Hal. 68-75
Dani Sukma Saefunida1, Wijanarka1, M.G Isworo Rukmi1, Novik Nur Hidayat2
1 Jurusan Biologi, Universitas Diponegoro
2Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
ABSTRAK
E. coli termasuk golongan bakteri koliform sebagai indikator kualitas air yang dapat
membentuk biofilm pada sistem distribusi air minum isi ulang. Biofilm tersebut dapat
menyebabkan kontaminasi dan penyebaran penyakit. Bakteriofag yang memiliki kemampuan
dalam melisiskan inang dapat dijadikan solusi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian adalah
untuk mengisolasi bakteriofag E. coli dari sistem distribusi air minum isi ulang dan menguji
aktivitas antibiofilm. Isolasi bakteriofag dilakukan dengan metode plaque assay, sedangkan uji
aktivitas antibiofilm menggunakan metode microtiter plate assay. Sampel yang digunakan
adalah biofilm dari pipa sumber air, tangki penyimpanan depot air minum dan produk air minum
isi ulang. Hasil penelitian menunjukkan bakteriofag E. coli dapat diperoleh dari masing-masing
sampel dan memiliki aktivitas antibiofilm.
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kehidupan didapat, namun sering pula ditemukan DAM
bagi manusia yang dibutuhkan dalam yang tidak menjamin produk yang
aktivitas sehari-hari. Kepadatan populasi dihasilkan, terutama masalah kontaminasi.
penduduk dan pembangunan secara Kontaminasi disebabkan karena rendahnya
berlebihan menyebabkan terjadinya higinietas pengolahan air, jaringan
pendangkalan sumur serta berkurangnya distribusi, dan kesetrilan alat-alat yang
daerah resapan air. Hal ini menimbulkan digunakan. Salah satu contoh kasus DAM
krisis air bersih. yaitu dari hasil pembinaan dan inspeksi
Depot Air Minum muncul sebagai DAM di Depok, menemukan 212 depot air
salah satu solusi permasalahan air bersih. minum yang tidak memenuhi syarat dari
Air DAM lebih banyak diminati masyarakat total 331. Hal ini terjadi karena adanya
karena lebih murah, praktis, dan mudah endapan dan pencucian galon oleh mesin
1
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75
pencuci yang tidak sempurna (Anonim, distribusi air minum isi ulang dan menguji
2015). aktivitas antibiofilmnya.
Air minum yang terkontaminasi
dapat disebabkan dari adanya kandungan METODE PENELITIAN
koliform, termasuk E. coli. Bakteri koliform Pengambilan sampel
yang terdapat pada sistem distribusi air Pengambilan sampel dilakukan di
minum, termasuk sumber air baku dan tiga titik, yaitu pertama, tiga sumber air
pengolahan air, sebagian besar ditemukan baku yang terdapat di wilayah Jalan
dalam bentuk biofilm yang melekat pada Alternatif Sentul. Sampel biofilm diambil
permukaan pipa selang air. Hal ini berisiko pada bagian pipa saluran air baku ke dalam
terhadap penyebaran penyakit yang mobil tangki distribusi air baku. Kedua,
bersumber dari air seperti diare dan penyakit yaitu tiga Depot Air Minum Isi Ulang di
akibat parasit. kawasan Sempora, Cibinong. Sampel
Sejauh ini solusi yang diterapkan biofilm diambil pada bagian tangki air.
untuk penghilangan biofilm adalah dengan Sampling biofilm dilakukan dengan cara
menggunakan senyawa kimia seperti klorin, mengusap biofilm dengan menggunakan
H2O2 dan surfaktan (Buana dan Wardani, cotton swab steril, dan dimasukkan ke dalam
2014). Penggunaan senyawa kimia ini 5 mL LB cair kemudian divorteks hingga
kurang efektif karena menimbulkan homogen (Mulamattathil et al., 2014).
resistensi dan perubahan genetis bakteri Ketiga, yaitu tiga produk air minum hasil
yang dapat membahayakan bagi lingkungan, olahan air Depot Air Minum dengan
konsekuensi penyakit lebih tinggi dan mengambil produk air minum masing-
biofilm semakin sulit untuk dihilangkan. masing sebanyak 1 L ke dalam botol steril.
Bakteriofag memiliki keunggulan karena
mampu menginfeksi dan melisiskan bakteri Isolasi E. coli
spesifik dengan menghasilkan enzim Isolasi E. coli dilakukan dengan 2
lisozim. Hal tersebut menjadi salah satu macam metode, yaitu filtrasi dan spread
keuntungan penggunaan bakteriofag sebagai plate (Brown, 2012). Filtrasi menggunakan
biokontrol bakteri yang lebih aman. Oleh vaccum filtration dengan kertas saring
karena itu, dilakukan penelitian isolasi berukuran 0,20 µm. Metode kedua yaitu
bakteriofag Escherichia coli dari sistem spread plate, dengan cara suspensi biofilm
2
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75
3
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75
ditambahkan klorofom sebanyak 1 tetes per pengenceran filtrat bakteriofag 10-4 hingga
mL dan disimpan pada suhu 4°C. 10-8 ke dalam well mikroplat. Pembuatan
kontrol negatif dengan menambahkan 150
Uji Antibiofilm
µL E. coli yang dicampur dengan 50 µL
1). Uji Pelisisan Biofilm
PBS dan blanko berisi 150 µL LB cair dan
Uji pelisisan biofilm dilakukan dengan
50 µL PBS. Inkubasi dilakukan selama 72
menggunakan metode Microtiter Plate
jam. Isi di dalam mikroplat dikeluarkan dan
Assay (Bjarnsholt et al., 2011). Sebanyak
dibilas menggunakan air. Mikroplat diberi
200 µL E. coli dimasukkan ke dalam
200 µL kristal violet 0,2 % dan diinkubasi
mikroplat, kemudian LB cair dimasukkan ke
15 menit. Etanol 96% sebanyak 200 µL
dalam beberapa well sebagai blanko.
dimasukkan ke dalam mikroplat dan
Inkubasi pada suhu 37 °C selama 3 hari.
diinkubasi selama 15 menit, selanjutnya
Cairan didalam mikroplat dikeluarkan dan
diukur dengan menggunakan microplate
dibilas menggunakan air. Mikroplat diberi
reader pada OD595nm (Bjarnsholt et al.,
perlakuan pengenceran filtrat bakteriofag
2011).
hingga pengenceran 10-8 sebanyak 200 µL
ke dalam masing-masing well. Beberapa HASIL DAN PEMBAHASAN
well blanko diisi dengan PBS, masing-
Hasil isolasi E. coli berdasarkan
masing well berisi 200 µL. Mikroplat yang
karakteristik koloni pada media EMB,
telah diberi perlakuan diinkubasi selama 24
morfologi mikroskopis dan reaksi KIA,
jam. Mikroplat diberi 200 µL larutan kristal
diperoleh isolat 2C. Koloni pada media
violet 0,2% dan diinkubasi 15 menit. Etanol
EMB berwarna merah hijau metalik, sel
96% dimasukkan ke dalam mikroplat
berbentuk batang dan termasuk Gram
sebanyak 200 µL dan diinkubasi selama 15
negatif. Hasil uji KIA menunjukkan
menit selanjutnya diukur dengan
produksi gas dan perubahan warna kuning
menggunakan microplate reader pada
akibat penurunan pH dari hasil dari
OD595nm (Bjarnsholt et al., 2011).
fermentasi laktosa.
dengan mencampurkan 100 µL LB cair, 50 yang ditemukan pada produk air minum isi
4
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75
250
terdapat bakteri fekal dan beresiko terhadap 211
kontaminasi fekal dan dapat menyebabkan Gambar 2. Titer bakteriofag hasil plaque
assay pada 3 jenis sampel
penyakit yang berbahaya seperti diare,
disentri dan lain sebagainya.
Data plaque assay menunjukkan
Hasil plaque assay menunjukkan
jumlah titer bakteriofag pada pengenceran
adanya plak yang terbentuk pada masing-
104 merupakan titer bakteriofag terendah.
masing sampel. Plak terbentuk akibat dari
Pengenceran 107 merupakan titer tertinggi,
bakteriofag yang mampu melisiskan sel E.
diikuti dengan ketidakmunculan plak pada
coli. Bagian lapisan permukaan yang keruh
pengenceran 108. Variasi titer bakteriofag
tanpa adanya plak dikarenakan E. coli
pada tiap pengenceran disebabkan karena
tumbuh dengan baik dan sel bakteri tidak
adanya sistem pertahanan bakteri terhadap
terinfeksi oleh bakteriofag.
infeksi bakteriofag, sifat bakteriofag dan
perlakuan pengenceran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Charles and Moineau
(2009 dalam Buana dan Agustin, 2014)
Plak
yaitu ketidakmampuan bakteriofag dalam
melisiskan inangnya dapat terjadi karena
adanya perbedaan kondisi lingkungan,
pertumbuhan inang yang lebih cepat, sistem
Gambar 1. Pembentukan plak pada plaque
assay pertahanan terhadap infeksi bakteriofag
secara alami. Jumlah plak juga dipengaruhi
Jumlah titer bakteriofag yang
oleh spesifitas bakteri itu sendiri. Madigan
menginfeksi sel bakteri dapat ditentukan melalui
et al. 2012 menyatakan virus yang tidak
perhitungan Plaque Forming Units (PFU).
mampu menginfeksi bakteri dapat
5
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75
disebabkan karena partikel bakteriofag yang menggunakan filtrat bakteriofag sumber air
dihasilkan selama infeksi memiliki ditunjukkan pada Gambar 3.
beberapa bagian yang tidak sempurna. Berdasarkan data tersebut aktivitas
Bakteriofag E. coli yang terdapat pada penghambatan biofilm tertinggi adalah
sistem distribusi air minum isi ulang 92.1% yang menunjukkan bakteriofag
menujukkan adanya kontaminasi fekal mampu menghacurkan inang E. coli
bakteri. Bakteriofag E. coli secara alami terlebih dahulu sebelum membentuk
tidak akan bereplikasi tanpa adanya E. coli. biofilm. Bakteriofag mengeluarkan enzim
Oleh karena itu bakteriofag E. coli dapat lisozim saat melakukan penetrasi untuk
digunakan sebagai pendeteksi adanya air membuat lubang pada dinding sel bakteri,
tercemar. Kehadiran E. coli akan langsung sehingga DNA dapat masuk dan melisiskan
diinfeksi dan dilisiskan oleh bakteriofag. E. coli. Bakteriofag yang keluar dari dalam
Hal ini sesuai dengan penelitian Espinosa et tubuh inang, akan menginfeksi sel E. coli
al. 2009 mengenai penggunaan bakteriofag lain. Madigan et al. (2012) menyatakan
E. coli sebagai indikator dalam peptidoglikan pada dinding sel bakteri
mengevaluasi pengolahan air karena mampu dihancurkan oleh enzim lisozim
bakteriofag memiliki sifat toleran terhadap yang dihasilkan oleh bakteriofag. Enzim ini
air. memecah ikatan β-1,4-glycosidic dengan
N-acetylglucosamine sehingga dapat
100 92.1 90.3
90 82.3
87.2 85.8 menyebabkan dinding sel bakteri berlubang
80
Aktivitas Persentase (%)
6
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75
7
Jurnal Biologi, Volume 5 No 2, April 2016
Hal. 68-75