1. MEKANISME PEMBELAHAN
SEL PADA SEL PROKARIOTIK
BESERTA POLA
PERTUMBUHANNYA
pembelahan ini berlangsung secara sederhana dan spontan. Proses pembelahan ini
juga dikenal dengan proses pembelahan amitosis. Amitosis artinya pembelahan
yang tidak melibatkan kromosom. Pembelahan biner adalah reproduksi aseksual
oleh pemisahan tubuh menjadi dua badan baru. Dalam proses pembelahan biner,
organisme menduplikasi materi genetik, atau asam deoksiribonukleat (DNA), dan
kemudian membagi menjadi dua bagian (sitokinesis), dengan masing-masing
organisme baru menerima satu salinan DNA. Pembelahan biner dapat ditemukan
pada sel bakteri, proses pertumbuhan sel, duplikasi materi genetik, pembagian
kromosom, dan pembelahan sitoplasma.
(cont)
Selama pembelahan biner, molekul DNA tunggal bereplikasi
dan sel asli dibagi menjadi dua sel yang identik. Prosesnya
yaitu sebagai berikut :
Pembelahan Biner
Pembelahan biner adalah metode utama reproduksi organisme
Pembelahan Biner
pada Sel Prokariotik
Lag Phase
Fase lag adalah kondisi dimana bakteri baru saja
di inokulasikan atau dibiakan dalam medium. Pada
fase ini bakteri belum melakukan pembelahan,
tetapi terjadi peningkatan massa volume, sintesis
enzim, protein, RNA dan peningkatan aktifitas
metabolik. Pada fase tersebut bakteri lebih banyak
melakukan adaptasi dengan lingkungan.
Log Phase
Fase eksponensial adalah fase dimana bakteri
melakukan pembelahan secara biner dengan jumlah
kelipatan (eksponensial). Pada fase ini, terjadi
lonjakan peningkatan jumlah biomassa sel, sehingga
bisa diketahui seberapa besar terjadi pertumbuhan
secara optimal dan tingkatan produktifitas
biomassa sel.
Stationary Phase
Stationary phase adalah fase dimana bakteri sudah
tidak melakukan pembelahan lagi.
Ada 3 penyebab utama yang menyebabkan fase
tersebut, yaitu :
- Ketidaktersediaan nutrient,
- Penumpukan metabolit penghambat dan produk
akhir,
- Kekurangan ruang gerak.
Death Phase
2. MEKANISME PEMBELAHAN
SEL PADA SEL EUKARIOTIK
BESERTA POLA
PERTUMBUHANNYA
Interfase
(cont)
Tahap G1 (Gap 1)
Tahap pembentukan macam-macam protein dan
transkripsi RNA. Hal tersebut menyebabkan
pertumbuhan sel terus membesar.
Tahap S
Pada tahap S terjadi sintesis DNA, berupa replikasi
DNA dan sintesis protein histon. Jumlah DNA dalam inti
sel bertambah dua kali lipat dan protein histon serta
protein kromosom lain yang disintesis di sitoplasma
bergabung dengan DNA setelah melewati membran inti
sel. Gabungan DNA serta protein tersebut membentuk
kromatin.
(cont)
Tahap G2 (Gap 2)
Pada akhir tahap S, sel memasuki tahap G2 (gap
2). Pada tahap ini terjadi metabolisme normal dan
pertambahan pertumbuhan akibat pembentukan
protein yang terus terjadi. Ketika sel memasuki
tahap M (mitosis), benang-benang kromatin
terkondensasi, dan berkumpul membentuk
kromosom.
Mitosis
(cont)
1. Profase
2. Metafase
ATahap metafase
3. Anafase
Tahap anaphase
4. Telofase
Telofase
Sitokinesis
(cont)
Fase Embrionik
1. Pembelahan Zigot
Zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis, yaitu dari
satu sel menjadi dua sel, dua sel menjdi empat sel, dan
seterusnya. Pembelahan tersebut berlangsung cepat dan
akan menghasilkan sel-sel anak yang terkumpul menjadi satu
kesatuan yang menyerupai buah anggur yang disebut
morula.
Selanjutnya, morula akan menjadi blastula yang memiliki
suatu rongga yang disebut blastosol. Proses pembentukan
morula menjadi blastula disebut blastulasi.
2. Gastrulasi
Pada bentuk gastrula ini, embrio telah terbentuk menjadi tiga
lapisan embrionik, yaitu lapisan dalam (endoderm), tengah
(mesoderm), dan lapisan luar (eksoderm). Dalam
perkembangan selanjutnya, laisan embrionik ini akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan menghasilkan
berbagai organ tubuh.
3. Organogenesis
Organogenesis merupakan proses pembentukan alat-alat
tubuh atau organ seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan
sebagainya. Organ-organ tersebut merupakan perkembangan
lebih lanjut dari ketiga lapisan embrionik yang terbentuk saat
gastrulasi.
Ektoderm mengalami diferensiasi menjadi kulit, rambut,
system saraf, dan alat-alat indera.
Mesoderm mengalami diferensiasi menjadi otot, rangka,
alat reproduksi, alat peredaran darah, dan alat ekskresi
seperti ginjal.
Endoderm mengalami diferensiasi menjadi alat
pencernaan, kelenjar yang berhubungan dengan
pencernaan, dan alat-alat pernapasan seperti paru-paru.
(cont)
Bentuk penuaan (senescence) tumbuhan mengikuti
beberapa pola, antara lain:
1) Overall senescence, yaitu pola penuaan yang
meliputi keseluruhan tubuh tanaman. Tanaman akan
mati setelah menyelesaikan satu siklus
kehidupannya.
2) Top senescence yaitu pola penuaan pada tanaman
yang terjadi pada tanaman bagian atas tanah
sedangkan bagian yang berada dalam tanah tetap
hidup.
(cont)
3) Deciduous senescence, yaitu pola penuaan yang
terjadi hanya pada bagian daun sementara organ
lainnya tetap hidup
4) Progessive senescence, yaitu pola penuaan meliputi
daun-daun yang terdapat dibagian bawah
tanaman. Tanaman hanya menggugurkan daundaunnya yang terdapat di bagian bawah saja
(daun-daun yang tua), sedangkan daun-daun yang
lebih atas dan organ tanaman lainnya tetap hidup.
3. MEKANISME
REGENERASI VIRUS DAN
POLA PERTUMBUHANNYA
VIRUS
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN
(cont)
1. Adsorpsi
Adsorpsi adalah tahap pertama yang
terjadi saat virus hendak menginfeksi sel
dimana terjadinya pengikatan spesifik
antara protein kapsid pada virus dengan
reseptor pada permukaan sel inang. Hal ini
yang secara spesifik menentukan range sel
inang yang mungkin ditempati virus.
2. Penetrasi
Penetrasi terjadi
setelah adsorpsi /
pengikatan.
Partikel virus/virion
akan masuk ke dalam
sel antara endositosis
atau fusi membran,
yang akan dijelaskan
pada bagian
selanjutnya.
3. Replikasi
Replikasi virus meliputi
sintesis mRNA virus,
sintesis protein virus,
dan replikasi genom
virus yang dibutuhkan
agar virus dapat
mengendalikan ekspresi
gen pada sel. Replikasi
genom virus berikutnya
adalah kemudian untuk
memproduksi penyusun
structural dari partikel
virion.
4. Peralihan/Assembly
Pada tahap ini,
komponenkomponen penyusun
DNA dan materi
genetik sudah
disintesis oleh sel
inang. Komponenkomponen ini pun
kemudian akan
dirakit untuk
menjadi virion yang
matang.
5. Pelepasan
Ada dua cara virus dapat
dilepas dari sel inang, yang
pertama ialah dengan lysis
yaitu memecahkan membran
sel pada sel inang (bila ada,
dan dinding sel) yang
mengakibatkan kematian sel.
Virus yang dilepas dengan
cara ini secara spesifik ialah
virus bacteriophage.
(cont)
Cara kedua ialah secara
lisogenik, dimana genom virus akan
dimasukkan ke dalam kromosm sel
inang secara rekombinan. Ketika sel
inang membelah diri, maka genom
dari virus juga akan direplikasi.
Fusi Membran
Pada virus dengan lapisan
pembungkus
terdapat
reseptor-reseptor
protein,
adsorpsi dapat dilakukan
dengan menempel pada
membran sel inang, lalu
bergabung dengan membran
sel inang.
Setelah
bergabung
dengan membran sel, maka
virus akan melepaskan isi
materi genetiknya kedalam
sel inang. Contohnya seperti
pada virus HIV dan herpes
simplex.
Endositosis
Virus yang tidak memiliki lapisan
pembungkus masuk melalui mekanisme
endositosis. Virus-virus ini menipu sel
inang dengan membuat sel berpikir
bahwa virus yang berada di luar
membran sel tidak lain adalah nutrisi
penting atau makanan. Sel inang yang
biasa menerima nutrisi melalui
endositosis pun akan menelan virus
tersebut.
(cont)
Setelah berhasil masuk ke
dalam
sel,
virus
akan
memproduksi protein melalui
mekanisme sintesis protein yang
tedapat pada sel inang dan
mengambil alih fungsi seluruh
sel. Mekanisme control yang
digunakan virus diantara lain
adalah
penekanan
sistem
pertahanan sel, penekanan
signal-signal sel, penghentian
proses transkripsi dan translasi
pada sel inang, dan lain-lain.
Hal
inilah
yang
dapat
menyebabkan kematian dari sel
yang terinfeksi virus.
Viral Mutation
Antigenic Drift
Dalam sel, genome dari virus
mengalami mutasi melalui berbagai
mekanisme, salah satunya disebut antigenic
drift dimana basa-basa dalam DNA atau
RNA bermutasi menjadi basa lain.
Biasanya, mutasi titik(point mutation) dalam
sel tidak terlihat ataupun mengubah
ekspresi gen, namun kadang kala dapat
menjadi titik evolusioner bagi virus tersebut
saat mutasi basa tersebut terjadi secara
besar-besaran dan memberikan keuntungan
bagi virus berupa misalkan, resistensi
terhadap obat antiviral.
Rekombinasi
Rekombinasi adalah
proses dimana sebuah
untaian DNA putus
dan digabungkan
kembali dalam ujungujung molekul DNA
yang berbeda.
Rekombinasi sangat
umum terjadi pada
baik virus DNA
maupun RNA.
Reassortment
Reassortment adalah proses
pencampuran material genetik
dari suatu spesies menjadi
kombinasi baru dalam individuindividu berbeda. Proses-proses
yang berkontribusi dalam
mekanisme ini antara lain ialah
pindah-silang kromosom dan
penyampuran kromosom.
Mekanisme ini terutama dipakai
diantara 2 virus yang serupa
dan menginfeksi sel yang sama
dimana mereka bertukar materi
genetik
(cont)
Virus influenza adalah salah
satu contoh virus yang sangat
memanfaatkan proses ini,
dimana genom virus influenza
terdiri dari 8 segmen RNA.
Segmen-segmen RNA ini
berfungsi sebagai kromosom
miniature dan setiap kali virus
dirakit ulang di dalam sel,
maka setiap partikel individu
virus mendapatkan duplikat
dar setiap segmen.
(cont)
Penyusunan
ulang
dapat
berujung
pandemik, seperti yang terjadi pada tahun 1857,
1968, dan 2009 dimana terjadi pandemik virus
influenza yang terjadi karena terjadinya
penyusunan ulang antara virus burung dan
manusia. Pada tahun 2009, pandemik H1N1
virus memiliki susunan gen unik dimana
terdapat campuran antara materi genetik virus
influenza avian, manusia, dan babi.
Viral Replication
Virus DNA
Replikasi genom dalam
virus DNA pada
umumnya terjadi
dalam nukleus sel
inang dan sangat
bergantung pada
mekanisme sintesis
DNA dan RNA serta
mekanisme pemroses
RNA dari sel inang.
Contoh virus DNA ialah
virus herpes.
Virus RNA
Pada virus RNA, replikasi materi
genetik biasa terjadi di sitoplasma.
Virus RNA dibagi menjadi
beberapa grup. Polaritas
mereka(apakah RNA virus dapat
dipakai langsung untuk membuat
protein pada ribosom) menentukan
mekanisme replikasi virus tersebut
dan kriteria penting lainnya
adalah apakah materi genetik
yang tersedia dalam untai ganda
atau tunggal. Semua virus RNA
memiliki enzim bernama RNA
replikase unuk menghasilkan
kopian-kopian RNA virus.
Viral Release
Budding
Pada mekanisme ini virus akan
keluar dari membran sel
sembari mengambil sebagian
dari membran sel untuk
dijadikan selaput pelindung
dari sel. Mekanisme ini sangat
efektif bagi virus-virus yang
butuh
selaput
pelindung
karena mereka tidak perlu
membuatnya sendiri. Contoh
dari virus dengan mekanisme
keluar seperti ini ialah HIV,
cacar air, dan SARS.
Apoptosis
Sel hewan diprogram untuk
menghancurkan dirinya sendiri ketika
mereka terkena serangan virus atau
rusak. Saat apoptosis, sel akan
menghasilkan badan apoptosis dari sel
mati untuk ditelan oleh makrofag. Dengan
memaksa sel untuk berapoptosis, virusvirus dalam sel inang dapat ditelan oleh
makrofag karena berada dalam badan
apoptosis. Cara ini digunakan oleh virus
untuk menginfeksi makrofag itu sendiri
atau untuk berpindah ke jaringan tubuh
yang lain. Contoh virus dengan
mekanisme ini biasa adalah virus-virus
tanpa selaput pelindung(viral envelope)
dan HIV.
Eksositosis
Dalam mekanisme ini, sel
inang tidak mati ketika
virus keluar. Hal ini
dikarenakan virus
memanfaatkan sistem
transport sel inang untuk
menutup partikel virus
dalam vesikel untuk
dieksositosis melalui
membran sel. Contoh virus
dengan mekanisme ini
ialah virus varicella-zoster.
Lysis
Mekanisme terakhir
yang paling umum
adalah dengan cara
lisis, dimana sel inang
akan mati saat virus
keluar karena
membran sel dirusak
oleh virus.
Bakteriophage
memanfaatkan cara
ini untuk keluar dari
dalam sel.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN SEL
Pertumbuhan Sel
Pertumbuhan
dapat
didefinisikan
sebagai
peningkatan komponen - komponen seluler. Terdapat
dua macam pertumbuhan sel, yaitu pertumbuhan
yang berakibat peningkatan ukuran sel tetapi tidak
jumlah sel. Dan yang kedua adalah pertumbuhan
yang diikuti dengan peningkatan jumlah sel. Dalam
hal yang pertama, inti sel membelah tetapi tidak
diikuti oleh pembelahan sel.
(cont)
Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor yang
berasal dari lingkungannya. Adapun kondisi
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan sel
yaitu :
1.
Suhu
2.
Derajat Keasaman (pH)
3.
Oksigen
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan sel. Semua makhluk
hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya. Adapun berdasarkan
suhu pertumbuhannya, mikroorganisme dibedakan atas 3
kelompok, yaitu :
Psikrofil, yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada
rentang suhu antara 0 oC 20 oC dengan suhu optimumnya
sekitar 15 oC
Mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada
rentang suhu antara 20 oC 45 oC.
Termofil, yaitu mikroorganisme yang dapat tumbuh pada
suhu 35 oC atau lebih.
3. Oksigen
Gas atmosfer yang mempengaruhi pertumbuhan sel
yaitu gas oksigen dan karbondioksida, tetapi yang
terpenting adalah gas oksigen. Oksigen tidak mutlak
dibutuhkan oleh mikroorganisme karena pada
beberapa mikroorganisme, oksigen itu sendiri dapat
menjadi racun bagi pertumbuhannya.
(cont)
Berdasarkan kebutuhan atas oksigen, mikroorganisme dapat dibagi
atas 4 kelompok, yaitu :
Mikroorganisme aerob, yaitu mikroorganisme yang memerlukan
oksigen.
Mikroorganisme anaerob, yaitu mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen karena oksigen tersebut dapat membentuk
hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat menjadi racun dan
menyebabkan kematian.
Mikroorganisme fakultatif anaerob, yaitu mikroorganisme yang tetap
tumbuh dalam lingkungan fakultatif anaerob.
Mikroorganisme aerofilik, yaitu mikroorganisme yang membutuhkan
oksigen dalam jumlah yang terbatas karena jumlah oksigen yang
berlebih dapat menghambat kinerjanya dan menyebabkan kematian.
2.
3.
4.
5.
Auksin
Giberelin
Sitokinin
Etilen
Inhibitor
1. Auksin
(cont)
Adapun bagian yang kekurangan akan mengalami pertumbuhan lebih lambat.
Jika ini terjadi pada pucuk batang, terjadi pembengkokan arah pertumbuhan.
Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel memperlihatkan bahwa auksin
dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding-dinding sel, meningkatkan
sintesis protein, meningkatkan plas-tisitas, mengembangnya dinding sel.
Dilihat dari segi fisiologi, hormon auksin berpengaruh pada:
Pengembangan sel
Fototropisme
Geotropisme
Pertumbuhan akar
Partenokarpi
Pembentukan batang.
2. Giberelin
Giberelin merupakan jenis hormon sebagai faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan yang mula-mula ditemukan oleh
Kuroshawa dari Jepang. Hormon ini berpengaruh
terhadap sifat genetik, pembungaan, penyinaran,
dan mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan.
Hormon ini berperan dalam mendukung
perpanjangan sel, aktivitas kambium mendukung
pembentukan RNA baru, dan sintesis protein.
3. Sitokinin
Sitokinin ditemukan oleh Kinetin. Sitokinin berfungsi
untuk:
Merangsang pembelahan sel
Merangsang pembentukan tunas
Menghambat efek dominasi apikal oleh auksin
pada batang
Mempercepat pertumbuhan memanjang.
4. Etilen
Dalam keadaan normal, etilen akan berbentuk gas
dan berperan apabila terjadi perubahan secara
fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini berperan
pada proses pematangan buah. Hubungan etilen
dengan auksin yaitu etilen memengaruhi pembentukan
protein yang diperlukan dalam aktivitas
pertumbuhan.
5. Inhibitor
Inhibitor adalah faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan yang dapat
menghambat pertumbuhan pada tanaman inhibitor.
Sering dijumpai pada proses perkecambahan,
pertumbuhan pucuk, atau dalam dormansi. Beberapa
jenis inhibitor yaitu asam absisat dan plant growth
retardant. Asam absisat terdapat pada daun,
batang, akar, umbi, tunas, buah, dan endosperm. Zat
ini mempunyai fungsi berlawanan dengan auksin,
giberelin, dan sitokinin. Plant growth retardant adalah
inhibitor yang berlawanan dengan kegiatan giberelin
pada perpanjangan batang.
(cont)
b. Air
Air berperan di dalam melarutkan unsur hara dalam
proses penyerapan. Air dibutuhkan tumbuhan sebagai
pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan
dan sebagai medium reaksi enzimatis. Sebagai pelarut, air
juga memengaruhi kadar enzim dan substrat sehingga
secara tidak langsung memengaruhi laju metabolisme.
Kekurangan air pada tanah menyebabkan terhambatnya
proses osmosis. Proses osmosis akan terhenti atau berbalik
arah yang berakibat keluarnya materi-materi dari
protoplasma sel-sel tumbuhan, sehingga tanaman kering
dan mati.
(cont)
c. Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis.
Cahaya secara langsung berpengaruh terhadap
pertumbuhan setiap tanaman. Pengaruh cahaya secara
langsung dapat diamati dengan membandingkan
tanaman yang tumbuh dalam keadaan gelap dan terang.
Pada keadaan gelap, pertumbuhan tanaman mengalami
etiolasi yang ditandai dengan pertumbuhan yang
abnormal (lebih panjang), pucat, daun tidak berkembang,
dan batang tidak kukuh. Sebaliknya, dalam keadaan
terang tumbuhan lebih pendek, batang kukuh, daun
berkembang sempurna dan berwarna hijau.
(cont)
Dalam fotosintesis,
cahaya berpengaruh
langsung terhadap
ketersediaan makanan.
Tumbuhan yang tidak
terkena cahaya tidak
dapat membentuk
klorofil, sehingga daun
menjadi pucat.
(cont)
d. Suhu
Suhu sebagai faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan, berpengaruh
terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain
memengaruhi kerja enzim. Suhu yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah akan menghambat proses
pertumbuhan. Suhu yang paling baik untuk
pertumbuhan disebut suhu optimum (10038
derajat Celcius).
(cont)
e. Kelembapan
Tanah dan udara yang lembap berpengaruh terhadap
pertum-buhan. Pada keadaan lembap, banyak air yang
diserap oleh tumbuhan dan sedikit penguapan yang
terjadi sehingga meng-akibatkan pertumbuhan menjadi
cepat. Akibat pemanjangan sel-sel yang cepat, tumbuhan
bertambah besar.
(cont)
(cont)
(cont)
DNA (Deoxyribonucleic acid) bertanggung jawab
menentukan sifat makhluk hidup. DNA mempunyai
susunan yang khas untuk tiap organisme. Untaian
DNA ini dapat diubah susunannya, sehingga
diperoleh untaian baru yang mengekspresikan sifatsifat yang diinginkan. Perubahan susunan DNA ini
diperoleh melalui teknik DNA rekombinan.
(cont)
1.
2.
3.
DNA rekombinan
DNA baru yang telah membawa
segmen DNA cangkokan selanjutnya
memasuki tahap akhir, yaitu
dimasukkan ke dalam vektor sel
bakteri maupun virus. Pemasukan ini
melalui pemanasan dalam larutan
NaCl atau melalui
elektroporasi. Selanjutnya, bakteri ini
(misal: Escherichia coli)
melakukan replikasi dengan cara
membelah diri. Melalui proses ini,
diperoleh plasmid-plasmid hasil
transplantasi gen (DNA rekombinan)
dalam jumlah banyak
Fusi Protoplasma
(cont)
(cont)
Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan sel adalah substansi cair atau
gel yang dibuat untuk mendukung pertumbuhan sel,
seperti sel bakteri dan sel hewan/tumbuhan
2.
3.
4.
5.
Media Nutrien
Media Minimal
Media Selektif
Media Diferensial
Media Transpor
Media Nutrien
Media pertumbuhan yang mengandung semua zat
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan tidak
bersifat selektif. Media nutrient terbagi menjadi:
Media tentu
Diketahui seluruh komposisi kimiawi-nya dan tidak
ada sel lain
Media tak tentu
Tidak diketahui komposisi kimiawi-nya
Media Minimal
Media yang mengandung sedikit mungkin zat untuk
pertubuhan sel yang diinginkan.
Tujuan: Untuk menghambat pertumbuhan exkombinan
dan konjugan.
Media Selektif
Media yang biasa dipakai untuk mengkultur 1 jenis
sel
Prinsip dasar:
Resistivitas sel terhadap suatu zat
Respon sel terhadap keberadaan zat tertentu
Media Diferensial
Media yang digunakan untuk membedakan sel yang
satu dan yang lain dalam media pertumbuhan
Media Transpor
Media yang digunakan untuk menyimpan dan
memindahkan kultur sel yang sudah kita inginkan
sifatnya, agar tidak mengalami perubahan baik sifat
maupun jumlah
Referensi
Barman, S., Ali, A., Hui, E., Adhikary, L. and Nayak, D. (2001). Transport of viral proteins to
the apical membranes and interaction of matrix protein with glycoproteins in the assembly of
influenza viruses. Virus Research, [online] 77(1), pp.61-69. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11451488 [Accessed 27 Oct. 2015].
Campadelli-Fiume, G., Amasio, M., Avitabile, E., Cerretani, A., Forghieri, C., Gianni, T. and
Menotti, L. (2007). The multipartite system that mediates entry of herpes simplex virus into
the cell. Rev. Med. Virol., 17(5), pp.313-326.
Sebestyn, M., Budker, V., Budker, T., Subbotin, V., Zhang, G., Monahan, S., Lewis, D.,
Wong, S., Hagstrom, J. and Wolff, J. (2006). Mechanism of plasmid delivery by
hydrodynamic tail vein injection. I. Hepatocyte uptake of various molecules. The Journal of
Gene Medicine, 8(7), pp.852-873.
Stewart, S., Poon, B., Song, J. and Chen, I. (2000). Human Immunodeficiency Virus Type 1
Vpr Induces Apoptosis through Caspase Activation. Journal of Virology, [online] 74(7),
pp.3105-3111. Available at: http://jvi.asm.org/content/74/7/3105.full [Accessed 26 Oct.
2015].
Doran, Pauline M. 1995. Bioprocess Engineering Principles. USA: Elsevier Science &
Technology Books.