Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Moh. Ilham A. Lensun
2. Sukmawati Kusnan
3. Veren Solang
4. Natasya Lampow
5. Patricia Koho
6. Gerry M. Ngau
7. Abdul Harus
Mengetahui
Agnes T. Watung, S.Pd, SKM, M.Si Marlyn M. Pandean, S.Pd, SKM, MPH
Dosen Pembimbing 3
NIP. 195808081985031009
Instruktur I
NIP. 919890613201901101
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat sehingga kami bisa menyelesaikan laporan yang berjudul
“Laporan Praktikum Inspeksi Sanitasi Kolam Renang Sanitasi Tempat-
tempat Umum”.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya laporan ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait inspeksi sanitasi pasar.
Selain itu kami juga sadar bahwa pada laporan ini masih dapat ditemukan
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar
menanti kritik dan saran untuk hasil yang lebih baik lagi kedepannya.
Di akhir kami berharap laporan yang sederhana ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam laporan ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.
Kelompok 5
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PengertianKolam Renang........................................................................3
B. Sanitasi Kolam Renang...........................................................................3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Inspeksi Sanitasi Kolam Renang...........................................................29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................20
B. Saran......................................................................................................20
LAMPIRAN.....................................................................................................21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan/atau alat yang
dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya. Oleh
karena itu, perlu pengelolaan demi kelangsungan kehidupan dan
penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan
produktif secara sosial ekonomis.
Penularan penyakit dapat terjadi di tempat-tempat umum karena
kurang tersedianya air bersih dan jamban, kurang baiknya pengelolaan
sampah dan air limbah, kepadatan vektor berupa lalat dan nyamuk,
kurangnya ventilasi dan pencahayaan, kebisingan dan lain-lain. Tempat-
tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit antara
lain diare, infeksi saluran pernafasan akut serta penyakit-penyakit akibat
terpapar asap rokok, seperti penyakit paru-paru, jantung dan kanker, yang
selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Salah satu cara untuk mengelola sarana dan bangunan umum tersebut
adalah dengan cara melakukan sanitasi.Sanitasi merupakan salah satu
komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk
membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan (sampah) berbahaya lainnya,
dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Sanitasi sangat penting dilakukan, terutama sanitasi yang berada di tempat-
tempat umum.
Untuk meningkatkan kunjungan ke kawasan wisata Tugu Khatulistiwa,
pemerintah Kota Pontianak melaksanakan berbagai upaya peningkatan fasilitas
serta sarana dan prasarana pendukung termasuk didalamnya adalah
peningkatan sanitasi. Untuk meningkatkan sanitasi yang sesuai harapan,
diperlukan upaya untuk mengembangkan wisata sekaligus kesehatan bagi
pengunjung dan masyarakat setempat.
1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui variabel formulir pemeriksaan inspeksi
sanitasi di kolam renang Lomban Water Park.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui keadaan lingkungan umum di kolam renang
Lomban Water Park.
b. Untuk mengetahui tentang fasilitas sanitasi di kolam renang
Lomban Water Park.
c. Untuk mengetahui keadaan sarana dan fasilitas lain yang terdapat
pada kolam renang Lomban Water Park.
d. Untuk mengetahu apakah sanitasi objek kolam renang Lomban
Water Park. memenuhi syarat atau tidak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.061 Tahun 1991, suatu
kolam renang harus memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan kolam
renang, antara lain:
1. Persyaratan umum
a) Lingkungan kolam renang harus selalu dalam keadaan bersih dan
dapatmencegahkemungkinan terjadinya penularan penyakit serta ti
dak menjadi sarang danperkembangbiakan vector penular penyakit.
b) Bangunan kolam renang dan semua peralatan yang digunakan
harus memenuhi persyaratan kesehatan serta dapat mencegah
terjadinya kecelakaan.
2. Persyaratan tata bangunan
Setiap bangunan di lingkungan kolam renang harus tertata
sesuai fungsinya dan harus memenuhi persyaratan kesehatan sehingga
tidak menyebabkan pencemaran terhadap air kolam renang.
3. Persyaratan konstruksi bangunan
a) Lantai
1) Lantai kolam renang harus kuat, kedap air, memiliki permukaan
yang rata, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai kolam renang yang selalu kontak dengan air harus
memiliki kemiringan yang cukup (2-3 persen) ke arah saluran
pembuangan air limbah.
b) Dinding kolam renang
1) Permukaan dinding harus mudah dibersihkan.
2) Permukaan dinding yang selalu kontak dengan air harus terbuat
dari bahan yang kuat dan kedap air.
c) Ventilasi
Sistem ventilasi harus dapat menjamin peredaran udara di dalam
ruang dengan baik.
d) Sistem pencahayaan
1) Tersedia sarana pencahayaan dengan intensitas yang sesuai.
Untuk kolam renang yang digunakan saat malam hari harus
dilengkapi dengan lampu berkapasitas 12 volt.
4
e. Atap
Atap tidak boleh bocor agar tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
f. Langit-langit
Langit-langit harus memiliki ketinggian minimal 2,5 meter
dari lantai dan mudah dibersihkan.
g. Pintu
Pintu harus dapat mencegah masuknya vektor penyakit
seperti serangga, tikus, dan binatangpengganggu lain.
4. Persyaratan kelengkapan kolam renang
Kolam renang harus memiliki fasilitas kelengkapan diantaranya:
bak cuci kaki, kamar dan pancuran bilas, kamar ganti dan penitipan
barang, kamar P3K, fasilitas sanitasi (bak sampah, jamban dan
peturasan, serta tempat cuci tangan) dan gudang bahan-bahan kimia
dan perlengkapan lain.
5. Persyaratan bangunan dan fasilitas sanitasi
a) Area kolam renang
1) Harus ada pemisah yang jelas antara area kolam renang dengan
area lainnya.
2) Kolam harus selalu terisi air dengan penuh.
3) Jumlah maksimum perenang adalah sebanding dengan luas
permukaan kolam dibagi 3 m2.
4) Lantai dan dinding kolam harus kuat, kedap air, rata, berwarna
terang, dan mudah dibersihkan. Sudut dinding dan dasar kolam
harus melengkung.
5) Saluran air yang masuk ke kolam renang harus terjamin tidak
terjadi kontak antara air bersih yang masuk dengan air kotor.
Lubang pembuangan air kotor harus berada di dasar kolam
renang yang paling rendah dan berseberangan dengan lubang
masuknya air.
6) Lubang saluran pembunagan air kolam dilengkapi dengan ruji
dan tidak membahayakan perenang.
5
7) Kolam berkedalaman < 1,5 meter, kemiringan lantai tidak >
10%. Pada kedalaman > 1,5 meter kemiringan lantai kolam
tidak > 30%.
8) Dinding kolam renang harus rata dan vertikal, jika terdapat
injakan maka pegangan dan tangga tidak boleh ada penonjolan,
terbuat dari bahan berbentuk bulat dan tahan karat.
9) Kolam harus dilengkapi dengan saluran peluap di kedua belah
sisinya.
10) Lantai tepi kolam harus kedap air dan memiliki lebar minimal
1 meter, tidak licin, dan permukaannya miring keluar kolam.
11) Pada setiap kolam harus ada tanda yang menunjukkan
kedalaman kolam dan tanda pemisah untuk orang yang dapat
berenang dan tidak dapat berenang.
12) Apabila ada papan loncat dan papan luncur, harus memenuhi
ketentuan teknis untuk mencegah kecelakaan.
b) Bak cuci kaki
1) Harus terdapat bak cuci kaki yang berukuran minimal panjang
1,5 meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 20 cm dengan
pengisian air yang penuh.
2) Kadar sisa khlor pada air bak cuci kaki kurang lebih 2 ppm.
c) Kamar dan pancuran bilas
1) Minimal terdapat 1 pancuran bilas untuk 40 perenang.
2) Pancuran bilas untuk pria harus terpisah dari pancuran bilas
untuk wanita.
d) Tempat sampah
1) Memiliki tutup yang mudah dibuka/ditutup tanpa mengotori
tangan.
2) Tempat sampah terbuat dari bahan yang ringan, tahan karat,
kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya.
3) Tempat sampah harus mudah dibersihkan dan memiliki volume
yang sesuai untuk menampung sampah dari tiap kegiatan.
6
4) Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang tidak
terbuat dari beton permanen dan tidak menjadi ternpat
perindukan vektor penyakit.
5) Tempat pengumpul sampah sementara harus dikosongkan
minimal 3 x 24 jam.
e) Jamban dan peturasan
1) Tersedia minimal 1 buah jamban untuk tiap 40 orang wanita dan
1 buah jamban untuk tiap 60 orang pria dan harus terpisah antara
jamban untuk pria dan wanita.
2) Tersedia 1 buah peturasan untuk tiap 60 orang pria.
3) Apabila kapasitas kolam renang kurang dari jumlah pengunjung
diatas, maka harus disediakan minimal 2 buah jamban dan 2
buah peturasan untuk pria dan 3 buah jamban untuk wanita.
4) Jamban yang tersedia kedap air dan tidak licin, dinding
berwarna terang, jamban leher angsa, memiliki ventilasi dan
penerangan cukup, tersedia air pembersih yang cukup, dan
memiliki luas lantai minimal 1 m2.
5) Konstruksi peturasan terbuat dari bahan kedap air, tahan karat,
sistem leher angsa, luas lantai minimal 1,5 m2.
6) Jika peturasan dibuat sistem talang atau memanjang, maka untuk
tiap satu peturasan panjangnya minimal 60 m.
f) Tempat cuci tangan
Tempat cuci tangan terletak di tempat yang mudah dijangkau
dan berdekatan dengan jamban peturasan dan kamar ganti pakaian
serta dilengkapi dengan sabun, pengering tangan dan cermin.
g) Gudang bahan kimia
1) Tersedia gudang khusus untuk tempat pengelolaan bahan kimia.
2) Penempatan kalsium hipoklorit harus terpisah dengan
aluminium sulfat atau bahan-bahan kimia lainnya.
h) Perlengkapan lain
1) Tersedia papan pengumuman yang berisi antara lain larangan
berenang bagi penderita penyakit kulit, penyakit kelamin,
7
penyakit epilepsi, penyakit jantung dan lain-lain.
2) Tersedia perlengkapan pertolongan bagi perenang, antara lain:
pelampung, tali penyelamat dan lain-lain.
3) Tersedia alat untuk mengukur kadar pH dan sisa khlor air kolam
renang secara berkala. Hasil pengukuran sisa khlor dan pH air
kolam renang harian, diumumkan kepada pengunjung melalui
papan pengumuman.
4) Tersedia tata tertib berenang dan anjuran menjaga kebersihan.
6. Persyaratan Kualitas Air Kolam Renang
Untuk menjaga agar kolam renang tidak menjadi tempat
penularan penyakit, maka kualitas airnya harus benar-benar dijaga dan
diawasi agar senantiasa memenuhi persyaratan dan standar yang telah
ditetapkan oleh menteri kesehatan. Adapun persyaratan air kolam
renang yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
7. Syarat fisik
Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya
disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-
tipe tertentu organisme mikroskopik, serta persenyawaan-
persenyawaan kimia seperti phenol. Intensitas bau dan rasa dapat
meningkat bila pada air dilakukan khlorinasi (Sutrisno, 2010). Seperti
yang disebutkan dalam penelitian Cita dan Adriyani (2009), timbulnya
bau pada air kolam renang Tirta Krida berasal dari kandungan kaporit
yang berlebihan dalam air pada saat proses khlorinasi. Air yang jernih
adalah air yang bebas dari partikel bahan yang tersuspensi. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990,
kejernihan air dapat diukur dengan menggunakan Piringan Sechi yang
diletakkan pada dasar kolam yang terdalam dapat dilihat jelas dari tepi
kolam renang pada jarak lurus 9 m. Jika air kolam jernih maka
kenyamanan pengguna kolam renang saat berenang tetap terjaga.
8. Syarat kimia
Syarat kimia air pada kolam renang yang diperhatikan secara
terus menerus, antara lain:
8
a) Oksigen Terabsorsi (O2)
Kadar oksigen terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan mutu air. Jika tingkat oksigen terlarut terlalu
rendah, maka organisme anaerob dapat mati ataupun menguraikan
bahan organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan
hidrogen sulfida yang dapat menyebabkan air berbau busuk
(Rozanto, 2015).Batas maksimum yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990
adalah 1 mg/L setelah terpapar dalam waktu 4 jam pada suhu
udara.
9
b) Sisa Khlor
Pada suatu kolam pembubuhan zat khlor harus benar-benar
diperhatikan dengan seksama dan terus menerus. Khlor merupakan
senyawa kimia yang bersifat bakteriosid dan digunakan sebagai
bahan desinfektan air kolam renang (Chandra, 2009). Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990,
batas pemberian senyawa khlor yang diperbolehkan adalah 0,2 –
0,5 mg/L. Dosis pemberian klorin untuk setiap kolam renang harus
diperhatikan sesuai dengan ketentuan yaitu sebanyak 2 gram/m3 air
(Chandra, 2009).
Senyawa khlor yang biasa digunakan dalam air kolam renang
adalah Kaporit (Ca(OCl2)). Penggunaan kaporit yang kurang dari
0,2 mg/l tidak akan dapat membunuh kuman patogen, sedangkan
penggunaan kaporit yang berlebihan atau melebihi 0,5 mg/l akan
mengakibatkan timbulnya keluhan kesehatan pada pengguna air
kolam renang misalnya timbulnya iritasi.
c) pH
Batas pH air kolam renang yang diperbolehkan yaitu antara
6,5 – 8,5. Jika pH tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan dapat menghambat proses pengumpulan dan
menyebabkan iritasi pada mata perenang (Elly, 2007). Air yang
memiliki pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam,
sedangkan yang memiliki pH lebih besar dari pH normal akan
bersifat basa. Menurut John D Puetz (2013) dalam Rozanto (2015),
Kadar pH air dapat berpengaruh terhadap efektivitas khlorin
sebagai desinfektan, semakin tinggi pH air dapat mengakibatkan
proses khlorinasi tidak efektif karena 90% dari asam hipoklorit itu
akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit sehingga khasiat
desinfektan yang dimiliki khlor akan menjadi lemah dan
berkurang, karena kadar pH air yang naik atau turun akan
menentukan jumlah HOCl dan OCl- dalam air yang berperan dalam
membunuh kuman.
10
d) Tembaga (Cu)
Tembaga pada umumnya diperlukan oleh tubuh untuk
perkembangan tubuh manusia. Akan tetapi jika dosisnya terlalu
tinggi, tembaga justru bersifat racun yaitu dapat mengganggu
enzim yang terkait dengan pembentukan sel darah, dapat
menimbulkan gejala pada ginjal, hati, muntaber, pusing, lemah,
anemia, kram dan lain sebagainya. Pada dosis yang terlalu rendah,
tembaga dalam air dapat menimbulkan rasa kesat, berwarna, dan
korosi pada pipa (Soemirat, 2011). Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, kadar maksimum
kandungan tembaga yang diperbolehkan dalam air kolam renang
adalah 1,5 mg/l. Adanya kandungan tembaga ini digunakan untuk
menghambat perkembang biakan pertumbuhan alga atau lumut.
e) Alumunium
Aluminium merupakan metal yang mudah dibentuk. Sumber
alamiah dari aluminium adalah bauksit dan kryolit. Pada dosis
tinggi aluminium dapat menimbulkan ganguan kesehatan. Sifat
toksisitas aluminium bergantung dari senyawanya, jika berikatan
dengan arsen seperti Al-arsenat zat tersebut sangat toksik (Rozanto,
2015). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990, kadar maksimum kandungan tembaga
yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah 0,2 mg/l. Unsur
ini biasanya terkandung pada senyawa-senyawa bahan koagulan
dalam proses pengolahan air kolam, misalnya tawas (Al2(SO4)3).
f) Kebasaan (CaCO3)
Kesadahan dalam air dapat disebabkan oleh ion-ion
magnesium atau kalsium. Ion-ion tersebut terdapat dalam air dalam
bentuk sulfat, klorida, hidrogen karbonat. Sedangkan pada air alam,
kesadahan dapat disebabkan oleh garam karbonat atau garam
asamnya (Rozanto, 2015). Adanya kalsium klorida atau magnesium
sulfat disebabkan oleh geologi tanah disekitarnya Kadar kebasaan
(CaCO3) yang telah diperbolehkan dalam Peraturan Menteri
11
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 adalah antara 50 –
500 mg/l.
9. Syarat bakteriologis
Syarat bakteriologis air kolam renang adalah syarat kualitas air
ditinjau dari segi ada tidaknya atau banyak sedikitnya jumlah
kehidupan mikroba air. Penentuan jumlah kuman ditujukan pada
kuman yang dapat tumbuh di laboratorium dan bukan menghitung
semua kuman yang terdapat di dalam kolam.
Penetapan jumlah kuman digunakan sebagai indikator
pengawasan kualitas air pada sistem pengolahannya. Jumlah
maksimum bakteri yang diperbolehkan adalah 200 per 1 ml sampel
air, sedangkan jumlah kuman golongan E. coli dalam kolam renang
yang diperbolehkan adalah 0,0/100 ml sampel air (Effendi, 2004).
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 2 3 4 5 6
A UMUM
2. Lingkungan 2 [ √ ] Bersih
13
[ ] Dapat mencegah masuk dan
berkembang biak binatang
pengganggu lain
[ √ ] Berpagar kuat 8 16
B PENGGUNAAN RUANG
C KONSTRUKSI
5. Lantai 2 [ √ ] Bersih 10 20
[ √ ] Tidak licin 7 14
6. Dinding 1 [ √ ] Bersih 9 9
[ √ ] Berwarna terang 10 10
[ √ ] Bersih 10 10
1 2 3 4 5 6
14
A UMUM
B KHUSUS
15
[ ] Gudang bahan makanan, bahan
berbahaya, alat kantor, alat rumah
tangga, dan lain-lain. Terpisah
satu sama lain
1 2 3 4 5 6
16
[ ] Toilet untuk pria terpisah dengan
toilet untuk wanita
IV Pengeoloaan Sampah
[ ] Frekuensi pengosongan /
pengangkutan smpah minimal
2x24 jam
17
[ ] Jumlah perenang maksimum
sebanding dengan luas
permukaan air kolam renang
dibagi 3
V Karyawan
18
[ ] 0% jumlah karyawan memiliki
1 Fisika
[ ] Berbau
[ ] Tidak jernih
2 Kimiawi
3 Mikrobiologi
B AIR PEMANDIAN
19
1 Fisika
[ ] Berbau
[ ] Tidak jernih
2 Kimiawi
3 Mikrobiologi
4 Radio Aktivitas
20
Manado, 23 April 2021
Mengetahui,
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Skore adalah bobot dikalikan dengan nilai pada komponen penilaian
yang sesuai
2. Total skore dari komponen yang dinilai adalah 14.500.
3. Standar penilaian inspeksi sanitasi kolam renang adalah total skor > 70%
atau > 75% dari seluruh total skore, 75% dari 14.500 adalah 10.875.
4. Total skore nilai dari komponen yang dinilai yang didapat dari inspeksi
sanitasi kolam renang Lomban Water Park adalah 818.
5. Dengan demikian total skore untuk inpseksi sanitasi kolam renang
Lomban Water Park adalah 818 atau <75%.
6. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kolam renang Lomban
Water Park belum memenuhi syarat kesehatan untuk inspeksi sanitasi
kesehatan lingkungan.
B. Saran
Proses pembangunan dipercepat sehingga tidak menghambat penggunaan
sarana prasarana dan fasilitas.Selain itu, pihak pengelola harus menyiapkan
setidaknya minimal kotak P3K dan alat pemadam kebakaran.
22
LAMPIRAN
23