Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Republik Indonesia merupakan wilayah dengan perairan terluas di dunia.


Dengan luasnya wilayah perairan tersebut, maka potensi perikanan Indonesia bisa
dikatakan mengungguli negara lainnya. Kementerian Kelautan dan Perikanan
selaku stakeholder yang menaungi perikanan skala nasional menyebut bahwa
potensi perikanan Indonesia pada tahun 2017 mencapai 7,9 ton meningkat 2,1 ton
dari sebelumnya sebesar 5,9 ton. Berdasarkan potensi tersebut, maka bisa
dijadikan peluang pemerintah untuk mendongkrak percepatan pembangunan
industri perikanan nasional sesuai arahan Presiden dalam instruksinya No 7/Tahun
2016.

Berdasarkan potensi perikanan yang terdapat di laut maupun di darat,


maka muncullah konsepesi mengenai pengembangan kawasan perikanan yaitu
minapolitan. Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan konsepsi
Minapolitan dikembangkan melalui peningkatkan efisiensi dan optimalisasi
keunggulan komparatif dan kompetitif daerah sesuai dengan eksistensi kegiatan
pra produksi, produksi, pengolahan dan/atau pemasaran, serta jasa pendukung
lainnya, yang dilakukan secara terpadu, holistik, dan berkelanjutan.

Menurut UU Penataan Ruang No. 26/2007, Kawasan Minapolitan


merupakan turunan dari Kawasan Agropolitan, yaitu kawasan yang terdiriatas satu
atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi
perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh
adanya keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman
dan sistem minabisnis. Sama halnya dengan Agropolitan, konsep Minapolitan
juga dicetuskan Friedman dan Douglas (1985) sebagai aktivitas pembangunan
yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan berpenduduk antara 50.000–150.000
jiwa.

Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah suatu pendekatan


pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan

1
perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban
function center) yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis
Perikanan (minapolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud
meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan (regional income). (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2006.)

Dalam rangka mengembangkan kawasan Minapolitan diperlukan adanya


rencana induk/masterplan pengembangan kawasan Minapolitan oleh masing-
masing kabupaten/kota. Peran pemerintah pusat lebih diarahkan pada
memfasilitasi. Salah satu bentuk fasilitasi pemerintah pusat dalam
mengembangkan minapolitan adalah dengan mengeluarkan pedoman umum
minapolitan yang tercantum pada KEP.18/MEN/2011. Selain itu, Kementerian
Kelautan dan Perikanan mengeluarkan kebijakan KEP.39/MEN/2011 tentang
Perubahan atas Keputusan MKP No. KEP.32/ MEN/2010 tentang Penetapan
Kawasan Minapolitan, telah ditetapkan 223 Kabupaten/Kota di wilayah Indonesia
sebagai Kawasan Minapolitan.

Salah satu wilayah yang ditunjuk sebagai kawasan minapolitan pada


peraturan tersebut yaitu Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas sendiri
merupakan kawasan percontohan kawasan minapolitan budidaya perikanan air
tawar. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten administrasi yang
merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas sangat
berpotensi untuk pengembangan budidaya perikanan darat. Kabupaten Banyumas
memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk luar, yaitu telah memiliki
pasar sendiri baik lokal maupun regional dan kualitas ikan terjamin. Ketersediaan
lahan untuk pengembangan budidaya perikanan masih sangat luas 628.51 Ha atau
4.25% dari 14.770 Ha lahan yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya perikanan.

Program Minapolitan di Kabupaten Banyumas didukung oleh Pemerintah


Kabupaten Banyumas melalui Keputusan Bupati Kabupaten Banyumas No.
523/241/2008 tentang Penetapan Lokasi Program Pengembangan Kawasan
Minapolitan Kabupaten Banyumas. Lalu pada tahun 2011 ditetapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Banyumas No. 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyumas Tahun 2011 – 2031 yang metetapkan

2
kawasan minapolitan sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi.
Selanjutnya pada tahun 2012 dibuatlah rencana induk minapolitan melalui
Peraturan Bupati No. 39 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Kawasan
Minapolitan Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2018. Dalam produk hukum
tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyumas memberikan citra kawasan
minapolitan dengan nama “Kebang Cirawas” yang merupakan singkatan dari 10
kecamatan yang merupakan wilayah pengembangan kawasan minapolitan
Kabupaten Banyumas yang terdiri dari sentra kawasan pembenihan dengan pusat
di Kecamatan, Kedungbanteng dan hinterland di Kecamatan Karanglewas dan
Kecamatan Baturaden. Sentra kawasan pembesaran dengan pusat di Kecamatan
Sokaraja dan hinterland di Kecamatan Kembaran, Kecamatan Sumpiuh,
Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kemrajen, Kecamatan Ajibarang, dan
Kecamatan Cilongok. Sentra pemasaran hasil perikanan dengan pusat di
Kecamatan Sokaraja dan hiterland di seluruh lokasi yang termasuk ke dalam
sentra minapolitan.

Saat ini Rencana Induk Kawasan Minapolitan sudah habis masa


perencanaan. Adapun program-program yang tercantum dalam rencana induk
perlu dilakukan evaluasi apakah program yang disusun telah terlaksana dan
berimplikasi terhadap masyarakat? Lalu bagaimana tingkat kesesuaian kondisi
eksisting kawasan minapolitan terhadap kriteria pada pedoman umum kawasan
minapolitan? Dan bagaimana strategi pengembangan minapolitan di Kabupaten
Banyumas setelah berakhirnya Rencana Induk Pengembangan Minapolitan di
Kabupaten Banyumas?

Berdasarkan hal tersebut, penulis berinisiasi untuk melihat bagaimana


tingkat kesesuaian kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Banyumas
untuk mengembangkan kawasan minapolitan disandingkan dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum
Minapolitan. Selanjutnya, hasil evaluasi tersebut akan digunakan sebagai masukan
dalam menyusun strategi pengembangan minapolitan Kabupaten Banyumas
kedepannya. Untuk itu, penulis perlu menganalisis lebih lanjut sehingga
tersusunlah hasil evauasi dan rekomendasi strategi pengembangan kawasan
minapolitan di Kabupaten Banyumas. Diharapkan laporan ini dapat menjadi

3
rujukan untuk mengevaluasi pengembangan kawasan minapolitan khususnya
untuk Pemerintah Kabupaten Banyumas.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka rumusan


masalah pada penelitian ini yaitu :

a. Bagaimana hasil evaluasi program pada rencana induk kawasan


minapolitan Kebang Cirawas?
b. Bagaimana kesesuaian kondisi eksisting kawasan minapolitan Kebang
Cirawas terhadap kriteria pada pedoman kawasan minapolitan?
c. Bagaimana arahan strategi pengembangan kawasan minapolitan Kebang
Cirawas di Kabupaten Banyumas?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan


yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu :

a. Mengevaluasi program pada rencana induk kawasan minapolitan


b. Mengetahui kesesuaian kondisi eksisting kawasan minapolitan terhadap
kriteria pada pedoman kawasan minapolitan
c. Merumuskan strategi pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten
Banyumas

1.4 Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


pembacanya dengan sasaran yaitu :

- Masyarakat umum dapat mengetahui hasil evaluasi dan tingkat kesesuaian


kawasan minapolitan di Kabupaten Banyumas;
- Menjadi acuan dan bahan pertimbangan pada penelitian dengan bidang
yang sama;
- Menjadi masukan dan dasar pemikiran pada perencanaan pengembangan
minapolitan di Kabupaten Banyumas.

4
1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari persiapan yang meliputi pengumpulan isu


wilayah, pengembangan isu wilayah dan pemilihan isu wilayah. Selanjutnya
penelitian dilakukan melalui beberapa tahap yaitu perumusan latar belakang,
perumusan masalah, perumusan tujuan penelitian, pengumpulan data, analisa dan
hasil akhir berupa kesimpulan dan rekomendasi dengan tinjauan kembali apabila
terdapat kekurangan pada salah satu tahap tersebut.

Kerangka penelitian tersebut disajikan pada diagram kerangka pemikiran


penelitian pada gambar 1.

Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian

5
1.6 Metodologi Penelitan

Secara umum, metodologi penelitian tugas akhir ini terdiri dari 6 (enam)
BAB diantaranya yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan kerangka pikir penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori teori yang terkait dengan
minapolitan yang terdiri dari teori penataan ruang, teori
minapolitan dan kebijakan terkait minapolitan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang lokasi dan waktu penelitian serta
metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini.

BAB IV : GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran wilayah studi secara


umum yang menjelaskan tentang letak dan batas administrasi,
kondisi geografi, kondisi perekonomian, dan kondisi
kependudukan.

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang analisis yang digunakan untuk


menjawab tujuan penelitian

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan hasil penelitian dan


saran untuk penelitian selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai