Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016

Hal. 68-75

ISOLASI BAKTERIOFAG Escherichia coli DARI SISTEM DISTRIBUSI


AIR MINUM ISI ULANG SEBAGAI ANTIBIOFILM

Dani Sukma Saefunida1, Wijanarka1, M.G Isworo Rukmi1, Novik Nur Hidayat2
1 Jurusan Biologi, Universitas Diponegoro
2Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

ABSTRAK

E. coli termasuk golongan bakteri koliform sebagai indikator kualitas air yang dapat
membentuk biofilm pada sistem distribusi air minum isi ulang. Biofilm tersebut dapat
menyebabkan kontaminasi dan penyebaran penyakit. Bakteriofag yang memiliki kemampuan
dalam melisiskan inang dapat dijadikan solusi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian adalah
untuk mengisolasi bakteriofag E. coli dari sistem distribusi air minum isi ulang dan menguji
aktivitas antibiofilm. Isolasi bakteriofag dilakukan dengan metode plaque assay, sedangkan uji
aktivitas antibiofilm menggunakan metode microtiter plate assay. Sampel yang digunakan
adalah biofilm dari pipa sumber air, tangki penyimpanan depot air minum dan produk air minum
isi ulang. Hasil penelitian menunjukkan bakteriofag E. coli dapat diperoleh dari masing-masing
sampel dan memiliki aktivitas antibiofilm.

Kata Kunci : Antibiofilm, Bakteriofag, E. coli.

PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan didapat, namun sering pula ditemukan DAM
bagi manusia yang dibutuhkan dalam yang tidak menjamin produk yang
aktivitas sehari-hari. Kepadatan populasi dihasilkan, terutama masalah kontaminasi.
penduduk dan pembangunan secara Kontaminasi disebabkan karena rendahnya
berlebihan menyebabkan terjadinya higinietas pengolahan air, jaringan
pendangkalan sumur serta berkurangnya distribusi, dan kesetrilan alat-alat yang
daerah resapan air. Hal ini menimbulkan digunakan. Salah satu contoh kasus DAM
krisis air bersih. yaitu dari hasil pembinaan dan inspeksi
Depot Air Minum muncul sebagai DAM di Depok, menemukan 212 depot air
salah satu solusi permasalahan air bersih. minum yang tidak memenuhi syarat dari
Air DAM lebih banyak diminati masyarakat total 331. Hal ini terjadi karena adanya
karena lebih murah, praktis, dan mudah endapan dan pencucian galon oleh mesin

1
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

pencuci yang tidak sempurna (Anonim, distribusi air minum isi ulang dan menguji
2015). aktivitas antibiofilmnya.
Air minum yang terkontaminasi
dapat disebabkan dari adanya kandungan METODE PENELITIAN
koliform, termasuk E. coli. Bakteri koliform Pengambilan sampel
yang terdapat pada sistem distribusi air Pengambilan sampel dilakukan di
minum, termasuk sumber air baku dan tiga titik, yaitu pertama, tiga sumber air
pengolahan air, sebagian besar ditemukan baku yang terdapat di wilayah Jalan
dalam bentuk biofilm yang melekat pada Alternatif Sentul. Sampel biofilm diambil
permukaan pipa selang air. Hal ini berisiko pada bagian pipa saluran air baku ke dalam
terhadap penyebaran penyakit yang mobil tangki distribusi air baku. Kedua,
bersumber dari air seperti diare dan penyakit yaitu tiga Depot Air Minum Isi Ulang di
akibat parasit. kawasan Sempora, Cibinong. Sampel
Sejauh ini solusi yang diterapkan biofilm diambil pada bagian tangki air.
untuk penghilangan biofilm adalah dengan Sampling biofilm dilakukan dengan cara
menggunakan senyawa kimia seperti klorin, mengusap biofilm dengan menggunakan
H2O2 dan surfaktan (Buana dan Wardani, cotton swab steril, dan dimasukkan ke dalam
2014). Penggunaan senyawa kimia ini 5 mL LB cair kemudian divorteks hingga
kurang efektif karena menimbulkan homogen (Mulamattathil et al., 2014).
resistensi dan perubahan genetis bakteri Ketiga, yaitu tiga produk air minum hasil
yang dapat membahayakan bagi lingkungan, olahan air Depot Air Minum dengan
konsekuensi penyakit lebih tinggi dan mengambil produk air minum masing-
biofilm semakin sulit untuk dihilangkan. masing sebanyak 1 L ke dalam botol steril.
Bakteriofag memiliki keunggulan karena
mampu menginfeksi dan melisiskan bakteri Isolasi E. coli
spesifik dengan menghasilkan enzim Isolasi E. coli dilakukan dengan 2
lisozim. Hal tersebut menjadi salah satu macam metode, yaitu filtrasi dan spread
keuntungan penggunaan bakteriofag sebagai plate (Brown, 2012). Filtrasi menggunakan
biokontrol bakteri yang lebih aman. Oleh vaccum filtration dengan kertas saring
karena itu, dilakukan penelitian isolasi berukuran 0,20 µm. Metode kedua yaitu
bakteriofag Escherichia coli dari sistem spread plate, dengan cara suspensi biofilm

2
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

diencerkan ke dalam PBS hingga Plaque assay


pengenceran 10-3. Isolasi E. coli Kultur E. coli dibuat dengan
menggunakan media EMB. Isolat yang memasukkan 1% E. coli 24 jam pada 50 mL
menunjukkan koloni positif, diamati secara LB cair dan diinkubasi pada shaker
mikroskopis melalui pewarnaan Gram kecepatan 100 rpm, 24 jam. Optical Density
(Brown, 2012). Selanjutnya uji KIA (OD) E. coli diukur, kemudian sebanyak
dilakukan dengan cara menusukkan media 0,5% kultur diinokulasikan pada 10 mL LB
KIA dengan satu ose koloni bakteri (Brown cair. E. coli diukur OD600 per jam dengan
and Smith, 2015). spektrofotometri hingga didapatkan OD 0,2
yang merupakan awal log phase. Filtrat
Isolasi bakteriofag bakteriofag diencerkan hingga 10-8. Masing-
Johson dan Case (2010) tahapan masing pengenceran diambil sebanyak 0,1
pertama, yaitu amplifikasi bakteriofag mL dan dimasukkan ke dalam 0,5 mL E.
dengan cara suspensi biofilm dimasukkan ke coli OD 0,2 kemudian diinkubasi selama 10
dalam erlenmeyer sebanyak 40 mL menit dalam waterbath inkubator. Kontrol
ditambah 5 ml LB cair 10x dan 5 mL kultur dibuat dengan menambahkan 0,5 mL E. coli.
E. coli umur 24 jam yang telah diremajakan Masing-masing perlakuan ditambahkan 6
pada media LB cair, dan diinkubasi pada mL LB semi padat, kemudian dituangkan ke
suhu 37˚C selama 24 jam pada shaker 100 dalam media LB padat dan diinkubasi pada
rpm. Tahap kedua adalah filtrasi bakteriofag suhu 37° C selama 24 jam. Pengamatan
dengan mensentrifugasi kultur bakteriofag berupa plak yang terbentuk pada cawan
pada kecepatan 2000 rpm selama 5 menit. petri, dan dilakukan perhitungan titer
Supernatan diambil dan difiltrasi dengan bakteriofag (Brown, 2012).
syringe menggunakan membran filter 0,20
µm steril. Filtrat I diamplifikasi ulang Penyimpanan bakteriofag
dengan menambahkan 1 mL LB 10x dan 5 Penyimpanan bakteriofag dengan
mL E. coli ke dalam 4 mL filtrat I. mengambil plak yang telah terbentuk
Campuran diinkubasi selama 24 jam dan dengan menggunakan ose plastik dan
dilakukan filtrasi II. Filtrat I dan filtrat II dimasukkan ke dalam 1 mL PBS. Suspensi
disimpan pada suhu 4 °C. disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm
selama 10 menit. Supernatan diambil dan

3
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

ditambahkan klorofom sebanyak 1 tetes per pengenceran filtrat bakteriofag 10-4 hingga
mL dan disimpan pada suhu 4°C. 10-8 ke dalam well mikroplat. Pembuatan
kontrol negatif dengan menambahkan 150
Uji Antibiofilm
µL E. coli yang dicampur dengan 50 µL
1). Uji Pelisisan Biofilm
PBS dan blanko berisi 150 µL LB cair dan
Uji pelisisan biofilm dilakukan dengan
50 µL PBS. Inkubasi dilakukan selama 72
menggunakan metode Microtiter Plate
jam. Isi di dalam mikroplat dikeluarkan dan
Assay (Bjarnsholt et al., 2011). Sebanyak
dibilas menggunakan air. Mikroplat diberi
200 µL E. coli dimasukkan ke dalam
200 µL kristal violet 0,2 % dan diinkubasi
mikroplat, kemudian LB cair dimasukkan ke
15 menit. Etanol 96% sebanyak 200 µL
dalam beberapa well sebagai blanko.
dimasukkan ke dalam mikroplat dan
Inkubasi pada suhu 37 °C selama 3 hari.
diinkubasi selama 15 menit, selanjutnya
Cairan didalam mikroplat dikeluarkan dan
diukur dengan menggunakan microplate
dibilas menggunakan air. Mikroplat diberi
reader pada OD595nm (Bjarnsholt et al.,
perlakuan pengenceran filtrat bakteriofag
2011).
hingga pengenceran 10-8 sebanyak 200 µL
ke dalam masing-masing well. Beberapa HASIL DAN PEMBAHASAN
well blanko diisi dengan PBS, masing-
Hasil isolasi E. coli berdasarkan
masing well berisi 200 µL. Mikroplat yang
karakteristik koloni pada media EMB,
telah diberi perlakuan diinkubasi selama 24
morfologi mikroskopis dan reaksi KIA,
jam. Mikroplat diberi 200 µL larutan kristal
diperoleh isolat 2C. Koloni pada media
violet 0,2% dan diinkubasi 15 menit. Etanol
EMB berwarna merah hijau metalik, sel
96% dimasukkan ke dalam mikroplat
berbentuk batang dan termasuk Gram
sebanyak 200 µL dan diinkubasi selama 15
negatif. Hasil uji KIA menunjukkan
menit selanjutnya diukur dengan
produksi gas dan perubahan warna kuning
menggunakan microplate reader pada
akibat penurunan pH dari hasil dari
OD595nm (Bjarnsholt et al., 2011).
fermentasi laktosa.

2). Uji Penghambatan Biofilm Isolat 2C merupakan hasil isolasi yang

Penghambatan biofilm dilakukan berasal dari produk air minum 2. E. coli

dengan mencampurkan 100 µL LB cair, 50 yang ditemukan pada produk air minum isi

µL E. coli dan 50 µL masing-masing ulang menunjukkan bahwa air tersebut

4
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

250
terdapat bakteri fekal dan beresiko terhadap 211

Titer bakteriofag (PFU/ml) (108)


200
mikroba patogen. Brown dan Smith (2015)
150
menyatakan E. coli ditemukan sebagai
100
mikrobiota normal pada saluran 52
50 28.6 33.7
gastrointestinal manusia, namun tidak 0.15 3.57
0
0.1 5.28
0 0 0
8.8
0 0
0
ditemukan pada air atau tanah. E. coli yang Sumber air baku Depot Air Minum Produk Air Minum

terdapat pada air mengindikasikan adanya 10^4


10 4 10^5
10 5 10^6
10 6 10^7
10 7 10^8
10 8

kontaminasi fekal dan dapat menyebabkan Gambar 2. Titer bakteriofag hasil plaque
assay pada 3 jenis sampel
penyakit yang berbahaya seperti diare,
disentri dan lain sebagainya.
Data plaque assay menunjukkan
Hasil plaque assay menunjukkan
jumlah titer bakteriofag pada pengenceran
adanya plak yang terbentuk pada masing-
104 merupakan titer bakteriofag terendah.
masing sampel. Plak terbentuk akibat dari
Pengenceran 107 merupakan titer tertinggi,
bakteriofag yang mampu melisiskan sel E.
diikuti dengan ketidakmunculan plak pada
coli. Bagian lapisan permukaan yang keruh
pengenceran 108. Variasi titer bakteriofag
tanpa adanya plak dikarenakan E. coli
pada tiap pengenceran disebabkan karena
tumbuh dengan baik dan sel bakteri tidak
adanya sistem pertahanan bakteri terhadap
terinfeksi oleh bakteriofag.
infeksi bakteriofag, sifat bakteriofag dan
perlakuan pengenceran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Charles and Moineau
(2009 dalam Buana dan Agustin, 2014)
Plak
yaitu ketidakmampuan bakteriofag dalam
melisiskan inangnya dapat terjadi karena
adanya perbedaan kondisi lingkungan,
pertumbuhan inang yang lebih cepat, sistem
Gambar 1. Pembentukan plak pada plaque
assay pertahanan terhadap infeksi bakteriofag
secara alami. Jumlah plak juga dipengaruhi
Jumlah titer bakteriofag yang
oleh spesifitas bakteri itu sendiri. Madigan
menginfeksi sel bakteri dapat ditentukan melalui
et al. 2012 menyatakan virus yang tidak
perhitungan Plaque Forming Units (PFU).
mampu menginfeksi bakteri dapat

5
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

disebabkan karena partikel bakteriofag yang menggunakan filtrat bakteriofag sumber air
dihasilkan selama infeksi memiliki ditunjukkan pada Gambar 3.
beberapa bagian yang tidak sempurna. Berdasarkan data tersebut aktivitas
Bakteriofag E. coli yang terdapat pada penghambatan biofilm tertinggi adalah
sistem distribusi air minum isi ulang 92.1% yang menunjukkan bakteriofag
menujukkan adanya kontaminasi fekal mampu menghacurkan inang E. coli
bakteri. Bakteriofag E. coli secara alami terlebih dahulu sebelum membentuk
tidak akan bereplikasi tanpa adanya E. coli. biofilm. Bakteriofag mengeluarkan enzim
Oleh karena itu bakteriofag E. coli dapat lisozim saat melakukan penetrasi untuk
digunakan sebagai pendeteksi adanya air membuat lubang pada dinding sel bakteri,
tercemar. Kehadiran E. coli akan langsung sehingga DNA dapat masuk dan melisiskan
diinfeksi dan dilisiskan oleh bakteriofag. E. coli. Bakteriofag yang keluar dari dalam
Hal ini sesuai dengan penelitian Espinosa et tubuh inang, akan menginfeksi sel E. coli
al. 2009 mengenai penggunaan bakteriofag lain. Madigan et al. (2012) menyatakan
E. coli sebagai indikator dalam peptidoglikan pada dinding sel bakteri
mengevaluasi pengolahan air karena mampu dihancurkan oleh enzim lisozim
bakteriofag memiliki sifat toleran terhadap yang dihasilkan oleh bakteriofag. Enzim ini
air. memecah ikatan β-1,4-glycosidic dengan
N-acetylglucosamine sehingga dapat
100 92.1 90.3
90 82.3
87.2 85.8 menyebabkan dinding sel bakteri berlubang
80
Aktivitas Persentase (%)

70 saat bakteriofag melakukan penetrsi dan


60
50 melisiskan inang.
40 33.8
30 20.8 22.8 20.1
25.6 Uji pelisisan biofilm menunjukkan
20
10 bakteriofag mampu melisiskan biofilm yang
0
Penghambatan pelisisan dibentuk oleh E. coli. Aktivitas presentase
104
4
10 105
105
106
10 6 107
107
108
10 8
tertinggi adalah 33.8%. Harper et al. (2014)
Hasil aktivitas antibiofilm berupa menyatakan mekanisme bakteriofag
menyerang biofilm adalah bakteriofag
Gambar 3. Aktivitas antibiofilm oleh bakteriofag E. coli
masuk menembus EPS dan bereplikasi
penghambatan dan pelisisan biofilm dalam sel inang mereka, sehingga
mengakibatkan kenaikan jumlah

6
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

bakteriofag. Pelepasan ini menaikan jumlah dengan kemampuannya dalam menghambat


bakteriofag yang menginfeksi biofilm. dan melisiskan biofilm.
Adanya penyebaran bakteriofag pada
biofilm, menyebabkan produksi material SARAN
EPS bakteri semakin berkurang. Penelitian ini dapat dianalisis lebih
Bakteriofag dapat menghapus biofilm dan lanjut mengenai identifikasi bakteriofag E.
mengurangi potensi untuk beregenerasi. Uji coli.
pelisisan yang memiliki aktivitas presentase
lebih rendah dibandingkan dengan uji DAFTAR PUSTAKA
penghambatan dapat disebabkan oleh Anonim, 2015. Duh, Ratusan Depot Air
Minum di Depok Tidak Layak!.
kondisi E. coli. Carson et al. (2010)
Artikel.http://metro.tempo.co/read/ne
menyatakan faktor tersebut dapat terjadi ws/2015/10/09/083707880/duh-
ratusan-depot-air-minum-di-depok-
karena produksi polisakarida depolimerase,
tidak-layak. Diakses pada tanggal 30
kemampuan dalam mempenetrasi EPS Desember 2015.
terhadap biofilm, jarak siklus litik dan
Bjarnsholt, T., C. Moser. P. Jensen, dan N.
jumlah bakteriofag yang dihasilkan saat Hoiby. 2011. Biofilm Infections.
Springer Science. New York.
keluar dari tubuh sel inang. Penelitian
Carson et al. (2010) mengenai penggunaan Brown, A.E. 2012. Benson’s Microbiological
Applications : Laboratory Manual in
bakteriofag coli-proteus dan T4 secara General Microbiology. Twelfth Edition.
Mc Graw Hill. New York.
efektif mampu menghambat dan melisikan
biofilm E. coli dengan presentase 99.9%. Brown, A. E and H. Smith. 2015. Benson’s
Microbiological Aplication Laboratory
Hal ini menunjukkan bahwa bakteriofag E. Manual in General Microbiology.
coli dapat dijadikan alternatif sebagai Thirteenth Edition. Mc. Graw Hill. New
York.
antibiofilm.
Buana, E. dan A. K. Wardani. 2014. Isolasi
Bakteriofag Litik Sebagai Agen
SIMPULAN Biosanitasi Pada Proses Pelisisan
Bakteriofag E. coli yang ditemukan Bakteri Pembentuk Biofilm. J. Pangan
dan Agroindustri 2 (2) : 36-42.
pada sistem distribusi air minum isi ulang,
Carson, L., S.P.Gorman dan B.F. Glimore.
menunjukkan adnaya kontaminasi bakteri
2010. The Use of Lytic
fekal. Bakteriofag E. coli dapat dijadikan Bacteriophages in the Prevention and
Eradication of Biofilms of Proteus
alternatif sebagai antibiofilm ditunjukkan
mirabilis and Escherichia coli. J.

7
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75

Fems Immunol Med Microbiol. 59 : Biofilms. Science against microbial


447-455. pathogens: communicating current
research and technological advances.
Charles, F dan S. Moinaeu. 2009. Phage A. Mendez-Vilas (Ed). 736-744.
Production and Maintance of Stocks,
Including Expected Stock Lifetime. Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Dalam Buana, E. dan A. K. Wardani. Republik Indonesia. 2004. Keputusan
2014. Isolasi Bakteriofag Litik Menteri Perindustrian dan
Sebagai Agen Biosanitasi Pada Proses Perdagangan Republik Indonesia
Pelisisan Bakteri Pembentuk Biofilm. Nomor 651 tahun 2004 Tentang
J. Pangan dan Agroindustri 2 (2) : 36- Persyaratan Teknis Depot Air MInum
42 Dan Perdagangannya Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan
Espinosa, A.C., C. Arias., S. Sanchez, dan Republik Indonesia. Jakarta.
M. Hiriant. 2009.Comparative Study
of Enteric Viruses, Coliphages and Mulamattathil, S. M., C. Bezuidenhout dan
Indicator Bacteria for Evaluating M. Mbewe. 2014. Biofilm Formation
Water Quality in a Tropical High in Surface and Drinking Water
Altitued System. J. Biomedcentral.49 Distribution System in Mafikeng,
:1-10. South Africa. South African Journal
of Science.110. 1-9.
Donlan, R.M. 2002. Biofilm : Microbial Life
On Surfaces. J. Emerging Infectious Nester, E., D. G. Anderson., dan C. V.
Disease. 8 (9) : 881-890. Roberts. 2012. Microbiology. A
Human Perspective. Seventh Edition.
Harper, D. R., H. M. R. T. Parracho., J. Mc Graw Hill. New York.
Walker., R. Sharp., G. Hughes., M.
Wertlen., S. Lehman & S. Morales. Rahaju, 2014. Metoda Pengkayaan, Filtrasi
2014. Bacteriophages and Biofilm. J. Dan Pertumbuhan Untuk Isolasi
Antibiotics. 3 (3) : 270-284. Bakteriofag Spesifik Salmonella
Thyphimurium Sampel Air. Seminar
Johson, T. R and C. L. Case. 2010. Nasional Penelitian dan PKM Sains
Laboratory Experiments in Te knologi Kesehatan : 315-322.
Microbiology.
Ninth Edition. Pearson Benjamin Tortora, G.J., B. R. Funke & C. L . Case.
Cummings. USA. 2010. Microbiology : An Introduction.
Tenth Edition. Pearson. California.
Madigan, M., J. Martinko., P. Dunlap, dan
D. Clark. 2012. Brock Biology of
Microorganisme. Thirteenth Edition.
Pearson Benjamin Cummings. United
States America.

Marshall, K.C. 1992. Biofilms : an overview


of bacterial adhesion, activity, and
control at surfaces. Dalam : Paraje, M.
G. 2011. Antimicrobial Resistance In

Anda mungkin juga menyukai