DISUSUN OLEH:
SYAHRIDHA ANNISA MARBUN
P07539022081
KELAS 1B
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam tipoid atau tipus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan
masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Demam tipoid merupakan
penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi, sumber infeksi Salmonella typhi selalu manusia, baik orang sakit maupun
orang sehat pembawa kuman. Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat
menyerang banyak orang, mulai dari usia balita, anak-anak, dan dewasa. Sebagian
penderita demam tifoid kelak akan menjadi carrier, baik sementara atau menahun
(Sjamsuhidajat, 2010).Selain itu demam tifoid dapat menimbulkan komplikasi bila
tidak diobati dengan tepat. Pada kenyataannya, masyarakat menganggap bahwa
demam tifoid merupakan penyakit yang sudah biasa terjadi dan tidak berbahaya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tipus
2. Mengetahui penyabab penyakit tipus
3. Mengetahiu cara pengobatan penyakit tipus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab utama penyakit tipes atau demam tifoid ini adalah bakteri
Salmonella typhi. Bakteri ini bersarang di tempat kotor yang kemudian bisa
menyebar melalui makanan dan minuman. Penyebaran bakteri ini yang paling
sering adalah sumber air kurang bersih dan fasilitas sanitasi buruk.Contoh,
sanitasi yang buruk serta tidak adanya fasilitas MCK (Mandi, cuci, kakus)
membuat orang masih buang air besar sembarangan. Feses dari penderita tipes
yang mengandung bakteri Salmonella typhi bisa mencemari tanah, sumur, sungai
hingga sayuran yang tumbuh di tanah tersebut.Karena cara penularan penyakit
tipes dikenal dengan istilah fecal-oral transmission. Ini berarti tipes menulari lewat
tinja penderita, yang kemudian mengkontaminasi sumber air, air minum atau
makanan yang dikonsumsi orang lain.
Jadi secara umum ada empat penyebab penyakit tipes menyerang tubuh karena
kebiasaan buruk dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa program pengendalian
tifoid belum terlaksana secara optimal di Indonesia seperti dalam program
pengendalian serta meningkatnya kasus-kasus karier atau relaps dan resistensi.
Pengobatan tipes dapat dilakukan secara medis maupun tradisional seperti
penggunaan kloramfenikol, tiamfenikol atau ampisilin/amoksisilin, sefalosporin
generasi III, fluorokuinolon, azitromisin, daun keji beling, sawo muda,
mentimun, daun binahong, daun kelor, daun kersen dan masih banyak lagi.
3.2 SARAN
Untuk menghindari terjangkitnya penyakit tipes yang dapat disebabkan dari
pencemaran air, maka tindakan yang dapat kita lakukan yakni dengan melakukan
penyaringn/ filtrasi dan menambahkan zat lain seperti tawas, klor maupun kaporit.
Tidak lupa perialku hidup bersih, makan makanan yang sehat, serta memiliki
sarana pembungan tinja (jamban) yang baik sehingga tidak mengontaminasi air
DAFTAR PUSTAKA
Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N. (2016). Program
pengendalian demam tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 26(2), 99-108.
Ulfa, F., & Handayani, O. W. K. (2018). Kejadian demam tifoid di wilayah kerja
Puskesmas Pagiyanten. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 2(2), 227-238.