3 gambaran klinik
Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh tubuh yang
dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang terinfeksi penyakit
demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan urine, makan dan minuman
yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi
makanan yang ditangani oleh orang yang sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan
sembuh oleh dokter, Demam tifoid termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh
tubuh dan memengaruhi banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini
bisa menyebabkan komplikasi serius yang berakibat fatal.
GEJALA
Begitu terinfeksi, tubuh biasanya akan mengalami berbagai tanda dan gejala awal seperti:
Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 39o – 40o celcius
Sakit kepala
Lemah dan lelah
Nyeri otot
Berkeringat
Batuk kering
Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan
Sakit perut
Diare atau sembelit
Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
Perut yang membengkak
Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, Anda akan mengalami kondisi seperti:
Mengigau
Berbaring lemah dengan mata setengah tertutup
Selain itu, komplikasi yang bisa di timbulkan seperti perdarahan pada usus dan
pecahnya usus.
PENYEBAB
Penyebab dari penyakit tipes atau demam tifoid ini adalah bakteri Salmonella typhi. Biasanya
bakteri ini disebarkan melalui:
1. Feses dan urine penderita yang mengkontaminasi air atau makanan
2. Bakteri Salmonella typhi juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan orang
yang telah terinfeksi (penyajian makanan oleh orang yang sedang mengalami demam
tifoid).
PENGOBATAN
Antibiotik menjadi satu-satunya pengobatan paling efektif untuk demam tifoid. Biasanya
dokter akan meresepkan berbagai antibiotik. Dan ada beberapa penangaan yang dapat
dilakukan yaitu :
Bed rest
Supaya lekas sembuh istirahat merupakan hal yang membantu proses pemulihan
penyakit ini. Usahakan untuk tidak melakukan berbagai kegiatan berat yang menguras
tenaga agar kondisi tubuh bisa segera fit dan terhindar dari komplikasi tipes.
PENCEGAHAN
Menjaga kebersihan
Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini
adalah mencuci tangan dengan rutin sebelum dan sesudah makan, setelah melakukan
kegiatan dan saat melakukan penyajian makanan/memasak. Bersihkan tangan dengan
sabun dan air mengalir. Dalam keadaan darurat, tangan dapat dibersihkan dengan
hand sanitizer yang mengandung setidaknya 70% alkohol.
Selain itu, menjaga kebersihan diri terutama setelah bepergian ke luar rumah apalagi
pasar. Usahakan untuk tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
kotor. Pastikan juga untuk mencuci kaki setiap habis keluar rumah.
Penyakit tifus atau yang lebih dikenal dengan sebutan tipes ini adalah penyakit yang
terjadi pada saat adanya bakteri yang masuk melalu makanan atau air yang terkontaminasi
atau berkontak erat. Banyak orang yang beranggapan bahwa penyakit yang satu ini kerap
terjadi pada musim hujan.
Menanggapi pemahaman dan teori tersebut, dalam program Health Corner di Radio
Sonora FM, Dokter Santi dari Medical Centre Kompas Gramedia menegaskan bahwa pada
dasarnya hal tersebut tidak berhubungan dengan musim hujan. Bahwa tifus sebenarnya
berpotensi terjadi pada musim apapun, baik musim panas maupun musim hujan.Tetapi
kejadian di lapangan menunjukkan bahwa memang pada musim hujan, kasus penyakit tipes
semakin banyak terjadi.
https://rs.unud.ac.id/tipes-demam-tifoid/
http://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/download/1124/424
https://www.sonora.id/read/423037046/benarkah-tipes-adalah-penyakit-musim-hujan-simak-
kata-dokter?page=2
https://www.republika.co.id/berita/nasional/bio-farma/15/05/01/nnnmv9-tiap-tahun-21-juta-
orang-indonesia-sakit-tifus
https://adoc.pub/queue/-fakultas-kesehatan-masyarakat-universitas-sam-ratulangi-
man677ac4ef5bc8181a4b770afd16fa052533108.html
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/download/17900/10857
Demam tifoid di negara maju terjadi mencapai 5.700 kasus setiap tahunnya,
sedangkan di negara berkembang demam tifoid mempengaruhi sekitar 21,5 juta orang per
tahun (CDC, 2013 dalam Batubuaya, 2017). Secara global diperkirakan setiap tahunnya
terjadi sekitar 21 juta kasus dan 222.000 menyebabkan kematian. Demam tifoid menjadi
penyebab utama terjadinya mortalitas dan morbiditas di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah (WHO, 2016 dalam Batubuaya, 2017). Penelitian Sur (2007) yang dilakukan
di Kolkata, India menyatakan bahwa daerah dengan risiko tinggi terkena demam tifoid adalah
daerah dengan status ekonomi rendah. Prevalensi demam tifoid di Indonesia sebesar 1,60%,
tertinggi terjadi pada kelompok usia 5–14 tahun, karena pada usia tersebut anak kurang
memperhatikan kebersihan diri serta kebiasaan jajan sembarangan yang dapat menyebabkan
penularan penyakit demam tifoid. Prevalensi menurut tempat tinggal paling banyak di
pedesaan dibandingkan perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah
pengeluaran rumah tangga rendah (Depkes RI, 2008).
Tifoid adalah serotif utama dari invasive salmonella yang dapat diobati dengan
antibiotik. Namun, resistensi antibiotik menimbulkan tantangan baru. Kurangnya alat
diagnostik yang efektif membuat penanganan masalah semakin rumit. Permasalahan ini
mendasari kebutuhan menggunakan vaksin tifoid dalam jangka pendek. Meskipun telah ada
rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk memprioritaskan penggunaan
vaksin tifoid lebih awal, namun penggunaannya masih minim di daerah endemik.
Berdasarkan penelitian oleh Triono (2015) mendapatkan bahwa ada hubungan antara
kebiasaan makan diluar rumah dengan kejadian demam tifoid.. Hasil penelitian Artanti
(2013) menyatakan bahwa ada hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan kejadian
demam tifoid. Keadaan sosial ekonomi yang termasuk didalamnya adalah pendapatan kepala
keluarga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Keluarga yang memiliki
pendapatan dalam kategori menengah ke atas, dengan keluarga yang memiliki pendapatan
dengan kategori bawah akan memiliki perbedaan masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
1. Bagi penderita demam tifoid, harus lebih meningkatkan kesadaran dalam melakukan
dan menjaga higiene perorangan seperti kebiasaan mencuci tangan, karena tangan
yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare, typus, kolera disentri,
kecacingan, penyakit kulit. Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman
penyakit ditangan.
2. Harus lebih memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.
3. Bagi penderita demam tifoid dengan berbagai jenis pekerjaan yang berbedabeda, tetap
harus menjaga dan memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan saat berada di
tempat kerja seperti kebiasaan mencuci tangan, mengkonsumsi jajanan di luar rumah
yang dapat terjamin kebersihan dari makanan sampai tempat makanan tersebut.
4. Berhubungan dengan kejadian demam tifoid terbanyak pada kelompok umur anak-
anak (5-10 tahun), menjadi bahan masukan untuk orang tua dalam meningkatkan
pengawasan terhadap anak-anak terutama yang berhubungan dengan higiene
perorangan yang didalamnya yaitu kebiasaan mencuci tangan dan kebiasaan makan di
luar rumah.
Kesimpulan
Penularan penyakit ini adalah melalui air dan makanan yang terinfeksi Salmonella
typhi. Kuman Salmonella dapat bertahan lama dalam makanan. Dengan adanya penularan
tersebut dapat dipastikan higyene makanan dan higyene personal sangat berperan dalam
masuknya bakteri ke dalam makanan. Demam tifoid dapat berakibat fatal jika tidak dirawat.
Penyakit ini dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. dominan terjadinya
demam tifoid adalah faktor lingkungan dan faktor sumber pengolahan makanan. Terdapat
hubungan antara kebiasaan makan di luar rumah, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan,
kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar, kebiasaan mencuci bahan makanan
mentah, dan jamban sehat dengan kejadian demam tifoid yang ada di indonesia.