebut dipilah dan ada yang digunakan kembali (dibuang
ke sitoplasma), yang tidak dibawa ke endosom lanjut. Di endosom lanjut,
materi tersebut bertemu pertama kali dengan enzim hidrolitik. Di dalam

13
endosom awal, pH sekitar 6. Terjadi penurunan pH (5) pada endosom lanjut
sehingga terjadi pematangan dan membentuk lisosom.
2) Proses autofagi digunakan untuk pembuangan dan degradasi bagian sel
sendiri, seperti organel yang tidak berfungsi lagi. Mula-mula, bagian dari
retikulum endoplasma kasar menyelubungi organel dan membentuk
autofagosom. Setelah itu, autofagosom berfusi dengan enzim hidrolitik dari
trans Golgi dan berkembang menjadi lisosom (atau endosom lanjut). Proses
ini berguna pada sel hati, transformasi berudu menjadi katak, dan embrio
manusia.
3) Fagositosis merupakan proses pemasukan partikel berukuran besar dan
mikroorganisme seperti bakteri dan virus ke dalam sel. Pertama, membran
akan membungkus partikel atau mikroorganisme dan membentuk fagosom.
Kemudian, fagosom akan berfusi dengan enzim hidrolitik dari trans Golgi
dan berkembang menjadi lisosom (endosom lanjut).

g. Mitokondria
Mitokondria adalah tempat di mana fungsi respirasi pada makhluk hidup
berlangsung. Respirasi merupakan proses perombakan atau katabolisme untuk
menghasilkan energi atau tenaga bagi berlangsungnya proses hidup. Dengan
demikian, mitokondria adalah "pembangkit tenaga" bagi sel.
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme
tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot
jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel.
Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm.
Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar,
membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam
membran

14
Gambar 1.11 Mitokondria

h. Plastida
Plastida adalah organel sel yang menghasilkan warna pada sel tumbuhan.
ada tiga macam plastida, yaitu :
- leukoplast : plastida yang berbentuk amilum(tepung)
- kloroplast : plastida yang umumnya berwarna hijau. terdiri dari : klorofil a
dan b (untuk fotosintesis), xantofil, dan karoten
- kromoplast : plastida yang banyak mengandung karoten
Plastida merupakan organel utama yang hanya ditemukan pada tumbuhan
dan alga.plastid berfungsi untuk fotosintesis, dan juga untuk sintesis asam lemak
dan terpen yang diperlukan untuk pertumbuhan sel tumbuhan. Tergantung pada
fungsi dan morfologinya, plastida biasanya diklasifikasikan menjadi kloroplas,
leukoplas (termaduk amiloplas dan elaioplas), atau kromopas. Plastid merupakan
derivat dari proplastid, yang dibentuk pada bagian meristematik tumbuhan.
Pada tumbuhan, plastida dibedakan kedalam beberapa bentuk, tergantung
fungsinya dalam sel. Plastida yang belum teriferensiasi akan berkembang
menjadi:
Amiloplas : untuk menyimpan cairan
Kloroplas : untuk fotosintesis
Etioplas : kloroplas yang belum terkena cahaya
Elaioplas : untuk menyimpan lemak

15
Kromoplas : untuk sintesis dan menyimpan pigmen
Leukoplas : untuk mensistesis monoterpen
Setiap plastid berisi berbagai kopi plastid gen pada lingkar 75-250 kb. Gen plastid
berisi kurang lebih 100 gen yang mengkode rRNAs dan tRNAs.
Kebanyakan tumbuhan mewarisi plastida hanya dari induknya.
Angiosperm umumnya mewarisi plastida dari induk betina, sedangkan beberapa
gimnospermae mewarisi plastida dari induk jantan. Alga juga mewaisi plastida
dari salah satu induknya.
Pada alga, istilah leukoplas digunakan untuk semua jenis plastid yang
belum terpigmentasi. Fungsinya berbeda dari leukoplas pada tumbuhan. Etioplas,
amiloplas dan kromoplas hanya ada pada tumbuhan dan bukan pada alga. Plastida
pada alga mungkin juga berbeda dengan plastida pada tumbuhan yang mana pada
alga berisi pirenoid.
Plastida berasal dari endosimbiosis sianobakteri. Pada alga hijau dan
tumbuhan disebut kloroplas, rhodoplas pada alga merah dan sianelles. Plastida
dibedakan atas pigmennya, namun juga ultrastruktur.

Gambar 1.12 Struktur Kloroplas

i. Vakuola

Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam
bahasa Inggris) yang berupa rongga yang diselaputi membran (tonoplas). Cairan

16
ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Selain itu, Vakuola juga
berisi asam organik, asam amino, glukosa, gas, garam-garam kristal, alkaloid.
Vakuola ditemukan pada semua sel tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel
hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler tingkat rendah.

Vakuola terbagi menjadi 2 jenis, yaitu Vakuola Kontraktil dan Vakuola


nonkontraktil (vakuola makanan). Vakuola kontraktil berufngsi sebagai
osmoregulator yaitu pengatur nilai osmotik sel atau ekskresi. Vakuola
nonkontraktil berfungsi untuk mencerna makanan dan mengedarkan hasil
makanan.

Pada sel daun dewasa, vakuola mendominasi sebagian besar ruang sel
sehingga seringkali sel terlihat sebagai ruang kosong karena sitosol terdesak ke
bagian tepi dari sel.

Fungsi Vakuola:

1. Tempat penyimpanan zat cadangan makanan seperti amilum dan glukosa

2. Tempat menyimpan pigmen (daun, bunga dan buah)

3. Tempat penyimpanan minyak atsirik (golongan minyak yang memberikan bau


khas seperti minyak kayu putih)

4. Mengatur tirgiditas sel (tekanan osmotik sel)

5. Tempat penimbunan sisa metabolisme dan metabolik sekunder seperti getah


karet, alkaloid, tanin, dan kalsium oksabit

Bagi tumbuhan, vakuola berperan sangat penting dalam kehidupan karena


mekanisme pertahanan hidupnya bergantung pada kemampuan vakuola menjaga
konsentrasi zat-zat terlarut di dalamnya. Proses pelayuan, misalnya, terjadi karena
vakuola kehilangan tekanan turgor pada dinding sel. Dalam vakuola terkumpul
pula sebagian besar bahan-bahan berbahaya bagi proses metabolisme dalam sel
karena tumbuhan tidak mempunyai sistem ekskresi yang efektif seperti pada

17
hewan. Tanpa vakuola, proses kehidupan pada sel akan berhenti karena terjadi
kekacauan reaksi biokimia.

Gambar 1.13 Vakuola tengah pada sel tumbuhan

j. Badan Mikro
Badan mikro merupakan organel kecil yang terlindung oleh selapis
membran. Ukurannya sebesar lisosom. Contoh badan mikro antara lain periksom
dan glioksisom.
Peroksisom adalah kantong yang memiliki membran tunggal. Peroksisom
berisi berbagai enzim dan yang paling khas ialah enzim katalase. Katalase
berfungsi mengkatalisis perombakan hydrogen peroksida (H2O2). Hidrogen
peroksida merupakan produk metabolism sel yang berpotensi membahayakan sel.
Peroksisom juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat.
Peroksisom terdapat pada sel tumbuhan dan sel hewan. Pada hewan, peroksisom
banyak terdapat di hati dan ginjal, sedang pada tumbuhan peroksisom terdapat
dalam berbagai tipe sel.
Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan, misalnya pada lapisan
aleuron biji padi-padian. Aleuron merupakan bentuk dari protein atau kristal yang
terdapat dalam vakuola. Glioksisom sering ditemukan di jaringan penyimpan

18
lemak dari biji yang berkecambah. Glioksisom mengandung enzim pengubah
lemak menjadi gula. Proses perubahan tersebut menghasilkan energi yang
diperlukan bagi perkecambahan.

Gambar 1.14. Penampang Peroksisom (Salah satu Badan mikro)

k. Skeleton

Skeleton (sitoskeleton) adalah rangka sel yang terdapat di antara nuk leus
dengan membrane sel eukariotik yang berfungsi untuk pergerakan sel dan
transport zat. Sitoskeleton disusun oleh tiga elemen, yaitu mikrotubula
(berdiameter 24 nm), mikrofilamen (berdiameter 7 nm), dan filamen antara
(berdiameter 10 nm)

19
Gambar 1.15 Berbagai elemen sitoskeleton yang saling berhubungan.

l. Silia dan Flagela


Pada permukaan sel terkadang dijumpai silia dan flagela, yaitu struktur
menonjol seperti rambut yang berfungsi sebagai alat gerak. Dalam struktur
tersebut terdapat mikrotubula bernama aksonema.
Silia (bulu getar) mempunyai diameter 0.2 μm, panjang 8 μm, dan banyak
terdapat pada organisme uniseluler. Pada hewan tingkat tinggi, silia dapat
ditemukan pada jaringan selaput di saluran pernapasan. Jumlah silia pada satu sel
dapat mencapai ratusan. Silia (tunggal: silium) bergerak atau mengayuh dalam
satu arah.
Flagela (cambuk getar) lebih panjang dibandingkan dengan silia, rata-rata
tiap sel mempunyai 1-2 flagela. Tonjolan sel tersebut dapat bergerak ke segala
arah. Flagela bisa di temukan pada Protozoa (Flagellata), Porifera (bunga karang)
dan Coelenterata (hewan karang).

20
II.4. MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

Berbagai organel yang terdapat di dalam sitoplasma memiliki membran


yang strukturnya sama dengan membran plasma. Walaupun tebal membran
plasma hanya ± 0,1 μm, membran plasma merupakan penghalang bagi gerakan
molekul dan ion zat-zat. Keleluasaan gerak ion dan molekul sangat penting untuk
menjaga kestabilan pH yang sesuai, mengendalikan konsentrasi ion di dalam sel
untuk kegiatan enzim, memperoleh pasokan zat makanan bahan energi dan bahan
mentah lainnya, serta membuang sisa-sisa metabolisme yang dapat bersifat racun.
Hal tersebut di atas dilakukan dengan cara difusi, osmosis, transpor aktif, dan
endositosis atau eksositosis.

1. Transpor pasif

Transpor pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi.


Perpindahan zat ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat atau larutan.
Transpor pasif melalui peristiwa difusi, osmosis, dan difusi terbantu.

a. Difusi

Difusi dapat diartikan perpindahan zat (padat, cair, dan gas) dari larutan
konsentrasi tinggi (hipertonis) ke larutan dengan konsentrasi rendah (hipotenis).
Dengan kata lain setiap zat akan berdifusi menuruni gradien konsentrasinya. Hasil
dari difusi adalah konsentrasi yang sama antara larutan tersebut dinamakan
isotonis. Kecepatan zat berdifusi melalui membran sel tidak hanya tergantung
pada gradien konsentrasi, tetapi juga pada besar, muatan, dan daya larut dalam
lemak (lipid). Membran sel kurang permeabel terhadap ion-ion (Na+, Cl–, K+)
dibandingkan dengan molekul kecil yang tidak bermuatan. Dalam keadaan yang
sama molekul kecil lebih cepat berdifusi melalui membran sel daripada molekul
besar. Molekul-molekul yang bersifat hidrofobik dapat bergerak dengan mudah
melalui membran daripada molekul-molekul hidrofolik. Molekul-molekul yang
besar dan ion dapat bergerak melalui membran.

21
b. Difusi terfasilitasi

Difusi terfasilitasi melibatkan difusi dari molekul polar dan ion melewati
membran dengan bantuan protein transpor. Protein transpor merupakan protein
khusus yang menyediakan suatu ikatan ſ sik bagi molekul yang sedang bergerak.
Protein transpor juga merentangkan membran sel sehingga menyediakan suatu
mekanisme untuk pergerakan molekul. Difusi terfasilitasi juga merupakan
transpor pasif karena hanya mempercepat proses difusi dan tidak merubah arah
gradien konsentrasi.

c. Osmosis

Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeabel. Air akan


bergerak dari daerah yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke daerah yang
mempunyai konsentrasi larutan tinggi. Tekanan osmosis dapat diukur dengan
suatu alat yang disebut osmometer. Air akan bergerak dari daerah dengan tekanan
osmosis rendah ke daerah dengan tekanan osmosis tinggi. Sel akan mengerut jika
berada pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi larutan lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena air akan keluar meninggalkan sel secara osmosis. Sebaliknya jika
sel berada pada lingkungan yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan banyak
menyerap air, karena air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel. Jika sel-sel
tersebut adalah sel tumbuhan, maka akan terjadi tekanan turgor apabila dalam
lingkungan hipotonis. Sebaliknya jika sel tumbuhan beradapada lingkungan
hipertonis, dapat mengalami plasmolisis yaitu terlepasnya sel dari dinding sel.

2.Transport aktif

Pada transpor aktif diperlukan energi dari dalam sel untuk melawan
gradien konsentrasi. Transpor aktif sangat diperlukan untuk memelihara

22
keseimbangan molekul-molekul di dalam sel. Sumber energi untuk transpor aktif
adalah ATP (adenosin trifosfat).

Transpor aktif primer dan sekunder

Transpor aktif primer membutuhkan energi dalam bentuk ATP, sedangkan


transpor aktif sekunder memerlukan transpor yang tergantung pada potensial
membran. Kedua jenis transpor tersebut saling berhubungan erat karena transpor
aktif primer akan menciptakan potensial membran dan ini memungkinkan
terjadinya transpor aktif sekunder.Transpor aktif primer dicontohkan pada
keberadaan ion K+ dan Na+ dalam membran. Kebanyakan sel memelihara
konsentrasi K+ lebih tinggi di dalam sel daripada di luar sel. Sementara
konsentrasi Na+ di dalam sel lebih kecil daripada di luar sel.Transpor aktif
sekunder dicontohkan pada asam amino dan glukosa dengan molekul
pengangkutannya berupa protein transpor khusus. Pengangkutan tersebut bersama
dengan pengangkutan Na+ untuk berdifusi ke dalam sel. Pengangkutan Na+
adalah transpor aktif primer yang memungkinkan terjadinya pontensial membran,
sehingga asam amino dan glukosa dapat masuk ke dalam sel.

3. Endositosis dan Eksositosis

a. Eksositosis

Eksositosis dapat diartikan, keluarnya zat dari dalam sel. Vesikel dari
dalam sel berisi senyawa atau sisa metabolisme. Bersama aliran plasma, vesikel
tersebut akhirnya sampai pada membran dan terjadilah perlekatan. Daerah
perlekatan akan mengalami lisis dan isi vesikel keluar.

b. Endositosis

Endositosis merupakan proses pemasukan zat dari luar sel ke dalam sel.
Partikel-partikel dari luar sel menempel pada membran kemudian mendesak
membran sehingga terjadilah lekukan yang semakin lama semakin dalam

23
bentuknya seperti kantung dan akhirnya menjadi bulat lalu terlepas dari membran.
Bulatan tersebut berisi partikel, lalu akan dicerna oleh lisosom/enzim pencerna
yang lain.

Endositosis memiliki dua macam bentuk yaitu pinositosis dan fagositosis.


Pinositosis merupakan proses pemasukan zat ke dalam sel yang berupa cairan. Hal
ini sesuai dengan arti pino sendiri yaitu minum. Sedangkan fagositosis (fago =
makan) merupakan pemasukan zat padat atau sel lainnya ke dalam tubuh sel.
Sesuai dengan artinya, peristiwa ini seperti sel memakan zat lain.

1) Pinositosis

Bahan pada membran plasma reseptor akan menempel sehingga terjadi


lekukan. Lekukan lama-kelamaan semakin dalam dan membentuk kantung.
Kantung yang terlepas akan berada dalam sitoplasma. Kantung ini disebut
gelembung pinositosis. Gelembung pinositosis akan mengerut dan pecah menjadi
gelembung kecil-kecil kemudian bergabung menjadi gelembung yang lebih besar.

2) Fagositosis

Fagositosis merupakan proses penelanan partikel-partikel makanan dan


sel-sel asing, misalnya pada Amoeba dan sel-sel darah putih. Makanan atau
partikel lain akan menempel pada membran, lalu membran akan membentuk
lekukan. Membran akan menutup dan membentuk kantung, lalu kantung
melepaskan diri.

24
BAB IV
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Unit terkecil penyusun tubuh organisme disebut sel. Sel yang
menyusun tubuh organisme dapat diibaratkan sebagai batu bata yang menyusun
suatu bangunan. Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana yang dapat
hidup sehingga di bumi ini terdapat organisme uniseluler (bersel tunggal) dan
multiseluler (bersel banyak). Contoh organisme yang termasuk organisme
multiseluler adalah tumbuhan dan hewan. Meskipun sama-sama eukariotik kedua
jenis sel pada organisme tersebut memiliki perbedaan struktur.

III.2. SARAN
Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk mengetahui
struktur dan fungsi organel sel pada mahluk hidup, dan perbedaan antara sel
hewan dan tumbuhan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alberts B. 1994. Biologi Molekuler Sel, Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2004. Kurikulum Sekolah


Menengah Kejuruan (GBPP) Mata Pelajaran Biologi. Depdikbud, Jakarta.

Campbell, N.1997. Biology. Fourth Edition. California: The


Benyamin/Cimmings Publishing Company, Inc.

26
MAKALAH BAHASA INDONESIA
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

DOSEN PEMBIMBING
Drs. I WAYAN LENTRENG, M.Pd

FUAD QODIRIYANTI
1103110013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI
RONGGOLAWE TUBAN 2012

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Swt. Yang


telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga kami mampu
menyelesaikan Makalah Bahasa Indonesia ini sesuai dengan waktu yang kami
rencanakan. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat
penilaian mata kuliah Bahasa Indonesia. Yang meliputi nilai tugas, nilai
kelompok, nilai individu, dan nilai keaktifan.

Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.

Kami ucapkan terima kasih kepada Drs. I Wayan Lentreng,M.Pd. sebagai


pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing kami. Tidak lupa
pula kepada rekan – rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini
selesai tepat pada waktunya.

Penyusun

i
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Permasalahan ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Sel ....................................................................................... 2
II.2. Sejarah Penemuan dan Teori Sel ........................................................... 3
II.3. Struktur dan Fungsi Bagian-bagian Sel ................................................. 6
II.4. Mekanisme Transpor pada Membran Sel.............................................. 7

BAB III PENUTUP


III.1. Kesimpulan.............................................................................................12
III.2. Saran.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii

29

Anda mungkin juga menyukai