Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

ISI

2.1 Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya
dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst
Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem
dengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban,
cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi
dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun
70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan
mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat
hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan,
dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat
tropik.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:

1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain
ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya.
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kini para ekolog (orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada Ekowilayah bumi dan
riset perubahan iklim.

Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus


dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap salah
satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah kecenderungan
sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan.[1]

Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen
penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu
cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian alamiah ini[1].

ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan,
tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia

2.2 Mikroba

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak
(multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan
ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam
mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler.

Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di


bidang ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota,
protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat
pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan
orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat
kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu
memperbanyak diri secara mitosis.

Mikroorganisme berbeda dengan sel makrooganisme. Sel makroorganisme tidak bisa


hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk
jaringan, organ, dan sistem organ. Sementara, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan
proses kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan bereproduksi secara
independen tanpa bantuan sel lain.

2.3 Ekologi Mikroba

Ekologi mikroba adalah Ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara mikroba dan
lingkungan hidupnya.Satuan dasar ekologi adalah ekosistem. Sistem ini mencapai komponen-
komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik adalah masyarakat kehidupan organisme
atau biozonose. Komponen abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia.
Ekosistem dalam ekologi mikroba dapat berupa sistem mikro dan sistem makro. Secara umum
setiap sistem memiliki ciri-ciri yaitu adanya dinamika populasi, keanekaragaman, mekanisme
adaptasi dan adanya hubungan antar organisme yang ada di dalam sistem tersebut. Contohnya
yaitu tanah sebagai suatu sistem, memiliki anggota komunitas yang tersusun dari berbagai
populasi mikroba yaitu bakteri, Actinomycetes, virus, khamir dan protozoa.

Habitat ekologi adalah tempat atau lokasi yang pada keadaan normal dihuni oleh
organisme tertentu (individu atau populasi). Di dalam ekosistem tertentu suatu mikroorganisme
pada umunya hanya mempunyai satu habitat. Tetapi suatu mikroorganisme dapat mempunyai
beberapa habitat, masing-masing habitat di dalam ekosistem yang berlainan. Sebagai contoh
Rhizobium tumbuh baik di dalam tanah maupun di dalam tumbuhan, bakteri metanogen
mempunyai habitat di sedimen danau, dalam perut besar dan di dalam menara pembusukan
sebuah instalasi pembersihan. Komunitas mikroba merupakan hubungan timbal balik yang
kompleks antara mikroba dengan lingkungannya, baik unsur hidup maupun unsur tak hidup.
Contohnya yaitu Rhizobium. Rhizobium mendapatkan nitrogen dari tanah dan tanah menjadi
subur. Relung ekologi mikroba berlainan dengan habitat, relung ekologi ini tidak berhubungan
dengan lokasi dalam ruangan, tetapi berhubungan dengan fungsi suatu organisme atau suatu
populasi. Pada relung ini masing-masing jenis atau populasi memenuhi fungsi tertentu, yang
ditentukan oleh kebutuhannya akan bahan makanan fisiologik, sifat-sifat kinetik, kemampuan
biokimia, keistimewaan-keistimewaan structural dan toleransinya terhadap kondisi-kondisi
lingkungan. Hal ini dapat diperjelas dengan contoh: di dalam perut besar hanya bakteri-bakteri
selulotik tertentu saja yang sanggup mempertahankan diri dan memecahkan selulosa, selulosa
dipecahkan secara anaerob dan energi diperoleh dengan peragian. Lebih lanjut suhu dalam usus
besar harus sedemikian sehingga keberadaan asam lemak, enzim, ammonium, gas, dan produk
lain dapat ditoleransi. Akhirnya harus diusahakan ada pembuangan berlanjut dari produk-produk
peragian, misalnya hydrogen. Untuk dapat berfungsi dalam ekosistem tertentu harus mempunyai
kemampuan dan toleransi yang besar.

2.4 Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta ukuran sel.
Pada organism prokariot seperti bakteri, pertumbuhan merupakan pertambahan volume dan
ukuran sel dan juga sebagai pertambahan jumlah sel. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia
harus dibedakan antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel
atau pertumbuhan populasi.
a.    Pertumbuhan Individu sel
Pertumbuhan bakteri umumnya pembiakan dengan pembelahan diri atau devisio. Jika
faktor-faktor luar menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel baru akan membesar
hingga sebesar sel induk. Hal ini dimungkinkan jika peresapan zat makanan yang terseda di
dalam medium.
b.    Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan dapat diamati dari meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering
sel). Pada umumnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan pembelahan biner, yaitu dari satu
sel membelah menjadi 2 sel baru, maka pertumbuhan dapat diukur dari bertambahnya jumlah sel.
Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel sempurna disebut
waktu generasi. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali
jumlah/massa sel semula disebut doubling time atau waktu penggandaan. Waktu penggandaan
tidak sama antara berbagai mikrobia, dari beberapa menit, beberapa jam sampai beberapa hari
tergantung kecepatan pertumbuhannya. Kecepatan pertumbuhan merupakan perubahan jumlah
atau massa sel per unit waktu.

2.5  Pola Pertumbuhan Mikroba


2.5.1 Pola Pertumbuhan Bakteri
 Pembiakan atau Reproduksi Bakteri
Sel yang tumbuh dipersiapkan untuk membelah. Laju pertumbuhan, dan frekuensi
pembelahan bergantung pada spesies dan kondisi lingkungan. Dalam periode yang pendek,
seringkali selama 20 menit, suatu bakteri dapat membentuk duplikatnya yang lengkap, yang
kemudian disebut kemampuan berduplikasi. Pada baiakan pertumbuhan eksponensial, bakteri
membelah setelah menggandakan 55 volume sel dengan menggandakan panjang sel.
Reproduksi atau pembiakan bakteri yaitu dengan pembelahan diri atau divisio.
Pembelahan biner bakteri dimulai dengan menempelnya bahan genetik pada salah satu sisi
membran dari sel dewasa, kemudian diikuti dengan proses sintesis DNA dan replikasi. Setelah
proses replikasi selesai maka salah satu sisi dari membran akan membuat lekukan dan akhirnya
diikuti dengan proses pemanjangan sel dan pembelahan sel menjadi dua bagian yang memiliki
bahan genetika yang sama.
 Pertumbuhan Populasi Bakteri
Suatu bakteri yang dimasukkan ke dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh
memperbanyak diri. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah bakteri dihitung dan dibuat grafik
hubungan antara jumlah bakteri dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva
pertumbuhan. Pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup lama akan memberikan
gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase
pertumbuhan bakteri dapat dipisahkan menjadi empat fase utama; fase lag (fase lamban), fase
pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat), fase stasioner( fase stasis), dan fase
penurunan populasi (fase pematian). Fase-fase tersebut menunjukkan keadaan bakteri dalam
biakan pada waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat suatu periode peralihan dimana waktu
dapat berlalu sebelum semua sel memasuki fase yang baru.
a.    Fase Lag
Setelah inokulasi, terjadi peningkatan ukuran sel, mulai pada waktu sel tidak atau sedikit
mengalami pembelahan. Fase ini, ditandai dengan peningkatan komponen makromolekul,
aktivitas metabolic, dan kerentanan terhadap zat kimia dan faktr fisik. Fase lag merupakan suatu
periode penyesuaian yang sangat penting untuk penambahan metabolit pada kelompok sel,
menuju tingkat yang setaraf dengan sintesis sel maksimum.
b.    Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial
Pada fase eksponensial atau logaritmik, sel berada dalam keadaan pertumbuhan yang
seimbang. Selama fase ini, masa dan volume sel meningkat oleh faktor yang sama dalam arti
rata-rata komposisi sel dan konsentrasi relative metabolit tetap konstan.
c.    Fase Stasioner
Pada saat digunakan kondisi bikan rutin, akumulasi produk limbah, kekurangan nutrient,
perubahan pH, dan faktor lain yang tidak diketahui akan mendesak dang mengganggu biakam,
mengakibatkan perununan kecepatan pertumbuhan. Selama fase ini, jumlah sel yang hidup tetap
kosntan untuk periode yang berbeda, bergantung pada bakteri, tetapi akhirnya menuju periode
perununan populasi.
d.   Fase Penurunan Populasi atau Fase Pematian
Pada saat medium kehabisan nutrient maka populasi bakteri akan mnurun jumlahnya.
Pada saat ini jumlah sel yang mati lebih banyak daripada sel yang hidup.

2.5.2 Pola Pertumbuhan Virus


 Reproduksi Virus
Karena memiliki substansi genetik, virus dapat melakukan reproduksi atau replikasi.
Virus hanya bisa bereproduksi di dalam sel/jaringan yang hidup. Reproduksi virus terjadi dengan
cara penggandaan materi genetik inang yang disebut replikasi. Virus membutuhkan bahan-bahan
dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi). Replikasi virus secara umum terbagi
menjadi 2 yaitu siklus litik dan siklus lisogenik.
Untuk melakukan reproduksi, partikel virus harus menginfeksi inang untuk mensintesa
semua komponen yang diperlukan dalam membuat lebih banyak partikel virus. Komponen-
komponen tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan partikel virus yang baru
dibentuk itu harus keluar dari sel inang untuk dapat menginfeksi kembali sel-sel lain.
- Tahapan Replikasi Virus:
a. Daur litik
Tahapan reproduksi virus secara umum dilakukan dalam tujuh langkah, yaitu:
1.      Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang
Sesuai.
2.      Penetrasi (injeksi) dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel inang. Virus melubangi
membran sel inang dengan enzim lisozim. Setelah berlubang, virus akan menyuntikkan materi
genetiknya kedalam sitoplasma sel inang.
3.      Tahap awal replikasi dari asam nukleat virus, dalam peristiwa ini mesin
biosintesa sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat virus, enzim-enzim
spesifik virus mulai dihasilkan dalam tahap ini.
4.      Replikasi dari asam nukleat virus.
5.      Sintesa dari protein sub unit dari mantel virus. Materi genetik dari virus akan menonaktifkan
materi genetik sel inangnya. Kemudian mengambil alih kerja sel inang. DNA dari virus akan
menjadikan sel inang sebuah tempat pembentukan virus baru.
6.      Perakitan dari asam nukleat dan protein sub unit (dan komponen membran pada virus
bermembran) ke dalam partikel virus. Molekul-molekul protein (DNA) yang telah terbentuk
kemudian diselubungi oleh kapsid yang berfungsi untuk memberi bentuk tubuh virus baru.
7.      Pelapasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).Virus-virus yang telah matang akan
berkumpul pada membran sel dan menyuntikkan enzim lisosom untuk menghancurkan membran
sel. Sel yang membrannya hancur itu akhirnya akan mati.
b. Daur lisogenik
         Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus.
Meliputi tahap adsorbsi, injeksi, penggabungan, pembelahan, sintesis.
         Jika bakteri memiliki kekebalan yang tinggi, bahan inti virus akan melebur dengan DNA
bakteri dan membentuk prophage.
         Ketika bakteri melakukan pembelahan, maka prophage tersebut akan ikut mengganda dan
seterusnya.
         Suatu ketika prophage tersebut dapat keluar dari tubuh bakteri dan masuk ke daur litik.

2.5.3 Pola Pertumbuhan Jamur


         Reproduksi Jamur
Secara alami fungi dapat berkembang biak dengan berbagai cara baik secara aseksual
maupun secara seksual. Secara aseksual fungi bereproduksi dengan cara pembelahan,
penguncupan dan pembentukan spora aseksual. Pada reproduksi seksual terjadi peleburan dua
sifat dari sel induk, sehingga individu baru yang dihasilkannya merupakan gabungan dari kedua
sifat sel induknya.
1.      Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual dapat dilakukan melalui pembelahan atau pertunasan. Pada proses
pembelahan, sel anakan yang dihasilkan relatif sama dengan sel induknya, sedangkan pada
pertunasan sel anak yang dihasilkan tidak selalu sama ukurannya dengan sel induk dan sering
tunas atau kuncup yang dihasilkan sel induk tidak segera dipisahkan. Selain itu reproduksi
aseksual fungi juga dilakukan dengan cara fragmentasi atau pemisahan sebagian miseliumnya,
sehingga terbentuk koloni individu baru. Fungi juga melakukan reproduksi dengan menghasilkan
spora aseksual yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Spora pada
umumnya bersifat resisten terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik dan sangat ringan
sehingga mudah disebarkan oleh angin. Selain itu beberapa spora juga dilengkapi dengan
permukaan yang kasar sehingga mempermudah penempelannya pada hewan sebagai pembawa
spora ke lokasi baru. Sehingga spora dapat menyebarkan spesies jamur tersebut ke tempat yang
lebih luas.
Macam-macam spora aseksual pada jamur:
1.    Sporangiospora yaitu spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu
berkelompok-kelompok kecil, masing-masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel tempat
terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora.
2.    Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih.
Tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiospora atau konidia saja, sedangkan tangkai
pembawa konidia disebut konidiofor.
3.    Klamidospora yaitu memiliki bagian-bagian miselium yang membesar serta berdinding tebal
yang merupakan alat perkembangbiakan (chlamydospora = spora yang berkulit tebal).
4.    Artospora/Oidiospora/Oidia yaitu memiliki bagian-bagian miselium yang tidak menjadi lebih
besar daripada aslinya.
2.      Reproduksi Seksual
Pada reproduksi seksual fungi, prosesnya diawali dengan terjadinya plasmogami
(penyatuan sitoplasma) dari dua individu yang cocok dimana sitoplasma yang bersatu tersebut
masing-masing membawa inti yang terkandung di dalamnya. Kariogami adalah penyatuan atau
fusi nucleus dari kedua individu untuk membentuk nucleus yang diploid (2n).
Tipe-tipe spora seksual:
1.    Askospora yaitu spora bersel satu dan terbentuk di dalam suatu struktur semacam pundi atau
kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat askospora di setiap askus.
2.    Basidiospora yaitu spora seksual yang terbentuk di atas struktur seperti gada yang disebut
basidium.
3.    Zigospora yaitu spora berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang
secara seksual serasi (disebut juga gametangia) saling melebur.
4.    Oospora yaitu spora yang terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.
Dalam setiap oogonium bisa ada satu atau beberapa oosfer.

2.6 Faktor Penghambat dan Pendukung Pertumbuhan

Semua makhluk hidup mempunyai persamaan dalam hal persyaratan nutrisi berupa zat-
zat kimiawi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas lainnya. Pertumbuhan
didefinisikan sebagai peningkatan seluruh unsur pokok kimia sel. Hal tersebut merupakan suatu
proses yang memerlukan replikasi seluruh struktur, organel, dan komponen protoplasma seluler
dengan adanya nutrien dalam lingkungan sekelilingnya.
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh
faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang
berbedadan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya.
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad.
Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler),
pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya
pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada
jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah
individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya.
Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing
individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan :
 Faktor nutrisi, mikrobia dapat tumbuh dalam medium yang mengandung satu atau lebih
nutrisi. Keragaman nutrisi akan mempercepat pertumbuhan mikrobia. Sumber karbon
yang biasa diserap oleh fungi adalah glukosa. Pada bakteri, mereka memiliki kemampuan
yang sangat besar dalam menggunakan bahan makanan yang tersebar.
 Temperatur atau suhu, Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan
metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum,
optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok
yaitu mikrobia psikofil, mikrobia mesofilik, dan mikrobia termofilik.
Setiap mikrobia memiliki temperatur optimal dimana meraka dapat tumbuh sangat cepat dan
memiliki rentangan temperatur dimana mereka dapat tumbuh. Rentangan itu adalah temperatur
minimum dan maksimum, sedangkan temperatur yang baik ntuk aktivitas kehidupan disebut
temperatur optimum. Berdasar hal tersebut bakteri dikelompokkan menjadi tiga:
            Psikofil -5oC – 30oC, optimum 10-20oC
            Mesofilik 10-45oC, optimum 20-40oC
            Termofilik 25-80oC, optimum 50-60oC
Pada umumnya temperatur minimum yang dapat ditolerir oleh fungi adalah antar 2-5oC dan
temperatur maksimum yang dapat ditolerir fungi adalah 35-40oC.
 Konsentrasi ion hidrogen, pH medium biakan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan.
Untuk mikrobia juga terdapat rentangan pH dan pH optimal. Pada fungi secara umum pH
optimum bagi fungi adalah antara 3.8-5.6.
 Konsentrasi osmotik, konsentrasi larutan yang aktif secara osmotik didalam sel bakteri,
umumnya lebih tinggi dari konsentrasi diluar sel. Faktor ini biasa disebut dengan faktor-
faktor kimia atau desinfektan. Dimana desinfektan merupakan bahan kimia yang
menyebabkan desinfeksi, yaitu proses untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme terutama yang bersifat patogen.
 Air, seperti halnya makhluk hidup yang lain, air merupakan kebutuhan mutlak yang
harus ada selama kehidupan. Sebagai contoh, miselium fungi hanya akan dapat tumbuh
pada larutan yang mengandung air tau pada keadaan yang lembab.
 Kebutuhan Oksigen, mikroba juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya terhadap
oksigen, yakni mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen
untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob fakultatif adalah
mikroorganisme yang dapat hidup secara aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme
mikro aerofilik adalah mikrooganisme yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit
oksigen.

Faktor yang menghambat pertumbuhan :


Pada prinsipnya mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dengan cara dibasmi, dihambat
pertumbuhannya dalam lingkungan, dengan menggunakan berbagai proses atau sarana fisik.
Faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, antara lain:
 Faktor Biotik
Faktor-faktor biotik ialah faktor-faktor yang disebabkan jasad (mikrobia) atau kegiatannya
yang dapat mempengaruhi kegiatan (pertumbuhan) jasad atau mikrobia lain. Faktor-faktor
tersebut antara lain ialah adanya asosiasi atau kehidupan bersama diantara jasad. Asosiasi dapat
dalam bentuk komensalisme, mutualisme, parasitisme, simbiose, sinergisme, antibiose dan
sintropisme.
 Faktor Abiotik
 Temperatur, pembelahan sel sangat sensitif terhadap efek kerusakan yang
disebabkkan oleh suhu. Temperatur yang tinggi juga dapat menyebabkan denaturasi
protein dan enzim, sehingga aktivitas metabolisme terhenti. Waktu yang dibutuhkan
untuk sterilisasi umumnya berhubungan dengan temperatur paparan, hubungan ini
disebut waktu kematian termal, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membunuh
mikroorganisme pada temperatur yang sudah ditetapkan sebelumnya.
 Konsentrasi bahan, beberapa bahan bersifat mematikan untuk bakteri, ketika
digunakan pada konsentrasi yang tinggi. Bahan lain, pada konsentrasi rendah dapat
menstimuli, memperlambat, bahkan membunuh organisme.
 Konsentrasi ion hidrogen, konsentrasi hidrogen mempengaruhi peranan bakterisida
dengan cara mempengaruhi organisme dan bahan kimia dalam bakterisida. Suatu
peningkatan pH akan meningkatkan muatan dan dapat merubah konsentrasi efektif
bahan kimia pada permukaan sel.
Bahan yang merubah grup fungsional:
 Logam berat, logam berat berfungsi sebagai antimikroba, karena dapat
mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel. Logam-logam yang
dapat berpengaruh secara umum adalah Hg, Ag, As, Zn, Cu
 Radiasi, sinar matahari memiliki aktivitas bakterisida dan memainkan peranan penting
dalam sterilisasi yang bersifat spontan yang terjadi dalam keadaan alami. Peran
desinfektan tersebut terutama karena kandungan sinar ultravioletnya. Efektivitasnya
cahaya ultraviolet sebagai bahan mutagenik dan mematikan berhubungan erat dengan
panjang gelombangnya. Mekanisme efek mematikan pada bakteri karena absorbsi
menyebabkan kerusakan DNA. Virus juga akan mengalami penghambatan pertumbuhan
jika diberi radiasi ultraviolet.

https://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme

http://dewirha93.blogspot.co.id/2015/03/pertumbuhan-mikroba.html

Anda mungkin juga menyukai