Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMPREHENSIF

Nama : Itqi Rahmatul Laila


NIM : 20174011157
RS : RS PKU Muhammadiyah Wonosari

I. Rangkuman Pengalaman
A. Identitas Pasien
Nama : An. ANF
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gedangsari
Pekerjaan :-
Tgl. Periksa : 23 Mei 2019

B. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Wonosari dengan keluhan
demam sejak 2 hari yang lalu. Demam tinggi mendadak, tidak disertai
menggigil. Demam menurun setelah pasien mengonsumsi obat penurun panas
yang dibelinya sendiri. Pasien juga mengeluhkan adanya mual. Keluhan muntah
dan nyeri perut disangkal. Pasien juga mengeluh nafsu makan turun karena
perut terasa tidak enak. Mual bertambah saat makan makanan yang pedas dan
asam. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien mengatakan sehari-hari tinggal di rumah dan makan makanan yang
dimasak oleh ibunya. Pasien juga sering membantu ibunya menyiapkan
makanan. Pasien mengatakan selalu mencuci tangan dengan sabun saat hendak
makan, namun terkadang tidak mencuci tangan jika hanya makan camilan.
Riwayat konsumsi makanan yang kurang higienis disangkal. Beberapa hari
sebelum mengalami keluhan tersebut, pasien menjenguk temannya yang di
rawat inap karena demam tifoid.
C. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 130/80mmHg
Nadi : 88 kali/menit
RR : 21 kali/menit
Suhu : 38°C
Kesadaran : Compos Mentis
KU : Sedang
Kepala : CA (-/-), SI (-/-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax
Cor : bunyi jantung 1 dan 2 murni, irama reguler.
Pulmo : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-).
Abdomen
Bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan (+) regio epigastrik. Turgor baik.
Ekstremitas : akral hangat, udem (-)

II. Perasaan Terhadap Pengalaman


Saya merasa prihatin karena banyaknya kasus tifoid yang terjadi di lingkungan kerja
RS PKU Muhammadiyah Wonosari. Banyak keluarga pasien yang belum
memahami bagaimana cara mencegah terjadinya demam tifoid.

III. Evaluasi
Dalam kasus ini sangat penting untuk melakukan edukasi tentang bagaimana
pencegahan demam tifoid terutama berkaitan dengan higienitas diri.

IV. Analisis
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan Salmonella enterica,
khususnya turunannya yaitu salmonella typhi, paratyphi A, paratyphi B, dan
paratyphi C pada saluran pencernaan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu
37oC dan dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut dan
debu selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang
terkontaminasi dan tiram beku.
Sumber penularan demam tifoid tidak selalu harus penderita tifus. Ada penderita
yang sudah mendapat pengobatan dan sembuh, tetapi di dalam air seni dan
kotorannya masih mengandung bakteri. Penderita ini disebut sebagai pembawa
(carrier). Walaupun tidak lagi menderita penyakit tifus, orang ini masih dapat
menularkan penyakit tifus pada orang lain. Penularan dapat terjadi di mana saja dan
kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan dari luar, apabila makanan
atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih
Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan pada penularan demam
tifoid antara lain:
1. Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak
terbiasa.
2. Higiene makanan dan minuman yang rendah, makanan yang dicuci dengan air
yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan buah-buahan), sayuran yang
dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah,
dihinggapi lalat, air minum yang tidak masak, dan sebagainya.
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran, dan
sampah, yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
4. Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai.
5. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.
6. Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna.
Usaha untuk mencegah penyakit ini antara lain:
1. Meningkatkan sanitasi lingkungan dengan penyediaan air minum yang
memenuhi syarat, pembuangan kotoran manusia dengan benar, pemberantasan
lalat dan pengawasan terhadap produk makanan/minuman dari pabrik, home
industri, rumah makan dan penjual makanan keliling.
2. Usaha terhadap manusia dengan:
a. Meningkatkan personal hygiene misalnya dengan gerakan mencuci tangan.
b. Menemukan dan mengawasi karier typhoid.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang typhoid, pencegahan dan
pengobatan typhoid.
Faktor higiene perorangan yang mempengaruhi kejadian demam tifoid antara lain
adalah:
1. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri atau virus
patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karenanya
kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi,
walaupun hal tersebut sering disepelekan. Kegiatan mencuci tangan sangat
penting untuk bayi, anak-anak, penyaji makanan di restoran, atau warung serta
orang-orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap tangan yang kontak
dengan feses, urine atau dubur sesudah buang air besar (BAB) maka harus
dicuci pakai sabun dan kalau dapat disikat. Pencucian dengan sabun sebagai
pembersih, penggosokkan dan pembilasan dengan air mengalir akan
menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroorganisme
2. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan harus dibiasakan. Pada umumnya ada keengganan
untuk mencuci tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena dirasakan
memakan waktu, apalagi letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci
tangan, sangat membantu dalam mencegah penularan bakteri dari tangan
kepada makanan. Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan
bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses, atau sumber lain ke makanan. Oleh
karena itu pencucia tangan merupakan hal yang pokok yang harus dilakukan
oleh orang yang terlibat dalam penanganan makanan. Pencucian tangan,
meskipun tampaknya merupakan kegiatan ringan dan sering disepelekan,
terbukti cukup efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan.
Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan
menghilangkan banyak 40 mikrobia yang terdapat pada tangan. Kombinasi
antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan, dan aliran air akan
menghanyutkan pertikel kotoran yang banyak mengandung. Menurut WHO,
kebersihan tangan adalah ukuran utama untuk mengurangi infeksi.
3. Kebiasaan makan di luar rumah
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella thyphi,
maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman
yang mereka konsumsi. Penularan tifus dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di tempat-
tempat umum, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang 42
bersih. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh seorang
penderita tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat
memasak. Seseorang dapat membawa kuman demam typhoid dalam saluran
pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan penderita laten. Penderita
ini dapat menularkan penyakit demam typhoid ini ke banyak orang, apalagi jika
dia bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak orang seperti tukang
masak di restoran.

V. Kesimpulan
Pasien diedukasi tentang apa itu demam tifoid, bagaimana penularan dan
pencegahannya, lalu diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan tangan dengan
mengajarkan cuci tangan dengan menggunakan sabun serta mengingatkan untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan.

VI. Referensi
1. Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing
3. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai