Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Padang alang-alang tersebar di seluruh Indonesia. Luas padang tersebut di

Indonesia mencapai 8,5 juta ha atau sekitar 4,47% dari luas wilayah Indonesia.

Padang alang-alang semakin bertambah luas seiring dengan pertambahan

penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk, menuntut ketersediaan lahan

pertanian dan pemukiman, sehingga mendorong adanya perpindahan penduduk

dari daerah yang padat ke daerah yang masih jarang penduduknya misalnya dari

Pulau Jawa ke daerah Lampung (Ma’rufah, 2008).

Alang-alang (Imperata cylindrica L. Beauv) merupakan rumput yang

tumbuh secara liar, dan tersebar luas dihutan, sawah, kebun. Rumput ini memiliki

bentuk morfologi terna, herba, merayap, tumbuh tegak dan tinggi tanaman 30 –

180 cm, berdaun tunggal, pangkal saling menutup, helaian berbentuk pita, ujung

runcing tajam, tegak, kasar, berambut jarang, panjang daun (180 cm) dan lebar

daun (3 cm). Biji alang-alang yang sangat ringan dapat menyebar ketempat lain

melalui angin, air, hewan dan manusia. Proses pembungaannya sering terjadi pada

musim kemarau dan sering terjadi akibat stress oleh adanya pembakaraan,

pembabatan hutan atau kekeringan (Fujianto et al., 2015).

Akibat dominansi alang-alang, produktivitas tanah sebagai sarana produksi

menjadi sangat rendah. Alang-alang merupakan gulma yang sangat agresif

sehingga sangat kuat berkompetisi dalam memperebutkan nutrisi dan air dengan

tanaman lain. Sesungguhnya bahan organik yang diserap oleh alang-alang dapat

dikembalikan ke dalam tanah ketika terjadi kebakaran, yaitu adanya kandungan N

dan C dalam abu. Tetapi setelah kebakaran, bila terjadi hujan yang besar maka
abu tersebut akan terbawa aliran bersama erosi yang terjadi. Akibatnya bahan

organik tanah akan cenderung berkurang, sehingga tanah di bawah alang-alang

semakin miskin (tidak subur) (Pudjiharta et al., 2008).

Kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq.) adalah tumbuhan tropis yang berasal

dari Afrika Barat. Tumbuhan ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk

Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan

nasional, Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil dari tanaman ini juga

merupakan sumber devisa Negara.. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta

bercabang banyak. (Afrianti et al., 2010).

Karakteristik dari alang-alang yang mampu bersaing dengan baik jika

dihadapkan dengan tanaman budidaya menyebabkan alang-alang merupakan

gulma yang relatif sulit untuk dikendalikan. Alang-alang juga mempunyai

kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tanaman lain dengan mengeluarkan

zat alelopati yang berpengaruh buruk bagi tanaman. Oleh karena itu pengelolaan

alang-alang di lahan perkebunan maupun tempat budidaya yang lain harus

dilakukan (Ma’rufah, 2008).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui

pengendalian gulma alang – alang (Imperata cylindrica).

Kegunaan penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

komponen penilaian di Laboratorium Perlindungan Tanaman Sub Gulma Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta sebagai

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


PEGENDALIAN GULMA ALANG – ALANG (Imperata Cylindrica)
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis)

Sistematika Alang – Alang (Imperata Cylindrica)

Klasifikasi alang-alang yaitu sebagai berikut Kingdom : Plantae ;

Divisi : Magnoliophyta ; Kelas : Liliopsida ; Ordo : Poales

Famili : Poaceae Genus : Imperata ; Spesies : Imperata cylindrica

(Pudjiharta et al., 2008).

Pengelolaan Alang – alang

Pengelolaan lahan perkebunan yang ditumbuhi alang-alang bertujuan agar

tanaman budidaya tidak terganggu oleh alang-alang dari segi kompetisi akan hara

dan cahaya maupun dari segi alelopati. Pengelolaan ini dilakukan dengan

menitikberatkan pada tindakan preventif yaitu mencegah adanya alang-alang di

lahan perkebunan dan jika populasi alang-alang sudah mencapai tingkat yang

merugikan maka pengelolaan ditujukan untuk mengurangi jumlah populasi

dengan menekan laju pertumbuhan dari alangalang maupun dengan

mematikannya (Ma’rufah, 2008).

Karakteristik dari alang-alang yang mampu bersaing dengan baik jika dihadapkan

dengan tanaman budidaya menyebabkan alang-alang merupakan gulma yang

relatif sulit untuk dikendalikan. Alang-alang juga mempunyai kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan tanaman lain dengan mengeluarkan zat alelopati yang

berpengaruh buruk bagi tanaman. Oleh karena itu pengelolaan alang-alang di

lahan perkebunan maupun tempat budidaya yang lain harus dilakukan mengingat
alang-alang merupakan gulma tahunan yang mempunyai rimpang dan relatif sulit

untuk dikendalikan ((Pudjiharta et al., 2008).

Pengaruh Alang – alang Bagi Tanman Sawit

Akibat dominansi alang-alang, produktivitas tanah sebagai sarana produksi

menjadi sangat rendah. Alang-alang merupakan gulma yang sangat agresif

sehingga sangat kuat berkompetisi dalam memperebutkan nutrisi dan air dengan

tanaman lain. Sesungguhnya bahan organik yang diserap oleh alang-alang dapat

dikembalikan ke dalam tanah ketika terjadi kebakaran, yaitu adanya kandungan N

dan C dalam abu. Tetapi setelah kebakaran, bila terjadi hujan yang besar maka

abu tersebut akan terbawa aliran bersama erosi yang terjadi. Akibatnya bahan

organik tanah akan cenderung berkurang, sehingga tanah di bawah alang-alang

semakin miskin (tidak subur) (Ma’rufah, 2008).

Bercocoktanam pada tanah yang ditumbuhi alang-alang merupakan

kegiatan/usahatani yang sangat berat. Telah disebut di atas bahwa alang-alang

adalah gulma. Tanah yang didominasi alangalang merupakan tanah yang

terdegradasi (mengalami penurunan kesuburan) dan tanah yang sangat miskin

nutrisi. Berusahatani di lahan kering (ladang) yang didominasi alang-alang akan

menghadapi resiko gagal atau hasil panen akan rendah, karena tanaman kalah

bersaing dengan alang-alang dalam mendapatkan air, cahaya, dan nutrisi,

sehingga tanaman pertanian tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Apabila dilakukan pemupukan secara intensif, yang tumbuh lebih subur adalah

alang-alangnya (Fujianto et al., 2015).

Penyebaran Gulma
Untuk mencegah adanya alang-alang di lahan perkebunan maka kita dapat

menggunakan jarak tanam yang tepat bagi tanaman budidaya sehingga cahaya

yang masuk di bawah tajuk tanaman rendah. Karena pada dasarnya alang-alang

tidak menyukai naungan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa apabila sinar matahari yang masuk ke lahan alang-alang sekitar 10%, maka

pertumbuhan alang-alang dapat dikendalikan dalam waktu 4 bulan. Apabila sinar

yang masuk 50%, maka perlu waktu yang lebih lama yaitu sekitar 8 bulan.

Naungan 25% (sinar yang masuk sekitar 75%) tidak dapat digunakan untuk

mengendalikan alang-alang, hanya dapat menurunkan viabilitas rhizomanya

(Hairiah et al., 2000).

Pengendalian Gulma alang alang (Imperata cylindrica) padat tanaan kelapa

sawit

Masyarakat secara umum beranggapan bahwa alang-alang merupakan

tumbuhan liar dan pengganggu bagi tanaman lain. Alang-alang adalah tanaman

tahunan yang cocok tumbuh di bawah sinar matahari,di tanah yang basah

(lembab) maupun kering (Atien, 2008). Alangalang merupakan jenis tanaman C4,

dimana saat proses fotosintesis tumbuhan ini membutuhkan intensitas cahaya

matahari yang tinggi, dan dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka

(Purnomosidhi et al, 2005).

Tanaman ini dapat berkembang biak dengan biji dan rhizoma. Biji alang-

alang yang sangat ringan dapat menyebar ketempat lain melalui angin, air, hewan

dan manusia. Proses pembungaannya sering terjadi pada musim kemarau dan

sering terjadi akibat stress oleh adanya pembakaraan, pembabatan hutan atau

kekeringan (Murniati, 2002).


DAFTAR PUSTAKA

Anggraitoningsih, W. 2012. Potensi Dan Pengendalian Serangga Hama Kelapa


Sawit (Elais guineensis Jacq)

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 2013. Pusat Penelitian Dan


Pengembangan Perkebunan

Cahyani, R. 2011. Hama Dan Penyakit Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. FKIP UNLAM Banjarmasin.

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis
Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta

Hasibuan, S. H. 2015. Efektivitas Pegendalian Hama Ulat Kantong


(Mahasena corbertti) Pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elais guineesis Jacq) Dengan Alat Semprot Power Sprayer Di Kebun
Perapen. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. Medan

Latif, S. dan Purba, H. 2007. Penelitian Kelapa Sawit Indonesis. Penelitian Kelapa
Sawit dan Parisindo Jaya. Medan

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Marheni. 2016. Penuntun Praktikum Dasar Perlidungan Tanaman Sub Gulma


Universitas Sumatera Utara. Medan

Moss, B. 2002 Pengantar Pengolahan terpadu. Institut Teknologi Sepuluh


November. Surabaya.

Parmdamean, M. 2011. Sukses Membuka Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit.


Jakarta

Sinaga, M. Oemry, S. Lisnawita. 2015. Efektifitas Beberapa Teknik Pengendalian


Sethosea asigna Pada Fase Vegetatif Kelapa Sawit Di Rumah Kaca.
Universitas Sumatera Utara

Siregar, T. 2015. Efektivitas Pegendalian Hama Ulat Kantong


(Mahasena corbertti) Pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elais guineesis Jacq) Dengan Alat Power Sprayer Di Divisi II Kebun
Padang Brahrang Langkat. Nusantara Kepong. Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian. Medan

Sitorus, N. H. S. 2016. Efektivitas Pegendalian Hama Ulat Kantong


(Pteroma pendula) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineesis Jacq)
Dengan Sistem Injeksi Batang Di Divisi Kebun Matapao. Sekolah
Tinggi Ilmu Pertanian. Medan
Suhatman, Y. Suryanto, A. Setyobudi, L. 2014. Studi Kesesuaian Faktor
Lingkungan Dan Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Elaeis guineensis Jacq). Univesitaas Brawijaya. Malang

Suryaningsih, E. 2008. Efikasi Pestisida Birasional Untuk Mengendalikan Thrips


Palmi Karni Pada Tanaman Kentang . Jurnal Hortikultura

Susanto, A. A. E. Priwiratama, T. A. Rozziansha, D. 2015. Kunci Sukses


Pengendalian Hama Dan Penyakit Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan

Susanto, A. Rolettha, Y. P. Agus, E.P. 2010. Hama Dan Penyakit Kelapa Sawit
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Syahfiani, F. 2016. Efektivitas Pegendalian Hama Ulat Kantong


(Pteroma Pendula) Pada Tanaman Kelapa Sawit
(Elais Guineesis Jacq) Dengan Sistem High Power Spray Di Divisi I
Kebun Matapao. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian. Medan

Untung. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press. Yogyakarta

Utomo, C. Tjahjono, H. Agus, S. 2007. Pengendalian Gulma Ramah Lingkungan


Di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan

Anda mungkin juga menyukai