MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA VII
MORFOLOGI KOLONI MIKROBA
Oleh:
Nama : Melinda Dian Sari
NIM : A1D019141
Kelas :C
PJ Asisten : Agung Sugeng Pangestu
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Praktikum Mikrobiologi yang berjudul
“Morfologi Koloni Mikroba” berhasil diselesikan. Penulis laporan ini tidak lepas
dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Loekas Soesanto, M.S., Ph.D. selaku dosen pengampu mata
kuliah Mikrobiologi Pertanian.
2. Para asisten praktikum Mikrobiologi Pertanian.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam kegiatan praktikum dan
penulisan laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat
bagi yang memerlukannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
PRAKATA ........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM ....................................................................................... 7
A. Bahan dan Alat .................................................................................................. 7
B. Prosedur Kerja................................................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 8
A. Hasil dan Pembahasan ..................................................................................... 8
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................ 20
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
Parameter morfologi yang dapat digunakan adalah morfologi koloni yang
tumbuh dalam medium pertumbuhan dan morfologi sel yang dapat diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu. Parameter morfologi koloni
sel dalam medium pertumbuhan yang diamati berupa warna, bentuk, ukuran dan
letak koloni dalam medium. Masing-masing bakteri memiliki morfologi dan ciri-
ciri yang berbeda. Morfologi koloni dapat dilihat dengan jelas jika sebagai kultur
murni dalam suatu medium. Namun dari hasil pengamatan morfologi koloni bakteri
dapat dibedakan berdasarkan ukuran, pigmentasi, form, margin dan elevasi.
Berdasarkan uaraian di atas, maka pengetahuan tentang bentuk dan morfologi
koloni mikroorganisme sangat diperlukan agar mengetahui jenis atau spesies
apakah mikroorganisme tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara tujuh adalah dapat mengenali bentuk dan
morfologi koloni mikroorganisme.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
morfologi dan struktur anatominya. Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari stau
sel (uniseluler), seperti yang umum didapatkan pada bakteri, ragi, dan mikroalga.
Bentuk mikroorganisme dapat juga berbentuk filamen atau serta, yakni rangkaian
sel yang terdiri dari dua sel atau lebih yang berbentuk rantai, seperti yang umum
didapatkan pada fungi. Bentuk filamen pada kenyataannya dapat berupa filamen
semu bila hubungan antara sel satu dengan lainnya tidak nyata atau tidak ada.
Sedangkan bentuk filamen benar kalua hubungan anatara satu sel dengan lainnya
terdapat hubungan yang jelas, baik hubungan secara morfologis (bentuk) maupun
secara fisiologis (fungsi sel) (Fifendy, 2017).
Penentuan karakter secara morfologi masih digunakan dalam taksonomi.
Beberapa parameter morfologi yang dapat digunakan adalah morfologi koloni yang
tumbuh dalam medium pertumbuhan dan morfologi sel yang dapat diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu. Parameter morfologi koloni
sel dalam medium pertumbuhan yang diamati berupa warna, bentuk, ukuran dan
letak koloni dalam medium. Salah satu cara yang masih diperlukan dalam
taksonomi bakteri diantaranya adalah pewarnaan Gram, cara ini digunakan untuk
memisahkan anggota-anggota domain Bakteria ke dalam dua kelompok
berdasarkan dinding selnya. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang lebih
sederhana, dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri
gram-negatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih
kompleks (Sabdaningsih, et al, 2013).
Teknik karakterisasi dan identifikasi morfologi mikroorganisme merupakan
langkah yang sulit. Teknik tersebut memerlukan tingkat keakuratan yang tinggi
untuk memperoleh identitas mikroorganisme yang tepat. Ketepatan identitas
mikroorganisme berperan penting dalam aplikasi mikroorganisme tersebut dalam
ilmu klinis, patologi tanaman, bioteknologi, dan studi lingkungan. Sebenarnya,
selain observasi secara morfologi, teknik yang lain seperti uji fisiologi, uji biokimia,
komposisi dinding sel dan protein, keberadaan toksin, dan teknik molekuler
diperlukan untuk proses klasifikasi dan identifikasi yang lebih akurat (Fibriana, et
al., 2017).
4
Karakteristik secara makroskopis morfologi koloni yang tumbuh dapat
dibedakan berdasarkan bentuk koloni, tepi koloni, elevasi koloni dan warna koloni.
Karakteristik morfologi secara mikroskopis yaitu meliputi sifat gram dan bentuk sel
bakteri tersebut (Zuraidah, et al., 2020). Pada umumnya, bentuk koloni bakteri
berbentuk round, irregular, filamenthous, dan rhizoid. Elevasi berbentuk raised,
covex, flat, umbonate, plateau, spreading edge, raised margin, dan growth into
medium. Sedangkan tepian memiliki bentuk smooth, rhizoid, irregular, lobate, dan
filamenthous (Leboffe, 2012). Fitri dan Yasmin (2011) menambahkan, dengan
adanya data ciri-ciri morfologi koloni bakteri dapat dilakukan proses identifikasi
jenis-jenis mikroorganisme yang lebih lanjut baik dengan menggunakan uji
biokimia atau menggunakan analisis molekuler.
Menurut Pradhika (dalam Silitonga, 2014), koloni bakteri memiliki ciri-ciri
yang berbeda, tergantung jenisnya dan mediumnya. Morfologi koloni bakteri dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, pigmentasi, form, margin dan elevasi. Devacurri
(dalam Saputri, 2015) menjelaskan bahwa karakteristik koloni (bentuk, ukuran,
margin, elevasi, warna, permukaan, konsistensi) yang diistilahkan sebagai
“morfologi koloni”. Morfologi koloni adalah cara para ilmuwan dapat
mengidentifikasi bakteri secara makroskopis, berikut adalah beberapa macam
pertumbuhan koloni berdasarkan morfologinya pada pertumbuhan di Cawan Petri.
5
Ciri-ciri yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut Devacurri (dalam
Saputri, 2015):
a. Ukuran; pinpoint/punctiform (titik)
1) Small (kecil)
2) Moderate (sedang)
3) Large (besar)
b. Pigmentasi : mikroorganisme kromogenik sering memproduksi pigmen
intraseluler, beberapa jenis lain memproduksi pigmen ekstraseluler yang dapat
terlarut dalam media. Bentuknya adalah :
1) Circular: bulat,bertepi
2) Irregular : tidak beraturan, bertepi
3) Spindle
4) Filamentous
5) Rhizoid: bentuk sseperti akar, pertumbuhan menyebar
c. Elevasi (ketinggian pertumbuhan koloni bakteri)
1) Flat: ketinggian tidak terukur, nyaris rata dengan medium
2) Raised: ketinggian nyata terlihat, namun rata pada seluruh permukaan
3) Convex: bentuk cembung seperti tetesan air
4) Umbonate: bentuk cembung dibagian tengah lebih menonjol
d. Permukaan
1) Halus mengkilap
2) Kasar
3) Berkerut
4) Kering seperti bubuk
e. Margins
1) Entire : Tepian rata
2) Lobate: tepian berlekuk
3) Undulate: tepian bergelombang
4) Serrate: Tepian bergerigi
5) Felamentous: tepian seperti benang-benang
6
III. METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan dalam acara tujuh morfologi koloni mikroba
adalah media NA dan PDA pada acara III, alat tulis, buku referensi (sumber
referensi lainnya).
B. Prosedur Kerja
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
8
3. Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium,
ada pula yang timbul yaitu menjulang tebal di atas permukaan medium.
4. Halus kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang
permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering.
Koloni mikroorganisme merupakan kumpulan mikroorganisme sejenis hasil
reproduksi yang mengumpul pada suatu medium kultur atau kumpulan kumpulan
mikroorganisme pada mediaum kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau
keturunan suatu sel mikroorganisme. Morfologi koloni mikroorganisme merupakan
ilmu yang mempelajari bentuk mikroorganisme itu sendiri, dalam hal ini termasuk
bentuk koloni mikroorganisme, warna, diameter, tempat tumbuh, konfigurasi,
elevasi, dan tepian koloni mikroorganisme. Adapun tujuan dilakukannya
pengamatan terhadap koloni mikroorganisme adalah untuk mengetahui morfologi
dari bakteri, khamir dan kapang serta mengetahui perbedaan morfologi ketiganya
menggunakan prinsip makroskopis atau pengamatan langsung dengan mata
telanjang.
Koloni mikroorganisme merupakan kumpulan mikroorganisme sejenis hasil
reproduksi yang mengumpul pada suatu tempat di medium kultur atau kumpulan
bakteri pada medium kultur yang berasal dari hasil pertumbuhan atau keturunan
darisuatu sel mikroorganisme. Beberapa kelompok mikroorganisme menunjukkan
ciri-ciri koloni yang saling berbeda, baik dilihat dari bentuknya, elevasi, maupun
bentuk tepikoloni. Bentuk-bentuk koloni yaitu: tidak beraturan, akar, seperti batang,
berkarat,benang. Bentuk tepi koloni yaitu: rata, tidak beraturan, seperti rumbai,
berombak,berlekuk, filamen atau seperti benang-benang. Struktur dalam koloni
yaitu:transparan, tembus cahaya, tidak tembus cahaya, berombak, seperti pohon,
sepertibenang. Bentuk elevasi koloni yang dilihat dari samping: datar tipis merata,
sedikitcembung, cembung, menonjol seperti tumbuh kuncup, seperti bantal, tebal
danmenonjol (Purnomo, 2012). Tujuan pengamatan morfologi koloni
9
mikroorganisme ini yaitu agar mampu mengelompokkan jenis-jenis
mikroorganisme tersebut melalui ciri-ciri fisik yang dimiliki tiap-tiap individu
mikroorganisme tersebut. Menurut Rocha et al (2012) pengamatan morfologi
koloni mikroorganisme juga berguna dalam diagnosis kesehatan.
Karakteristik dari mikroorganisme dapat diamati dengan identifikasi
sederhana bedasarkan deskripsi dari koloni mikroorganisme tersebut. Walaupun
dengan kemudahan prosedur pengamatan koloni mikroorganisme, namun koloni
mikroorganisme dapat berubah-ubah pada kondisi yang berbeda-beda pula.
Morfologi koloni pertama kali dianalisa untuk parameter kualitatif seperti bentuk,
bagian luar mikroorganisme, tekstur, ukuran, tinggi, dan warna. Lalu kemudian
dipergunkan untuk mencari data kuantitatif yakni frekuensi dari koloni tersebut
(Rocha, et al., 2012). Karakterisasi dilakukan terhadap morfologi koloni pada
berbagai bentuk media agar (miring, tegak, lempeng), morfologi sel (sifat gram
bakteri dan pewarnaan endospora), pengujian biokimiawi (kebutuhan akan oksigen,
fermentasi gula, hidrolisa pati, hidrolisa gelatin, uji indol, uji metil merah, uji
vogos-preskuer, uji sitrat, uji H2S, uji hidrolisa urea, uji katalase, dan uji motilitas)
(Elyza, Fitralia., et al., 2015). Untuk memepelajari karakteristik mikrooragnisme,
langkah awal yang harus dilakukan adalah mengisolasi mikrooragnisme dari
sumbernya. Salah satu cara mengisolasi mikroorganisme dari campuran
mikroorganisme adalah dneagn teknik penggoresan (streak plate techniques) dapat
juga diisolasi dari media agar yang sudah disebar setelah melakukan penghitungan
jumlah mikroorganisme menggunakan agar tuang.
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan mikroba pada dua jenis medium,
yaitu medium Nutrient Agar (NA) dan Potatoes Dextrose Agar (PDA) dengan
beberapa perlakuan dan pengamatan selama 48 jam. Pengamatan morfologi koloni
mikroba ini dilakukan secara makroskopis. Hal yang diamati pada pengamatan
makroskopis ini adalah bentuk koloni dan warna koloni. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Afifah, et al. (2018) yang menyatakan pengamatan makroskopis
dilakukan dengan melihat morfologi koloni tunggal yang muncul setelah dilakukan
metode streak plate. Pengamatan koloni tunggal berupa bentuk koloni, warna,
tepian, dan elevasi koloni bakteri.
10
Gambar 2. Mikroba pada media Nutrient Agar (NA) perlakuan 0 menit
11
Gambar 6. Mikroba pada media PDA perlakuan 0 menit
Pada hasil isolasi mikroba pada media Nutrient Agar (NA) dengan
pengamatan 48 jam dan diberi perlakuan penutupan botol 0 menit (langsung tutu),
penutupan 15 menit, penutupan 30 menit, dan penutupan 60 menit menghasilkan
12
dua jenis mikroba, yaitu bakteri dan jamur. Dari morfologi atau bentuknya dapat
dilihat bahwa pada bentuk jamur kebanyakan berbentuk bulat dengan isian
berwarna hitam ditengahnya, akan tetapi juga ada yang berbentuk seperti titik-titik.
Ukurannya bervariasi, ada yang berukuran besar adapula yang berukuran kecil dan
juga tepiannya rata serta terdapat pada permukaan medium tetapi juga ada yang
terdapat pada bagian dalam medium. Sedangkan untuk bakteri sendiri dapat dilihat
dari bentuknya yang lonjong (oval) atau dengan kata lain seperti spindle dan juga
terdapat yang seperti titik-titik dengan bagian tengahnya seperti trasnparan garis-
garis. Bakteri ini pada praktikum ini kebnayakan terdapat pada bagian dalam agar
dan permukaan bakteri rata, serta bagian tepinya rata (tidak bergelombang). Untuk
mikroba pada medium Potatoes Dextrose Agar (PDA) dengan pengamatan 48 jam
dan perlakuan yang sama dengan medium NA, di keempat medium tersebut
terdapat dua jenis mikroba yaitu jamur dan bakteri. Pada Gambar 5 hingga Gambar
8 dapat dilihat bahwa di dalam mediummnya terdapat seperti gumpalan-gumpalan
berwarna putih penut, hal itu merupakan jenis mikroba bakteri. Bentuk dari bakteri
tersebut adalah lonjong dengan tidak beraturan (tepian tidak rata). Sedangkan pada
jamur pada gambar tidak terlihat akan tetapi pada saat dilakukan pengamatan, jamur
terdapat pada permukaan medium dengan bentuk yang tidak beraturan dan seperti
terdapat filamen-filamen berwarna putih (hifa dari jamur) pada bagian tepi atas dan
menyebar ke permukaan medium sehingga apabila setelah 48 jam belum
dibersihkan, dapat menutupi permukaan medium, serta bentuk dari konidia sendiri
seperti bulat (lingkaran) dengan berwarna kehitaman.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan cara mengamati morfologi koloni
meliputi bentuk koloni bakteri, warna koloni, tepi koloni, dan elevasi koloni bakteri.
Morfologi koloni bakteri perlu diamati untuk mempermudah dalam proses
identifikasi bakteri karena sifatsifat koloni bakteri dapat menentukan jenis bakteri
tersebut. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok sel yang dapat dilihat secara
langsung dengan mata. Koloni bakteri dapat berbentuk bulat, tak beraturan dengan
permukaan cembung, cekung atau datar serta tepi koloni rata atau bergelombang
(Holderman, et al., 2017). Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (dalam
Holderman, et al., 2017) menyatakan dengan melakukan pengamatan morfologi
13
bakteri akan memudahkan dalam mengidentifikasi bakteri misalnya bakteri
Bacillus sp. koloni muncul di atas permukaan media Nutrient Agar (NA) dengan
warna koloni kuning, krem atau putih kusam, dan merah kecoklatan, bakteri
Staphylococcus sp. koloni muncul di atas permukaan media NA dengan koloni
berwarna putih dan permukaan koloni mengkilat. Pernyataan tersebut tidak sesuai
dengan hasil praktikum yang didapatkan, sebagai contoh pada medium NA bakteri
banyak yang tidka memiliki warna (transparan), akan tetapi yang sama dengan
penelitian yang dilakukan Wahyuni (dalam Holderman, et al., 2017) adalah bakteri
terletak atau terdapat pada permukaan medium NA meskipun ada juga yang
terdapat di bagian dalam atau bawah medium NA dan juga permukaan bakteri
mengkilap karena terlihat transparan jadi mnegkilap.
Ganjar (dalam Aini & Rahayu, 2015) menyatakan bahwa salah satu parameter
pertumbuhan adalah pertambahan volume sel yang bersifat irreversibel artinya
tidak dapat ke volume semula. Pada umumnya suatu koloni berasal dari satu sel
yang semula tidak terlihat menjadi terlihat yaitu dari spora atau konidia jamur
menjadi miselium atau koloni. Menurut Saha et al. (dalam Aini & Rahayu, 2015)
media PDA untuk pertumbuhan jamur karena PDA merupakan salah satu media
kultur yang paling umum digunakan karena formulasinya yang sederhana dan
merupakan media terbaik karena kemampuanya dalam mendukung pertumbuhan
pada berbagai jamur sedangkan pada media alternatif memiliki nutrisi yang lebih
kompleks sehingga pertumbuhan jamur belum seoptimal media PDA. Hal tersebut
dipertegas oleh Ganjar (dalam Aini & Rahayu, 2015) menyatakan bahwa
kandungan kompleks dalam media menyebabkan jamur uji membutuhkan waktu
lebih lama untuk menguraikan menjadi komponen-komponen sederhana yang dapat
diserap sel yang digunakan untuk sintesis sel dan energi. Konidia yang berwarna
coklat gelap sampai hitam terlihat menutupi hifa yang berwarna putih (Basarang &
Muh. Rifo, 2018). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil pengamatan mikroba
jamur pada medium PDA, dimana pada medium PDA jamur tumbuh semakin
membesar sehingga dapat menutupi permukaan medium PDA dan juga hifa pada
medium PDA yang diamati adalah lebih menyebar luas dibandingkan dengan
konidia sehingga tidak sesuia dengan pernyataan Basarang dan Muh. Rifo (2018).
14
Sedangkan untuk warna konidia pada medium PDA adalah berwarna kehitaman
(hitam) sehingga sesuai dengan pernyataan Waluyo (dalam Pravitri, 2015) yang
menyatakan konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai aneka warna (merah,
hitam, jingga, putih) pada daun batang, kertas, tekstil, kulit dan lain-lain.
Didalam karakteristik mikroorganisme selain dengan pengamatan
makroskopis, sebaiknya juga dilakukan pengamatan mikroskopis agar mengetahui
lebih pasti jenis dari mikroorganisme tersebut. Fibriana (2017) menyatakan bahwa
karakteristik morfologi bakteri, jamur benang, dan khamir yang diobservasi dalam
penelitian ini (dengan pengamatan makroskopis) belum dapat memastikan dengan
pasti nama jenis dan nama strain mikroorganisme tersebut. Teknik identifikasi
lanjut menggunakan metode molekuler (salah satu metode pengamatan
mikroskopis) dapat diaplikasikan untuk mengetahui identitas spesies dan nama
strain suatu mikroorganisme. Karakterisasi mikroorganisme secara morfologi yang
didukung dengan karakterisasi molekuler telah dilakukan oleh banyak peneliti.
Fibriana (dalam Fibriana, 2017) melakukan karakterisasi morfologi dan
karakterisasi molekuler pada spesies jamur benang yang diisolasi dari tanah dan
limbah yang tercemar di kawasan industri minyak kelapa sawit. Hasil karakterisasi
menunjukkan bahwa karakterisasi secara molekuler mendukung hasil karakterisasi
morfologi hingga diperoleh nama spesies hingga takson yang paling rendah yaitu
nama strain mikroorganisme.
15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum acara ini adalah bentuk dan
morfologi koloni mikroorganisme terdari berbagai macam bentuk. Karakteristik
secara makroskopis morfologi koloni yang tumbuh dapat dibedakan berdasarkan
bentuk koloni, tepi koloni, elevasi koloni dan warna koloni. Karakteristik antara
pengamatan pada cawan petri dan pertumbuhan agar miring berbeda. Pada cawan
petri dapat terlihat bentuk dari mikroba berupa circular, irregular, flat, raised,
spindle, filamentous, convex, umbonate dan rhizoid. Warna pada bakteri dapat
berwarna putih, krem, kuning, biru, ataupun pink. Teksturnya terdapat halus, kasar,
kering seperti bubuk, dan berkerut. Pada tepi koloni dapat berbentuk entire, labote,
undulate, serate, felamentaouse, dan Curled. Sedangkan pada pertumbuhan agar
miring mikroba dapat berbentuk echinulate, filiform, effuse, beaded, spreading,
plumose, dan rhizoid.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Nisa., et al. 2018. Isolation and Identification of Endophytic Bacteria from
the Andalas Plant Stem (Morus macroura Miq.). Bioscience, Vol. 2(1): 72-
75.
Aini, Nurul dan Triastuti Rahayu. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan
Jamur Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Seminar Nasional
XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS, Surakarta.
Basarang Mujahidah dan Muh. Rifo Rianto. 2018. Pertumbuhan Candida sp dan
Aspergillus sp dari Bilasan Bronkus Penderita Tuberkulosis Paru pada Media
Bekatul. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, Vol. 9(18): 74-82.
Elyza, Fitrilia., at al. 2015. Identifikasi dan uji Potensi bakteri Lipolitik dari Limbah
SBE (Spent Bleaching Earth) sebagai Agen Bioremediasi. Jurnal Ilmu
Lingkungan, Vol. 13(1): 12-18.
Fitri, L.; Y. Yasmin. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi Vol. 3, No. 2,
Desember 2011, hlm. 20-25.
Holderman, Michelle V., et al. 2017. Identifikasi Bakteri Pada Pegangan Eskalator
Di Salah Pusat Perbelanjaan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains, Vol.
17(1): 13-18.
17
Leboffe, M. J dan B. E. Pierce. (2012). Brief Microbiology. Laboratory Theory &
Application 2nd Edition. Englewood: Morton Publishing.
Pravitri, Kartika Gemma. 2015. Morfologi Koloni Jamur. Kimia analitik. Mataram,
Nusa Tenggara Barat.
Zuraidah., et al. 2020. Karakteristik Morfologi dan Uji Aktivitas Bakteri Termofilik
dari Kawasan Wisata Ie Seuum (Air Panas). Jurnal Ilmu Alam dan
Lingkungan, Vol. 11)2):40-47.
18
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
20