Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLISIS PATI

Pembimbing : Ir. Endang Kusumawati, MT

Kelompok 6

Oki Andri Oktaviana (171411056)

1B D3-TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BANDUNG

2018
I. JUDUL PRAKTKUM
Laporan Praktikum Hidrolisis Pati
II. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum ini adalah :

1. Memahami karakteristik reaksi hidrolisis pati, kondisi operasi proses, rangkaian


peralatan proses dan penanganannya yang tepat.
2. Melakukan tahapan-tahapan proses hidrolisis
3. Menentukan konsentrasi glukosa hasil hidrolisis secara kualitatif.
III. DATA PENGAMATAN
A. Tabel Data Pengamatan
Bahan Volume Konsentrasi Massa Rumus Indeks Viskositas BeratJenis
(mL) Molekul Kimia Bias (mPa-s) (g/mL)
(g/mol)
Pati 200 20% 162 C6H10O5 - - 1,639
HCL 25 10% 36,46 HCl 1,542 - 1,186
NaOH 35 10% 39,997 NaOH 1,3576 - 2,1
Glukosa 1,54
- - 180 C6H12O6 1,358 93,72
(teoritis)
Glukosa 1,2136
230 >3,5% 180 C6H12O6 1,3592 32
(percobaan)

Waktu 10 20 30 40 50 60
(menit)
SuhuReaktor 86 86 90 90 91 92
(oC)
SuhuParafin 126 126 128 128 129 130
(oC)
Proses Hidrolisis
Berat tepung kering = 40 gram
Air yang ditambahkan = 200 mL
Jumlah katalis HCl yang ditambahkan = 25 mL
Waktu Operasi = 60 menit
pH larutan induk =1
Jumlah penitran (NaOH) = 16 mL
pH larutan = 1 (Sebelum Penambahan NaOH)
8((Setelah Penambahan NaOH)

B. Analisis
a. Uji Benedict (kualitatif)
Uji benedict dilakukan dengan menambahkan reagen benedict dengan 1 mL
sampel glukosa. Dari pemanasan awal glukosa, setiap 10 menit diambil 1 mL sampel
glukosa dan ditambahkan dengan 2,5 mL benedict. Setelah itu dilakukan pemanasan
untuk mempercepat proses reaksi yang terjadi. Warna akan berubah menjadi lebih keruh
dan berwarna agak kemerahan.
Pengujian menggunakan larutan benedict ditujukan untuk menganalisis
kandungan gula pereduksi (glukosa). Berdasarkan hasil percobaan, sampel menit ke-10
berwarna hijau kekuningan menandakan glukosa yang terbentuk masih sedikit,
dibandingkan sampel menit ke-60 berwarna jingga menandakan banyak glukosa yang
dihasilkan(2-3,5%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama reaksi dilakukan, maka
semakin banyak amilum (pati)
yang terpecah menjadi glukosa.

2. Analisis kadar pati secara kualitatif menggunakan larutan yodium disajikan dalam
dokumentasi visual.
Uji kadar pati (kualitatif)
Selain uji benedict,dilakukan juga uji pati yang bertujuan untuk membuktikan
adanya polisakarida dalam larutan sampel. Sama halnya dengan uji benedict,larutan
sampel diambil sebanyak 1 ml setiap 10 menit sebanyak 6 kali dan ditambahkan dengan 3
tetes larutan yodium.Pengujian menggunakan larutan Iodium dalam KI untuk menganalisis
kandungan amilum. Berdasarkan hasil percobaan, sampel menit ke-10 berwarna ungu
kehitaman (amilopektin) menandakan bahwa kandungan amilum masih tinggi, sedangkan
pada menit ke-60 warna sampel memudar—cokelat (amilopektin), menandakan
kandungan amilumnya berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama reaksi
berlangsung, maka semakin berkurang kandungan amilum dalam sampel.
b. Kadar gula (kuantitatif)
 Nilai brix = 14,9
IV. PEGOLAHAN DATA

Percobaan Waktu Uji sebelum Setelah Gambar Kadar


tabung ke- pemanasan pemanasan glukosa

Tabung 1 10 Biru Hijau 0,5 – 1 %


kekuningan dan
keruh
Tabung 2 20 Biru Kuning keruh 1-1,5 %

Tabung 3 30 Biru Kejinggaan 2-3.5 %

Tabung 4 40 Biru Jingga 2-3.5 %


Tabung 5 50 Biru Jinggga warna >3.5 %
lumpur keruh

Tabung 60 Biru Jinggga warna >3.5 %


lumpur keruh

1) Analisis terhadap glukosa yang dihasilkan


Tabung Waktu Hidrolisis (menit) Perubahan warna Kadar glukosa (%)
(setelah dicampur
dengan Benedict)
1 10 Hijau kekuningan 0,5-1 %
dan keruh
2 20 Kuning keruh 1-1,5 %
3 30 Kejinggaan 2-3,5 %
4 40 Jingga 2-3,5 %
5 50 Jingga Lumpur keruh > 3,5%
6 60 Jingga Lumpur keruh > 3,5%

2) Perlu tidaknya pengadukan dan penyaringan bahan baku pati sebelum proses hidrolisis
dimulai
Untuk menghitung besarnya konversi reaksi dari pati menjadi glukosa, maka pati yang
digunakan haruslah mempunyai kemurnian yang tinggi. Untuk itu dapat dilakukan
penghilangan glukosa dari pati dengan cara pencucian (penyaringan). Selain glukosa,
senyawa-senyawa terlarut lainnya yang mungkin ada terutama senyawa golongan
karbohidrat seperti oligosakarida dan monosakarida lainnya diharapkan juga dapat
terpisahkan dari pati. Proses pencucian ini didasarkan atas adanya beda kelarutan antara
senyawa polisakarida (pati) dengan senyawa monosakarida (glukosa) dan disakarida.
Senyawa-senyawa monosakarida dan disakarida dapat larut dalam air sedangkan senyawa
polisakarida tidak larut. Melalui proses pencucian ini diharapkan reaktan yang mengalami
hidrolisis nantinya hanyalah pati tanpa senyawa karbohidrat yang lain.Walaupun demikian,
proses pencucian ini belum tentu dapat memisahkan pati dari senyawa-senyawa karbohidrat
terlarut lainnya secara keseluruhan. Namun setidaknya dengan proses ini senyawa-senyawa
terlarut tersebut sebagian besar dapat dipisahkan.
3) Fungsi HCl dan NaOH dalam proses
Reaksi hidrolisis pati sangat lambat sehingga diperlukan katalisator, HCl berfungsi sebagai
katalisator agar proses hidrolisis berlangsung lebih cepat dalam suasana asam. Hidrolisis pati
dengan katalis asam memerlukan energi yang sangat besar untuk proses pemanasannya.
Pemakaian HCl lebih tepat digunakan karena HCl merupakan oksidator kuat dan lebih aman
dibandingkan dengan jenis asam lain seperti HNO3 yang mengeluarkan gas NO2 yang
berbahaya bagi kesehatan ( Manfaat dan Rosirda, 2016). Keuntungan utama penggunaan
asam encer adalah reaksinya yang cepat sehingga mempercepat proses berikutnya,
sedangkan kerugiannya yaitu hasil gula yang diperoleh lebih sedikit karena degradasi gula
hasil di dalam reaksi hidrolisis dan pembentukan produk samping yang tidak diinginkan.
Sementara, NaOH berfungsi untuk menetralisasi hasil hidrolisis karena adanya sisa asam yang
tidak bereaksi secara sempurna.
4) Mekanisme reaksi hidrolisis dari percobaan yang dilakukan
Hidrolisis meliputi proses pemecahan polisakarida menjadi monomer gula penyusunnya.
Dalam percobaan, dilakukan proses hidrolisis dengan katalis asam. Secara umum hidrolisis
asam encer terdiri dari dua tahap.
Pada tahap pertama sebagian besar pati akan terhidrolisis menjadi maltosa.
(C6H10O5)n + ½ H 2O => ½ n (C12H22O11)
Tahap kedua dioptimasi untuk menghidrolisis maltosa sehingga menghasilkan dekstrosa
½ n (C12H22O11) + ½ n H 2O => ½ n (C6H12O6)
Maltosa Glukosa
5) Faktor-faktor yang memengaruhi reaksi hidrolisis
 Katalisator
Reaksi hidrolisis cenderung sangat lambat sehingga hamper semua reaksi hidrolisi
memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang digunakan
dapat berupa enzim yang memutus rantai pati secara spesifik pada percabangan tertentu
maupun asam yang memutus rantai pati secara acak. Yang memengaruhi kecepatan reaksi
dengan katalis asam adalah konsentrasi ion H+, bukan jenis asamnya. Semakin banyak
katalisator akan semakin besar konversinya.
 Suhu dan Tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius. Semakin tinggi
suhu, maka semakin cepat jalannya reaksi.
 Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu adanya
pencampuran. Faktor frekuensi tumbukan (A) dipengaruhi oleh frekuensi tumbukan antar
molekul dan orientasi molekul. Sehingga semakin besar frekuensi tumbukan , maka
konstanta reaksi akan semakin besar. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan
bantuanpengaduk.
 Perbandingan zat pereaksi
Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya, maka keseimbangan dapat bergeser
kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspense pati yang kadarnya rendah memberi
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila kadar suspense
diturunkan, maka konversi akan bertambah. Perbandingan optimum antara pati dan air
biasanya berkisar antara 1:8 sampai 1:4.
V. SIMPULAN
A. Kondisi operasi: suhu yang harus dicapai 125OC, Larutan asam encer(sebagai
katalis),waktu operasi 60 menit, perbandingan air dan pati 1:5, disertai pengadukan
dalam rangkaian refluks.
B. Secara umum hidrolisis asam encer terdiri dari dua tahap.
Pada tahap pertama sebagian besar pati akan terhidrolisis menjadi maltosa.
(C6H10O5)n + ½ H2O => ½ n (C12H22O11)
Tahap kedua dioptimasi untuk menghidrolisis maltosa sehingga menghasilkan dekstrosa

½ n (C12H22O11) + ½ n H2O => ½ n (C6H12O6)


Maltosa Glukosa
C. Kadar glukosa yang dihasilkan (berdasarkan uji benedict) sebesar 2- 3,5 % yang
ditunjukkan dengan warna larutan jingga atau lumpur keruh.
D. Kondisi operasi: suhu yang harus dicapai 125OC, namunselama proses Larutan asam
encer(sebagai katalis),waktu operasi 60 menit, perbandingan air dan pati 1:5, disertai
pengadukan dalam rangkaian refluks.

E. Faktor yang mempengaruhi optimalisasi reaksi:

 Suhu dan tekana


 Pengadukan
 Perbandinganzatpereaksi
 Katalisator

F. Semakin lama waktu reaksi maka glukosa yang terbentuk semakin banyak dengan
pembuktian uji benedict.
G. Kadar glukosa yang dihasilkan (berdasarkan uji benedict) sebesar >3,5 % yang ditunjukkan
dengan warna larutan jingga atau lumpur keruh.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Rosirda, Dianty & Rintis Manfaati. No Date. Modul Hidrolisa Pati (starch) menjadi Glukosa.
Bandung Barat: Polban
Gita. 2009. “Hidrolisis Pati (Starch)”. Tagita.blogspot.co.id [7 Mei 2018]
Mastuti, E. “Hidrlisa Pati dari Kulit Singkong”. Jurnal.uns.ac.id [7 Mei 2018]

Anda mungkin juga menyukai