2014
KATA PENGAIITAR
f*Ii,7*!l+Iliffo
Assalamu' alailam Wr. Wb.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur Utama
RS pKU
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil dalam
pembuatan pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional
di lingkungan RS pKU
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan
pedoman ini, serta seluruh staf di RS PKU Muharnmadiyah Yogyakarta yang telah
dan akan
berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring
dan evaluasi pedoman ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Tujuan ............... 2
E. Strutur Bangunan l0
F. Pintu ........ 13
B. Sarana Evakuasi 17
BAB V PENUTUP 18
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jt. KH. Ahmad Dahlan No. 20 yogyakarta 55122
Telp. (0274) 51.2683 Fax. (0.274)566129,_rGD
: (0274) ilo26i,E.mair : pkujoga@yahoo.co.id
UNIT 1l : Jl. Wates Km. 5.5 Gamping,-Sleman, yogyakarta
dSZt-,
-
Telp. (0274) 6499704, Fax:(02t416499727
rco i
toiiliolsgira Elmaii irrriogagyarroo.co.ia
,;*Jtr#tAt,-L,
SI]RAT KEPUTUSAI\T DIREKTUR UTAMA
RSPKUWYOGYAKARTA
Nomor : l4ob lSK.3,zNtZOts
TENTANG
MEMUTUSKANT
MENETAPKAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR IJTAMA RS PKU MUHAMMADryAH
YOGYAKARTA TENTANG PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN K3
KONSTRTJKSI RUMAH SAKIT DI RS PKU MUHAMMADTYAH
YOGYAKARTA
Pertama : Memberlakukan Buku Pedoman K3 Konstnrksi Rumah sakit di RS pKU
Kedua , l'Hffi*T,%ffiffi"#HliTlffii*HT&H,ffi,il1,.u*
ht y*g -p"rt,
terdapat hal-haf
P-V1*
perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya-
akan diadakan
Ditetapkan di : Yoryakarta
Pada tanggal : Mei 2015
Direktur Utama"
NBM:
@ 867.919
dan tinggal di rumah sakit untuk beberapa waktu. Sehubungan dengan fungsi rumah sakit
yang mana mengobati orang-orang yang sakit, maka sudah barang tentu desain rumah
sakit sangat berbeda dengan desain rumah ataupun desain kantor. Desain rumah bisa
dimodifikasi atau dibuat sedemikian rupa. Desain kantor dibuat seideal mungkin agar
kesan tempat bekerja tampak dengan jelas. Desain rumah sakit berbeda jauh dengan
desain bangunan lain. Seperti diketahui bahwa orang sakit membutuhkan tempat yang
nyaman dan tenang, maka desain rumah sakit harus menonjolkan sisi ketenangan bagi
pasien. Pada desain rumah sakit harus dipastikan semua ruangan memiliki sirkulasi udara
yang baik. Harus memperhatikan faktor kebisingan, bagaimana caranya membuat
bangunan rumah sakit bisa menangkal kebisingan yang ada di luar kamar pasien.
B. Tujuan
1. Menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat agar karyawan rumah sakit yang
bekerja dapat produktif
2. Menyediakan sarana kesehatan dengan mutu yang baik dan dapat dijangkau oleh
masyarakat di sekitarnya.
BAB II
PERSYARATAN UMUM BANGUNAN RUMAH SAKIT
A. Lokasi Rumah Sakit
l. Pemilihan lokasi
a. Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi
Lokasi harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya dan
tersedia infrastuktur dan fasilitas dengan mudah, misalnya tersedia pedestrian,
aksesibel untuk penyandang cacat.
b. Kontur tanah
Kontur tanah mempunyai pengaruh yang penting pada perencanaan struktut,
dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu kontur
tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan
terhadap tapak bangunan dan lain-lain.
c. Fasilitas parkir
2. Masa bangunan
berikirt ini :
3) Kenyamanan
4) Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan
3. Zonasi
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi berdasarkan
privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan.
a. Zonasi berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
2) Area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non penyakit menular,
rawat jalan.
3) Area dengan risiko tinggi, yaitu ruang rawat inap ICU/ICCU, laboratorium,
pemulasaran jenazahdan ruangan bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
4) Area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, IGD, ruang bersalin,
ruang patologi
1) Area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan
luar rumah sakit, misalkan poliklinik, IGD, apotek.
2) Area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langusng
dengan lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang
menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi,
rehabilitasi medik.
3) Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit,
umumnya area tertutup, misalnya seperti ICUACCU, instalasi bedah,
instalasi kebidanan dan penyakit kandungan, ruang rawat inap.
c. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :
1) Zona pelayanan medik dan perawatan yang terdiri dari Instalasi Rawat
Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Perawatan
Intensif, Instalasi Bedah, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Kebidanan
dan Penyakit Kandungan, Unit Hemodialisa, Instalasi Radioterapi, Instalasi
Kedokteran Nuklir, Unit Transfusi Darah.
2) Zona penunjang dan operasional yang terdiri dari instalasi farmasi. instalasi
radiodiagnostik, laboratorium, instalasi diagnostik terpadu, instalasi
sterilisasi pusat, dapur utama, laundry, pemulasaran jenazah dan forensik,
instalasi sanitasi, instalasi pemeliharaan sarana.
3) Zona penunjang umum dan administasi yang terdiri dari bagian
1. Prinsip umum
a. Perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan. Terlalu
pekerjaan kotor, aktivitas tenang dan bising, perbedaan tipe layanan pasien, dan
infeksi.
2. Prinsip khusus
a. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman untuk semua bagian bangunan
merupakan faktor yang penting. Ini khususnya untuk rumah sakit yang tidak
menggunakan AC.
k. Site plan atat tata letak instalasi-instalasi berdasarkan zoning dan peruntukan
bangunan yang telah direncanakan.
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS SARANA RUMAH SAKIT
A. Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan tikus,
serangga dan binatang pengganggu lainnya.
2. Apabila menggunakan penutup atap dari bahan beton harus dilapisi dengan lapisan
tahan air. Dan apabila menggunakan genteng keramik, genteng beton atau genteng
tanah liat, pemasangannya harus dengan sudut kemiringan sesuai ketentuan yang
berlaku.
3. Rangka atap harus kuat memikul beban berat.
4. Apabila rangka atap terbuat dari bahan kayu, maka harus dilapisi dengan cat anti
rayap. Dan apabila rangka atap terbuat dari bahan metal harus dari metal yang tidak
B. Langit-langit
1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
minimal 2,40 m
3. Bahan langirlangit arfiara lain gypsum, acoustic tile, GRC (Grid Reinforce
terbuat dari bahan yang tahan api, mudah dibersihkan dan memiliki lapisan
permukaan yang ebrsifat non-porosif (tidak mengandung pori-pori)
yang mudah
5. Khusus untuk daerah yang sering berkaitan dengan bahan kimia, daerah
terpicuapi, maka dinding harus dari bahan yang tahan api, cairan kimia dan
benturan.
D. Lantai
L Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang dan mudah dibersihkan.
2. Pada daerah dengan kemiringan kurang dari 7o, penutup lantai harus dari lapisan
permukaan yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah)
harus cukup konduktif, sehingga mudah untuk menghilangkan muatan listrik statik
dari peralatan dan petugas, tetapi bukan sedemikian konduktifnya sehingga
E. Struktur Bangunan
1. Persyaratan pembebanan bangunan rumah sakit
Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus direncanakan agat kuat, kokoh
Struktur bangunan rumah sakit harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan,
kondisi strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan rumah sakit
menyelamatkan diri. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus
10
dilakukan pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan pedoman
atau standar yang berlaku.
2. Struktur atas
Kontruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari kontruksi beton,
kontruksi baja, kontruksi kayu atau kontruksi dengan bahan dan teknologi khusus.
3. Struktur bawah
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung atau
pondasi dalam, disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi didirikannya rumah sakit.
Persyaratan teknisnya sebagai berikut :
a. Pondasi langsung
l) Kedalaman pondais langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yan gmantap dengan daya dukung
tanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami
penurunan yang melampaui batas.
2) Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan
1l
dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang
lazim.
5) Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan
berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai'
kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh instansi yang
bersangkutan.
c, Keselamatan struktur
1) Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan
dalam pedoman
2) Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai
rekomendasi hasil pemeriksaankeandalan bangunan rumah sakit, sehingga
rumah sakit selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
3) Pemeriksaan keandalan bangunan rumah sakit dilaksanakan secara berkala
sesuai klasifikasi bangunan dan harus dilakukan atau didampingi ileh ahli
yang memiliki sertifikasi sesuai.
d. Keruntuhan struktur
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkan,
e. Persyaratan bahan
2) Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI,
dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan oleh
dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud. Bahan
bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem hubungan
yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan yang
t2
dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saat
Pemasangan/Pel aksanaan.
F. Pintu
1. Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruangan yang merupakan
penutup
tempat untuk masuk dan ke luar dan pada umumnya dilengkapi dengan
(daun Pintu).
2. pintu ke luar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 120 cm atau dapat dilalui
brankar pasien, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses pasien tirah baring
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm'
3. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau
perbedaan ketinggian lantai
pintu
4. Setiap rumah sakit yang bertingkat lebih dari 3 lantai harus dilengkapi dengan
darurat. Lebar pintu darurat minimal 100 cm membuka kearah ruang tangga
penyelamatan (darurat) kecuali pada lantai dasar membuka ke arah luar (halaman).
Jarak antara pindu darurat dalam saru blok bangunan gedung maksimal 25 m darr
segala arah.
1. Toilet umum :
a. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar oleh Pengguna.
b. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36-
38 cm)
c. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin. Lantai tidak boleh
menggenakan air buangan.
13
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda (sekitar 45-50 cm)
d. Kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang
memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandan g cacat yang lain. pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku
e. Letak tissu, kran air dan perlengkapan lainnya harus dipasang sedemikian
hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan bisa
dijangkau pengguna kursi roda.
f. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat
g. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button)
bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan
t4
BAB IV
STANDAR SARANA DAN PRASANA
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7o, perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ramp (curb
ramps/landing).
b. panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringanT") tidak boleh lebih dari
900 cm. panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih
panjang.
f. Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untuk menghalangi
roda dari kursi roda atau strecher agar tidak terperosok atau keluar dari lakur
ramp.
g. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu
penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian ramp
yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian
yang membahayakan.
15
yang dijamrn
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail)
kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai'
) Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang
dengan
lebar yang
mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan
memadahi.
Berikut ini adalah persyaratan dari tangga, antara lain :
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran sefagam' Tinggi
masing-masing pijakan/tanjakan adalah I 5-I 7 cm'
c. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat,
g. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak
ada air hujan yang menggenang pada lantainya.
3. Lift (elevator)
Lift merupakan fasilitas lalu lintas verlikal baik bagi petugas rumah sakit maupun
untuk pasien. Oleh karena itu harus direncanakan dapat menampung tempat tidur
paslen.
a. Ukuran lift rumah sakit minimal 1,50 m x 2,30 m dan lebar PintunYa tidak
kurang dari 1 ,20 m untuk memungkinkan lewatnya tempat tidur dan stretcher
bersama- sama dengan pengantarnya.
16
c. Jumlah, kapasitas dan spesifikasi lift sebagai sarana hubungan vertikal dalam
bangunangedungharusmampumelakukanpelayananyangoptimaluntuk
vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna
sirkulasi
bangunan rumah sakit.
d. Setiap bangunan rumah sakit yang menggunakan lift harus tersedia lift
B. Sarana Evakuasi
yang
Setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan sarana evakuasi bagi orang
melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara aman apabila terjadi
bencana atau keadaan darurat'
Untuk persyaratan sarana evakuasi pada bangunan rumah sakit harus dipenuhi
standar tata caraperencanaan salana evakuasi pada bangunan gedung.
meliputi toilet, tempat parkir, telepon umum, jalur pemandu. rambu dan marka, pintu,
ramp, tangga dan lift bagi penyandang cacat dan lanjut usia. Penyediaan fasilitas dan
aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi, luas dan ketinggian bangunan rumah sakit.
t7
BAB V
PENUTUP
18
BUKU PEDOMAN
PENGETOTAAN SARANA DAN PRASARANA
20t 5