Anda di halaman 1dari 17

Demam

Tifoid
Dista Sutiasti
Hasan Mudzakkir Mas
Ismaul Husna
Yolanda Gresia
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan
penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi.
Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau makanan yang
terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari
orang yang terinfeksi.
Orang yang terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat
menularkan bakteri melalui fases dan urine, makan dan minuman
yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases penderita
tipes.  Demam tifoid termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar
ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ. 
Triad Demam
Tifoid
• Agent
• Host
• Environtment (lingkungan)
Agent
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi.
S.typhi adalah bakteri gram negatif, tidak berkapsul
mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini mempunyai antigen yang penting untuk
pemeriksaan laboratorium, yaitu :

● Antigen O, antigen somatik (tidak menyibar)


● Antigen H, terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil
● Antigen K, selaput yang melindungi tubuh
bakteri dan melindungi antigen O. Bakteri ini
akan mati pemanasan 57°C selama beberapa
menit.
Host

Salmonella typhi banyak ditemukan di negara-negara berkembang yang


hygiene pribadi dan sanitasi lingkunganya kurang baik. Manusia adalah
host hanya alami dan reservoir. Infeksi ini ditularkan oleh konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran. S.typhi juga dapat
disebarkan oleh serangga yang kemudian mengkontaminasi makanan.
Environtmenent

Salmonella typhi banyak ditemukan pada lingkungan yang kotor dengan


sanitasi yang kurang baik. Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di
seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim
maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yang kebersihan
lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan. Lingkungan yang kurang
sehat dan sanitasi yang kurang baik.
Introduction
 Demam yang meningkat setiap hari hingga
mencapai 39 – 40
 Sakit kepala
 Lemah dan Lelah
 Nyeri otot
 Berkeringat
 Batuk kering
 Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat
badan
 Sakit perut
 Diare atau sembelit
 Muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik
kecil berwarna merah muda
Riwayat Alamiah
Penyakit
1. Tahap Prepatogenesis
2. Tahap Patogenesis (inkubasi, penyakit dini &
penyakit lanjut)
3. Tahap Post Patogenesis
Tahap Prepatogenesis

Salmonella thypy masuk melalui mulut, Styphi masuk ke tubuh manusia


bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Cara
penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu
mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar.
Tahap Patogenesis
• Tahap Inkubasi
Salmonella thypy telah masuk ke dalam tubuh, tetapi gejala fisik belum
nampak. Masa inkubasi berlangsung pada 7-14 hari, umumnya pada 10-12
hari.

• Tahap Penyakit Dini


Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua penampakan
klinis. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas,
berupa: anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, nyeri otot, lidah
kotor, gangguan perut (perut meragam dan sakit), dan kesulitan BAB.
Tahap Patogenesis
• Tahap Penyakit Lanjut
1. Minggu pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan
penyakit infeksi akut yang lain, seperti gejala awal. Pada akhir minggu pertama, diare
lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor ditengah, tepi dan ujung merah
serta bergetar atau tremor. . Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan
terasa kering dan beradang. Ruam kulit (rash / erupsi (memecah, muncul /menjadi terlihat)
pada kulit) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomendi salah satu sisi dan
tidak merata, bercak-bercak ros (roseola / warna merah pada setiapruam) berlangsung 3-5 hari,
kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit
putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada
kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi
yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen
mengalami distensi.
Tahap Patogenesis
2. Minggu Kedua
Pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam).
Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi
perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan
peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh.
Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami
delirium (halusinasi). Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering, merah
mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi
lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati
dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus
menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
Tahap Post Patogenesis
● Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.
Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
● Minggu Keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat


dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
● Relaps

Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan
berlangsung dalam waktu yang pendek.
Pencegahan
01 Primer
Upaya pencegahan yang dilakukan saat
Tersier
proses penyakit belum mulai dengan
tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.
03 Pencegahan yang dilakukan saat
Seperti melakukan promosi kesehatan, proses penyakit sudah lanjut (akhir
pendidikan kesehatan, maupun periode patogenesis) dengan tujuan
penyuluhan. mencegah cacat dan mengem-
balikan penderita ke status sehat.
Sekunder
02 Upaya pencegahan yang dilakukan saat 
Metode ini dilakukan pada pasien
yang sudah mengalami dampak
proses penyakit berlangsung namun lanjut dari penyakit ini.
belum timbul tanda atau gejala sakit
( patogenesisi awal) dengan tujuan
proses penyakit tidak berlanjut.
Pencegahan

 Menjaga kebersihan
 Hindari kontak dengan orang sakit
 Vaksin tifoid
 Mengonsumsi makanan dan minuman yang
terjamin kebersihanya
 Tidak menyiapkan/menyajikan makanan ketika
masih sakit
Penularan
Penularan penyakit demam tifoid adlah melalui air dan
makanan. Bakteri Salmonella dapat bertahan lama dalam
makanan. Vektor berupa serangga juga berperan dalam
penularan penyakit. Demam tifoid menyerang penduduk
disemua negara. Demam tifoid banyak ditemukan dinegara
erkembang yang hygiene pribadi dan sanitasi lingkunganya
kurang baik. Namun pada negara maju prevalensi demam
tifoid stabil dengan angka yang rendah. Prevalensi kasus
bervariasi tergantung dari lokais, kondisi lingkungan
setempat dan perilaku masyarakat
Thanks!
Do you have any questions?

Anda mungkin juga menyukai