Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisme tersusun dari salah satu dari dua jenis sel yang secara
struktural berbeda, yaitu sel prokariotik yaitu sel yang tidak memiliki membran
inti dan sel eukariotikyaitu sel yang memiliki membran inti. Hanya bakteri yang
memiliki sel prokariotik.. prorista, tumbuhan, jamur, dan hewan semuanya
mempunyai sel eukariotik (Darmawan, 2006).
Sel mampu melakukan semua aktifitas kehidupan dan sebagian besar
reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel.
Kebanyakan mahkluk hidup tersusun asal sel tunggal atau disebut organisme
uniseluler, misalnya bakteri dan amoeba. Mahkluk hidup lainya, termassuk
tumbuhan, hewan, dan manusia merupakan organisme multi seluler yang terdiri
dari banyak tipe selterspesialisai dengan fungsinya masing-masing. Tubuh
manusia, misalnya tersusun atas lebih dari 10 sel. Namun demikian, tubuh dari
setiap organisme berasal dari pembelahan satu sel. Contohnya tubuh bakteri yang
berasal dari pembelahan sel bakteri dari induknya, smentara tubuh tikus berasal
dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi (Handayani, 2008).
Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme yang terdiri dari inti
(nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur serupa tanpa membran.
Tidak ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil daipada sel. Sel terbentuk
hanya dengan pembelahan sel-sel sebelumnya. Sel dicirikan oleh adanya
molekul makro khusus, seperti pati dan selulosa, yang terjadi dari ratusan sampai
ribuan gula atau molekul lain selain itu sel juga dapat dicirikan oleh adanya
molekul makro seperti protein dan asam nukleat baik DNA atau RNA yang
tersusun sebagai rantai yang terdiri dari ratusan sampai ribuan molekul. Pada
tumbuhan istilahh sel meliputi protoplasma dan dinding sel yang ada sedangkan
pada organisme multi sel yang ada membentuk struktur kompleks jaringan dan
organ. Sel pada organisme multi sel tidak sama satu dengan lainnya tapi masin-
masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Pada awalnya struktur
dinding sel yang ada pada tumbuhan dianggap sebagai sel mati hasil eksresi zat
hidup dalam sel akan tetapi baru-baru ini makin banyak ditemuai bukti bahwa
ada satuan organik yang ada dianttara protoplasma dan dinding, khususnya pada
sel muda (Azidin, 1986)
Berdasarkan pemaparan diatas itulah yang melatarbelakangi dilakukan di
lakukannya praktikum pengamatan Sel, agar praktikan dapat mengenal bentuk
dan sturktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari
berbagai jenis organisme serta mampu memahami sifat semipermeabilitas
membran sel.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pengamatan sel, yaitu:
1. Mengetahui bagian struktur sel empulur ubi kayu
2. Mengetahui bagian struktur sel umbi lapis bawang merah
3. Mengetahui struktur sel daun Hydrilla verticillata
4. Mengetahui struktur sel selaput rongga mulut
5. Mengetahui bentuk struktur sel darah manusia
6. Mengetahui struktur sel protozoa
7. Mendemonstrasikan sifat semipermeabilitas membrane sel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut M. Schleiden dan Theodore Schwann, sel merupakan kesatuan


struktural dari makhluk hidup, semua makhluk hidup tersusun atas sel,. Menurut Max
Schulze, sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup, dimana sel mengatur
fungsi-fungsi pada makhluk hidup. Rudolf Virchow menyatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari pertumbuhan sel sebelumnya “omne cellulae a cellulae”. Menurut
Gregor Mendel, sel mengandung sifat keturunan genetik atau hereditas yang
diwariskan pada keturunannya. Dari pernyataan-pernyataan tersebut, bisa di
simpulkan bahwa sel merupakan satuan terkecil makhluk hidup yang dapat
melaksanakan kehidupan dan merupakan unit terkecil penyusun makhluk hidup.
Secara fungsional, sel berfungsi untuk menjalankan kehidupan kemudian membentuk
organisme. Sel berkembang biak secara mitosis. Selain itu sel juga mengandung
materi genetik, yaitu materi penntu sifat-sifat makhluk hidup (Priadi, 2009).
Sel adalah struktural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup ag
secara independen mampu melakukan metabolisme, reproduksi, dan kegiatan
kehidupan lainnya yang menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. Sel terkecil
yang dikenal manusia ialah bakteri mycroplasma dengan diameter 0,0001 sampai
0,001 mm, sedangkan salah satu sel tunggalyang bisa dilihat dengan mata telanjang
ialah telur ayam yang belum dibuahi. Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter
antara 1 sampai 100 µm (0,001-0,1 mm) sehingga hanya bisa dilihat dengan
mikroskop. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalan
dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17 (Subandi, 2008).
Seorang sarjana bernama Schwann (1839) mengatakan bahwa organisme
tumbuh-tumbuhan dan hewan terdiri atas kumpulan sel-sel. Schwann mengemukakan
teori sel, yaitu bahwa sel merupakan sebuah organisme, hingga hewan maupun
tumbuh-tumbuhan merupakan kumpulan sel dan organisme (Safitri, 2014).
Menurut Salisbury (1992), sel terdiri dari 3 bagian utama yaitu:
1. Membran sel sering disebut juga membran plasma yang bersifat
semipermeabel. Artinya, membran sel hanya dpat dilewati oleh zat tertentu,
tetapi tidak dapat dilewati oleh zat lainya. Zat yang dapat melewati ialah air,
zat yang larut dalm lemak dan ion tertentu. Membran sel berfungsi pelindung
sel dan pengatur keluar masuknya zat dari dan ke dalam sel.
2. Nukleus biasanya berbentuk oval atau bulat ang berada di tengah-tengah sel.
Di dalam inti sel (nukleus) terdapat (nukleolus) dan benang kromosom.
Cairan ini tersusun atas air, protein , dan mineral. Kromosom merupakan
pembawa sifat menurun yang di dalamnya terdapat DNA
(deoxyribonucleicacid) atau RNA (ribonucleicacid). Inti sel (nukleus)
diselubungi membrane luar dan dalam yang terdiri atas nukleoplasma dan
kromosom. Nukleus berfungsi sebagai pusat pengatur kegiatan sel.
3. Sitoplasma merupakan cairan yang mengisi sel yang mengandung berbagai
zat yang koloid. Fungsi kehidupan utama berlangsung di sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat organel-organel yang melayang-layang dalam cairan
kental. Koloid sitoplasma bukan merupakan cairan yang serba sam
(homogen), melainkan cairan yang beraneka ragam (heterogen). Koloid ini
terdiri dari air, senyawa organik yaitu protein, gula, lemak, enzim, hormon,
dan garam mineral. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
reaksi metabolisme sel.
Jaringan epithelium adalah jaringan yang melapisi suatu rongga (dalam) atau
suatu permukaan bebas (luar). Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang tersusun rapat
sehingga tidak terdapat ruang antar sel. Lapisan sel epithelium bertumpu pada suatu
membran dasar yang biasa disebut membran basalis. Berdasarkan atas banyaknya
lapisan sel yang menyusunnya, maka epithelium dapat dibedakan menjadi epithelium
selapis dan epithelium berlapis. Sedangkan atas dasar bentuk selnya maka sel epitel
dapat berbentuk pipih (squamosa), kubus (kuboid), atau memanjang (kolumner). Sel-
sel epitel dapat pula dilengkapi dengan rambut-rambut halus (silia atau rambut getar)
pada permukaan distalnya. Beberapa sel epitel juga dapat mengalami modifikasi dan
berfungsi sebagai kelenjar (glandula) atau berfungsi sensoris atau dapat pula untuk
menyerap makanan (Nasir, 1994).
Jaringan epitel dibuat dari sel-sel memadat yang tersususn dalam lapisan
pipih. Lapisan ini melapisi berbagai rongga dan tabung pada tubuh. Jaringan ini juga
membentuk kulit yang membungkus tubuh. Jaringan epitel menjalankan berbagai
fungsi. Dalam setiap kasus fungsi ini mencerminkan kenyataan bahwa epitel selalu
terdapat diperbatasn antar massa sel dan rongga atau ruang. Epitelium kulit
melindungi jaringan dibawahnya terhadap kerusakan karena gesekan mekanis, radiasi
ultraviolet dan serangan bakteri. Jaringan epitel adalah salah satu dari empat jaringan
dasar. Dahulu istilah epitel dipergunakan untuk menyebut selaput jernih yang berada
diatas tonjolan anyaman di penyambung merah bibir (thele bibir). Istilah kini
dipergunakan untuk semua jaringan. Epitel juga berfungsi dalam mengangjut bahan-
bahan dari dan kejaringan dan rongga yang dipisahkannya. Epitel kolumnar pada
saluran pencernaan mengeluarkan enzim-enzim cerna ke dalam intestine dan juga
menyerap produk akahir pencernaan makanan dari padanya. Semua kelenjar
pencernaan pada tubuh dilapisi oleh ephitelium. Epitelium juga melapisi tabung air
dan rongga paru-paru. Epitelium ini mengeluarkan mucus untuk melindungi dirinya
terhadap kekeringan dan untuk menangkap partikl-partikel debu yang terhirup.
Banyak diantara sel-selnya mempunyai silia dipermukaan “bebas” yang mengatur
mucus dengan bawaan bahan asing kembali keatas sampai leher. Sel-sel kelamin
harus dilepaskan dari tubuh agar berfungsi dalam reproduksi seksual. Jadi kitapun
tahu sel-sel tersebut bersal dari epithelium, dalam hal ini epithelium germinal
(Kimball,1992).
Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh untuk
berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri. Darah
terdiri dari cairan kompleks sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera atau
tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit (Khairil, 2013).
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Darah mempunyai fungsi penting dalam sirkulasi. Secara
umum fungsi darah adalah sebagai alat transportasi oksigen, karbondioksida, zat gizi,
dan sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur cairan
jaringan dan cairan ekstra sel, mengatur suhu tubuh, dan sebagai pertahanan tubuh
dengan mengedarkan antibodi dan sel darah putih (Baldy, 2006).
Protozoa merupakn kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara
algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan protozoa hanya dapat
dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan
protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan
sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan
kemampuan untuk berfotosintesa. Semua speies Euglenophyta yang mampu hidup
pada nutrien komplek tanpa ada cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke
dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang
tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas protozoa genus Polytoma. Hal ini
merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan
protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya lebih besar dan selnya
eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari
jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari
jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah (Rynata, 2016).
Menurut Adun (2011), salah satu jenis dari protozoa adalah paramecium dan
euglena, klasifikasinya yaitu sebagai berikut:
a. Euglena
1) Kingdom  : Excavata
2) Phylum : Protozoa
3) Class    : Phytomastigoporea
4) Ordo    : Euglenida
5) Famili   : Euglenidae
6) Genus     : Euglena
7) Spesies  : Euglena viridis
b. Paramecium
1) Kingdom   : Animalia
2) Phylum   : Protozoa
3) Class        : Holotriohea
4) Order        : Hymonostimatida
5) Famili        : Holotrichidae
6) Genus  : Paramecium
7) Species   : Paramecium caudatum
Membran sel atau bisa disebut sel dinding yang sesuai dengan namanya
merupakan lapisan pemisah antara lingkungan didalam sel dengan lingkungan luar
sel. Membran sel sendiri merupakan sebuah fitur universal yang dimiliki oleh semua
jenis sel. Membran sel memiliki sifat selektif permeable yang membuat membran sel
dapat membatasi kegiatan yang terjadi didalam membran sel sehingga tidak
terpengaruh dengan lingkungan luar, hal ini karena membran sel hanya dapat dilewati
oleh molekul-molekul tertentu saja (Darmawan, 2006).
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui mebran selektif permeable
(semi permeabel) dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat
(konsentrasi airnya tinggi ke larutan yang konsentrasi airnya rendah). Atau osmosis
adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat pelarut, dari larutan yang
konsentrasi zat pelarutnya tinggi menuju larutan yang konsentrasi zat pelarutnya
rendah melalui selaput atau membran selektirf permeabel atau semi permeabel.
Membran semi permeabel dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut,
yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran (Sulistyowati, 2010).
BAB III
METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum Pengamatan Sel, yaitu:
Hari/Tanggal : Jum'at/21 September 2018
Waktu : Pukul 15.00 WITA-selesai
Tempat : Laboratorium BIODIVERSITY Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Unoversitas Tadulako
B. Alat dan Bahan
a. Alat yang akan digunakan pada pratikum ini yaitu :
1. Pipet tetes
2. Skalpel
3. Silet/Cutter
4. Jarum/Lanset
5. Gelas Pengaduk
6. Gelas Arloji
7. Gelas Penutup
8. Mikroskop
9. Cawan Petri
10. Tusuk Gigi
11. Stoples dengan tutupnya
12. Pita ukuran yang lentur
b. Bahan yang akan digunakan pada oratikum ini yaitu :
1. Ephitelium rongga mulut 7. Alkohol 70%
2. Darah Manusia 8. Kapas
3. Allium cepa 9. Kertas isap
4. Manihot esculenta 10. Pewarna (Eosin atau Metilen
5. Hydrila verticilata Blue)
6. Alamanda catarica 11. Tisu
C. Prosedur Kerja
- Kegiatan 2.1 (Pengamatan struktur sel Penampang Melintang Empulur Batang Ubi
Kayu)
1. Membuat potongan melintang empulur batang ubi kayu setipis mungkin.
2. Meletakkan potongan kecil tersebut pada gelas objek dan juga jangan sampai
terjadi lipatan atau kerutan.
3. Menambahkan satu atau dua tetes air, kemudian tutup dengan gelas penutup.
4. Mengamati dengan mikroskop dengan pembesaran 10X
- Kegiatan 2.2 (Pengamatan struktur sel Umbi Lapis Bawang Merah)
1. Memotong suing bawang merah segar.
2. Mengambil salah satu lapisan suing yang berdaging. Kemudian mematahkan
lapisan tersebut, sehingga bagian yang cekung tampak adanya epidermis tipis.
3. Dengan menggunakan pinset, jepit epidermis tersebut dan melepas dari umbinya
dengan perlahan-lahan.
4. Meletakkan potongan kecil epidermis pada gelas objek dan jangan sampai terjadi
lipatan atau kerutan.
5. Menambahkan satu atau dua tetes air, kemudian tutup dengan gelas penutup.
6. Mengamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X
7. Meneteskan zat warna yodium di salah satu tepi gelas penutup dan isap dengan
kertas penghisap pada sisi yang berlawanan, kemudian mengamati dengan
pembesaran yang lebih besar 40X.
- Kegiatan 2.3 (Pengamatan struktur sel daun Hydrilla verticillata)
1. Mengambil selembar daun yang muda atau daun pada pucuk yang telah
disiapkan, kemudian meletakkannya diatas kaca objek dalam posisi bentangan
membujur yang rata lalu tetesi dengan air.
2. Menutup daun tersebut dengan kaca penutup dengan hati-hati jangan sampai
terbentuk gelembung udara.
3. Mengamati sel tersebut dibawah mikroskop.
- Kegiatan 2.4 (Pengamatan struktur sel selaput rongga mulut)
1. Dengan menggunakan ujung tumpul scalpel atau ujung jari atau sebuah tusuk
gigi, keruk sel epitel pada bagian dalam dinding pipi anda.
2. Menebarkan epitel yang diperoleh ke dalam setetes air pada kaca objek.
3. Menutup sediaan tersebut dengan kaca penutup.
4. Meneteskan metilen biru dengan menggunakan kertas hisap (Tissue) melalalui
sisi yang berlawanan dengan tempat meneteskan metilen biru.
5. Mengamati dengan pembesaran 10X, kemudian 40X.
- Kegiatan 2.5 (Pengamatan struktur sel darah manusia)
1. Merendam lanset dengan alkohol 70% dalam kaca arloji.
2. Membersihkan jari telunjuk anda dengan alkohol 70%.
3. Dengan menggunakan lanset tusuk jari telunjuk dengan hati-hati dan
mengoleskan darah tersebut pada kaca objek dengan membuang tetesan darah
pertama.
4. Mengamati mulai dari pembesaran lemah hingga pembesaran kuat.
- Kegiatan 2.6 (Pengamatan sel Protozoa)
1. Menyediakan kaca objek dengan kaca penutup yang telah dibersihkan.
2. Meneteskan air rendaman jerami ke atas kaca objek kemudian tutup dengan kaca
penutup. Jangan ditekan karena sel protozoa akan hancur.
- Kegiatan 2.7
1. Mengkur dan mencatat garis tengah telur di sekeliling bagian tengahnya.
2. Memasukkan telur ke dalam stoples. Jangan sampai kulitnya pecah.
3. Menuangkan cuka ke dalam stoples samapi telur terendam kemudian stoples
ditutup.
4. Mengamati perubahannya selama 72 jam.
5. Mengeluarkan telur setelah 72 jam dan ukur garis tengahnya dan bandingkan
dengan ukuran telur sebelum direndam di dalam cuka.
DAFTAR PUSTAKA
Adun, Rusyana. 2011. Zoologi Invertebrata. Alfabeta. Bandung.
Aizidin. 1986. Ringkasan Biologi. Ganesa Exact. Bandung.
Baldy, Stephen. 2006. Intisari Biologi. Hipokarates. Jakarta.
Darmawan, B. 2006. Biologi Dasar. Erlangga: Jakarta.
Handayani, Sri. 2008. ‘Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang’. Jurnal Biologi. Vol. 19. No. 1.
Hal. 12-19.
Kimball, Jhon, W. 1992. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Khairil, Fitryadi, dan Sutikno. 2013. ‘Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron’. Jurnal Masyarakat Informatika. Vol. 7. No. 1.
ISSN. 2086-4930.
Nasir, M, Sugiyonto, J. 1994. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Depdikbud. Yogyakarta.
Priadi, Arif. 2009. Biologi SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Rynata, Diaz. 2016. ‘Identifikasi Protozoa Pada Digester Tipe Batch Berbahan Baku Feses
Sapi Potong Dan Batu Bara’. Jurnal Biologi. Vol. 2. No. 2. Pp. 1-2.
Subandi. 2008. Sel-sel Pada Organisme Multiseluler. ITB. Bandung.
Safitri. 2014. Sel Adalah Kumpulan Materi. PT. Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Sulistyowati, Uut. 2010. Biologi. PT. Temprina Media Grafika. Nganju.

Anda mungkin juga menyukai