1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemampuan organisme bereproduksi merupakan satu karakter yang
membedakan hidup dari tak-hidup. Kapasitas unik ini seperti juga seluruh fungsi
biologi memiliki basis sel. Keberlangsungan kehidupan didasarkan pada
reproduksi sel atau pembelahan sel. Pembelahan sel berperan penting dalam hidup
organisme.
Semua makhluk hidup dari bakteri sampai mamalia multiseluler
merupakan hasil dari pertumbuhan sel dan pembelahan sel yang telah
berlangsung sejak tiga milyar tahun yang lalu. Sebuah sel melakukan reproduksi
dengan menjalankan serangkaian kejadian yang menduplikasi isinya kemudian
membaginya menjadi dua. Siklus duplikasi dan pembelahan ini, dikenal dengan
siklus sel, yang merupakan mekanisme penting yang dilakukan makhluk
hidup untuk bereproduksi. Pada spesies uniseluler, seperti bakteri dan khamir,
setiap pembelahan sel menghasilkan individu baru yang utuh. Pada organisme
multiseluler, rangkaian panjang dan kompleks dari pembelahan sel dibutuhkan
untuk menghasilkan organisme yang fungsional. Bahkan pada tubuh orang
dewasa, pembelahan sel biasanya dibutuhkan untuk mengganti sel-sel yang mati.
Faktanya, masing-masing dari kita harus membuat jutaan sel setiap detik untuk
bertahan hidup, jika seluruh pembelahan sel berhenti, misalnya oleh
pancaran sinar X yang berlebihan, maka kita akan mati dalam beberapa hari.
Siklus sel pada setiap organisme berbeda-beda, tetapi karakteristik
umumnya hampir sama. Sel eukariot memiliki kompleks protein pengatur yang
dikenal sebagai sistem kontrol siklus sel, yang menentukan kemajuan siklus sel.
inti dari sistem ini adalah reaksi biokimia yang diaktifkan untuk memulai
kegiatan dalam siklus, termasuk duplikasi dan segregasi kromosom. Sistem
kontrol ini juga mengatur jumlah sel pada jaringan tubuh. Ketika sistem berfungsi
tidak sebagai mana mestinya, kelebihan pembelahan sel dapat mengakibatkan
kanker. Sel-sel kanker merusak aturan paling dasar dari tingkah laku sel dari
organisme multiseluler dibangun dan dijaga, dan sel kanker memanfaatkan setiap
jenis kesempatan yang ada.
2
memakan waktu. Waktu yang digunakan oleh sel untuk penggandaan dan
pendistribusian materi genetik, disebut sebagai durasi siklus sel. Durasi siklus
sel antara suatu jenis sel dengan sel-sel jenis lain tidak sama, ada sel dengan
durasi siklus sel yang singkat dan ada pula sel dengan durasi siklus sel yang
lama. Perbedaan durasi siklus sel antara berbagai jenis sel disebabkan karena
adanya perbedaan proporsi durasi dari fase-fase yang terjadi pada siklus sel. Fase
yang paling singkat dalam siklus sel adalah fase M (mitosis). Fase M ini
tersusun atas dua proses yakni proses pembagian nukleus yang disebut
sebagai fase mitosis dan proses pembagian sitoplasma yang disebut sebagai
fase sitokinesis. Pada umumnya fase M pada siklus sel berlangsung sangat
singkat, hanya sekitar satu jam.
Sel tidak langsung membelah setelah sel tersebut baru saja selesai
membelah, terdapat jeda waktu antara satu proses pembelahan suatu sel dengan
proses pembelahan berikutnya dari sel tersebut. Sederhananya, terdapat
waktu jeda antara satu fase M dengan fase M berikutnya, waktu jeda ini disebut
sebagai fase interfase. Jika diamati pada mikroskop cahaya fase interfase
adalah fase dimana sel tampak tidak beraktivitas, namun sebenarnya fase
interfase ini adalah fase yang paling sibuk dalam siklus sel, sebab pada fase
interfase ini sel mereplikasi materi genetik, mensintesis protein dan
menggandakan jumlah organel sehingga ukuran sel tampak bertambah atau
makin besar. Fase interfase dapat dibagi menjadi tiga fase yakni fase G1 (Gap
1), fase S (Sintesis) dan fase G2 (Gap 2) .
Fase G1 adalah jeda antara penyelesaian fase M (akhir sitokinesis) dengan
awal fase S. Fase S adalah jeda antara akhir fase G1 dengan awal fase G2, pada
fase S ini sel mereplikasi materi genetiknya. Sedangkan fase G2 adalah
jeda antara akhir fase S dengan awal fase M. Selama fase G1 dan G2 sel terus
tumbuh sambil mengawasi kondisi lingkungan eksternal dan internalnya
untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan internal dan eksternal sesuai untuk
melanjutkan ke fase S ataupun fase M (Alberts dkk, 2010). Pada beberapa kondisi
dimana lingkungan tidak mendukung sel untuk melanjutkan ke fase S
ataupun fase M, maka pada akhir fase G1 atau fase
2
G2 sel akan memasuki fase G0 (Alberts dkk, 2010). Fase G0 adalah fase
dimana sel sama sekali tidak melakukan aktivitas yang terkait dengan proses
pembelahan sel.
Gambar 2.3: Siklus sel dibagi menjadi empat fase (Albert, et. al., 2008)
Sel mengalami pertumbuhan selama interfase, yang terdiri atas tiga fase
yakni, fase G1, S dan G2. Replikasi DNA terjadi pada fase S. Fase G1 adalah
jeda antara akhir fase M dengan awal fase S, and fase G2 adalah jeda antara
akhir fase S dengan awal fase M. Selama fase M, pertama terjadi pembagian
nukleus pada proses yang disebut dengan mitosis kemudian dilanjutkan dengan
pembagian sitoplasma pada proses yang dikenal dengan sitokinesis. Sel
memasuki fase G0 bertujuan untuk menambah waktu jeda yang digunakan untuk
mempersiapkan diri memasuki fase selanjutnya dari siklus sel. Selama interfase,
suatu sel biasanya mentranskripsi gen dan mensintesis protein secara terus-
menerus sehingga dapat tumbuh ke ukuran massa dan volume yang lebih besar.
Fase G1 dan G2 memberikan waktu tambahan bagi sel untuk tumbuh dan
menggandakan organelnya. Jika seluruh waktu pada siklus sel dihabiskan
pada fase S untuk mensintesis DNA genom sehingga fase G1 dan atau G2
2
menjadi tidak ada, maka sel tidak memiliki cukup waktu untuk menggandakan
organelnya, akibatnya terjadi penyusutan ukuran sel pasca pembelahan
berlangsung. Peristiwa pembelahan sel tanpa melewati tahap G1 atau G2 dapat
diamati pada peristiwa pembelahan sel embryo pada hewan. Pada pembelahan sel
embryo hewan, proses pembelahan berlangsung secara cepat tanpa memberi
waktu pada sel untuk tumbuh, sehingga sel anakan yang dihasilkan dari
pembelahan sel embryo tersebut ukurannya makin kecil. Hal ini dapat dilihat
dari perbandingan ukuran sel zigot dengan sel embryo hewan pada tahap blastula
atau gastrula. Mitosis dapat dibedakan menjadi lima tingkatan yaitu profase,
prometafase, metafase, anafase, dan telofase. Sitokinesis (overlap dengan fase
akhir mitosis)mmelengkapi fase mitotik (M).
identik yang identik. Pada akhir fase replikasi akan dihasilkan sel dengan jumlah
materi genetik dan organel dua kali dari jumlah materi genetik dan organel pada
saat sel tersebut akan memasuki fase replikasi. Setelah fase replikasi selesai akan
dilanjutkan dengan fase pembelahan dimana materi genetik dan organel
yang telah digandakan akan dibagi menjadi dua, sehingga dihasilkan dua sel
anakan. Fase pembelahan ini melibatkan dua fase yakni fase pembagian
materi genetik dan tahap pemisahan kedua sel anakan dari satu sel induknya.
Fase pembagian materi genetik pada sel eukaryotik melibatkan terjadinya proses
pemisahan nukleus. Fase pemisahan kedua sel anakan terjadi setelah fase
pembagian materi genetik.
Genom prokariot pada umumnya berupa molekul DNA tunggal sedangkan
genom eukariot pada umumnya tersusun atas sejumlah tertentu molekul DNA.
Panjang kesuluruhan DNA sel eukariot sangatlah mengagumkan. Sel manusia
sebagai contohnya memiliki DNA sepanjang 2 meter (250,000 kali lipat diameter
sel) dan sebelum sel
membelah untuk membentuk sel anak identik, keseluruhan DNA tersebut haruslah
diduplikasi dan kedua duplikat tersebut selanjutnya dipisahkan sehingga tiap-tiap
sel anak memiliki genom yang lengkap.
pada fase M dan berperan dalam memastikan bahwa seluruh kromosom sel yang
telah direplikasi telah terikat erat dengan gelendong pembelahan (mitotic spindle),
sebelum dipisahkan dan dibagi pada dua sel anakan.
Check-point pada fase G1 berperan penting dalam sistem kontrol
siklus sel, sebab keberadaan checkpoint ini memungkinkan sistem untuk diatur
oleh sinyal kimia yang disekresikan oleh sel lain. Pada organisme multiseluler
seperti hewan dan manusia, check-point pada fase G1 dari sistem kontrol siklus
sel sangat peka terhadap sinyal penstimulasi pembelahan sel yang disekresikan
oleh sel lain, apabila jaringan tersebut membutuhkan lebih banyak sel, maka sel
yang terkena sinyal tersebut akan membelah, jika tidak maka sel akan memblokir
jalur dari sinyal tersebut sehingga proses pembelahan sel tidak berlangsung.
Sistem kontrol siklus sel memiliki peranan yang penting dalam mengatur jumlah
sel dalam suatu jaringan tubuh. Ketika sistem kontrol pembelahan sel ini
mengalami kerusakan maka dapat menyebabkan pembelahan sel yang
berlebihan, sehingga terjadi kanker.
2
Gambar 2.4: Check-point pada sistem kontrol siklus sel (Albert, et. al.,
2008)
Setiap sel eukaryot memiliki urutan siklus sel yang sama dan
menggunakan mekanisme kontrol yang sama untuk mengendalikan urutan setiap
proses yang terjadi pada siklus sel. Protein yang berperan dalam sistem kontrol
siklus sel dikodekan oleh gen yang bersifat sangat konservatif dan sangat identik
pada setiap organisme, bahkan gen pengkode protein yang berperan dalam sistem
kontrol siklus sel manusia dapat ditransfer dan berfungsi normal pada sel ragi.
Karena kesamaan dalam sistem kontrol siklus sel ini, ilmuwan dapat mempelajari
siklus sel dan regulasi dari berbagai jenis sel organisme eukaryot (khususnya,
manusia) dengan menggunakan rekayasa genetik pada berbagai organisme model.
Hal ini sangat penting utamanya untuk mengetahui proses pembelahan sel kanker
serta bagaimana cara untuk mengobatinya.
Setiap sistem kontrol siklus sel yang dimiliki oleh setiap sel
eukaryot memiliki dua mekanisme dasar yang sama. Mekanisme yang pertama
berperan dalam memproduksi komponen-komponen baru bagi sel yang sedang
tumbuh, sedangkan mekanisme yang kedua berperan dalam menyusun
komponen- komponen yang dihasilkan tadi pada tempatnya sekaligus
membaginya saat sel mengalami proses pembelahan. Sistem kontrol siklus sel
mengaktifkan dan mendeaktifkan kedua mekanisme tersebut pada waktu yang
2
tepat sehingga sistem kontrol siklus sel dapat mengkoordinasi berbagai proses
yang terjadi pada siklus sel. Inti dari sistem kontrol siklus sel adalah rangkaian
saklar biokimia (biochemical switches) yang berperan dalam berbagai sequens
proses tertentu, termasuk mengatur peristiwa replikasi DNA serta pemisahan
kromosom.
Protein yang memiliki peranan inti dari sistem kontrol siklus sel adalah
protein kinase, sebab protein kinase ada dan berperan pada setiap tahap dari
siklus sel. Untuk dapat melakukan peran tersebut protein kinase akan teraktivasi
pada saat-saat tertentu pada siklus sel dan kemudian terdeaktivasi. Proses aktivasi
dan deaktivasi dari protein kinase inilah yang akan menetukan tahap selanjutnya
yang akan ditempuh oleh suatu sel pada siklus selnya. Protein yang berperan
dalam pengaktifan dan pendeaktifasian protein kinase adalah protein cyclin.
Protein cyclin tidak memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas enzimatis,
tetapi ia dapat berikatan dengan protein kinase. Pengikatan protein cyclin pada
protein kinase akan menyebabkan protein kinase dapat melakukan aktivitas
enzimatis tertentu. Karena protein kinase pada sistem kontrol siklus sel hanya
dapat bekerja jika ada protein cyclin maka sistem kontrol siklus sel disebut
sebagai cyclin- dependent protein kinases (Cdks).
Gambar 5 menjadi alasan dari sistem kontrol siklus sel disebut Cdks;
karena konsentrasi cyclin berfluktuasi naik turun selama siklus sel. Fluktuasi
konsentrasi protein cyclin berlangsung dalam siklus sehingga dapat diprediksi.
Fungsi utama dari fluktuasi cyclin adalah mengatur siklus penyusunan dan
aktivasi kompleks cyclin-Cdk, dimana aktivasi dari kompleks tersebut akan
memicu terjadinya berbagai proses dalam siklus sel.
2
mendefosforilasi gugus fosfat pada dua sisi fosfatase inhibitor. M-cyclin bekerja
dengan kompleks cdk aktif yang disebut M-Cdk. Cyclin yang berperan memicu
dimulainya fase S saat sel telah menyelesaikan fase G1 adalah S-cyclin dan
G1/S-cyclin. Pengikatan S- cyclin dan G1/Scyclin dengan protein Cdk
membentuk S-Cdk dan G1/S-Cdk akan memulai fase S. Cyclin yang lain yang
disebut G1-cyclin berperan dalam memulai dan menyelesaikan fase G1.
Keputusan paling radikal yang dapat diambil oleh sistem kontrol siklus sel
dari suatu sel adalah sel tidak akan melanjutkan pembelahan secara permanen.
Keputusan untuk tidak melanjutkan pembelahan secara permanen berbeda jauh
dengan keputusan untuk tidak melanjutkan pembelahan sel untuk waktu
yang tidak ditentukan, sebab jika sistem kontrol siklus sel telah memutuskan
untuk tidak melanjutkan pembelahan sel secara permanen maka sel tidak
akan membelah sampai sel tersebut mati. Keputusan ini penting bagi organisme
multiseluler utamanya untuk mencegah terjadinya kanker. Salah satu contoh
dimana sistem siklus sel memutuskan untuk tidak membelah secara permanen
adalah pada sel saraf dan sel otot manusia. Sel saraf dan sel otot tidak membelah
saat ia telah berdiferensiasi, regenerasi kedua jenis sel ini sepenuhnya bergantung
pada aktivitas pembelahan stem sel. Hal ini pentinng utamanya untuk menjaga
jumlah populasi sel tersebut dalam tubuh. Pada sel yang memutuskan untuk tidak
2
permulaan (inisiasi) dan penyelesaian dari proses replikasi DNA yang disebut
Origin Recognition Complex (ORC). ORC akan terus terikat dengan ORI selama
siklus sel berlangsung. Gambar 1.6 menunjukkan bahwa ORC dan ORI berperan
sebagai tempat menempelnya protein regulator yang berperan dalam
menginisiasi terjadinya fase S. Salah satu protein regulator yang berperan
menginisiasi fase S adalah Cdc6. Saat Cdc6 berikatan dengan ORC dan
membentuk kompleks prereplikasi (pre-replicative complex), maka replikasi
DNA sudah dapat dimulai.
Kompleks cyclin-Cdk yang berperan pada inisiasi fase S adalah S-Cdk. S-
Cdk selain berperan menginisiasi fase S re-replikasi DNA (replikasi DNA ulang
pada satu siklus sel). Hal ini dapat terjadi karena aktivasi S-Cdk menyebabkan
fosforilasi Cdc6, sehingga Cdc6 dan protein lain dalam kompleks pre-replikasi
terdisosiasi sehingga tidak mungkin bagi ORI tersebut untuk direplikasi lagi.
Proses disosiasi Cdc6 oleh aktivasi S-Cdk juga menyebabkan Cdc-6 terdenaturasi
sehingga tidak mungkin untuk menginisiasi replikasi DNA lagi pada satu
siklus sel yang sama.
2
massa sel, yang tergantung pada keduanya baik total jumlah sel dan ukuran sel.
Jumlah sel, secara bergiliran, tergantung pada jumlah pembelahan sel dan
kematian sel. Oleh karena itu ukuran organ dan tubuh ditentukan oleh tiga proses
pokok yaitu pertumbuhan sel, pembelahan sel, dan kematian sel. Masing-masing
proses diregulasikan oleh program intraseluler dan oleh sinyal molekul
ekstraseluler yang mengontrol program.
Sinyal molekul ekstraseluler pada regulasi ukuran dan jumlah sel secara
umum disekresikan oleh protein, ikatan protein ke permukaan sel, atau komponen
dari matriks ekstraseluler. Hal tersebut dapat dibagi secara operasional ke dalam 3
kelas utama yaitu:
1. Mitogen, yang menstimulasi pembelahan sel, terutama memicu sebuah
gelombang aktivitas G1/S-Cdk yang membebaskan kontrol negatif
intraseluler dengan cara lain memblokir perkembangan melalui siklus sel.
PDGF hanya satu dari lebih dari 50 protein yang dikenal sebagai mitogen.
Banyak protein yang mempunyai ukuran yang spesifik. PDGF contohnya, dapat
menstimulus banyak jenis sel untuk membelah, termasuk fibroblas, sel otot polos,
2
dan sel neuroglial. Dengan cara yang sama, epidermal growth factor (EGF)
berperan tidak hanya pada sel epidermal tetapi juga pada banyak sel dengan
tipe yang lain, termasuk keduanya sel epitelial dan non-epitelial. Beberapa
mitogen, bagaimanapun, mempunyai batas khusus, erythropoietin, contohnya,
hanya menginduksi proliferasi prekursor sel darah merah. Banyak mitogen,
termasuk PDGF, juga mempunyai aktivitas lain selain menstimulus pembelahan
sel, mereka dapat menstimulus pertumbuhan sel, ketahanan, diferensiasi, atau
perpindahan, tergantung pada keadaan dan jenis sel.
Pada beberapa jaringan, penghambat sinyal ekstraseluler protein
menentang regulator positif dan menghambat pertumbuhan organ. Pemahaman
terbaik pencegahan sinyal protein adalah TGFβ dan familinya. TGFβ
menghambat proliferasi beberapa jenis sel, salah satunya dengan memblokir
perkembangan siklus sel pada G1 atau dengan stimulasi apoptosis.
Jenis tipe sel lainnya, termasuk fibroblas dan beberapa Iymphocytes, menarik diri
dari dan kembali memasuki siklus sel berulang kali sepanjang seumur hidup
mereka.
Hampir semua variasi siklus sel yang panjang dalam tubuh orang dewasa
terjadi selama sel menghabiskan waktu di G1 atau Go. Sebaliknya , saat sel yang
diperlukan untuk kemajuan dari awal fase S melalui mitosis biasanya singkat
(biasanya 12-24 jam pada mamalia) dan relatif konstan , terlepas dari interval dari
satu divisi ke yang berikutnya.
Gambar 2.17. Mutasi penyebab kanker ada dua kategori yang berbeda,
dominan dan resesif.
Pada diagram ini, pengaktivan mutasi ditunjukkan oleh kotak merah, penon-
aktifan mutasi ditunjukkan oleh kotak merah berlubang. (A) Onkogen berperan
sebagai gen dominan, salinan tunggal gen penyebab kanker ysng termutasi
mampu menyebabkan kanker. (B) Mutasi pada gen supresor tumor merupakan
gen resesif, sehingga kedua alel pada gen penyebab kanker tidak mampu
menyebabkan kanker. Meskipun pada diagram alel kedua pada gen supresor
tumor dinon- aktifkan oelh mutasi, seringkali tidak aktifnya dikarenakan
hilangnya kromosom kedua. Belum ada fakta yang menunjukkan bahwa mutasi
gen supresor tumor dapat mempengaruhi apabila hanya satu dari dua salinan gen
itu rusak.
Beberapa virus DNA juga merupakan onkogen. Tidak seperti virus DNA
yang menginfeksi hewan, virus DNA onkogen menggabungkan DNA virusnya ke
2
genom sel inang. DNA virus mengandung satu atau lebih onkogen, yang secara
permanen mengubah sel yang terinfeksi. Sebagai contoh, beberapa kutil dan
tumor jinak pada sel-sel epitel disebabkan oleh DNA yang mengandung
papilomavirus. Tidak seperti onkogen retrovirus, yang berasal dari gen-gen
normal sel dan tidak berfungsi untuk virus kecuali untuk pembelahan sel tumor,
onkogen virus DNA merupakan bagian dari genom virus dan dibutuhkan untuk
replikasi virus. Onko-protein diekspresikan dari DNA virus yang
tergabung dengan sel yang terinfeksi, dengan beberapa cara untuk merangsang
pertumbuhan dan pembelahan sel.
2. Karsinogen
Agen-agen dari lingkungan dapat mempercepat perkembangan tumor.
Agen ini dapat berperan sebagai inisiator tumor atau promotor tumor. Promotor
tumor menginduksi respon peradangan, dan mereka menciptakan lingkungan
lokal yang mengubah ekspresi gen, merangsang pembelahan sel, dan
meningkatkan populasi sel mutan yang dibuat oleh inisiator tumor. Agen
dari lingkungan yang meningkatkan perkembangan kanker ini disebut mutagen,
yang meliputi zat kimia karsinogen dan radiasi UV.
menyebabkan mutasi dengan cara bereaksi dengan DNA. Senyawa aflatoksin B1,
merupakan racun dari Aspergillus flavus oryzae yang tumbuh pada biji-bijian dan
kacang ketika disimpan di tempat yang lembab. Diperkirakan racun ini
menyebabkan kanker hati dan tergabung dengan ciri-ciri mutasi gen supresor
tumor p53. (B) Jenis karsinogen menyebabkan jenis kanker yang berbeda.
Gambar 2.22 Gambar skematis amplifikasi gen terjadi. Hal ini jarang terjadi,
replikasi DNA yang tidak normal menghasilkan kromosom dengan salinan ganda
pada satu daerah di kromosom. Perbaikan struktur ini melepaskan DNA
berbentuk lingkaran yang mampu bereplikasi membentuk sekuen berulang dua-
dua, sehingga menghasilkan kromosom double minute. Hasilnya adalah DNA
dari salah satu kromosom mampu bergabung pada tempat baru di kromosom
normal untuk menghasilkan daerah terwarna yang homogen.
pada satu tempat di kromosom, atau seperti struktur kromosom kecil. Bentuknya
seperti homogenously staining region (HSR) yang terlihat pada mikroskop
cahaya pada sisi amplifikasi, bentuk lainnya menyebabkan kromosom ekstra
„minute‟, yang terpisah dari kromosom normal yang membedakan
2
dan saraf jarang dijumpai pada orang dewasa. Meskipun demikian, kanker
dapat terjadi pada jaringan yang tersusun oleh sel-sel yang tidak membelah
seperti sel darah merah dan sel-sel darah putih, sel-sel penyerapan pada usus
halus, sel-sel keratin pada kulit. Sel-sel yang menginisiasi tumor bukanlah sel-sel
yang terdiferensiasi, tetapi merupakan sel-sel prekursor. Sel-sel yang telah
berdiferensiasi biasanya tidak membelah. Setelah sel tersebut mati atau
rusak, selanjutnya akan digantikan oleh sel-sel batang (stem cells) yang
membelah dan berdiferensiasi, dan sel-sel ini yang mampu berubah menjadi sel-
sel tumor.
Sel batang yang ada pada usus, hati, kulit, tulang, dan jaringan lain
sedemikian rupa mampu menggantikan sel-sel rusak dan mati, dengan jalur yang
analog seperti hematopoiesis pada sumsum tulang. Persamaan dengan tumor
adalah hanya beberapa sel yang mampu membelah secara tidak terkendali dan
menimbulkan tumor baru, sehingga disebut tumor sel batang.
Karena sel batang membelah terus menerus sepanjang hidup organisme,
mutasi onkogenik pada DNAnya dapat terakumulasi, sehingga mengubahnya
menjadi sel-sel kanker. Sel-sel yang mengalami mutasi ini melakukan
pembelahan sel yang abnormal dan tidak mampu mengalami diferensiasi sel
secara normal. Beberapa mutasi onkogenik, seperti mencegah terjadinya
apoptosis atau menghasilkan sinyal pemacu pertumbuhan yang tiak sesuai,
juga dapat terjadi pada sel-sel yang terdiferensiasi, tetapi tetap bereplikasi
menghasilkan sel-sel keturunan yang baru. Seperti mutasi pada sel keturunan
hematopoietik yang mampu menyebabkan berbagai tipe leukemia.
Perubahan genetik karena onkogenesis akan mengubah beberapa ciri-ciri
dasar sel, sehingga sel akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal yang
menunjukkan fenotip sel kanker (Gambar 2.11). Sel-sel kanker mampu
mengendalikan pembelahan sel tanpa induksi sinyal ekstraseluler. Mereka tidak
2
menanggapi sinyal yang membatasi pembelahan sel dan terus hidup walaupun
sebenarnya sel tersebut sudah seharusnya mati. Mereka mengubah penempelan
pada sel-sel di sekitarnya atau matriks ekstraseluler, sehingga membelah sangat
cepat. Satu sel kanker sebenarnya hampir mirip sel normal tetapi akan
menunjukkan kekekalan (immortality) yang tidak tepat. Untuk tumbuh dan lebih
besar dari ukurannya, tumor harus memperoleh pasokan darah yang cukup,
sehingga tumor melakukannya dengan memberi sinyal untuk menginduksi
pertumbuhan pembuluh darah ke dalam tumor. Selama perkembangan kanker,
tumor menjadi organ yang abnormal, yang mampu beradaptasi untuk tumbuh dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.
Beberapa sifat yang dimiliki kanker secara umum adalah sebagai berikut.
1. Sel kanker lebih mandiri untuk mencukupi kebutuhannya untuk
pertumbuhan dan perbanyakan sel-selnya. Sebagai contoh, tidak seperti
sel normal, sel kanker lebih mampu bertahan hidup dan membelah diri
pada medium walaupun tidak menempel pada substrat dan mengapung
bebas pada suspensi.
2. Sel kanker anti terhadap sinyal ekstraseluler.
3. Sel kanker tidak mudah melakukan apoptosis seperti sel normal.
4. Sel kanker tidak memiliki mekanisme pengaturan intraseluler
2
Gambar 2. 12. Tumor jinak dan tumor ganas. Jaringan tumor jinak (adenoma)
berada di dalam basal lamina yang ditandai lingkaran struktur normal (saluran),
sedangkan tumor ganas (adenocarcinoma) merusak saluran tersebut.
Sel-sel normal dibatasi oleh adesi sel-sel pada tempatnya di organ atau
jaringan dan pembatas seperti basal lamina, yang terletak pada lapisan sel-sel
epitel dan juga sekitar sel-sel endotelial pembuluh darah. Sel-sel kanker memiliki
hubungan kompleks pada matriks ekstraseluler dan basal lamina. Sel-sel tersebut
merusak basal lamina untuk masuk dan melakukan penetrasi serta
metastasis, tetapi pada beberapa kasus sel-sel tersebut bergerak sepanjang basal
lamina. Beberapa sel-sel tumor mensekresikan protein (aktivator plasminogen)
yang mengubah serum protein plasminogen menjadi plasmin protease yang aktif.
Peningkatan aktivitas plasmin akan menyebabkan metastasis dengan mencerna
basal lamina, sehingga sel-sel tumor mampu melakukan penetrasi. Karena sel-sel
basal lamina mampu dipenetrasi oleh sel-sel tumor, maka sel-sel tumor masuk ke
2
aliran darah, tetapi 1 dari 10.000 sel yang mampu mengeluarkan tumor
primer akan berhasil untuk membentuk tumor sekunder di daerah lain. Dengan
kata lain, keluarnya tumor primer dari tempat asal dan masuk ke darah, sel tumor
akan menanamkan benih tumor baru yang menempel pada lapisan endotelial
kapiler darah dan berpindah ke jaringan lain. Perpindahan pada jaringan yang
baru akan mendasari keganasan tumor yang melibatkan protein pada
permukaan sel yang baru.
sebagai agen terapi kanker. Walaupun pembuluh darah baru terbentuk selama
perkembangan embrio, ada juga yang baru terbentuk ketika terjadi luka pada
orang dewasa. Hal tersebut menjadi inhibitor khusus bagi angiogenesis yang
kemungkinan efektif mengatasi tumor atau setidaknya memilki sedikit efek
samping.
2
ujung kromosom yang berubah akan memicu siklus sel untuk tertahan.
perbaikan DNA mencegah sel dari koreksi mutasi yang dapat mengaktifkan gen
supresor tumor atau mengaktifkan onkogen.
jalur yang mengatur kegiatan sel, terutama jalur sinyal yang mempengaruhi
kontrol sel, apakah sel harus tumbuh, membelah, diferensiasi atau mati (Gambar
2.24).
Komponen-komponen jalur sinyal meliputi protein pengkode proto-
onkogen dan gen supresor tumor meliputi sekresi protein sinyal, reseptor
transmembran, protein pengikat GTP intraseluler, protein kinase, protein
pengatur gen, dan protein lain. Mutasi kanker mengubah komponen-komponen
ini dalam pensinyalan pembelahan sel walaupun tidak diperlukan, mengaktifkan
pertumbuhan sel, replikasi DNA, dan pembelahan sel yang tidak sesuai.
Gambar 2.24. Charta jalur sinyal umum yang sesuai dengan kanker pada
sel-sel manusia, menunjukkan lokasi beberapa protein yang berubah
karena mutasi pada kanker. Produk dari onkogen dan gen supresor tumor
sering berperan dalam jalur yang sama. Protein sinyal tunggal ditunjukkan
dengan lingkaran merah, dengan komponen penyebab kanker dan mekanisme
kontrol ditunjukkan dengan warna hijau. Interaksi antara protein stimulator dan
inhibitor juga telah dirancang.
2
Sistem kontrol siklus sel menjamin bahwa sel eukariot membuat salinan
kromosomnya dan memisahkan satu salinannya pada setiap sel anakan hasil
pembelahan sel. Awal proses ini membutuhkan sinyal kemajuan siklus sel pada
organisme multiseluler yang teratur dengan baik, sehingga setiap sel pada
organisme multiseluler tetap diam pada fase G0. Tetapi pembelahan sel juga
membutuhkan lebih dari kemajuan selama siklus sel, membutuhkan
pertumbuhan sel, yang melibatkan proses anabolisme yang menghasruskan
2
Gambar 2.26. Sel-sel membutuhkan dua tipe sinyal untuk pembelahan sel.
(A)
Untuk membelah dengan sukses, sebagian besar sel normal membutuhkan
sinyal ekstraseluler yang memicu kemajuan siklus sel (mitogen yang
ditunjukkan warna merah) dan sinyal ekstraseluler yang memicu pertumbuhan
(faktor pertumbuhan yang ditunjukkan warna biru). (B) Diagram sistem
pensinyalan yang mengandung Akt yang mengarahkan pertumbuhan sel melalui
stimulus pengambilan dan penggunaan glukosa, termasuk pengubahan
kelebihan produksi asam sitrat dari intermediet gula pada mitokondria ke bentuk
asetil koA yang dibutuhkan sitosol untuk sintesis lipid dan produksi membran
sel baru. Seperti tampak pada gambar, sintesis protein juga meningkat. Sistem
ini menjadi abnormal sejak awal perkembangan tumor.
Aktivasi abnormal PI 3-kinase atau jalur Akt yang terjadi pada awal
proses perkembangan tumor, menjelaskan kelebihan laju glikolisis yang ada
pada sel-sel tumor, disebut efek Warburg. Ditambah dengan ekskresi dari
kelebihan asam piruvat dalam bentuk laktat, kelebihan pengambilan glukosa
oleh sel kanker digunakan untuk menempatkan tumor pada seluruh tubuh.
Pengaturan jumlah sel bergantung pada pemeliharaan keseimbangan
antara pembelahan dan kematian sel. Sel kanker resisten terhadap apoptosis
(Gambar 2.27), sehingga menyebabkan sel kanker meningkat jumlahnya dan
bertahan hidup terus padahal seharusnya mati.
Gambar 2.30. Efek hilangnya sinyal TGFβ. Pengikatan TGFβ, suatu faktor
anti pertumbuhan, menyebabkan aktivasi faktor transkripsi Smad. Dengan tanpa
sinyal TGFβ karena mutasi reseptor atau mutasi SMAD pembelahan sel dan
invasi matriks ekstraseluler menjadi meningkat.
2
3. Penutup
3.1. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari makalah di atas adalah:
1. Tahapan pada siklus sel meliputi fase mitosis yang diikuti sitokinesis,
fase interfase yang meliputi fase G1 (first gap), fase S (synthesis), dan fase
G2 (second gap).
2. Sistem kontrol siklus sel mengatur aktivitas siklus sel dan menjamin
tepat waktu dan dalam arah yang benar.
3. Sistem kontrol siklus sel merespon adanya sinyal intraseluler
dan ekstraseluler yang dapat menghentikan fase atau untuk kematian sel.
4. Komponen pusat sistem kontrol siklus sel adalah cyclin dependent
protein kinase (Cdk), yang bergantung pada subunit cyclin untuk aktivasi.
5. Mekanisme pengontrolan aktivitas kompleks cyclin-Cdk meliputi
fosforilasi subunit Cdk, pengikat CKI, proteolisis cyclin, dan perubahan
transkripsi gen yang mengkode pengatur Cdk.
6. Kanker bersifat dapat tumbuh dan membelah tanpa sinyal ekstraseluler,
anti apoptosis, memiliki ketidakstabilan genetik, menginvasi jaringan
di sekitarnya, bersifat metastasis, menginduksi angiogenesis, dan tidak
menghasilkan telomerase.
7. Gen-gen penyebab kanker berupa proto-onkogen yang akan menjadi
onkogen dan gen supresor tumor.
8. Protein hasil ekspresi onkogen dan gen supresor tumor yang telah
mengalami mutasi akan melakukan transduksi sinyal yang dapat
mengendalikan pertumbuhan dan pembelahan sel yang menuju ke arah
perkembangan kanker.
3.2. Saran
Bagi pembaca yang ingin mendalami tentang siklus sel dan kanker agar
2
Daftar Pustaka
Albert,B. Jhonson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., Walter, P. 2008. Molecular
Biology of The Cell. Fifth Edition. New York: Published by Garland science,
Taylor & Francis Group.
Anonim, 2015. Situasi Penyakit kanker. Infodatin, Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta. (Online), (http://www.depkes.go.id/resources/download/
pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf. ) diakses 17 Juli 2017.
Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2002. Biology. Sixth Edition, Pearson Education. Inc.
San Francisco.
Hardin, J., Bertoni, G., Klensmith, L. J. 2012. Becker’s World of the Cell. Eight edition.
San Fransisco: Pearson Education, Inc.
Sarmoko, Larasati. Regulasi Siklus Sel. Hand Out. Yogyakarta: Framasi UGM. (online),
(http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/hand-out-cell-cycle-ccrc-
new.pdf) diakses 17 Juli 2017.