Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR


PENGENCERAN DAN TEKNIK PERHITUNGAN
MIKROBA

Muhammad Rizky
05031382227069
A/6

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengenceran adalah proses yang dilakukan guna melarutkan dan melepaskan
mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga menjadi lebih mudah
penanganannya. Pengenceran ini dilakukan dengan desimal, yaitu 1:10 (10 -1),
1:100 (10-2), 1:1000 (10-3) dan seterusnya. Tujuan dari pengenceran yaitu untuk
menurunkan atau mengurangi jumlah koloni yang terbentuk pada cawan sehingga
didapatkan jumlah perhitungan yang tepat. Semua mikroba dapat hidup
dimanapun dan kapanpun selama tempat itu dapat membuat mikroba tersebut
hidup dan bertahan hidup (Tyas et.al., 2018).
Salah satu metode yang bisa dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba
dalam suatu bahan makan salah satu caranya yakni mengukur jumlah sel yang ada
menggunakan metode hitung cawan. Metode hitung cawan memiliki beberapa
kelebihan diantaranya yakni kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri jika
terlalu banyak bakteri ataupun jika terlalu sedikit bakteri dapat menggunakan
faktor pengenceran. Salah satu kelemahan metode ini yaitu perhitungan kumpulan
sel bakteri dapat salah hitung sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai
CFU/mL daripada sel/mL (Amaliah et al., 2022).
Selain itu metode hitung cawan ini membutuhkan waktu yang lama karena
hasil hitung cawan ini biasanya diperoleh setelah 1-3 hari. Metode hitung cawan
dibedakan menjadi beberapa cara yaitu metode tuang (pour plate) dan metode
sebaran (spread plate). Metode MPN ialah metode perhitungan sel terutama pada
bakteri coliform jumlah perkiraan terdekat (Putri dan Kurnia., 2018).
Hemasitometer yaitu metode perhitungan mikroskopis secara langsung dan
jumlah sel ditentukan dengan bantuan mikroskop. (Tewal et al., 2021).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk memahami cara perhitungan
mikrobia dengan cara pengenceran dan untuk mengetahui dan memahami cara
perhitungan mikrobia dengan metode hitungan cawan, metode hemasitometer dan
metode MPN (Most Probable Number).

1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroba
Mikroba adalah salah satu golongan makhluk hidup yang terdapat dalam
suatu ekosistem dan sebagai penyusun keanekaragaman hayati di dalam ekosistem
tersebut. Mikroba merupakan salah satu organisme yang mempunyai
keanekaragaman spesies yang sangat tinggi. Mikroba menempati 60% lebih
biomassa dan telah hidup berevolusi paling tidak 3,8 miliar tahun. Mikroba untuk
mempertahankan kehidupannya sebagai salah satu komponen ekosistem, harus
berinteraksi dengan lingkungannya. Mikroba dapat dijumpai di berbagai macam
habitat. Hal ini membuktikan bahwa mikroba adalah organisme yang mampu
beradaptasi dengan segala jenis lingkungan. Beberapa habitat yang baik untuk
organisme tingkat tinggi juga dapat menunjang pertumbuhan mikroba. Ada
organisme tingkat tinggi yang tidak dapat tumbuh pada suatu habitat tapi mikroba
dapat bertahan hidup bahkan dapat berkembang biak. Mikroba dapat hidup pada
permukaan tubuh dari organime tingkat tinggi ataupun pada bagian dalam dari
hewan, tumbuhan dan manusa Total mikroba yang terdapat pada suatu produk
pangan dapat digunakan sebagai indikator tingkat keamanan dan kerusakkan
produk. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan menunjukkan bahwa di
dalam produk pangan telah terjadi kontaminasi dari luar ataupun karena proses
pengolahan, perlunya analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan untuk
mengetahui mutu pada bahan pangan tersebut (Asiah et al., 2018)
2.2. Metode Hemasitometer
Metode Hemasitometer merupakan metode perhitungan mikroba dengan
menggunakan alat bernama hemasitometer. Hemasitometer adalah alat yang
sering digunakan di rumah sakit bertujuan untuk menghitung jumlah eritrosit. Saat
ini juga banyak digunakan untuk menghitung jumlah sel serta partikel
mikroskopis lainnya. (Fitria et al., 2019).
2.3. Metode Most Probable Number (MPN)
Metode MPN merupakan metode perhitungan sel terutama untuk perhitungan
bakter coliform bersumber pada jumlah perkiraan terdekat yang berada pada

2 Universitas Sriwijaya
3

sampel. Bakteri coliform adalah mikroorganisme yang biasa digunakan sebagai


penanda untuk menentukan mutu dari sumber air yang telah terkontaminasi (Putri
dan Kurnia., 2018).
2.4. Metode Teknik Hitung Cawan
Metode hitung cawan dibedakan menjadi beberapa cara yaitumetode tuang
(pour plate), metode sebaran (spread plate). Metode tuang (pour plate) adalah
suatu teknik perhitungan bakteri yang bertujuan menumbuhkan mikroorganisme
di dalam media agar dengan cara mencampurkan media yang masih cair dengan
stok kultur bakteri, sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam dengan baik
pada permukaan agar atau. Pada metode tuang (pour plate) diperlukan proses
pengenceran sebelum ditumbuhkan bakteri pada medium agar didalam cawan
petri. Proses inkubasi berfungsi untuk membentuk koloni yang beradadi cawan
tersebut dalam jumlah yang dapat di hitung (Damayanti et al., 2020).
Metode hitung cawan memiliki kelebihan contohnya seperti kapasitas untuk
menghitung jumlah bakteri jika terlalu banyak atau jika terlalu sedikit dengan
faktor pengenceran. Selain itu, metode hitung cawan ini hanya menghitung bakteri
yang layak dihitung tidak termasuk bakteri mati atau puing-puing yang ada di
media pertumbuhan. Namun, metode hitungan cawan juga memiliki kekurangan
yaitu perhitungan kumpulan sel mikroba yang diuji dapat salah dihitung sebagai
koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL daripada sel/mL. Selain itu
metode hitungan cawan memerlukan waktu yang lama karena hasil hitung cawan
biasanya diperoleh setelah 1-3 hari (Hasannah, 2019).
Metode Cawan Tuang (Pour Plate) merupakan teknik lain yang dapat
digunakan untuk mendapatkan koloni murni mikrooganisme. Kelemahan metode
ini adalah membutuhkan waktu dan bahan yang lama dan banyak, akan tetapi
tidak memerlukan keterampilan tinggi. Biarkan campuran diencerkan dengan
menggunakan medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan. Adapun prinsip
pengujian deteksi yaitu: Pembuatan media serta Isolasi dan identifikasi hasil.
Dalam metode ini bakteri yang di uji adalah bakteri TPC (Total Plate Count)
dengan menggunakan Obat PCA (Plate Count Agar) yang memberikan hasil
berwarna kuning jika sudah terbentuk menjadi media agar sedangkan
Enterobacteriaceae dan Coliform menggunakan Obat VRBA (Violet Red Bile

Universitas Sriwijaya
4

Agar) dengan hasil akhir berwarna merah jika sudah terbentuk menjadi media
agar (Ika Okhtora, A, 2020).
2.5. Pengenceran
Tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml
(campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan
pengenceran 10-2 . Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan
pengenceran 10-3 , begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita
harapkan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan
mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan
yang bersangkutan. Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan 3
Universitas Sriwijaya penanaman pada media. Media yang umum digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium seperti bakteri adalah
media (NA) Nutrient agar. Mahalnya harga media serta melimpahnya sumber
alam dan pemanfaatan limbah yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari
bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Bahan
yang digunakan mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri
seperti karbohidrat dan protein, berbagai sumber protein juga berhasil digunakan
sebagai media alternatif pertumbuhan mikroorganisme (Setiawan, I 2020)
Pengenceran adalah prosedur pembuatan larutan yang lebih encer dari larutan
yang lebih pekat melalui penambahan sejumlah pelarut pada larutan dengan
volume dan konsentrasi tertentu. Pengenceran juga dapat diartikan sebagai
pencampuran larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan menambahkan pelarut
untuk meningkatkan volume akhir. Pengenceran yaitu suatu cara atau metode
yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang
bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan
pelarut pada senyawa menyebabkan penurunan konsentrasi atau konsentrasi
senyawa terlarut atau encer. Pengenceran didefinisikan sebagai campuran seragam
zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Pengenceran dapat dilakukan dengan
menambahkan aquadest ke dalam larutan. (Hikmayanti dan Utami, 2019).

Universitas Sriwijaya
5

Perlakuan pengenceran sangat diperlukan sebelum ditumbuhkan pada medium


agar di cawan petri supaya setelah inkubasi terbentuk koloni dengan jumlah yang
terbaik dan bisa dihitung antara 30 sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya
dilakukan dengan 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan
sebagai pengencer berupa buffer yang memiliki pH normal yaitu pH yang dapat
mempertahankan keseimbangan fisiologis mikroba seperti buffer fosfat, garam
fisiologis, saat ini keamanan pangan menjadi prioritas utama untuk diperhatikan
karena seringkali tercemar secara mikrobiologis sehingga dapat membahayakan
kesehatan manusia. Escherichia coli adalah salah satu bakteri patogen yang sering
mengkontaminasi makanan sehingga sering dijadikan indikator sanitasi penilaian
mutu pangan (Widiastiti et al., 2019).
2.6. Pour Plate Method dan Spread Plate Method
Metode pour plate atau yang biasa disebut dengan metode tuang adalah suatu
teknik untuk menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
mencampurkan media yang masih cair dengan stok kultur bakteri, sehingga sel-sel
tersebut tersebar merata dan diam dengan baik di permukaan agar atau di dalam
agar. Dalam metode ini diperlukan yang namanya pengenceran sebelum
ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Kemudian setelah
diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat
dihitung. Keunggulan metode tuang ini adalah dapat digunakan untuk
memperoleh biakan yang murni, sedangkan Metode spread plate atau yang dapat
disebut dengan cawan sebar adalah suatu teknik pada saat hendak menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri
di atas media yang telah menjadi padat. Pada metode cawan sebar dapat
digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri dalam satuan sel. Pada metode
cawan sebar cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang
bengkok, untuk menumbuhkan koloni secara merata, biakan justru
terkontaminasi. Penghitungan koloni bakteri pada metode sebar tumbuh dapat
tersebar merata pada bagian permukaan media, sehingga lebih mudah dilakukan
penghitungan jumlah koloni (Grendpina et al., 2020).

Universitas Sriwijaya
BAB 3

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 September 2022 dimulai
dari pukul 10.00 sampai dengan selesai, bertempat di laboratorium mikrobiologi
dan bioteknologi hasil pertanian.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pengenceran kali ini adalah sebagai
berikut: 1). inkubator, 2). pemanas bunsen, 3). pipet mikro, 4). pipet volume,
5).tabung reaksi, 6).timbangan. 7).vorteks. Bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum pengenceran kali ini adalah: 1). aquades 2). sampel (yogurt).
Alat yang digunakan dalam praktikum teknik perhitungan mikroba dengan
metode pour plate dan spread plate adalah sebagai berikut: 1).cawan petri 3
buah, 2).inkubator, 3).pemanas Bunsen, 4).pipet volume, 5).laminar air flow
khusus bakteri. Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum hitungan cawan dengan
metode pour plate dan spread plate adalah sebagai berikut: 1). aquades, 2).media
(nutrien agar), 3).yogurt.
3.3. Cara kerja
3.3.1. Pengenceran
1. Sebanyak 5 gram sampel dicampur dengan 45 ml aquades hingga merata.
Ini merupakan pengenceran 10ˉˡ
2. Dari pengenceran 10ˉˡ diambil 1 ml larutan dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadesh (merupakan pengenceran 10ˉ² ).
Di campur hingga homogen.
3. Pengenceran selanjutnya dilakukan sama seperti cara kerja nomor 2
sampai tingkat pengenceran yang diinginkan.
3.2.2. Teknik perhitungan mikroba
Cara kerja dari praktikum perhitungan mikroba dengan menggunakan metode
pour plate adalah sebagai berikut:
1. Contoh yang telah yang diencerkan disiapkan
2. Cawan petri diberi kode masing-masing per tingkat pengeceran

6 Universitas Sriwijaya
7

3. Larutan contoh diambil 1ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri


4. Kemudian ditambahkan media yang telah mencair sebanyak 10 –15 ml
kedalam cawan petri, dicampur baik-baik dan hati-hati
5. Media dibiarkan mengeras baru kemudian dibalik
6. Cawan petri tersebut diletakkan didalam inkubator (Temperatur kamar)
selama 24 jam.
Cara kerja dari praktikum perhitungan mikroba dengan menggunakan
metode spread plate adalah sebagai berikut:
1. Cawan petri 2 buah per tingkat pengecaran disiapkan dan diberi kode
2. Ditambahkan 10–15 ml medium yang telah mencair kedalam cawan dan
dibiarkan mengeras
3. Contoh yang telah diencerkan disiapkan
4. Larutan contoh diambil 0,1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri dan
diratakan dengan spatula khusus yang steril sampai inokulum benar-benar
meresap
5. Cawan petri dibalik dan disimpan dalam Inkubator
6. Hitung jumlah koloni seperti metode sebelumnya.
7. Jumlah koloni yang hidup di hitung. Yang dipakai adalah koloni sejumlah
antara 30-300 per cawan petri dihitung,
8. Apabila terdapat jumlah koloni yang menyebar, dihitung sebagai satu koloni.
Namun apabila penyebaran 25% perhitungan tidak dapat digunakan,
9. Jumlah koloni dihitung per gram atau per mili liter dari larutan dengan tingkat
pengenceran yang memberikan jumlah koloni 30 – 300. Misal : 200 koloni dari
tingkat pengenceran 103, maka jumlah koloni - 200 x 103 = 2 x 105 koloni/ml.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil dari praktikum kali ini adalah :
Tabel 4.1.1. Pour Plate
No Sampel Jumlah Koloni Notasi TPC/ALT Log
1 Yakult 28 * 28 x 103 4,44
2 Yakult 7 * 7 x 103 3,84
3
3 Yakult 30 ** 30 x 10 4,47
4 Yogurt 22 * 22 x 103 4,34
5 Yogurt 48 ** 48 x 103 4,68
6 Yogurt 21 * 21 x 103 4,32

Tabel 4.1.2 Spread Plate


No Sampel Jumlah Koloni Notasi TPC/ALT Log
1 Yakult 40 ** 40 x 103 4,60
2 Yakult 40 ** 40 x 103 4,60
3
3 Yakult 8 * 8 x 10 3,90
4 Yogurt 36 ** 36 x 103 4,55
5 Yogurt 10 * 10 x 103 4
6 Yogurt 4 * 4 x 103 3,60

4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang percobaan pengenceran dan teknik
perhitungan mikroba. Sebelum melakukan teknik perhitungan mikroba, kita harus
melakukan pengenceran terlebih dahulu agar dapat melakukan percobaan
selanjutnya yaitu teknik perhitungan mikroba. Sampel yang digunakan adalah air
galon, air kemasan, air keran, aquadest, yakult dan yogurt. Pengenceran dilakukan
untuk mencari dan mengetahui perhitungan mikroba dari kelima sampel tersebut.
Percobaan tentang pengenceran, lebih tepatnya pengenceran bertingkat untuk
menghitung mikroba. Pengenceran dilakukan secara bertingkat, karena sampel

8 Universitas Sriwijaya
9

yang tidak dilakukan pengenceran akan sangat pekat dan kemungkinan untuk
terlalu banyak untuk dihitung besar. Tujuan pengenceran pada sampel untuk
mendapatkan koloni yang tumbuh dengan terpisah. Koloni yang terpisah
memudahkan untuk dihitung (Amaliah et al., 2022).
Bahan yang digunakan adalah aquadest dan susu yang telah difermentasi,
yakult dan yoghurt. Alasan mengapa menggunakan susu fermentasi adalah karena
di dalam susu fermentasi tersebut sudah terdapat bakteri sehingga dapat
dilakukannya perhitungan mikroba. Bakteri yang terdapat dalam yakult dan yoghurt
adalah bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus cassei dan Lactobacillus bulgaricus.
Jika pada kimia dasar bertujuan untuk menurunkan konsentrasi larutan pekat, maka
pada mikrobiologi untuk mendapatkan jumlah koloni mikroba yang dapat dihitung
jika dilakukan dalam tempat terbatas, agar bisa dikelompokkan mikroba tersebut
masuk ke dalam spesies yang mana (Purwanti et al., 2022).
Larutan yang digunakan pada saat hendak melakukan pengenceran harus
memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk
menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel
selama pengenceran. Dalam campuran heterogen, permukaan-permukaan tertentu
dapat diamati antara fase-fase yang terpisah. Suatu larutan terdiri dari dua
komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah
zat terbanyak disebut dengan pelarut (solven) (Garini et al., 2019)
Selanjutnya adalah teknik perhitungan mikroba. Media yang digunakan yaitu
nutrient agar (NA). Dalam teknik ini, ada beberapa metode yang dilakukan, yaitu
metode hitung cawan, meliputi pour plate method dan spread method, metode
hemasitometer dan yang terakhir adalah metode MPN. Percobaan kali ini adalah
menggunakan metode spread plate method dan pour plate method. Cairan yang
dipakai ada 6 jenis yaitu aquades, air galon, air kemasan, air keran, yakult dan
yogurt. Cairan yang diambil sebanyak 1 ml dituang dalam cawan petri kemudian
ditambahkan media nutrient agar, setelah itu diratakan sampai semua bagian cawan
benar benar terkena cairannya, hal ini dilakukan agar pertumbuhan mikroba merata.
Tip yang digunakan untuk memindahkan cairan selalu diganti setiap pemindahan
cairan agar sterilisasi dapat terjaga. Setelah dingin, cawan petri ditutup dan dibalik
sebelum dimasukkan kedalam inkubator, hal ini dilakukan untuk menghindari

Universitas Sriwijaya
10

terjadinya penguapan air sehingga embun tidak jatuh mengenai media nutrient
agar dan untuk mempermudah identifikasi. Cawan dibungkus plastik wrap dan
dimasukkan kedalam inkubator selama 3x24 jam, dibungkus agar tidak terjadi
penguapan. Setelah keluar dari inkubator maka akan terlihat pertumbuhan
mikrobanya dan perhitungan koloni dilakukan (Amaliah et al., 2022).
Metode pour plate (lempeng tuang) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang
masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar
merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar. Metode ini
memerlukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di
dalam cawan petri, setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut
dalam jumlah yang dapat dihitung. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-
bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-
koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni bakteri. Salah satu metode yang digunakan adalah
metode pour plate (hitung cawan). Prinsip metode hitungan cawan atau Total Plate
Count (TPC) yaitu menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada media agar,
sehingga mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Febri, A 2019).
Penggunaan metode hitung cawan ini di dalam perhitungan mikroorganisme
memiliki kelemahan yaitu hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang
sebenarnya, medium dan kondisi inkubasi yang berbeda dapat menghasilkan
jumlah yang berbeda pula, serta memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relative
cukup lama (Damayanti et al., 2020).
Metode spread plate (cawan sebar) yakni teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme pada media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri di
atas media agar yang telah memadat. Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar yang akan
diuji dan diamati total mikroba tersebut. Jumlah sel mikroba yang tumbuh di dalam
suatu cawan itu bergantung pada jumlah generasi yang ada dan waktu generasi
bakteri, sehingga pengamat harus menghitung waktu generasi pada bakteri yang
ingin dikembangbiakkan (Huet et al., 2021).

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan dalam praktikum ini adalah :


1. Dalam teknik perhitungan mikroba ini, ada tiga cara yang dapat dilakukan,
yaitu Metode Pour Plate, Most Probable Number dan Spread Method.
2. Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang
sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba, yang bertujuan untuk
menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel
selama pengenceran.
3. Adanya koloni pada aquadest dapat menyebabkan kontaminasi yang ada pada
cawan petri yang digunakan maupun oleh udara yang ada pada laboratorium.
4. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung pada
perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.
5. Prinsip pengenceran yaitu menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana
suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung.
6. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni bakteri.
7. Cawan petri dibalik saat hendak dimasukkan ke dalam incubator ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya penguapan air, sehingga embun tidak jatuh
mengenai media agar dan mempermudah melakukan identifikasi.
8. Kelebihan metode perhitungan cawan yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah
mikroba jika terlalu banyak atau sedikit dapat menggunakan faktor pengenceran
dan hanya menghitung mikroba yang layak dihitung tidak termasuk mikroba mati
yang ada pada media pertumbuhan.
9. Vortex berfungsi untuk mencampur suatu atau beberapa larutan yang ada dalam
tabung reaksi.
10. Kekurangan pada metode perhitungan cawan yaitu bisa saja salah menghitung
dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memperoleh hasilnya.

11Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, Ika Okhtora. "Penggunaan Metode Cawan Tuang Terhadap Uji


Mikroba pada Tepung Kelapa." Journal Of Agritech Science (JASc) 4, no. 1
2020: 43-51.

Amaliah, Nur Azizah, Nurul Anisa, Norna Norna, Muhammad Habil Ahmad,
Fitratul Insaniah Rusli, Hilda Karim, Andi Asmawati Azis, Muhammad
Junda, and Oslan Jumadi. "Kuantitas Mikrob Tanah pada Lahan Jagung
dengan Aplikasi Ekstrak Alga." Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 27, no. 1
2022 : 22-26.

Argawana Febri, "Perbandingan Metode Total Plate Count (TPC) Pada Susu
Segar di Laboratorium Pre Klinis Program Studi Kesehatan Hewan Sekolah
Vokasi Ugm dan Uptd Bpbptdk Barongan." PhD diss., Universitas Gadjah
Mada, 2019.

Asiah, Nurul, Laras Cempaka, dan Wahyudi David. "Panduan praktis pendugaan
umur simpan produk pangan." 2018.

Garini, Ardiya, Muhammad Yusuf Semendawai, Olivia Andini, and Venny


Patricia. "Perbandingan Hasil Hitung Jumlah Eritrosit dengan
Menggunakan Larutan Hayem, Larutan Saline dan Larutan Rees
Ecker." Jurnal Riset Kesehatan 8, no. 1 (2019): 35-40.

Grendpina, Nisa, Dyah Fitri, Hardi Julendra, Ahmad Sofyan, dan Ema
Damayanti. "Enhancing Anti-pathogenic Bacteria Activity of Lactobacillus
Plantarum AKK-30 Cultured on the Medium Containing Fructose-
Oligosaccharides." (2020).

Hikmayanti dan Utami. "Analisis Kemampuan Multiple Representasi Siswa Kelas


XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi Titrasi Asam Basa." Jurnal Riset
Pendidikan Kimia (JRPK) 9, no. 1 (2019): 52-57.

12 Universitas Sriwijaya
13

Huet, Marie Andrea Laetitia, Li Wen Wong, Calvin Bok Sun Goh, Md Hamed
Hussain, Nazmul Hasan Muzahid, Jacky Dwiyanto, Shaun Wen Huey Lee et
al. "Investigation of culturable human gut mycobiota from the segamat
community in Johor, Malaysia." World Journal of Microbiology and
Biotechnology 37, no. 7 (2021): 1-15.

Iwan Setiawan. "PENGUKURAN KUANTITATIF KANDUNGAN ZNO


MENGGUNAKAN METODE PENGENCERAN─ MATRIX
MULTIKOMPONEN DENGAN X-RAY DIFFRACTION." Jurnal Teknik
Mesin Cakram 2, no. 2 (2020): 88-94.

Purwanti, Aliyah, Dyan Wigati, Lindawati Setyaningrum, dan Wima Anggitasari.


"PENGENALAN PRODUK FERMENTASI DAN PELATIHAN
PEMBUATAN YOGHURT DI SMKS SHOFA MARWAH JEMBER." J-
ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 2 (2022): 4167-4176.

Tewal, Fitly, Kurniati Kemer, Joice RTSL Rimper, Desy MH Mantiri, Wilmy E.
Pelle, and Joppy D. Mudeng. "Laju pertumbuhan dan kepadatan mikroalga
Dunaliella sp. pada pemberian timbal asetat dengan konsentrasi yang
berbeda." Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 9, no. 1 2021 30-37.

Tyas, Diani Estining, Niniek WIdyorini, and Anhar Solichin. "Perbedaan jumlah
bakteri dalam sedimen pada kawasan bermangrove dan tidak bermangrove
di perairan Desa Bedono, Demak." Management of Aquatic Resources
Journal (MAQUARES) 7, no. 2 (2018): 189-196.

Widiastiti, Duniaji AS, dan Darmayanti LP. "Analisis Potensi Beberapa Larutan
Pengencer Pada Uji Antibakteri Teh Temu Putih (Curcuma zedoaria(Berg.)
Roscoe Terhadap Escherichia coli." Scientific Journal of Food
Technology 6, no. 2 (2019): 117-125.

Universitas Sriwijaya
Lampiran Diagram

TPC/ALT Pour Plate


60

50

40

30

20

10

0
Yakult Yakult Yogurt Yogurt Yogurt Yogurt

Log Pour Plate


5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Yakult Yakult Yogurt Yogurt Yogurt Yogurt

14 Universitas Sriwijaya
15

TPC/ALT Spread Plate


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Yakult Yakult Yakult Yogurt Yogurt Yogurt

Log Spread Plate


5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Yakult Yakult Yakult Yogurt Yogurt Yogurt

Universitas Sriwijaya
Lampiran Gambar

Kelompok 6 (yogurt)

Pour plate Stread plate

Pour plate setelah di inkubator Stread plate setelah di inkubator

16 Universitas Sriwijaya
Lampiran Perhitungan

Motode Pour Plate

1. Yakult
Diketahui:
10-3 = 28 x 10-3
1
= 28 x −3
10
= 28 x 103
=2,8 x 104 CFU/ml
2. Yakult
Diketahui:
10-3 = 7 x 10-3
1
= 7 x −3
10
= 7 x 103
=0,7 x 104 CFU/ml
3. Yakult
Diketahui:
10-3 = 30 x 10-3
1
= 30 x −3
10
= 30 x 103
=0,3 x 105 CFU/ml
4. Yogurd
Diketahui:
10-3 = 22 x 10-3
1
= 22 x −3
10
= 22 x 103
= 2,2 x 104 CFU/ml
5. Yogurd
Diketahui:
1
10-3 = 48 x −3
10
= 48 x 103
= 4,8 x 104 CFU/ml
6. Yogurd
Diketahui:

17 Universitas Sriwijaya
1
10-3 = 21 x −3
10
= 21 x 103
= 2,1 x 104 CFU/ml

17 Universitas Sriwijaya
18

Motode Spread Plate

1. Yakult
Diketahui:
1
10-3 = 40 x −3
10
= 40 x 103
= 0,4 x 105 CFU/ml
2. Yakult
Diketahui:
1
10-3 = 40 x −3
10
= 40 x 103
=0,4 x 105 CFU/ml
3. Yakult
Diketahui:
1
10-3 = 8 x −3
10
= 8 x 103
=0,8 x 104 CFU/ml
4. Yogurd
Diketahui:
1
10-3 = 36 x −3
10
= 36 x 103
= 3,6 x 104 CFU/ml
5. Yogurd
Diketahui:
1
10-3 = 10 x −3
10
= 10 x 103
= 0,1 x 105 CFU/ml
6. Yogurd
Diketahui:
1
10-3 = 4 x −3
10
= 4 x 103
= 0,4 x 104 CFU/ml

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai