Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Populasi mikroba dialam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus -
ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam - macam tempat.
Mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya berada dalam populasi
campuran dan di alam jarang mikroba berada sebagai satu spesies tunggal dan
selalu dalam hidup berkoloni dalam menjalankan peranannya pada siklus
kehidupan. Mikroba dapat tinggal dimana - mana atau yang kita kenal dengan
istilah kosmopolitan (tanah, air dan sebagai simbiosis dari organisme lain), serta
mikroba bersifat mikroskopis, yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan
mikroskop, salah satunya adalah bakteri. Mikrobia dapat tumbuh dan berkembang
dengan sangat pesat di alam.
Bakteri merupakan makhluk hidup yang sering ditumbuhkan dalam medium
untuk tujuan suatu penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan mikrobia
berbentuk koloni-koloni yang sulit dihitung jumlah bakterinya. Setelah
mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentunya kita harus
mengetahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Kualitas suatu bakteri
dapat diketahui dengan melihat sifat - sifat bakteri baik yang menguntungkan
maupun merugikan. Sedangkan, untuk menentukan kuantitas bakteri dapat dengan
berbagai cara perhitungan jumlah bakteri, antara lain dengan cara perhitungan
mikroskopis langsung (direct microscopis count) dan metode hitungan tak
langsung (indirect count) yang menggunakan metode hitung pada cawan (spread
plate maupun pour plate).
Percobaan kali ini akan dipelajari cara penghitungan langsung bakteri
menggunakan berbagai metode, seperti dengan mikroskop menggunakan metode
counting chamber (haemocytometer) dan cara penghitungan tak langsung bakteri
menggunakan teknik plate count dengan metode hitung pada spread plate pada
medium NA. Penghitungan jumlah bakteri biasanya digunakan untuk mengetahui
banyaknya jumlah bakteri yang mungkin ada pada suatu bahan (khususnya bahan
makanan) yang disimpan dengan waktu tertentu sehingga kualitas bahan tersebut
dapat diketahui atau diketahui masa dimana bahan makanan tidak boleh di
konsumsi lagi.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Melakukan perhitungan jumlah bakteri dengan perhitungan langsung
2. Melakukan perhitungan jumlah bakteri dengan perhitungan perhitungan
tidak langsung
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan perhitungan secara langsung
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan perhitungan secara tidak langsung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Enumerasi bakteri adalah teknik perhitungan jumlah mikroba dalam suatu


media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba (bakteri, jamur, yeast) yang bertujuan
untuk menentukan jumlah sel dari suatu kultur bakteri secara kuantitatif (Jutono,
1980). Penetapan jumlah bakteri dilakukan dengan menghitung jumlah sel bakteri
yang mampu membentuk koloni di dalam media biakan atau membentuk suspense
dalam larutan biak (Dwidjoseputro, 1990). Analisis kuantitatif mikrobiologi pada
bahan pangan ini penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan dan
menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut
(Fardiaz, 1993).
Menurut Jannasch dan Jones (1959), indek aktivitas dan nilai biomassa
mikroorganisme dapat ditunjukkan dengan mengetahui jumlah mikroorganisme
dalam perairan tersebut. Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme dalam suatu
perairan ada dua cara dasar yaitu:
a. Perhitungan mikroorganisme secara langsung (direct count)
b. Perhitungan bakteri secara tidak langsung (indirect count).
Perhitungan jumlah mikroba dapat dilakukan dengan perhitungan
langsung maupun tidak langsung. Perhitungan secara langsung dapat mengetahui
beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan pada saat tertentu tanpa
memberikan perlakuan terlebih dahulu, sedangkan jumlah orgnisme yang
diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu harus memberikan perlakuan
tertentu sebelum dilakukan perhitungan. Perhitungan secara langsung, dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain, adalah dengan membuat preparat dari
suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan
ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung
hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih
hidup saja (viable count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu:
perhitungan pada cawan petri (total plate count/ TPC), perhitungan melalui
pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan
calorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Carrol, 1964).

Menurut Lay (1994) cara untuk menentukan jumlah bakteri dalam suatu
medium dapat dilakukan dengan :

1. Jumlah bakteri secara keseluruhan (tottal cell counts), bila menggunakan cara
ini maka semua bakteri dalam medium tersebut akan terhitung baik yang
hidup maupun mati
2. Jumlah bakteri hidup (viable counts), bila menggunakan cara ini maka sel
hidup daja yang di hitung sehingga lebih akurat
Perhitungan secara langsung dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan
menghitung sel dibawah mikroskop. Setiap sel dalam suspensi contoh dengan
volume yang sangat sedikit dan telah diukur secara teliti, diukur dengan
menggunakan slide khusus yaitu kotak penghitung (counting chamber). Volume
cairan yang terdapat pada tiap kotak kecil pada kotak hitung dapat diketahui
secara pasti sehingga jumlah sel dalam tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, jadi
jumlah sel/ml larutan sel dapat diketahui (Buckle dkk, 1987).
Menurut Juntono dkk (1980), perhitungan mikrobia secara langsung
dilakukan dengan cara menghitung jumlah sel yang hidup dan yang mati.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Counting chamber
Pada perhitungan ini menggunakan haemocytometer dimana 1 tetes
suspensi biakan mikrobia pada alat ini ditutupi dengan gelas penutup dan
diamati dibawah mikroskop. Jumlah sel mikrobia tiap cc dapat ditentukan
dengan cara menentukan jumlah dari sel rata-rata pada tiap petak yang
volumenya telah diketahu
2. Pengecatan dan pengamatan mikroskopik
Pada cara ini, preparat mikroskopik dibuat pada gelas benda kemudian
suspensi bahan atau biakan mikrobia yang volumenya telah diketahui diratakan
diatas gelas benda pada luas tertentu. Preparat di cat dan dihitung dengan cara
mengukur garis tengahnya sehingga jumlah mikrobia yang terdapat pada gelas
benda dapat dihitung seluruhnya.
Filter membran
Pada cara ini, suspensi bahan atau biakan mikrobia disaring, lalu disaring
lagi dnegan menggunakan filter membran yang telah disterilkan. Jumlah sel dari
volume yang disaring dapat dihitung dari jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas
pada filter membran.
Haemocytometer
Perhitungan langsung merupakan perhitungan yang dilakukan secara
mikroskopis dengan cara menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat
kecil. Perhitungan ini menggunakan alat yang di sebut haemocytometer (Ferdiaz,
1992). Hemocytometer adalah ruang kaca atau gelas yang meliliki sisi-sisi
ditinggikan dengan penutup kecil tembus cahaya yang tepat 0,1mm diatas lantai
ruang (Hansen, 2013).Cairan yang digunakan dalam perhitungan tersebut
memiliki volume tertentu, hingga gelas penutup dapat terpenuhi. Pada alat ini
terdapat 9 kotak besar dengan luas 1 mm 3, dalam 1 kotak besar ditengah terbagi
menjadi 26 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Sehingga dalam 1 kotak besar
terdapat 400 kotak kecil. Tiap ruang hitung memiliki lebar 0,1 mm, tinggi sampel
yag terletak antara gelas objek dan gelas penutup adalah 0,2 mm (Ferdiaz, 1992).
Menurut Carol dan Freund (1964), pada haemocytometer terdapat celah
yang dipergunakan sebagai wadah untuk larutan dengan tinggi 0,1 mm, oleh
karena itu volume larutan yang dapat masuk ke celah kotak hitung besar
(counting grid) adalah 0,1 mm3. Perhitungan ini menggunakan teknik sampling,
dimana 5 kotak diambil dari 25 kotak yang ada kemudian hasil di hitung rata-rata
dan dianggap sebagai jumlah bakteri perkotak. Jumlah dari bakteri per kotak
dikalikan dengan 25, hal ini dilakukan untuk mendapatkan jumlah bakteri per
volume haemocytometer (0,1 mm-3). Volume pada haemocytometer memiliki
satuan yang dikonversi ke cm3 dengan mengalikan 1000 lalu dikalikan dengan
kebalikan dari faktor pengenceran hal ini disebabkan pengenceran berbanding
terbalik dengan jumlah bakteri. Rumus perhitungan langsung dapat dituliskan :
Gambar 1. Haemocytometer

Menurut Hadioetomo (1990), kelebihan dari metode ini :


1. Pelaksanaan perhitungan cepat
2. Peralatan yang diperlukan dalam perhitungan tidak banyak
Kelemahan metode perhitungan tidak langsung menurt Hadioetomo (1990),
yaitu:
1. Sulit menghitung sel yang berukuran sangat kecil, misalnya bakteri. Hal ini
disebabkan oleh ketebalan hemocytometer yang tidak mungkin untuk
digunakannya lensa obyektif celup minyak
2. Kecenderungan sel untuk bergerombol sehingga sukar untuk membedakan
sel-sel individu
Plate Count
Metode yang digunakan dalam perhitungan tidak langsung yaitu metode
perhitungan cawan. Prinsip perhitungan cawan ini adalah jika mikroba yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara yang
paling sensitive untuk menghitung jumlah mikroba karena adanya alas an yaitu
hanya sel yang hidup dihitung, beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus,
dapat digunakan untuk isolasi atau identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari satu sel. Metode hitungan cawan dibagi menjadi
dua yaitu metode tuang (Pour plate) dan metode permukaan (Surface plate)
(Fardiaz, 1993).
Jumlah masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih
untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni,
karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka
untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni
dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan
pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal
ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor
pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Penn, 1991).
Pada praktikum digunakan teknik penghitungan tidak langsung yaitu dengan
metode plate count, pada perhitungan bakteri secara tidak langsung, suspensi susu
dan tanah diambil 100 μl disetiap pengenceran 10-2, 10-4, dan 10-6, kemudian
suspensi bahan yang mengandung bakteri diinokulasi pada medium NA dan
diratakan dengan trigalski secara spread plate agar diperoleh koloni bakteri
terpisah dan tersebar di seluruh permukaan medium tersebut sehingga dapat
memudahkan perhitungan jumlah koloni bakteri. Plate count / viable count
didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi
akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan
dan lingkungan yang sesuai.
Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan
perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.
Perhitungan ini menggunakan teknik spread plate, jadi nilai CFU yang terhitung
adalah per 0,1 ml atau 0,1 gram sampel. Jadi konversi dari CFU/0,1 ml sampel
menjadi CFU/ml sampel yaitu dengan nilai jumlah bakteri dikali 10 lagi untuk
hasil per ml atau per gram.
TPC merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri dalam sampel. TPC
adalah Total Plate Count, yaitu suatu hitungan jumlah bakteri yang terkandung
didalam 1 ml sampel. Untuk menghitung Total Plate Count (TPC) dilakukan
pemeriksaan terhadap sampel air dengan spread plate method. Setiap satu sampel
dilakukan pengulangan tiga kali. Pertumbuhan koloni yang terjadi setelah 24 jam
inkubasi, dihitung dengan bantuan qubec colony counter karena setiap sampel
dilakukan pemeriksaan 3 kali (pengulangan 3 kali), maka hasil perhitungan TPC
pada 3 petridisk dijumlahkan dan dibuat angka rata-ratanya (Rahayu, 2000).
Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count)
merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi
satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan yaitu
jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat
diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi
perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri hatus mendekati
kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka perhitungan dianggap
gagal (Purwoko, 2007).
Spektrofotometer
Menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawaan atau warna terbentuk.
Prinsip Kerja Alat Spektrofotometer
Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut
menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat
tertentu, dan setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang maksimum
yang berbeda. Dari monokromator tadi, cahaya atau energi radiasi diteruskan dan
diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Jumlah cahaya
yang diserap oleh larutan akan menghasilkan sinyal elektrik pada detektor, yang
mana sinyal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan
tersebut. Besarnya sinyal elektrik yang dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai
angka (Triyati, 1985).
Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak dipakai untuk
daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung pada cara
pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat pengotor
pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih sekali
sebelum dipakai (Skoog dan West, 1971).
Spektrofotometri
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah
berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu
larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya.
Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang
digunakan adalah gelombang cahaya tampak, maka disebut sebagai “kolorimetri”,
karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri
juga menggunakan panjang gelombang pada gelombang ultraviolet dan infra
merah. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh
larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan (Lestari, 2010).
Dalam analisis secara spektrofotometri, terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible
(380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar, 1990).
Prinsip Spektrofotometri
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Prinsip
kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak berdasarkan pada hukum
Lambert-Beer (Triyati, 1985).
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual,
satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang
ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok
yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan
bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Untuk memenuhi
persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk dihitung mengandung 30-300
koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut dilakukan sederatan pengenceran
dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan
jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Satuan
yang  digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah cfu/mL (cfu
= colony forming units).
BAB III
ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA

3.1 Alat dan Bahan Sprektofotometer


Tabel 3.1 Alat dan Bahan Sprektofotometer
No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
Saat t = 1
1 Spektrofotomet Medium menit, t = 3
- 1 buah 3 buah
er/ turbidimeter alga menit, dan t
= 5 menit
Aquades
2 Tabung reaksi t
- 3 buah - 1 buah
(larutan
blanko)

3 Kuvet - 2 buah - - 3 buah

3.2 Alat dan Bahan Berat Kering

Tabel 3.2 Alat dan Bahan Berat Kering


Jumla
No Alat Ukuran Bahan Konsentrasi Jumlah
h
1 Sentrifuga - 1 buah Mikroalga - 100 ml
2 Tabung
- 3 buah - -
centrifuge
3 Cawan - 1 buah - -
4 Oven - 1 buah - - -
5 Neraca analitik - 1 buah - - -

3.3 Alat dan Bahan Filtrasi Membran


Tabel 3.3 Alat dan Bahan Filtrasi Membran
No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Pompa Biakan Secukup
- 1 buah -
bakteri nya
Media
2 Vacuum filtrasi agar eosin
- 1 set - 1 buah
metylene
blue
3 Tabung - 1 buah - - -
No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
Erlenmeyer
4 Kertas saring - 1 buah - - -
5 Pinset 1 buah - - -
6 Penjepit 1 buah - - -
7 Inkubator 1 buah - - -

3.4 Alat dan Bahan Plate Count

Tabel 3.4 Alat dan Bahan Plate Count


No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Tabung reaksi Biakan Secukup
- 1 buah -
bakteri nya
2 Batang L Medium
- 1 set - 1 buah
NA padat
3 Pipet mikron Secukup
- 1 buah Aquadest -
nya
4 Colony counter - 1 buah - - -
5 Cawan petri - 1 buah - - -

3.5 Alat dan Bahan Haemocytometer

Tabel 3.5 Alat dan Bahan Haemocytometer


No Alat Ukuran Jumlah Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Hemocytometer Biakan Secukup
- 1 buah -
bakteri nya
2 - Cairan
Secukup
- tryphon -
nya
blue

3.2 Cara Kerja


Tabel 3.6 Cara Kerja Haemocytometer
No Cara Kerja Gambar

Ambil 100 µL mikroba sampel


1. dengan pipet mikron kemudian
letakan pada tabung sampel.

Masukan 100 µL trypan blue ke


dalam tabung sampel yang sudah
2.
dimasukkan mikroba dengan pipet
mikron.

Kemudian ambil kembali sampel


3. yang sudah dicampur trypan blue
dengan pipet mikron.

Kemudian masukan ke dalam dua sisi


4. haemocytometer dan amati pada
mikroskop.

Tabel 3.7 Cara Kerja Metode Plate Count


No Cara Kerja Gambar
1. Menyiapkan alat dan bahan. Lalu
mengambil bakteri 1 ml
menggunakan pipet mikron pada
tabung reaksi ya berisi laktosa cair
(pada pengenceran yang tidak terlalu
pekat maupun terlalu encer).
Menaruh 1 ml tersebut ke cawan
petri. Menginkubasi cawan petri
tersebut selama 48 jam dengan 37oC.
Lalu menghitung jumlah mikroba
yang tumbuh dalam cawan petri
No Cara Kerja Gambar
menggunakan alat plate count

Tabel 3.8 Cara Kerja Filtrasi


No Cara Kerja Gambar

1. Mengambil membran filter

2. Meletakkan di atas labu Erlenmeyer.

Menyambungkan pompa vakum


3.
dengan labu erlenmayer.

Menuang sampel bakteri ke dalam


gelas penutup. Menyalakan pompa
4.
vakum dan tunggu sampai larutan
bakteri habis.
Menunggu sampai larutan bakteri
habis lalu ambil membran tersebut
5. lalu letakkan pada cawan petri. Lalu
menginkubasikan cawan petri
tersebut

Tabel 3.9 Cara Kerja Spektrofotometer


No Cara Kerja Gambar
Memasukkan sampel miroba cair ke
dalam kuvet. Memasukkan kuvet
1. tersebut ke dalam alat
spektrofotometer. Menyalakan alat
spektrofotometer.

Mengamati hasilnya dalam


2.
komputer.

Tabel 3.10 Cara Kerja Berat Kering


No Cara Kerja Gambar

Memasukan larutan sampel alga di


1.
gelas kimia ke dalam sentrifuga

Menyalakan alat sentrifuga dalam


2.
4000 rpm selama 30 menit.

Mengeluarkan tabung reaksi dari


3. sentrifuga dan memisahkan larutan
cair alga dengan endapannya.
No Cara Kerja Gambar

Setelah selesai di dalam oven,


4. melakukan pengerukan alga tersebut
di porcelen.

Menimbang alumunium foil di atas


neraca analitik. Meletakkan alga
kering yang sudah dikeruk di atas
5.
alumunium foil tersebut dan
menimbang beratnya dengan neraca
analitik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Enumerasi Mikroba
No Hasil pengamatan Keterangan
.
1 Waktu generasi mikroba g = waktu generasi
g=t log 2 ÷¿ t= selang waktu
Nf =No x 2n B = populasi awal
log Nf −log No b = populasi setelah waktu
n=
log 2 Nf = jumlah akhir mikroba
t t x log 2 No = jumlah mula-mula mikroba
g= =
n log Nf −log No
2 Spektrofotometer y = absorbansi
y=a+bx a = interest
b = slope
x = jumlah sel / koloni bakteri
3 Plate Count CFU = colony forming units
CFU = jk ÷ fp jk = jumlah koloni
fp = faktor pengenceran
4 Haemocytometer sh = sel yang hidup
1. Persentase kehidupan sm = sel yang mati
( sh x 100 % ) ÷(sh+ sm) 5 = jumlah kotak (1, 3, 5, 7, 9)
2. Rata-rata sel perkotak Vb = volume bakteri
sh ÷5 Vtb = volume tryphon blue
3. Pengenceran r = rata-rata sel
( Vb+Vtb ) ÷ Vtb fp = faktor pengenceran
4. Konsentrasi mikroba hidup
r x fp

4.2 Perhitungan
4.2.1 Metode Haemocytometer
Didapatkan sel yang mati 3 sel dan yang hidup 54 sel. Berapakah presentase total
sel yang hidup, rata-rata sel didalam 1 kotak dari 5 kotak, faktor pengenceran, dan
konsentarsinya?
Dik : Sel yang mati = 3 sel Volume total = 200 µL
Sel yang hidup = 54 sel Volume bakteri yang diambil =100 µL
Kotak yang dilihat = 5
Dit : a. Presentase total sel yang hidup
b. Rata-rata sel
c. Faktor pengenceran
d. Konsentrasi
Jawab :
a. Presentase total sel yang hidup
Ʃ sel yang hidup
= X 100 %
Ʃ sel mati dan hidup
54
= x 100 %
57
¿ 94,7 %
b. Rata-rata sel
Ʃ sel yang hidup
=
kotak yang dilihat
54 sel
=
5 kotak
¿ 10,8 sel /kotak
c. Faktor Pengenceran
Volume total
=
Volume bakteri yang diambil
200 µL
¿ =2
100 µL
d. Konsentrasi
= Rata-rata sel X Faktor Pengenceran X 104
= 10,8 sel/kotak X 2 X 104
= 2,16 X 105 sel/ml
4.2.2 Metode Plate Count
Setelah bakteri diinkubasi lalu dihitung jumlah koloninya menggunakan alat plate
count dengan hasil 34 cfu/ml pada tabung dengan pengenceran 10-3.
Jawab :
1
= Jumlah Koloni X
Faktor Pengenceran
1
= 34 CFU/ml X
10−3
= 34.000 sel / ml

4.2.3 Metode Berat Kering


Jika 100 sel setelah ditumbuhkan selama 3 jam menghasilkan 105 sel. Hitung
waktu regenerasi sel tersebut dan berapa jumlah regenerasinya.
Dik : Nt = 105 sel
No = 100 sel
t = 3 jam 180 menit
Dit :
a. Waktu Regenerasi
b. Jumlah Regenerasi
Jawab :
a. Waktu Regenerasi (n ¿
log Nt −log No
=n
log2
log 105−log 100
=n
log 2
9,96 ≈ 10=n
b. Jumlah Regenerasi (g ¿
( 3 x 60 ) x log 2
g=¿
log 105−log 100
= 18 menit
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini mengenai enumerasi, pada praktikum enumerasi
terdapat tujuh kali percobaan, yang pertama yaitu Percobaan Uji Kekeruhan,kedua
Percobaan Uji Massa Sel,ketiga Percobaan Filtrasi Membran, keempat Percobaan
Pengenceran, kelima Percobaan House Of Chamber, keenam Percobaan Breed
Slide Method, dan yang terakhir Percobaan Fase Eksponen.
Enumerasi merupakan proses penghitungan mikroba dalam suatu media tanpa
mengidentifikasikan jenis mikroba, yang bertujuan untuk menentukan jumlah sel
dari suatu kultur bakteri secara kuantitatif.
Percobaan kedua yaitu percobaan uji massa sel, tujuan dari percobaan
massa sel ini adalah untuk mendapatkan grafik pertumbuhan mikroba.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan adalah batch alga yang sudah
diletakkan didalam alat centrifugal agak ditimbang sebanyak 2 kali yaitu
ditimbang saat dalam keadaan basah dan yang kedua adalah saat kering yaitu
setelah dioven selama 2 jam dalam suhu 100˚C setelah melakukan penimbangan
barulah praktikan mendapatkan grafik pertumbuhan mikroba tersebut.
Percobaan ketiga yaitu filtrasi membran, tujuan dari percobaan ini adalah
dapat menghitung banyaknya jumlah koloni bakteri. Namun metode ini digunakan
jika kerapatan mikroba dalam sampel sangat rendah. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan percobaan filtrasi membran adalah bakteri yang
sudah tersaring di kertas saring harus ditanamkan di dalam cawan petri yang telah
berisi nutrien agar yaitu EMB, karena media ini berbentuk padat berguna untuk
menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan lebih mudah dihitung dan
dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni.
Percobaan keempat adalah pengenceran, tujuan dari percobaan ini adalah
untuk medapatkan koloni bakteri yang akan dihitung. Biasanya semakin sering
larutan tersebut dilakukan pengenceran maka akan semakin sedikit koloni bakteri.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan adalah percobaan pengenceran
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pour plate dan spread plate, ada sedikit
perbedaan dari dua cara ini yaitu: larutan yang sudah mengandung mikroba
dituangkan kedalam cawan petri kosong lalu barulah dituangkan dengan media
agar nutrien. Setelah selesai menginkubasi bakteri di dalam cawan petri dengan
menggunakan dua cara tersebut praktikan dapat langsung menghitung jumlah
koloni bakteri dengan menggunakan colony counter yaitu dengan cara menaruh
cawan petri diatas colony counter lalu tekan tiap koloni menggunakan spidol
berwarna sampai berbunyi “klik” pada alat colony counter
Percobaan yang kelima adalah percobaan house of chamber, tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menghitung jumlah koloni bakteri dalam volume dan
kurva pertumbuhan mikroba. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan,
dalam cara kerja bakteri yang sudah dimasukkan kedalam haemocytometer akan
diberikan larutan tripon blue dengan tujuan dapat membedakan mana bakteri yang
mati maupun bakteri yang hidup. Selain itu dalam percobaan ini kita dapat
melakukan perhitungan berupa persen kehidupan, rata-rata, pengenceran dan
konsentrasi seperti yang terlampir di lembar hasil pengamatan. Namun percobaan
petrof house chamber ini memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan.
Kelebihan dari percobaan ini adalah cepat dan mudah sedangkan kekurangannya
adalah harus teliti supaya dapat membedakan bakteri yang mati maupun yang
hidup
Percobaan yang keenam adalah breed slide method, tujuan dari praktikum ini
adalah untuk menganalisis susu dalam jumlah bakteri yang banyak. Namun
berdasarkan hasil pengamatan percobaan ini tidak dapat dilakukan dengan
menganalisis susu yang dipasteurisasi karena susu yang dipasteurisasi adalah susu
yang sudah diberikan sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan untuk
menghilangkan atau membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus,
protozoa, kapang dan khamir. Pasteurisasi bertjujuan untuk mencapai
“pengurangan log” dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga
tidak lagi bisa menyebabkan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai