Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel merupakan bagian tekecil dari suatu organisme dan kesatuan structural
dan fungsional penyusun organism, selain itu sel juga menentukan factor sifat dari
induk kepada keturunannya. Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya, tubuh
makhluk hidup ada yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan banyak sel
(multiseluler). Pada sel tumbuhan, di sebelah luar membran sel terdapat dinding sel
yang relatif tebal (Gabriel, 1988).

Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1667, pada saat
pengamatan sayatan gabus pada mikroskop, ia menemukan ruang-ruang kecil yang
disebutnya cella yang berarti kamar kecil. Kurang lebih 200 tahun kemudian
Dutrochet, Von Schler, dan Schwann menegaskan penemuan Hooke. Pada tahun
1835 mereka menyatakan bahwa di dalam cella terdapat suatu zat yang kental yang
sekarang dikenal sebagai protoplasma.

Dari adanya penemuan sel yang dikemukakan oleh beberapa peneliti maka
kami melakukan penelitian tentang perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan, dengan
menggunakan Elodea sebagai sel tumbuhan dan sel epitel pipi manusia sebagai sel
hewan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu:

1. Apa perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan?

1.3 Tujuan
Setelah melakukan kegiatan praktikum, Mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menggunakan mikroskop dengan sangat efisien
2. Menyiapkan preparat sel
3. Membandingkan bagian – bagian sel yang terlihat secara nyata dengan
mikroskop cahaya.
BAB II
KAJIAN TEORI

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti
biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Struktur sel
dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme,
namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme
(Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi
dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup
saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.
Beberapa ahli telah mencoba menyelidiki tentang struktur dan fungsi sel, dan
kemudian muncullah beberapa teori tentang sel. Sejarah ditemukannya teori tentang
sel diawali penemuan mikroskop yang menjadi sarana untuk mempermudah melihat
struktur sel. Berbagai penelitian para ahli biologi, antara lain seperti berikut.
1. Robert Hooke (1635-1703)
Ia mencoba melihat struktur sel pada sayatan gabus di bawah mikroskop. Dari
hasil pengamatannya diketahui terlihat -rongga yang dibatasi oleh dinding tebal. Jika
dilihat secara keseluruhan, strukturnya mirip sarang lebah. Satuan terkecil dari rongga
tersebut dinamakan sel.
2. Schleiden (1804-1881) dan T. Schwann (1810-1882)
Mereka mengamati sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan. Schleiden mengadakan
penelitian terhadap tumbuhan. Setelah mengamati tubuh tumbuhan, ia menemukan
bahwa banyak sel yang menyusun tubuh tumbuhan. Akhirnya ia menyimpulkan
bahwa satuan terkecil dari tumbuhan adalah sel. Schwann melakukan penelitian
terhadap hewan. Ternyata dalam pengamatannya tersebut ia melihat bahwa tubuh
hewan juga tersusun dari banyak sel. Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa satuan
terkecil dari tubuh hewan adalah sel. Dari dua penelitian tersebut keduanya
menyimpulkan bahwa sel merupakan unit terkecil penyusun makhluk hidup.
3.Robert Brown
Pada tahun 1831, Brown mengamati struktur sel pada jaringan tanaman
anggrek dan melihat benda kecil yang terapung-apung dalam sel yang kemudian
diberi nama inti sel atau nukleus. Berdasarkan analisanya diketahui bahwa inti sel
selalu terdapat dalam sel hidup dan kehadiran inti sel itu sangat penting, yaitu untuk
mengatur segala proses yang terjadi di dalam sel.
4. Felix Durjadin dan Johannes Purkinye
Pada tahun 1835, setelah mengamati struktur sel, Felix Durjadin dan Johannes
Purkinye melihat ada cairan dalam sel, kemudian cairan itu diberinya nama
protoplasma.
5. Max Schultze (1825-1874)
Ia menegaskan bahwa protoplasma merupakan dasar-dasar fisik kehidupan.
Protoplasma merupakan tempat terjadinya proses hidup.
Dari pendapat beberapa ahli biologi tersebut akhirnya melahirkan beberapa
teori sel antara lain:
a. sel merupakan unit struktural makhluk hidup;
b. sel merupakan unit fungsional makhluk hidup;
c. sel merupakan unit reproduksi makhluk hidup;
d. sel merupakan unit hereditas.

2.1 Sel Tumbuhan

Elodea canadensis

Kingdom : Plantae

Family : Hydrocharitaceae

Genus : Elodea

Species : E. canadensis

Binomial name : Elodea canadensis

Elodea adalah tanaman tahunan multi-bercabang berakar, tetapi bisa bertahan dan
tumbuh sebagai fragmen mengambang. The hijau seperti pisau daun gelap (3/5 inci
panjang dan lebar 1/5 inci) dalam whorls tiga dengan margin bergigi halus. Bunga-
bunga dari Elodea memiliki tiga kelopak putih dengan lapisan lilin yang membuat
mereka melayang.

Bagian terendam semua tanaman air menyediakan habitat bagi banyak invertebrata
mikro dan makro. Invertebrata ini pada gilirannya digunakan sebagai makanan oleh
ikan dan spesies liar lainnya (misalnya amfibi, reptil, bebek, dll). Setelah tanaman air
mati, dekomposisi mereka dengan bakteri dan jamur menyediakan makanan (disebut
"detritus") bagi banyak invertebrata air. Elodea tidak diketahui nilai makanan
langsung ke satwa liar, tetapi digunakan secara luas oleh serangga dan invertebrata.
Elodea sering bingung dengan Hydrilla dan Egeria. Elodea hanya memiliki 3 daun
dalam lingkaran dan tidak ada gigi pelepah.

STRUKTUR SEL TUMBUHAN

1. Dinding sel

Sel tumbuhan terdiri atas protoplas yang terselubungi oleh dinding sel. Dinding
sel tumbuhan memiliki struktur yang kompleks dengan memiliki tiga bagian
fundamental yang dapat dibedakan yaitu lamela tengah, dinding sel primer dan
dinding sel sekunder. Semua sel memiliki lamela tengah dan dinding sel primer,
sedangkan dinding sel sekunder hanya pada sel-sel tipe tertentu.

Lamela tengah adalan suatu lapisan perekat antar sel yang menyekat dinding
primer dua buah sel yang bersebelahan. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas air dan
zat-zat pectin yang bersifat koloid dan bersifat plastik (dapat mudah dibentuk)
sehingga memungkinkan gerakaan antar sel dan penyesuaiannya yang diperlukan
sebelum sel-sel dapat mencapai ukuran dan bentuk dewasa.

2. Plasmodesmata

Plasmodesamata adalah benang-benang protoplasmik halus yang terletak pada


tempat-tempat tertentu pada dinding sel primer (yaitu pada noktah yang berupa
bagian dinding sel yang tidak mengalami penebalan). Plasmodesamata dapat
menembus pori-pori kecil pada dinding sel primer dan lamella tengah diantara sel-sel
yang bedekatan sehingga protoplasma kedua sel dapat berhubungan. Plasmodesmata
memudahkan proses transportasi bahan-bahan dari sebuah sel ke sel berikutnya tanpa
harus melalui selaput-selaput hidup. Adanya plasmodesmata menunjukkan bahwa
tumbuhan berperilaku lebih sebagai suatu organisme tunggal dari pada sebagai
sekumpulan unit sel bebas.

3. Membran sel

Membran sel atau membran plasma merupakan bagian sel yang paling luar
yang membatasi isi sel dan sekitarnya. Membran ini tersusun dari dua lapisan yang
terdiri dari fosfolipid (50%) dan protein/lipoprotein (50%). Membran plasma bersifat
semipermeabel atau selektif permeabel yang berfungsi mengatur gerakan materi atau
transportasi zat-zat terlarut masuk dan keluar dari sel.
4. Nukleus

Nukleus adalah inti sel yang memiliki membran inti dengan susunan molekul
sama dengan membran sel yaitu berupa lipoprotein. Pori-pori pada membran inti
memungkinkan hubungan antara nukleoplasma dan sitoplasma. Fungsi utama nukleus
adalah sebagai pusat yang mengontrol kegiatan sel dan mengandung bahan-bahan
yang menentukan sifat-sifat turun-temurun suatu organisme.

5. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan cairan yang terdapat di dalam sel, kecuali di dalam inti
sel dan organel sel. Sitoplasma bersifat koloid yaitu tidak padat dan tidak cair.
Sitoplasma terdiri atas air yang di dalamnya terlarut banyak molekul kecil, ion dan
protein. Bahan-bahan lain yang lazim terdapaat dalama sitoplasma adalah butir
minyak dan berbagai macam kristal yang dalam banyak hal tersusun dari kalsium
oksalat. Ukuran partikel terlarut adalah 0,001 – 0,1 mikron dan bersifat transparan.

Koloid sitoplasma dapat mengalami perubahan dari fase sol ke fase gel atau
sebaliknya. Fase sol jika konsentrasi air tinggi dan gel jika konsentrasi air rendah. Di
dalam sitoplasma terkandung organel-organel sel atau daerah pada sitoplasma hidup
yang teralokasi khusus untuk fungsi tertentu. Organel-organel tersebut adalah :

a. Retikulum endoplasma

Retikulum endoplasma merupakan perluasan membran yang saling


berhubungan yang membentuk saluran pipih atau lubang seperti tabung di dalam
sitoplasma. Dalam pengamatan mikroskop, retikulum endoplasma nampak seperti
saluran berkelok-kelok dan jala yang berongga-rongga. Saluran-saluran tersebut
berfungsi membantu gerakan subsatansi-subsatansi dari satu bagainsel ke bagian sel
lainnya. Dalam sel terdapat dua tipe retikulum endoplasma (RE) yaitu retikulum
endoplasma kasar (REK) dan retikulum endoplasma halus (REH).

b. Badan golgi.

Badan golgi adalah sekelompok kantong (vesikula) pipih yang dikelilingi


membran. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik. Badan golgi pada sel
tumbuhan biasa disebut diktiosom. Badan golgi dibangun oleh membran yang
berbentuk sisterna, tubulus dan vesikula. Sisterna mebentuk pembuluh halus
(tubulus). Dari tubulus diepaskan kantong-kantong kecil yang berisi bahan-bahan
yang diperlukan seperti enzim-enzim atau pembentuk dinding sel.

c. Peroksisom dan glioksisom

Peroksisom adalah kantong-kantong yang memiliki membran tunggal.


Peroksisom berisi berbagai enzim dan yang paling khas adalah enzim katalase.
Fungsi enzim tersebut adalah mengkatalisis perombakan hydrogen peroksida (H2O2).
Senyawa tersebut merupakan produk metabolisme sel yang berpotensi
membahayakan sel. Peroksisom juga berperan dalam perubahan lemak menjadi
karbohidrat.

Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan mislnya pada lapisan aleuron biji
padi-padian . aleuron merupakan bentuk dari protein atau kristal yang terdapat dlam
vakuola. Glioksisom sering ditemukan pada jaringan penyimpan lemak dari biji yang
berkecambah. Gioksisom berisi enzim pengubah lemak menjadi gula. Proses
perubahan tersebut menghasilkan energi yang diperlukan dalam perkecambahan.

d. Mitokondria

Mitokondria adalah organel sel penghasil energi sel. Mitokondria mempunyai dua
lapisan membran, yaitu membran dalam dan membran luar. Membran luar memiliki
permukaan halus, sedangkan membran dalam berlekuk-lekuk yang disebut kista.
Mitokondria adalah struktur yang mampu bereproduksi sendiri. Pada pembelahan sel,
semua kitokondria membelah diri, setenganhnya menuju ke sel anak yang satu dan
setengahnya ke sela anak yang lain. Mitokondria mengandung enzim-enzim untuk
fosforilasi oksidatif dan sistem transpor electron. Pada bagian membran dalam
dihasilkan enzim pembuatn ATP dan protein yang diperlukan untuk pernafasan antar
sel.

e. Plastida

Plastida adalah organel sitoplasma yang tersebar pada sel tumbuhan dan terlihat
jelas di bawah mikroskop sederhana. Plastida sangat bervariasi ukuran dan
bentuknya, pada sel-sel tumbuhan berbunga biasanya berbentuk piringan kecil
bikonveks. Meskipun macam-macam plastida dihubungkan dengan fungsi-fungsi
fisiologis yang tetap, namun macam tersebut diklasifikan berdasarkan warnanya yaitu

:
1. Leukoplast (tidak berwarna) : biasanya lazim terdapat dalam sel-sel yang tidak
terkena cahaya matahari, misalnya pada jaringan yang terletak sangat dalam
pada bagian tumbuhan baik di atas maupun di dalam tanah. Fungsinya adalah
sebagai pusat sintesis dan penyimpanan makanan cadangan seperti pati.

2. Kloroplast yang mengandung klorofil yaitu suatu campuran pigmen yang


memberi warna hijau pada tumbuhan. Fungsinya adalah menangkap energi cahaya
yang diperlukan untuk proses potosintesis.

3. Kromoplast yang mengandung pigmen-pigmen lain yang menentukan


timbulnya warna merah, jingga dan kuning pada bagian-bagian tumbuhan.
Fungsinya masih belum jelas, tetapi berhubungan dengan kemasakan buah dari
mulai hijau sampai dengan berwarna merah berhubungan dengan penurunan dan
peningkatan jumlah kromoplast.

f. Vakuola sentral

Vakuola adalah rongga besar di bagian dalam sel yang berisi cairan vakuola
yang merupakan suatu larutan cair berbagai bahan organik dan anorganik yang
kebanyakan adalah cadangan makanan atau hasil sampingan metabolisme. Vakuola
diselubungi oleh selaput vakuola yang disebut tonoplas. Umumnya vakuola tidak
berwarna, namun dapat berwarna kebiru-biruan atau kemerah-merahan karena adanya
pigmen terlarut yang termasuk bahan kimia kelompok antosianin. Pada tumbuhan
muda berisi banyak vakuola berukuran kecil, akan tetapi dengan semakin matangnya
usia sel maka terbentuk vakuola yang semakin membesar. Vakuola berisi bahan-
bahan antara lain : asam organik, asam amino, glukosa, gas, garam-garam kristal,
alkaloid (nikotin, kafein, kinin, tein, teobromin, solanin dan lain-lain)
2.2 Sel hewan

Jaringan epitel, secara harfiahnya mempunyai arti epi = tipis, tellium = kulit
lapisan, merupakan jaringan yang melapisi bagian luar maupun dalam. jaringan epitel
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Terdiri atas selapis atau beberapa lapis sel.


2. Bentuk sel penyusunnya sangat bervariasi, bergantung pada fungsi dan
letaknya dalam tubuh.
3. Terdapat lamina basalis yang merupakan suatu struktur ekstraselular, berupa
lembaran yang berfungsi mengikat suatu jaringan dengan bagian yang ada
dibawahnya.
4. Jaringan epitel biasanya dilengkapi dengan mikrovili, stereosilia, dan flagela.
Mikrovili adalah tonjolan jaringan yang berfungsi memperluas permukaan.
Stereosilia adalah silia yang tidak dapat bergerak. Adapun flagela adalah
struktur yang dapat bergerak.
5. Secara keseluruhan, fungsi efitel adalah sebagai pentup dan sebagai kelenjar.

Jaringan epitel memiliki memiliki banyak jenis, seperti epitel pipih selapis,
epitel kubus selapis, epitel silindris selapis, epitwl pipih selapis banyak, epitel
silindris bersilia, dan epitel silindris berlapis banyak. Penggolongan jaringan epitel
tersebut didasarkan pada bentuk dan lapisan sel penyusunnya. Untuk lebih jelasnya,
berikut akan diuraikan mengenai jenis-jenis epitel satu persatu:

Epitel Pipih Selapis

epitel pipih selapis disusun oleh selapis sel yan berbentuk pipih. Sel-selnya
tersusun sangat rapat dan sitoplasmanya jernih. Bentuk inti selnya yang bulat terletak
di tengah-tengah. Sel-sel epitel pipih terdapat pada pembuluh limfa, pembuluh darah,
glomerulus, alveolus, saluran ekskresi dari banyak kelenjar, selaput bagian dalam
telinga, serta selaput yang melapisi rongga peritonium dan perikardium.
Sel epitel pipih selapis memiliki fungsi untuk difusi atau filtrasi melalui permukaanya
yang selektif permeabel. Contoh, sel epitel pipih selapis terlibat pada proses filtrasi
(penyaringan) darah dalam ginjal.

Epitel Kubus Selapis

Epitel ini tersusun atas selapis sel yang berbentuk kubus. Sitoplasma sel epitel
ini ada yang jernih dan ada pula yang mengandung butir-butir halus, dinamakan
granula. Inti selnya berbentuk bulat, berukuran besar, dan terletak di tengah. Epitel ini
dapat dipertemukan pada permukaan ovarium, kelenjar gondok (glandula thyroid),
dan permukaan lensa mata. Epitel kubus selapis berfungsi melindungi bagian-bagian
bawahnya dan mengeluarkan suatu zat yang tidak diperlukan tubuh (sekresi).

Epitel Silindris Selapis

Epitel ini memiliki bentuk sel seperti silinder atau persegi panjang. Inti sel
terletak mendekati bagian basal. Sel ini ditemukan pada epitel dinding usus, lambung,
kelenjar pencernaan dan kantung empedu (vesica fela).
Epitel ini berfungsi dalam proteksi, absobsi (proses penyerapan zat-zat), dan sekresi.
Pada permukaan sel yang berbatasan dengan lumen, membran selnya membentuk
suatu tonjolan (mikrovili) sehingga akan menanbah luas permukaan sel. Luasnya
permukaan membuat proses absorbsi air dan zat makanan akan lebih maksimal.

Epitel Kubus Berlapis Banyak

Epitel kubus berlapis banyak terdiri atas 2 atau lebih lapisan sel. lapisan sel-
sel yang paling dalam biasanya berbentuk kubus. Semakin menuju ke permukaan,
bentuknya semakin pipih. Struktur yang seperti ini sesuai untuk melindungi gesekan
yang memungkinkan terjadi pengelupasan. Epitel kubus berlapis banyak dapat
ditemukan pada kelenjar minyak, kelenjar keringat, folikel pada ovarium, dan buah
zakar. Epitel kubus berlapis banyak ini berfungsi untuk sekresi dan ekskresi.

Epitel Silindris Berlapis Banyak

Epitel ini terdiri atas banyak lapisan sel. Bagian luar epitel ini terdiri atas sel
berbentuk silindris, sedangkan pada lapisan dalamnya berbentuk kubus atau
berbentuk tidak teratur. Epitel silindris berlapis banyak dapat ditemukan pada laring,
faring, uretra, saluran ekskresi, dan kelenjar susu. Epitel silindris berlapis banyak ini
berfungsi dalam sekresi dan pergerakan.
Epitel Transisional (Epitel peralihan)

Epitel peralihan merupakan epitel berlapis banyak. Permukaan lapisan epitel


ini mengalami perubahan bentuk ketika jaringan menggelembung sehingga epitel ini
tidak dapat digolongkan berdasarkan bentuknya. Epitel transisional terletak pada
saluran kencing, terutama pada bagian yang melapisi kandung kemih (vesica
urinaria), ureter, uretra, dan ginjal.

Epitel Silindris Bersilia

Jaringan epitel ini dijumpai pada saluran ekskresi yang besar, seperti sebagian
besar saluran reprodksi jantan, rongga hidung, dan daluran pernapasan lain. jaringan
epitel ini berfungsi dalam proteksi, sekresi dan memudahkan gerakan zat-zat yang
melewati permukaannya.

Epitel Kelenjar

Epitel ini adalah jaringan yang dibentuk khusus untuk menghasilkan suatu
sekresi cair yang komposisinya berbeda dengan komposisi darah atau cairan
interselular. Senyawa-senyawa makromolekul yang dibentuk ini biasanya dismpan di
dalam sel dalam bentuk butiran-butiran kecil yang disebut granula sekresi. kecuali
kelenjar pangkreas menghasilkan makromolekul berupa protein.Ada 2 jenis kelenjar,
yakni kelnjar endoktrin dan kelenjar eksokrin.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Rancangan Percobaan

a. Sel Tumbuhan

Menyiapkan Kaca Mengambil Daun Tanaman


Objek Elodea dan diberi setets air
pada kaca objek

Mengamati Preparat dengan


perbesaran rendah

Mengamati sel Elodea dengan


perbesaran kuat

Menggambar sel Elodea dan memberi


nama untuk setiap struktur yang
berbeda

Mengembalikan mikroskop pada


perbesaran lemah

Hasil 1
b. Sel Hewan

Meletakkan 1 tetes Larutan


Menyiapkan Kaca Objek
Methylen Blue pada kaca objek

Mengerok sel epitel pipi kemudian


diletakkan pada kaca objek

Mengamati preparat sel epitel pipi dengan


menggunakan perbesaran lemah kemudian
perbesaran kuat

Menggambar sel Epitel pipi dan memberi


nama untuk setiap struktur yang berbeda

Mengembalikan mikroskop pada


perbesaran lemah

Hasil 2

c. Membandingkan hasil pengamatan sel hewan dan sel tumbuhan

Hasil 1 Hasil 2

Membandingkan hasil 1 dan hasil 2

Menulis data dan hasil pengamatan


dalam bentuk Tabel

Hasil Akhir
3.2. Alat dan Bahan
Alat :
a. Mikroskop
b. Kaca obyek dan kaca penutup
c. Sendok ice cream
d. Pipet
Bahan :
a. Daun tanaman Elodea
b. Epitel pipi manusia
c. Larutan methylene blue
d. Air

3.3. Variabel dalam Percobaan


Variabel Bebas : variabel yang dibuat beda yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan yaitu daun tanaman elodea, sel epitel pipi manusia, larutan methylen blue
dan air. Daun tanaman elodea digunakan sebagai sel tumbuhan, sel epitel pipi
manusia digunakan sebagai sel hewan.
Variabel Kontrol : variabel yang dibuat sama yaitu perbesaran mikroskop yang
digunakan yaitu perbesaran 10X.
Variabel Respon : variabel yang dihasilkan sebagai akibat adanya variabel bebas
dan variabel kontrol yaitu mengetahui perbedaan bentuk sel hewan dan tumbuhan.

3.4. Langkah kerja


1. Melakukan pengamatan dengan bekerja kelompok. Menyiapkan kaca obyek,
mengambil daun tanaman Elodea, meletakkan daun tersebut di dalam setetes
air pada kaca obyek, ditutup dengan kaca penutup. Mengamati sel-sel Elodea
dengan mikroskop perbesaranrendah. Memfokuskan pada lapisan atas dari sel.
Memfokuskan pada satu sel.
2. Mengkomunikasikan. Memusatkan pandangan pada pusat sebuah sel Elodea
dengan perbesaran kuat. Mengambil kertas dan menggambar sel Elodea
tersebut. Memberi nama untuk setiap struktur berbeda yang dilihat.
Mengmbalikan mikroskop dalam perbesaran rendah.
3. Membandingkan. Mengambil satu tetes larutan methylen blue dan meletakkan
pada kaca obyek. Mengerok permukaan dalam pipi dengan menggunakan
sendok ice cream, meletakkan pada kaca obyek yang sudah ditetesi dengan
larutan tersebut, ditutup dengan kaca penutup. Memfokuskan dalam satu sel
dengan perbesaran lemah. Kemudian dengan perbesaran kuat. Mengambil
kertas dan menggambar sel-sel epitel pipi tersebut. Memberi nama untuk
setiap struktur yang dilihat. Mengembalikan mikroskop dalam perbesaran
rendah
4. Merancang sebuah tabel data yang dapat digunakan untuk merekam data dan
pengamatan. Menulis hasil pengamatan didalam tabel.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS

4.1 Data dan analisis


4.1.1 Data
SEL TUMBUHAN
( Sel Tanaman Elodea )
Perbesaran 100 X

SEL HEWAN
( Sel Epitel Pipi Manusia )
Perbesaran 100 X

4.1.2 Analisis
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan tumbuhan elodea dan sel pipi
manusia Menggunakan mikroskop dengan pembesaran yang berbeda maka
dapat didapatkan hasil yang berbeda

No Bagian Sel Elodea Sel Epitel Pipi


1 Sitoplasma Ada Ada
2 Inti/nukleus Ada Ada
3 Kloroplas Ada Tidak ada
4 Dinding sel Ada Tidak ada
5 Membran sel Ada Ada
4.2 Pembahasan
Dengan penelitian sel tumbuhan dan sel hewan kita dapat melakukan pembahasan
1. Pada sel tumbuhan
Untuk mengamati sel tumbuhan digunakan daun tanaman Elodea dengan
menggunakan mikroskop pembesaran 10X. Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan, bentuk dari sel tumbuhan yaitu menyerupai susunan batu bata. Sel
tumbuhan mempunyai bentuk yang tetap karena memiliki dinding sel. Dinding sel
berfungsi sebagai pemberi bentuk sel serta merupakan salah satu pembeda antara
sel hewan dengan sel tumbuhan. Warna sel tumbuhan yaitu hijau muda pada
bagian dalam dan hijau tua pada bagian luar. Warna hijau tua tersebut adalah
epidermis sel. Epidermis pada sel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi
bentuk sel. Jika diamati dengan mikroskop pembesaran yang lebih kuat akan
didapatkan struktur sel yang lebih lengkap, misalnya nukleus, kloroplas, dan
struktur sel lainnya.

2. Pada sel hewan


Untuk mengamati sel hewan digunakan sel epitel pipi manusia. Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, bentuk sel hewan atau sel epitel pipi
manusia yaitu bulat tidak teratur, bentuknya tetap. Hal itu dikarenakan pada sel
hewan tidak memiliki dinding sel. Kemudian sel hewan berwarna biru karena
diberi larutan methylen blue. Pada sel epitel pipi manusia terdapat membran sel
yang berfungsi sebagai pelindung organel sel yang terdapat didalam sel epitel pipi
manusia.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada percobaan mengamati sel tumbuhan menggunakan daun tanaman Elodea
sedangkan uintuk sel hewan menggunakan sel epitel pipi manusia. Setelah melakukan
sebuah praktikkum pengamatan pada sel menggunakan mikroskop perbesaran 10X,
kita dapat menyimpulkan perbedaan antara sel tumbuhan dan sel hewan , yaitu:
Pada sel tumbuhan memiliki ukuran yang lebih besar daripada sel hewan dan sel
tumbuhan mempunyai bentuk yang tetap karena memiliki dinding sel. Bentuk dari sel
tumbuhan Elodea yaitu menyerupai tumpukan batu bata.
Pada sel hewan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada sel tumbuhan, tidak
mempunyai bentuk yang tetap karena tidak memiliki dinding sel. Bentuk dari sel
hewan atau sel epitel pipi manusia yaitu bulat tidak teratur. Jadi bentuk sel tumbuhan
dan sel hewan berbeda dikarenakan ada tidaknya dinding sel.
DAFTAR PUSTAKA

Loveles, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka.

Pratiwi, D.A. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Jakarta.

Samsuri, Istamar dkk. 2004. Biologi SMA kelas XI. Erlangga : Malang

Hamdan. 2013. Struktur sel dan tumbuhan. http://forestryinformation.wordpress.com.


Diakses pada tanggal 20 Oktober 2013 pukul 15.45.Surabaya.
LAMPIRAN

Pengambilan sayatan
Pengamatan sel Pengamatan sel hewan
tumbuhan elodea
tumbuhan (alodea) (epitel pipi manusia)
sebagai sample sel
tumbuhan

Hasil pengamatan epitel Hasil pengamatan


pipi manusia tumbuhan elodea

Anda mungkin juga menyukai