Anda di halaman 1dari 63

U s u l a n T e k n i s

B.
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

B.1. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


B.1.1. Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Latar belakang yang disajikan dalam KAK sudah menggambarkan batasan ruang wilayah
perencanaan yang harus dicakup dalam penyusunan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh
Kabupaten Sampang”. Dari aspek struktur penyusunan poin-poin latar belakang yang disajikan,
sudah membentuk arahan yang fokus pada capaian output yang diinginkan dalam studi ini,
yaitu sudah ada pemaparan yang menghubungkan permasalahan dan tujuan yang menjadi
latar belakang dari kegiatan ini.
Berdasarkan target Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dalam membangun infrastruktur permukiman yang terdapat
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-3 tahun 2015 – 2019
terdapat tiga output prioritas nasional di bidang Cipta Karya untuk mewujudkan kawasan
permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, yaitu pelayanan air minum, penanganan
kawasan kumuh, dan pelayanan sanitasi. Pemerintah menetapkan target terhadap indicator
outcome tahun 2015 – 2019, yaitu 100% capaian pelayanan akses air minum, 0% proporsi
rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak huni (kumuh) di kawasan
perkotaan, dan 100% capaian pelayanan akses sanitasi.
Dalam penentuan kriteria permukiman kumuh, bila dilihat dari sisi infrastrukturnya,
terdapat beberapa indikator. Namun, infrastruktur yang sangat menonjolkan kekumuhan suatu
permukiman adalah kondisi rumah, jalan lingkungan serta drainase. Ketiga indikator utama
tersebut merupakan indikasi yang menentukan suatu permukiman dapat dikatakan kumuh atau
tidak. Sedangkan infrastruktur yang lain seperti prasarana air bersih, listrik, pengelolaan
sampah pada umumnya kurang begitu kelihatan dalam mempengaruhi kekumuhan suatu
permukiman, walau sebenarnya hal itu juga merupakan indikator yang menentukan tingkat
kekumuhan.
Isu-isu yang melatarbelakangi Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten
Sampang”, menurut konsultan adalah sebagai berikut:
 Adanya kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota yang cukup rumit memiliki potensi
terjadinya konflik kepentingan di daerah, terutama yang berkaitan dengan kegiatan
pengembangan pembangunan di daerah.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-1


U s u l a n T e k n i s

 Di Kawasan Kabupaten Sampang masih banyak ditemui permukiman yang tidak sesuai
dengan peruntukannya seperti pada sekitar pantai, pasar, pusat-pusat kegiatan, dan
sebagainya yang dapat dikategorikan sebagai kawasan permukiman kumuh.
 Di Kawasan Kabupaten Sampang masih banyak ditemui permukiman yang tidak layak huni
karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis,
dimana permukiman ini tidak mempunyai infrastruktur yang sesuai dengan standar
kesehatan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur, bahwa untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan
yang terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban serta
mengendalikan kawasan terbangun di perkotaan sesuai dengan daya dukung dan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan maka diterapkan konsep pusat pembangunan berupa
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Dengan konsep tersebut diharapkan akan dapat
menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah, sehingga pusat
pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya diharapkan mampu sebagai motor penggerak
pembangunan, sebagai motor penggerak perekonomian wilayah. Oleh karena itu wilayah Jawa
Timur dibagi 9 (sembilan) Satuan Wilayah Pengembangan antara lain:
 SWP Gerbangkertasusila Plus, meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lam-
ongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten dan Kota
Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten dan Kota Pasuruan den-
gan pusat pelayanan di Kota Surabaya.
 SWP Malang Raya, meliputi Kota Malang Kota Batu, dan Kabupaten Malang dengan pusat
pelayanan di Kota Malang.
 SWP Madiun dan sekitarnya, meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, serta Kabupaten Ngawi dengan pusat
pelayanan di Kota Madiun.
 SWP Kediri dan sekitarnya, meliputi Kota Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Treng-
galek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri.
 SWP Probolinggo dan Lumajang, meliputi Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo dan
Kabupaten Lumajang dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo.
 SWP Blitar, meliputi Kota Blitar dengan pusat pelayanan di Kota Blitar.
 SWP Jember dan sekitarnya, meliputi Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan
Kabupaten Situbondo dengan pusat pelayanan di Kota Jember.
 SWP Banyuwangi, meliputi Kabupaten Banyuwangi dengan pusat pelayanan di Perkotaan
Banyuwangi.
 SWP Madura dan kepulauan, meliputi Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabu-
paten Sampang dengan pusat pelayanan di perkotaan Pamekasan.

B.1.2. Tanggapan Terhadap Maksud, Tujuan, Dan Sasaran

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-2


U s u l a n T e k n i s

Maksud, tujuan, dan sasaran dari Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh
Kabupaten Sampang” yang tertuang dalam KAK sudah cukup jelas.
Maksud dari Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang” ini
adalah mengidentifikasi untuk menuju peningkatan kualitas lingkungan dan percepatan
penanganan kawasan kumuh. Sedangkan tujuan dari studi ini adalah:
a. Mendata kawasan-kawasan yang merupakan kawasan kumuh dengan mengacu pada
penetapan oleh kepala daerah maupun hasil dari studi-studi pemetaan kawasan kumuh yang
telah ada.
b. Melakukan pemutakhiran kondisi eksisting kawasan kumuh yang telah diidentifikasi.
c. Merumuskan strategi penanganan kawasan hukum berdasarkan karakteristik dan potensi
yang dimiliki.
d. Melakukan identifikasi kebutuhan infrastruktur berdasarkan strategi penanganannya sampai
dengan tahun 2019.

Sasaran dari kegiatan ini:


a. Teridentifikasinya lokasi kawasan permukiman kumuh yang akan ditangani sesuai dengan
kriteria kawasan kumuh.
b. Tersusunnya rencana penanganan kawasan permukiman kumuh.
c. Tersusunnya rencana program penangan kawasan permukiman kumuh.

B.1.3. Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup


Lingkup dari Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang” pada
dasarnya merupakan penjabaran dari maksud dan tujuan. Dengan demikian, maka tanggapan
terhadap maksud dan tujuan sudah dapat mewakili substansi dari lingkup pekerjaan dimaksud.
Hal yang perlu ditekankan pada lingkup pekerjaan di sini adalah struktur kegiatan yang
dilakukan dan konsistensinya dengan seluruh isi KAK. Adapun lingkup wilayah yang merupakan
lokasi kegiatan, tentu saja sudah jelas, yaitu di wilayah permukiman nelayan di Kecamatan
Camplong, Kecamatan Ketapang, dan Kecamatan Sreseh, Kabupaten Sampang.
Secara lebih terperinci, lingkup kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melakukan koordinasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses pemahaman,
tujuan, dan sasaran kegiatan ini.
b. Kawasan kumuh yang menjadi lingkup kegiatan adalah kawasan kumuh yang telah
ditetapkan oleh kepala daerah atau instansi yang berwenang dengan tetap
mempertimbangkan studi tentang kawasan hukum yang telah ada baik yang disusun oleh
pemerintah kabupaten/kota setempat, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.
c. Pemetaan kawasan kumuh berdasarkan berbagai sumber dan hasil kajian kawasan kumuh.
d. Melakukan penyusunan konsep dan rencana penanganan kawasan permukiman kumuh
dalam bidang Cipta Karya.
e. Menyusun rencana aksi penanganan kawasan permukiman kumuh selama 5 tahun ke depan.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-3
U s u l a n T e k n i s

B.1.4. Tanggapan Terhadap Metodologi


Pada metoda pendekatan telah dicantumkan arahan yang diharapkan dapat
memberikan acuan kepada konsultan agar produk yang dihasilkan mempunyai pola pikir yang
sejalan dan mudah untuk diimplementasikan di lapangan.
Disebutkan pada KAK, bahwa dalam pelaksanaan Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan
Kumuh Kabupaten Sampang” konsultan harus melaksanakan setiap tahap kegiatan dimulai dari
tahap identifikasi kependudukan, identifikasi kondisi eksisting infrastruktur, identifikasi potensi
dan masalah, sampai dengan penyusunan indikasi dan program. Pekerjaan yang dilaksanakan
oleh konsultan ini merupakan bentuk kepercayaan yang perlu dipegang teguh dalam menjaga
kualitas pekerjaan dalam kajian terhadap kandungan materi untuk setiap tahapan kegiatan.
Metodologi yang digunakan dalam Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh
Kabupaten Sampang” dipahami konsultan sebagai berikut:
 Penyusunan rencana kerja;
 Survey primer dan sekunder;
 Kompilasi data dan analisis;
 Penyusunan strategi dan program penanganan kawasan kumuh.

B.1.5. Tanggapan Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu yang disediakan untuk pekerjaan ini adalah 90 (sembilan puluh) hari
kalender sejak SPMK diterbitkan. Jangka waktu ini dipandang cukup memadai dalam melakukan
pembahasan dengan berbagai kegiatan konsultasi dengan instansi pemerintah dan elemen
terkait. Namun demikian ketersediaan waktu ini akan dipergunakan sebaik-baiknya oleh
konsultan dan secara konkrit akan tersajikan pada perumusan rencana kerja.

B.1.6. Tanggapan Dan Saran Terhadap Personil/Fasilitas Pendukung


Pada Pekerjaan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang” membutuhkan
tenaga ahli berpengalaman dibidangnya. Di dalam KAK telah disebutkan masing-masing disiplin
ilmu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini. Konsultan memahami kebutuhan tenaga
ahli dan tenaga pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini dan menanggapi bahwa kebutuhan
tenaga ahli dan tenaga pendukung sudah sesuai dengan tujuan dan sasaran.
Tenaga Ahli dan tenaga pendukung tersebut adalah sebagai berikut:
Tenaga Ahli
1. 1 (Satu) orang team leader yang mempunyai keahlian dalam menganalisa kawasan dan
pengembangan infrastruktur kawasan, dengan latar belakang pendidikan S2 Perencanaan
Kota/Planologi. Berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun, memiliki sertifikat keahlian (SKA)
yang masih berlaku dan sudah terkonversi.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-4
U s u l a n T e k n i s

2. 1 (Satu) orang tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam bidang Perencanaan Wilayah
dan Kota dengan latar belakang pendidikan S1 Teknik Planologi. Berpengalaman minimal 4
(empat) tahun, memiliki sertifikat keahlian (SKA) yang masih berlaku dan sudah terkonversi.
3. 1 (Satu) orang tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam bidang sipil dengan latar
belakang pendidikan S1 Teknik Sipil. Berpengalaman minimal 4 (empat) tahun, memiliki
sertifikat keahlian (SKA) yang masih berlaku dan sudah terkonversi.
4. 1 (Satu) orang tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam bidang lingkungan dengan latar
belakang pendidikan S1 Teknik Lingkungan. Berpengalaman minimal 4 (empat) tahun,
memiliki sertifikat keahlian (SKA) yang masih berlaku dan sudah terkonversi.

Tenaga Pendukung
1. 2 (Dua) orang surveyor dengan kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik Sipil dan sudah
berpengalaman dalam bidangnya lebih dari 2 tahun.
2. 1 (Satu) orang drafter dengan kualifikasi pendidikan minimal D3 Teknik Arsitektur dan
sudah berpengalaman dalam bidangnya lebih dari 2 tahun.
3. 1 (Satu) orang Operator Komputer berjenjang pendidikan minimal pendidikan D3 semua
jurusan, berpengalaman 2 (dua) tahun di bidangnya.
4. 1 (Satu) orang Tenaga Administrasi berjenjang pendidikan minimal pendidikan SMU atau
sederajat, berpengalaman 2 (dua) tahun di bidangnya.

B.2. URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA


B.2.1. Pendekatan
Metode Pendekatan dan Konsep Perencanaan
Dalam melaksanakan Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten
Sampang”, diperlukan suatu landasan berpikir sebagai pendekatan. Terkait dengan itu, terdapat
beberapa metode pendekatan dan Konsep Perencanaan Pembangunan yang akan melandasi
pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015. RPJM Nasional
memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga
dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk
arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.
2. Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
a. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan kriteria yang digunakan
untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh dan permukiman
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-5
U s u l a n T e k n i s

kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan
ditinjau dari:
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1) Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan
dan permukiman:
 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan
bangunan pada suatu zona; dan/atau
 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok
lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.

2) Tingkat Kepadatan Bangunan


Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi yang tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman
dengan:
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL;
dan/atau
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau
RTBL.

3) Ketidaksesuaian Terhadap Persyaratan Teknis Bangunan


Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi
bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan
persyaratan:
 Pengendalian dampak lingkungan;
 Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas
dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
 Keselamatan bangunan gedung;
 Kesehatan bangunan gedung;
 Kenyamanan bangunan gedung; dan
 Kemudahan bangunan gedung.

Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB
atau persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian
ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua
dokumen perizinan tersebut.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-6
U s u l a n T e k n i s

Kriteria kekumuhan ditinjau dari jalan lingkungan mencakup:


1) Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman merupakan kondisi sebagian lingkungan perumahan atau permukiman
tidak terlayani dengan jalan lingkungan.
2) Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk merupakan kondisi sebagian atau seluruh
jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan.

Kriteria kekumuhan ditinjau dari penyediaan air minum mencakup:


1) Ketidaktersediaan akses aman air minum merupakan kondisi dimana masyarakat
tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa.
2) Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu merupakan kondisi dimana
kebutuhan air minum masyarakat dalam lingkungan perumahan atau permukiman
tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.

Kriteria Kekumuhan Ditinjau dari Drainase Lingkungan


1) Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan
tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan
tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun.
2) Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau
saluran lokal tidak tersedia.
3) Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana
saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki diatasnya sehingga
menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan.
4) Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya
merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik
berupa:
 Pemeliharaan rutin; dan/atau
 Pemeliharaan berkala.
5) Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas
konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau
penutup atau telah terjadi kerusakan.

Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan air limbah mencakup:


1) Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku
merupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-7
U s u l a n T e k n i s

terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun


terpusat.
2) Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan
atau permukiman dimana:
 Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik;atau
 Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat.

Kriteria kekumuhan ditinjau dari pengelolaan persampahan mencakup:


1) Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan
perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai berikut:
 Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah
tangga
 Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada
skala lingkungan;
 Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan
 Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan.
2) Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan
kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau
permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Pewadahan dan pemilahan domestik;
 Pengumpulan lingkungan;
 Pengangkutan lingkungan; dan
 Pengolahan lingkungan.
3) Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga
terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah
maupun jaringan drainase merupakan kondisi dimana pemeliharaan sarana dan
prasarana pengelolaan persampahan tidak dilaksanakan baik berupa:
 Pemeliharaan rutin; dan/atau
 Pemeliharaan berkala.

Kriteria kekumuhan ditinjau dari proteksi kebakaran mencakup ketidaktersediaan


sebagai berikut:
1) Ketidaktersediaan prasarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya:

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-8


U s u l a n T e k n i s

 Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur
dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air
dan hidran);
 Jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam
kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;
 Sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk
pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada
Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau
 Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
2) Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang
meliputi:
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
 Kendaraan pemadam kebakaran;
 Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
 Peralatan pendukung lainnya.

Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh disesuaikan dengan ketentuan


dalam peraturan perundang-undangan. Ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang dijadikan acuan adalah sebagai berikut:
1) Aspek Kondisi Bangunan Gedung (rumah dan sarana perumahan dan/atau
permukiman)
a) Komponen keteraturan bangunan meliputi:
 Garis Sempadan Bangunan (GSB) Minimal
GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi
jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka
bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari
bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi
sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran
jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya ( building line).
 Tinggi Bangunan
Tinggi bangunan adalah tinggi suatu bangunan atau bagian bangunan, yang
diukur dari rata-rata permukaan tanah sampai setengah ketinggian atap miring
atau sampai puncak dinding atau parapet, dipilih yang tertinggi.
 Jarak Bebas Antarbangunan
Jarak bebas antarbangunan adalah jarak yang terkecil, diukur di antara
permukaan-permukaan denah dari bangunan-bangunan atau jarak antara dinding
terluar yang berhadapan antara dua bangunan.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-9


U s u l a n T e k n i s

 Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya
 Penataan Bangunan
 Pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi
blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan
konfigurasi tertentu.
 Pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam
blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk,
pengelompokan dan konfigurasi tertentu.
 Pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.
 Identitas Lingkungan
 Karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen-elemen fisik bangunan untuk
mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan,
sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.
 Penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen-elemen fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi
tujuannya.
 Tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,
untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
 Orientasi Lingkungan
 Tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga
memudahkan pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.
 Tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
 Wajah Jalan
 Penampang jalan dan bangunan
 Perabot jalan
 Jalur dan ruang bagi pejalan kaki
 Elemen papan reklame

b) Tingkat Kepadatan Bangunan

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 10


U s u l a n T e k n i s

 KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
 KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan
gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.

c) Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Komponen persyaratan teknis bangunan


meliputi:
 Pengendalian Dampak Lingkungan Untuk Bangunan Gedung Tertentu bagi
bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan,
termasuk di dalamnya di luar bangunan rumah tinggal tunggal dan deret. Elemen
pengendalian dampak lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkugan
(UKL/UPL)
 Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau
prasarana/sarana umum yang dibangun dengan memperhatikan kesesuaian lokasi,
dampak bangunan terhadap lingkungan, mempertimbangkan faktor keselamatan,
kenyamanan, kesehatan dan kemudahan bagi pengguna bangunan, dan memiliki
perizinan.
 Persyaratan Keselamatan
 Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap beban muatan meliputi
persyaratan struktur Bangunan Gedung, pembebanan pada Bangunan Gedung,
struktur atas Bangunan Gedung, struktur bawah Bangunan Gedung, pondasi
langsung, pondasi dalam, keselamatan struktur, keruntuhan struktur dan
persyaratan bahan.
 Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya kebakaran
meliputi sistem proteksi aktif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret),
sistem proteksi pasif (di luar rumah tinggal tunggal dan rumah deret)
persyaratan jalan ke luar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran,
persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah ke luar dan sistem peringatan
bahaya persyaratan komunikasi dalam Bangunan Gedung, persyaratan instalasi
bahan bakar gas dan manajemen penanggulangan kebakaran.
 Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung terhadap bahaya petir meliputi
persyaratan instalasi proteksi petir dan persyaratan sistem kelistrikan.
 Persyaratan Kesehatan
 Sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
sesuai dengan fungsinya.
 Pencahayaan berupa sistem pencahayaan alami dan/atau buatan dan/atau
pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 11


U s u l a n T e k n i s

 Sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam
Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor,
persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran
air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran
pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau
pengolahan sampah).
 Persyaratan Kenyamanan
 Kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta
sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
 Kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
 Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di
dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan
Gedung lain di sekitarnya.
 Kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan
pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau
kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya.
 Persyaratan Kemudahan
 Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk
penyandang cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.
 Kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung
yaitu sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga
berjalan (eskalator) atau lantai berjalan (travelator).

2) Aspek Kondisi Jalan Lingkungan


a) Cakupan Pelayanan
 Perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala
wilayah
 Jalan lingkungan sekunder bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
 Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor
beroda 3 (tiga) atau lebih.
 Perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 12


U s u l a n T e k n i s

 Jalan Lingkungan I, merupakan penghubung antara pusat perumahan dengan


pusat lingkungan I, atau pusat lingkungan I dengan pusat lingkungan I dan
akses menuju jalan Lokal Sekunder III.
 Jalan Lingkungan II, merupakan penghubung antara pusat lingkungan I dengan
pusat lingkungan II, atau pusat lingkungan II dengan pusat lingkungan II dan
akses menuju jalan lingkungan I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.
b) Kualitas Permukaan Jalan, mengacu dan menyesuaikan dengan Standar Pelayanan
Minimal Jalan
 Kualitas jalan aspal
 Baik : IRI ≤ 4
 Sedang : IRI > 4 dan IRI ≤ 8
 Kualitas jalan penmac (penetrasi macadam)
 Baik : IRI ≤ 8
 Sedang : IRI > 8 dan IRI ≤ 10
 Jalan tanah/diluar perkerasan
 Baik : IRI ≤ 10
 Sedang : IRI > 10 dan IRI ≤ 12
IRI (International Roughness Index) jalan adalah parameter kekerasan permukaan
jalan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik turunnya permukaan arah profil
memanjang dibagi dengan jarak/panjang permukaan.

3) Aspek Kondisi Penyediaan Air Minum


a) Akses aman air minum
Syarat kesehatan air minum sesuai peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan
 Persyaratan fisika: sifat fisik air seperti bau, warna, kandungan zat padat,
kekeruhan, rasa, dan suhu
 Persyaratan mikrobiologis: kandungan bakteri dalam air yaitu bakteri E-Coli dan
bakteri koliform,
 Persyaratan kimiawi: kandungan mineral dalam air seperti arsen, fluorida, sianida,
khlorin, alumunium, mangan dan mineral lainnya
b) Kebutuhan air minum
Kebutuhan minimal adalah 60 liter/orang/hari. Kebutuhan air minum dapat
dipenuhi dengan Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan (SPAM)
maupun Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (SPAM BJP).
 SPAM
 Unit air baku dengan kapasitas Rencana 130% dari kebutuhan rata-rata.
 Unit produksi dengan kapasitas rencana 120% dari kebutuhan rata-rata,
dengan komponen.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 13
U s u l a n T e k n i s

 Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan ratarata,
dengan komponen.
 Unit pelayanan dengan komponen.
 SPAM BJP
 Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam
 Penampungan Air Hujan (PAH)
 Perlindungan Mata Air (PMA)
 Saringan Rumah Tangga (Sarut)
 Destilator Surya Atap Kaca
 IPA sederhana
 Terminal Air (mobil tangki / tangki air)

4) Aspek Kondisi Drainase Lingkungan


Penyediaan jaringan drainaseadalahuntuk mengelola/mengendalikan air permukaan
(limpasan air hujan) sehingga tidak menimbulkan masalah genangan, banjir dan
kekeringan bagi masyarakat serta bermanfaat bagi kelestarian lingkungan hidup.
Yang disebut genangan adalah terendamnya suatu kawasan lebih dari 30 cm selama
lebih dari 2 jam dan lebih dari 2 kali setahun). Komponen Drainase Lingkungan
meliputi:
 Sistem Drainase yang terbentuk
 Sistem drainase utama adalah jaringan saluran drainase primer, sekunder,
tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian
besar masyarakat. pengelolaan/pengendalian banjir merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah kota
 Sistem sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani suatu kawasan
kota tertentu seperti komplek, areal pasar, perkantoran, areal industri dan
komersial
 Sarana Drainase
 Gorong-gorong
 Bangunan Pertemuan Air
 Bangunan Terjunan Air
 Siphon
 Street Inlet
 Pompa
 Pintu Air
 Prasarana Drainase
 Sumur Resapan
 Kolam Tandon/kolam retensi
 Konstruksi Drainase
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 14
U s u l a n T e k n i s

 Saluran pasangan batu: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai


tekstur tanah yang relatif lepas, dan mempunyai kemiringan yang curam.
 Saluran beton: umumnya digunakan pada daerah yang mempunyai topografi,
yang terlalu miring atauterlalu datar, serta mempunyai tekstur tanah yang
relatif lepas.
 Saluran dengan perkuatan kayu: umumnya digunakan pada daerah yang
mempunyaai tekstur tanah yang sangat jelek (gambut) dan selalu terjadi
pergeseran (tanah bergerak).

5) Aspek Kondisi Pengelolaan Air Limbah


a) Sistem Pengelolaan Air Limbah
 Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) adalah sistem pengelolaan air
limbah sistem secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang
secara terpusat.
 Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S) adalah sistem pengelolaan air
limbah secara individual dan/atau komunal, melalui pengolahan dan pembuangan
air Air limbah limbah setempat.
b) Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Terpusat
 Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Unit Pelayanan menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Unit Pengumpulan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Unit Pengolahan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah, baik IPAL
Komunal ataupun IPAL Kota
 Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah Setempat
 Sarana Buangan Awal menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Unit Pengolahan Setempat menjadi tanggung jawab pemilik rumah
 Unit Pengangkutan menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah
 Unit Pengolahan Lumpur Tinja menjadi tanggung jawab
pengembang/pemerintah
 Unit Pembuangan Akhir menjadi tanggung jawab pengembang/pemerintah

6) Aspek Kondisi Pengelolaan Persampahan Komponen dari pengelolaan persampahan


meliputi:
a) Sistem Pengolahan Sampah yang saling terintegrasi
 Sistem pemilahan adalah kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit
5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas:

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 15


U s u l a n T e k n i s

 Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun
 Sampah yang mudah terurai
 Sampah yang dapat digunakan kembali
 Sampah yang dapat didaur ulang
 Sampah lainnya
 Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari
sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.
 Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau TPS
menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan bermotor atau tidak
bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
 Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau
jumlah sampah.
 Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

b) Prasarana dan Sarana Pengolahan Sampah


 Sarana Pemilahan
 Kantong Sampah
 Bak Sampah
 Kontainer sampah
 Sarana dan Prasarana Pengumpulan
 Gerobak Sampah
 Motor Sampah
 Mobil Bak Sampah
 Perahu / Sampan Sampah
 Tempat Penampungan Sementara (TPS)
 Sarana Pengangkutan
 Dump Truck
 Armroll Truck
 Compactor Truck
 Trailer Truck
 Prasarana Pengolahan
 Tempat Pengolahan Sampah Dengan Prinsip 3R (TPS 3R)
 Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
 Stasiun Peralihan Antara (SPA) jika lokasi TPA jauhnya lebih dari 25 km dari
pusat permukiman.
 Prasarana Pemrosesan Akhir, yaitu TPA dengan sistem Sanitary Landfill, Controlled
Landfill, dan TPA dengan menggukan teknologi ramah lingkungan.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 16
U s u l a n T e k n i s

7) Aspek Kondisi Proteksi Kebakaran


a) Prasarana Proteksi Kebakaran
 Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur
dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air
dan hidran).
 Jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam
kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi.
 Sarana Komunikasi yang terdiri dari telepon umum dan alat -alat lain yang dapat
dipakai untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat
maupun kepada Instansi Pemadam Kebakaran.
 Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang terletak di dalam ruang
kendali utama dalam bangunan gedung yang terpisah dan mudah diakses.
b) Sarana Proteksi Kebakaran
 Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
 Mobil pompa.
 Mobil tangga sesuai kebutuhan
 Peralatan pendukung lainnya.

b. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh


Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh merupakan pengelompokan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis.
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh terdiri dari perumahan kumuh dan
permukiman kumuh:
1) Di atas air;
2) Di tepi air;
3) Di dataran rendah;
4) Di perbukitan; dan
5) Di daerah rawan bencana.

Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Tabel B.1. Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 17


U s u l a n T e k n i s

Sumber : PERMEN PUPR No 2/2016

Peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya perwujudan


permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat dilepaskan
dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamanatkan dalam RPJMN.
Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama pembangunan
dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan
membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang menjadi prinsip pembangunan
dan pengembangan permukiman yang mengarah pada pencapaian gerakan 100-0-100 pada
tahun 2019, sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 18


U s u l a n T e k n i s

Gambar B.1.Pendekatan dalam Pembangunan dan Pengembangan


Permukiman

3. Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan dan


Permukiman (SPM)
Pedoman SPM ini berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1/PRT/M/2014
tentang Standar Pelayanan Minimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat pada bidang
perumahan dan permukiman, yaitu sektor air bersih, drainase, persampahan, sanitasi, dan
jalan lingkungan. Di dalam pedoman ini ditentukan target pemenuhan, dimana pemenuhan
sasaran/target harus tercapai pada tahun 2019.

4. Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RSTLH)


Permasalahan Rumah Tidak Layak Huni yang dihuni atau dimiliki oleh kelompok fakir miskin
memiliki multidimensional. Oleh sebab itu, kepedulian untuk menangani masalah tersebut
diharapkan terus ditingkatkan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat
(stakeholder) baik pemerintah pusat maupun daerah, dunia usaha, masyarakat, LSM dan
elemen lainnya. Untuk memperbaiki RTLH tersebut, Direktorat Pemberdayaan Fakir Miskin
(Kementerian Sosial Republik Indonesia) mengalokasikan kegiatan Rehabilitasi Sosial
Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) yang dipadukan dengan pembuatan Sarana dan
Prasarana Lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dapat diakses secara
umum.
Prinsip pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni adalah :
a. Swakelola; baik secara individu maupun kelompok sesuai pasal 39 dan lampiran I Bab
III Keppres No 80 tahun 2003.
b. Kesetiakawanan; dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 19


U s u l a n T e k n i s

c. Keadilan; menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan


seimbang antara hak dan kewajiban.
d. Kemanfaatan; dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan atau fungsi dari
barang/ruang/kondisi yang diperbaiki atau diganti. 
e. Keterpaduan; mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat berjalan
secara terkoordinir dan sinergis.
f. Kemitraan; dalam upaya meningkatkan kesejahteraan fakir miskin dan masyarakat pada
umumnya dibutuhkan kemitraan dengan berbagai pihak.
g. Keterbukaan; pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini berhak mendapatkan
informasi yang benar dan bersedia menerima masukan bagi keberhasilan pelaksanaan
kegiatan RS-RTLH.
h. Akuntabilitas; berbagai sumber daya digunakan dengan penuh tanggung jawab dan
dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif.
i. Partisipasi; pelaksaan RS-RTLH dilaksanakan dengan melibatkan unsur masyarakat
termasuk dunia usaha dengan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimilikinya.
j. Profesional; dilaksanakan dengan menggunakan manajemen yang baik dan
pendekatan/konsep yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
k. Keberlanjutan; dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan
dan kemandirian.

Gambaran Wilayah Studi


Kabupaten Sampang, Kecamatan Sreseh, Kecamatan Camplong, Kecamatan
Ketapang
Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sampang
Geografis
Kabupaten Sampang terletak pada 113 0 08’ – 1130 39’ Bujur Timur dan 06 0 05’–070 13’
Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.233,33 Km 2 . Batas wilayah Kabupaten Sampang
adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan
 Sebelah Selatan : Selat Madura
 Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan

Administrasi
Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak
1233,30 Km 2 . Sebelum otonomi daerah, Kabupaten Sampang terdiri atas 12 Kecamatan.
Namun sejak dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2003 tentang Pembentukan
Kecamatan Pangarengan dan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2003 tentang Pembentukan

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 20


U s u l a n T e k n i s

Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang terdiri dari 14 Kecamatan dengan 6


kelurahan (di Kecamatan Sampang) dan 180 desa.

Tabel Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan

Luas Wilayah
Jumlah Administrasi Terbangun
Nama Kelurahan/Desa
Luas (%) thd (%) thd
Kecamatan 2 (Km ) 2
Kelurahan Desa (Km ) total total

Sreseh - 12 71,95 5,83 143,9 5,83


Torjun - 12 44,20 3,58 88,4 3,58
Pangarengan - 6 42,69 3,46 85,4 3,46
Sampang 6 12 70,01 5,68 140 5,68
Camplong - 14 69,93 5,67 139,8 5,67
Omben - 20 116,31 9,43 323,6 9,43
Kedungdung - 18 123,08 9,98 246,2 9,98
Jrengik - 14 65,35 5,30 130,7 5,30
Tambelangan - 10 89,97 7,30 179,9 7,30
Banyuates - 20 141,23 11,45 282,5 11,45
Robatal - 9 80,54 6,53 161,1 6,53
Karang penang - 7 84,25 6,83 168,5 6,83
Ketapang - 14 125,28 10,16 250,6 10,16
Sokobanah - 12 108,51 8,80 217 8,80

Total 6 186 1233,30 100 2557,6 100


Sumber : Sampang Dalam Angka Tahun 2015

Kondisi Fisik
Kondisi Tanah

Jenis tanah merupakan unsur penting dalam menentukan tingkat kesesuaian tanah
untuk pengembangan komoditi pertanian. Meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa
kesuburan dapat dibeli dengan teknologi. Jenis tanah yang berbentuk sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: bahan induk, batuan induk, curah hujan, bentuk wilayah dan
pengaruh kegiatan manusia. Sifat kimia dan sifat bahan induk sangat mempengaruhi unsur
hara yang tersediadalam tanah, akan mempengaruhi kesuburan dan produksi tanaman.
Dilihat dari jenis tanah yang ada di Kabupaten Sampang bagian yang terluas adalah
tanah dari jenis Komplek Mediteran Grumosol, Regosol dan Litosol yakni seluas 54.335 Ha.
Diikuti oleh jenis tanah alluvial hidromorf dengan luas sekitar 10.720 Ha. Sementara untuk

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 21


U s u l a n T e k n i s

proporsi jenis tanah terendah adalah jenis grumosol kelabu yang hanya terdapat di Kecamatan
Sampang dan Kecamatan Camplong, dengan luasan 2.125 Ha.
Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kedalaman
efektif adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai kelapisan bahan induk atau
tebalnya lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Makin dalam lapisan tanah,
maka kualitas tanah makin baik untuk usaha pertanian.
Kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Sampang dapat diklasifikasikan dalam 5
(lima) kategori, yaitu : < 30 Cm, 30 - 60 Cm, 60 - 90 Cm, 90 - 120 Cm dan > 120 Cm.
Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Sampang didominasi oleh tanah yang mempunyai
kedalaman efektif tanah > 120 Cm, yakni seluas 74.796 Ha atau 60,65 %. Tanah dengan
kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 986 Ha atau sekitar 0,79 % dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Sampang yang mencapai 123.330 Ha.

Hidrologi
Kabupaten Sampang memiliki 34 buah Sungai yang mana dibagi menjadi dua, yaitu:
 Kabupaten Sampang Selatan terdapat 25 Sungai, yaitu: Sungai Pangetokan, Sungai Le-
gung, Sungai Kalah, Sungai Tambak Batoh, Sungai Taddan, Sungai Gunung Maddah,
Sungai Sampang, Sungai Kamoning, Sungai Madungan, Sungai Gelurang, Sungai Gul-
bung, Sungai Lampenang, Sungai Cangkreman, Sungai Bakung, Sungai Pangandingan,
Sungai Cangkremaan, Sungai Cangkokan, Sungai Pangarengan, Sungai Kepang, Sungai
Klampis, Sungai Dampol, Sungai Sumber Koneng, Sungai Kati, Sungai Pelut, Sungai Jel-
gung.
 Kabupaten Sampang Utara terdapat 9 Sungai, yaitu : Sungai Pajagan, Sungai Dempo
Abang, Sungai Sumber Bira, Sungai Sewaan, Sungai Sodung, Sungai Mading, Sungai Ra-
bian, Sungai Brambang dan Sungai Sumber Lanjang.
Sungai yang terdapat di Kabupaten Sampang sebagian besar merupakan Sungai
musiman yang ada airnya pada musim penghujan. Sungai yang mengalir sepanjang tahun
antara lain.
 Sungai Klampis dengan Waduk Klampis yang dapat dipergunakan untuk mengairi sawah di
Kecamatan Torjun, Sampang dan Jrengik.
 Sungai Marparan dan Disanah bermuara di Kali Blega, sehingga dipengaruhi oleh pasang
surut air laut dan telah banyak dimanfaatkan untuk tambak dan penggaraman.
 Sungai Kemoning bersumber di Kecamatan Robatal dan melewati dan bermuara di Kota
Sampang dipergunakan untuk sandaran perahu/pelabuhan.
Pola aliran Sungai yang terdapat di Kabupaten Sampang yang merupakan sumber air
permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam ( brainded), berkelok putus
(Anastromik), cakar ayam bersifat tetap, sementara dan berkala. Untuk panjang Sungai yang
ada tersebut berkisar antara 0,7 - 22 Km, dimana untuk Sungai terpanjang adalah Sungai

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 22


U s u l a n T e k n i s

Sodung dengan panjang ±22 Km dan Sungai yang terpendek adalah Sungai Kalah dengan
panjang ±0,7 Km.
Klimatologi
Sebagaimana daerah di Indonesia pada umumnya, Kabupaten Sampang mempunyai
iklim tropis yang ditandai dengan adanya 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan kemarau.
Musim hujan berlangsung mulai dari bulan Oktober s.d. dengan Maret, dan musim kemarau
berlangsung mulai dari butan April s.d. dengan September.
Hujan terjadi sepanjang tahun, dengan frekuensi tertinggi terjadi pada bulan Januari
s.d. April. Pada bulan Mei s.d. September berkurang dan mulai bulan Oktober s.d. Desember
mulai turun hujan dengan frekuensi berangsur-angsur bertambah. Beberapa waktu terakhir
berlangsung gejala hujan yang tidak teratur, yang menjadi sebab utama merosotnya produksi
tembakau.
Curah hujan tertinggi pada Tahun 2014 terjadi di Rata-rata hari hujan tertinggi
terdapat di Kecamatan Pangarengan, sedang yang terendah terdapat di Kecamatan
Banyuates. Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungdung,
sedang yang terendah terdapat di Kecamatan Torjun.
Keadaan udara di Kabupaten Sampang umumnya relatif bersih, segar dan sehat.
Kondisi ini disebabkan belum banyak sumber-sumber polusi udara, baik yang berasal dari
industri, kendaraan bermotor, maupun aktivitas pembakaran yang melampaui daya dukung
alam. Suhu udara relatif panas, berkisar antara 28°C - 32°C.

Topografi
Topografi atau bentang alam merupakan kawasan perencanaan, yang dapat dijelaskan
tanpa melalui pengukuran lapangan, hal ini menyangkut tinggi rendahnya atau datar tidaknya
suatu kawasan. Keadaan topografi dapat digambarkan melalui kelerengan beberapa wilayah.
Lereng adalah gambaran perbedaan ketinggian dari dua tempat yang berbeda dan dinyatakan
dalam suatu persen. Faktor kemiringan tanah merupakan unsur yang penting dalam
merencanakan peruntukan penggunaan tanah, khususnya di bidang pertanian.
Kelerengan wilayah Kabupaten Sampang bervariasi antara datar, bergelombang, curam
dan sangat curam dimana klasifikasi kelerengan tanah tersebut adalah sebagai berikut ini :
 Kelerengan 0-2 % meliputi luas 37.785,64 Ha atau 31,40 % dari luas wilayah keseluruhan
kecuali daerah genangan air, pada wilayah ini sangat baik untuk pertanian tanaman
semusim. Kelerengan 2-15 % meliputi luas 67.807,14 Ha atau 53,86% dari luas wilayah
keseluruhan, baik sekali untuk usaha pertanian dengan tetap mempertahankan usaha
pengawetan tanah dan air. Selain itu pada kemiringan ini cocok juga untuk konstruksi/
permukiman
 Kelerengan 15-25 % dan 25-40 % meliputi luas 15.246,93 Ha atau 12,67 % dari luas
wilayah keseluruhan. Daerah tersebut baik untuk pertanian tanaman keras/tahunan, karena
daerah tersebut mudah terkena erosi dan kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 23
U s u l a n T e k n i s

lahan ini pun tidak cocok untuk konstruksi.


 Kelerengan > 40 % meliputi luas 2.490,03 Ha atau 2,07 % dari luas wilayah keseluruhan.
Daerah ini termasuk kedalam kategori kemiringan yang sangat terjal (curam) dimana
lahan pada kemiringan ini termasuk lahan konservasi karena sangat peka terhadap erosi,
biasanya berbatu diatas permukaannya, memiliki run off yang tinggi serta kapasitas penahan
air yang rendah. Karenanya lahan ini tidak cocok untuk konstruksi.Daerah ini harus merupakan
daerah yang dihutankan agar dapat berfungsi sebagai perlindungan hidrologis serta menjaga
keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
Pada daerah tropis, ketinggian wilayah merupakan unsur penting yang menentukan
persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu
yang berperan dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Disamping itu
ketinggian juga erat hubungannya dengan unsur kemampuan tanah yang lain, misalnya lereng
dan drainase.

Geologi
Berdasarkan geologinya, Kabupaten Sampang terdiri atas 5 macam batuan yaitu,
alluvium, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies sedimen, pliosen fasies batu gamping, dan
mioses fasies sedimen. Jenis geologi alluvium dan mioses fasies sedimen banyak digunakan
oleh masyarakat untuk tegalan dan sawah, serta sebagian kecil jenis batuan plistosen fasies
sedimen yang seluruhnya untuk tegalan.

Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sreseh


Geografis
Kecamatan Sreseh merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sampang. Luas
Kecamatan Sreseh sebesar 5,83% dari Kabupaten Sampang. Batas wilayah Kecamatan
Sreseh adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Jrengik
 SebelahTimur : Kecamatan Pangarengan
 Sebelah Selatan : Selat Madura
 Sebelah Barat : Kabupaten Bangkalan

Administrasi
Secara keseluruhan Kecamatan Sreseh mempunyai luas wilayah sebesar 71,95
Km 2 . Kecamatan Sreseh memiliki desa sebanyak 12 desa. Desa terluas di Kecamatan Sreseh
adalah Desa Labuhan dengan luas sebesar 11,08 Km2. Berikut ini adalah luas wilayah dan
persentase luas wilayah menurut desa di Kecamatan Sreseh.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 24


U s u l a n T e k n i s

Tabel Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan Sreseh 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase

1 Noreh 8,56 11,90


2 Labuhan 11,08 15,40
3 Taman 6,96 9,67
4 Sreseh 6,36 8,84
5 Disanah 10,53 14,64
6 Marparan 8,57 11,91
7 Klobur 2,98 4,14
8 Labang 3,93 5,46
9 Bundah 2,22 3,09
10 Bangsah 2,77 3,85
11 Plasah 4,04 5,62
12 Junok 3,94 5,48
Jumlah 71,95 100,00
Sumber : Kecamatan Sreseh Dalam Angka Tahun 2015

Kondisi Fisik
Pada dasarnya, kondisi fisik di Kecamatan Sreseh mengacu pada kondisi fisik
Kabupaten Sampang pada umumnya. Ketinggian wilayah Kecamatan Sreseh bervariasi antara
15-94 meter. Berikut ini persebaran ketinggian di masing-masing desa/kelurahan di Kecamatan
Sreseh.

Tabel Ketinggian Wilayah dari Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan Sreseh Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)
1 Noreh 15
2 Labuhan 15
3 Taman 27
4 Sreseh 94
5 Disanah 25
6 Marparan 18
7 Klobur 18
8 Labang 22
9 Bundah 44
10 Bangsah 24
11 Plasah 22
12 Junok 24

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 25


U s u l a n T e k n i s

Sumber : Kecamatan Sreseh Dalam Angka Tahun 2015

Kependudukan
Penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan, mengingat penduduk
merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya
hasil–hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak
diperlukan, meliputi komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal–hal terkait lain.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Banyaknya Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
(Sex Ratio) Menurut Desa Di Kecamatan Sreseh 2014
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 Noreh 3,198 2,957 6,155 108.15
2 Labuhan 3,304 3,471 6,775 95.19
3 Taman 2,251 2,149 4,400 104.75
4 Sreseh 1,909 1,925 3,834 99.17
5 Disanah 445 445 890 100.00
6 Marparan 1,028 1,183 2,211 86.90
7 Klobur 859 837 1,696 102.63
8 Labang 1,101 1,184 2,285 92.99
9 Bundah 965 1,030 1,995 93.69
10 Bangsah 1,058 993 2,051 106.55
11 Plasah 833 864 1,697 96.41
12 Junok 595 637 1,232 93.41
Jumlah 17,546 17,675 35,221 99.27
Sumber : Kecamatan Sreseh Dalam Angka Tahun 2015

Tabel Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga Menurut Desa di Kecamatan
Sreseh Tahun 2014
Jumlah Rumah Rata-rata Penduduk per
No Desa/Kelurahan
Penduduk Tangga Rumah Tangga
1 Noreh 6,155 1,597 3.84
2 Labuhan 6,775 1,664 4.08
3 Taman 4,400 786 5.60
4 Sreseh 3,834 835 4.59
5 Disanah 890 233 3.84
6 Marparan 2,211 481 4.60

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 26


U s u l a n T e k n i s

Jumlah Rumah Rata-rata Penduduk per


No Desa/Kelurahan
Penduduk Tangga Rumah Tangga
7 Klobur 1,696 356 4.80
8 Labang 2,285 578 3.97
9 Bundah 1,995 457 4.40
10 Bangsah 2,051 317 6.51
11 Plasah 1,697 226 7.54
12 Junok 1,232 294 4.24
Jumlah 35,221 7,824 4.51
Sumber : Kecamatan Sreseh Dalam Angka Tahun 2015

Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran


penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran penduduk menurut luas wilayah
terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok
antar kecamatan. Dari 12 kecamatan yang ada terlihat bahwa Desa Bundah memiliki kepadatan
penduduk tertinggi, yaitu 898,65 jiwa/Km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sreseh Tahun 2014


No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
1 Noreh 8,56 6,155 719.04
2 Labuhan 11,0 6,775 611.46
8
3 Taman 6,96 4,400 631.28
4 Sreseh 6,36 3,834 602.83
5 Disanah 10,5 890 84.52
3
6 Marparan 8,57 2,211 257.99
7 Klobur 2,98 1,696 569.13
8 Labang 3,93 2,285 581.42
9 Bundah 2,22 1,995 898.65
10 Bangsah 2,77 2,051 740.43
11 Plasah 4,04 1,697 420.05
12 Junok 3,94 1,232 312.69
Jumlah 71,94 35,221 489.52
Sumber : Kecamatan Sreseh Dalam Angka Tahun 2015

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 27


U s u l a n T e k n i s

Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Camplong


Geografis
Kecamatan Camplong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sampang.
Luas Kecamatan Camplong sebesar 5,67% dari Kabupaten Sampang. Batas wilayah
Kecamatan Camplong adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Omben
 Sebelah Timur : Kabupaten Pamekasan
 Sebelah Selatan : Selat Madura
 Sebelah Barat : Kecamatan Sampang

Administrasi
Secara keseluruhan Kecamatan Camplong mempunyai luas wilayah sebesar 69,93
Km 2 . Kecamatan Sreseh memiliki desa sebanyak 14 desa. Desa terluas di Kecamatan
Camplong adalah Desa Rabasan dengan luas sebesar 10,45 Km2. Berikut ini adalah luas
wilayah dan persentase luas wilayah menurut desa di Kecamatan Camplong.

Tabel Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan Camplong
Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase

1 Taddan *) 4,76 6,80


2 Banjar Talela 4,87 6,96
3 Tambaan 3,84 5,49
4 Prajjan 0,46 0,66
5 Dharma Camplong **) 7,19 10,28
6 Bato Karang 2,81 4,02
7 Sejati ***) 5,52 7,89
8 Dharma Tanjung 1,90 2,72
9 Rabasan 10,45 14,94
10 Banjar Tabulu 8,66 12,38
11 Anggersek 2,44 3,49
12 Madupat 6,16 8,81
13 Pamolaan 6,00 8,58
14 Plampaan 4,88 6,98
Jumlah 69,93 100,00
Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015
Keterangan : *) Belum ditambah reklamasi pantai 21.200 m 2
**) Belum ditambah reklamasi pantai 24 Ha
***) Belum ditambah reklamasi pantai 4,5 Ha
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 28
U s u l a n T e k n i s

Tabel Tinggi Wilayah dari Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun
2014
No Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan
1 Taddan 4
2 Banjar Talela 5
3 Tambaan 6
4 Prajjan 2
5 Dharma Camplong 7
6 Bato Karang 5
7 Sejati 6
8 Dharma Tanjung 6
9 Rabasan 6
10 Banjar Tabulu 7
11 Anggersek 4
12 Madupat 5
13 Pamolaan 6
14 Plampaan 7
Jumlah 76
Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015

Kondisi Fisik
Pada dasarnya, kondisi fisik di Kecamatan Camplong mengacu pada kondisi fisik
Kabupaten Sampang pada umumnya. Ketinggian wilayah Kecamatan Camplong berkisar antara
17-28 meter. Berikut ini persebaran ketinggian di masing-masing desa/kelurahan di Kecamatan
Camplong.

Tabel Ketinggian Wilayah dari Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun
2014
No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)
1 Taddan 22
2 Banjar Talela 23
3 Tambaan 21
4 Prajjan 26
5 Dharma Camplong 26
6 Bato Karang 24
7 Sejati 28
8 Dharma Tanjung 17

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 29


U s u l a n T e k n i s

No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)


9 Rabasan 25
10 Banjar Tabulu 27
11 Anggersek 26
12 Madupat 25
13 Pamolaan 25
14 Plampaan 24
Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015

Kependudukan
Penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan, mengingat penduduk
merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya
hasil–hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak
diperlukan, meliputi komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal–hal terkait lain.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Banyaknya Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Menurut Desa Di Kecamatan Camplong 2014
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Penduduk Sex Ratio Penduduk
1 Taddan 3.514 3.228 6.742 1.416,39
2 Banjar Talela 2.916 2.737 5.653 1.160,78
3 Tambaan 2.869 2.555 5.424 1.412,50
4 Prajjan 1.320 2.347 3.667 7.971,74
5 Dharma Camplong 4.955 4.511 9.466 1.316,55
6 Bato Karang 1.934 1.664 3.598 1.280,43
7 Sejati 4.218 3.678 7.896 1.430,43
8 Dharma Tanjung 3.515 3.337 6.852 3.606,32
9 Rabasan 3.162 2.946 6.108 584,50
10 Banjar Tabulu 4.779 4.705 9.484 1.095,15
11 Anggersek 1.442 1.564 3.006 1.231,97
12 Madupat 4.920 4.815 9.735 1.580,36
13 Pamolaan 2.931 2.841 5.772 962,00
14 Plampaan 3.478 3.294 6.772 1.387,70

Jumlah 45.953 44.222 90.175 1.289,32


Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 30


U s u l a n T e k n i s

Tabel Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga
Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun 2014

No Desa/Kelurahan Penduduk Rumah Tangga Rata-rata Penduduk


per Rumah Tangga
1 Taddan 6.742 1.426 4,73
2 Banjar Talela 5.653 1.163 4,86
3 Tambaan 5.424 1.174 4,62
4 Prajjan 3.667 573 6,40
5 Dharma Camplong 9.466 2.387 3,97
6 Bato Karang 3.598 811 4,44
7 Sejati 7.896 1.936 4,08
8 Dharma Tanjung 6.852 1.804 3,80
9 Rabasan 6.108 1.422 4,30
10 Banjar Tabulu 9.484 2.532 3,75
11 Anggersek 3.006 694 4,33
12 Madupat 9.735 2.281 4,27
13 Pamolaan 5.772 1.334 4,33
14 Plampaan 6.772 1.542 4,39

Jumlah 90.175 21.079 4,28


Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015

Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran


penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran penduduk menurut luas wilayah
terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok
antar kecamatan. Dari 14 kecamatan yang ada terlihat bahwa Desa Prajjan memiliki kepadatan
penduduk tertinggi, yaitu 7.971,74 jiwa/Km2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun
2014
No Desa/Kelurahan Penduduk Luas (Km 2) Kepadatan Penduduk
1 Taddan 6.742 4,76 1.416,39
2 Banjar Talela 5.653 4,87 1.160,78
3 Tambaan 5.424 3,84 1.412,50
4 Prajjan 3.667 0,46 7.971,74
5 Dharma Camplong 9.466 7,19 1.316,55
6 Bato Karang 3.598 2,81 1.280,43
7 Sejati 7.896 5,52 1.430,43
8 Dharma Tanjung 6.852 1,90 3.606,32
9 Rabasan 6.108 10,45 584,50
10 Banjar Tabulu 9.484 8,66 1.095,15

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 31


U s u l a n T e k n i s

No Desa/Kelurahan Penduduk Luas (Km 2) Kepadatan Penduduk


11 Anggersek 3.006 2,44 1.231,97
12 Madupat 9.735 6,16 1.580,36
13 Pamolaan 5.772 6,00 962,00
14 Plampaan 6.772 4,88 1.387,70

Jumlah 90.175 69,94 1.289,32


Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015

Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Ketapang


Geografis
Kecamatan Ketapang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sampang.
Luas Kecamatan Ketapang sebesar 10,16% dari Kabupaten Sampang. Batas wilayah
Kecamatan Ketapang adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 SebelahTimur : Kecamatan Sokobanah
 Sebelah Selatan : Kecamatan Robatal
 Sebelah Barat : Kecamatan Banyuates

Administrasi
Secara keseluruhan Kecamatan Ketapang mempunyai luas wilayah sebesar 69,93
Km 2 . Kecamatan Sreseh memiliki desa sebanyak 14 desa dan 104 dusun/lingkungan. Desa
terluas di Kecamatan Camplong adalah Desa Rabasan dengan luas sebesar 10,45 Km2. Berikut
ini adalah luas wilayah dan persentase luas wilayah menurut desa di Kecamatan Camplong.

Tabel Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan
Camplong Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Km 2) Persentase

1 PaopaleLaok 16,62 13,27

2 Bunten Barat 7,61 6,07

3 BuntenTimur 7,86 6,27

4 Pancor 13,88 11,08

5 KarangAnyar 6,15 4,91

6 Pangereman 10,68 8,53

7 Bira Barat 9,75 7,78

8 KetapangTimur 13,91 11,10

9 KetapangDaya 9,21 7,35

10 KetapangLaok 9,84 7,86

11 Ketapang Barat 5,48 4,37

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 32


U s u l a n T e k n i s

No Desa/Kelurahan Luas (Km 2) Persentase

12 PaopaleDaya 5,82 4,65

13 Rabiyan 3,70 2,95

14 Banyusokah 4,77 3,81

Jumlah 125,28 100,00


Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015

Tabel Banyaknya Dusun/ Lingkungan Menurut Desa di Kecamatan Ketapang Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Dusun/ Lingkungan

1 PaopaleLaok 11

2 Bunten Barat 8
3 BuntenTimur 8
4 Pancor 7
5 KarangAnyar 7
6 Pangereman 6
7 Bira Barat 13
8 KetapangTimur 16
9 KetapangDaya 6
10 KetapangLaok 14
11 Ketapang Barat 8
12 PaopaleDaya 4
13 Rabiyan 9
14 Banyusokah 10
104
Jumlah
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015

Kondisi Fisik
Pada dasarnya, kondisi fisik di Kecamatan Ketapang mengacu pada kondisi fisik
Kabupaten Sampang pada umumnya. Ketinggian wilayah Kecamatan Ketapang bervariasi
antara 0-70 meter. Berikut ini persebaran ketinggian di masing-masing desa/kelurahan di
Kecamatan Ketapang.

No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)


1 PaopaleLaok 05 - 60
2 Bunten Barat 10 - 70

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 33


U s u l a n T e k n i s

No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)


3 BuntenTimur 10 - 60
4 Pancor 10 - 50
5 KarangAnyar 15 - 70
6 Pangereman 00 - 25
7 Bira Barat 00 - 30
8 KetapangTimur 00 - 50
9 KetapangDaya 00 - 30
10 KetapangLaok 10 - 70
11 Ketapang Barat 00 - 40
12 PaopaleDaya 10 - 50
13 Rabiyan 00 - 25
14 Banyusokah 00 - 20
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015

Kependudukan
Penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan, mengingat penduduk
merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya
hasil–hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak
diperlukan, meliputi komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal–hal terkait lain.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Banyaknya Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
(Sex Ratio) Menurut Desa Di Kecamatan Ketapang
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 PaopaleLaok 3.727 4.005 7.732 93.60
2 Bunten Barat 3.874 3.779 7.653 102,51
3 BuntenTimur 2.810 3.025 5.835 92,90
4 Pancor 1.900 1.966 3.866 96,64
5 KarangAnyar 2.505 2.538 5.043 98,70
6 Pangereman 3.149 3.322 6.471 94,80
7 Bira Barat 2.950 2.995 5.945 98,49
8 KetapangTimur 3.860 4.259 8.119 90,63
9 KetapangDaya 5.105 5.204 10.309 98.,10
10 KetapangLaok 4.153 4.459 8.612 93,13
11 Ketapang Barat 3.977 4.293 8.270 92,63

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 34


U s u l a n T e k n i s

No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio


12 PaopaleDaya 1.812 2.219 4.031 81,65
13 Rabiyan 891 1.045 1.936 85,26
14 Banyusokah 1.088 1.210 2.298 89,91
Jumlah 41.801 44.139 86.120 94,70
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015

Tabel Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah
Tangga Menurut Desa di Kecamatan Ketapang Tahun 2014
No Desa/KelurahanPenduduk Rumah Tangga Rata-rata Penduduk per rumah
1 PaopaleLaok 7.732 2.840 tangga 2,72
2 Bunten Barat 7.653 2.060 3,71
3 BuntenTimur 5.835 1.655 3,52
4 Pancor 3.866 1.883 3,10
5 KarangAnyar 5.043 1.599` 3,20
6 Pangereman 6.471 2.140 3,02
7 Bira Barat 5.945 1.876 3,20
8 KetapangTimur 8.119 2.467 3,30
9 KetapangDaya 10.309 3.271 3,20
10 KetapangLaok 8.612 2.492 3,50
11 Ketapang Barat 8.270 2.825 2,10
12 PaopaleDaya 4.031 2.291 1,80
13 Rabiyan 1.936 910 2,12
14 Banyusokah 2.298 1.298 1,80
Jumlah 86.120 28.008 3,07
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015

Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran


penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran penduduk menurut luas wilayah
terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok
antar kecamatan. Dari 14 kecamatan yang ada terlihat bahwa Desa Ketapang Barat memiliki
kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 1.509,12 jiwa/Km 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel berikut.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 35


U s u l a n T e k n i s

Tabel Kepadatan Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Ketapang Tahun 2014


No Desa/Kelurahan Jumlah Luas (Km2) Kepadatan Penduduk
1 PaopaleLaok 7.732 16,62 465,22
2 Bunten Barat 7.653 7,61 1.005,65
3 BuntenTimur 5.835 7,86 759,76
4 Pancor 3.866 13,88 278,53
5 KarangAnyar 5.043 6,15 820,00
6 Pangereman 6.471 10,68 605,89
7 Bira Barat 5.945 9,75 609,74
8 KetapangTimur 8.119 13,91 583,68
9 KetapangDaya 10.309 9,21 1.119,32
10 KetapangLaok 8.612 9,84 875,20
11 Ketapang Barat 8.270 5,48 1.509,12
12 PaopaleDaya 4.031 5,82 692,61
13 Rabiyan 1.936 3,70 523,24
14 Banyusokah 2.298 4,77 481,76
Jumlah 86.120 125,28 687,42
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015

B.2.2. Metodologi
1. Identifikasi Program Terkait Kawasan Kumuh di Wilayah Studi
Kegiatan/program terkait kawasan kumuh, antara lain:
 Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh (Kementerian Pekerjaan Umum)
 Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (Kementerian Sosial)
 Identifikasi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera (Badan Pusat Statistik)
 RP3KP (Dinas Pekerjaan Umum)
 SK Kumuh
 Dan lain-lain

2. Identifikasi Kondisi dan Tingkat Capaian Pelayanan


Metode identifikasi kondisi dan tingkat capaian pelayanan ditentukan berdasarkan
faktor-faktor berikut:
1. Melakukan proses verifikasi kepada pihak Pemerintah terkait setempat mengenai
informasi skala prioritas penanganan kawasan kumuh.
2. Identifikasi penanganan kawasan kumuh.
3. Menginventarisir potensi dan permasalahan infrastruktur permukiman di kawasan
kumuh.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 36


U s u l a n T e k n i s

4. Identifikasi tingkat capaian pelayanan infrastruktur permukiman di kawasan


prioritas.
5. Penyusunan matriks kondisi eksisting dengan variabel kondisi eksisting, tingkat
capaian pelayanan, potensi, permasalahan dan perkiraan penanganan kawasan kumuh.

3. Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur


Metode identifikasi kebutuhan pengembangan infrastruktur ditentukan berdasarkan
faktor-faktor berikut:
1. Prediksi pertumbuhan penduduk berdasarkan trend yang terjadi dengan
menggunakan metode komparasi prediksi pertumbuhan penduduk ( comparative methods).
2. Menganalisa kebutuhan dan pengembangan infrastruktur sanitasi pada kawasan
terpilih dengan memadukan 2 faktor, yaitu:
a. Prediksi jumlah penduduk
b. Analisa kebutuhan infrastruktur sanitasi berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

4. Penyusunan Indikasi dan Rencana Kegiatan


Metode penyusunan indikasi dan rencana kegiatan ditentukan berdasarkan faktor-faktor
berikut:
1. Menyusun rencana kegiatan pengembangan infrastruktur lokasi terpilih:
a. Indikasi program pengembangan dalam tiga tahun perencanaan.
b. Rencana kegiatan dengan penentuan lokasi program melalui geo tagging.
2. Kesimpulan dan rekomendasi:
a. Kesimpulan.
b. Matriks potensi dan permasalahan, usulan program dan output.
c. Rekomendasi pelaksanaan kegiatan.

Model Analisa Dan Standar Penentuan Kebutuhan Infrastruktur Permukiman


1. Asumsi Dasar Pendekatan Perhitungan Kebutuhan Infrastruktur Permukiman
Asumsi dasar Pendekatan Perhitungan Kebutuhan Infrastruktur tetap mengacu kepada
standar yang sudah disepakati. Pada dasarnya standar penentuan kebutuhan sarana prasarana
yang dimaksud sudah dibahas sebelumnya melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan, yakni
target Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang Sarana Prasarana Permukiman dan
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH).

2. Model Pertumbuhan Penduduk


Dalam memprediksikan jumlah penduduk, digunakan 3 (tiga) model pertumbuhan
penduduk yang digunakan secara umum digunakan, ketiga model tersebut diseleksi yang
aplikatif untuk situasi dan kondisi demografi kawasan studi, yaitu Linear Growth Model,
Exponential Growth Model dan Linear Regression Model. Metode yang dipilih harus memiliki
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 37
U s u l a n T e k n i s

koefisien korelasi (R) mendekati 1. Dimana pada akhirnya dipilih satu model yang ditetapkan
sebagai model terpilih untuk merepresentasikan pola pertumbuhan penduduk.
A. Linear Growth Model / Aritmatik
Asumsi dasar aplikasi linear growth model (aritmatik) adalah bahwa tingkat pertumbuhan
penduduk jumlahnya konstan dari tahun ke tahun dan jumlah pertumbuhan tidak tergantung
pada jumlah penduduk pada suatu tahun tertentu. Model matematisnya adalah sebagai
berikut:
Pn = Po + na
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal pengamatan
n = Periode pengamatan
a = Jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
B. Exponential Growth Model / Geometri
Asumsi dasar penggunaan exponential growth model (geometri) adalah bahwa tingkat
pertumbuhan penduduk tiap tahun akan selalu proporsional dengan jumlah penduduk pada
tahun sebelumnya. Ada suatu variabel yang bersifat konstan, yaitu laju pertumbuhan
penduduk, bukan jumlah pertumbuhan penduduk. Secara fisik, makin besar jumlah
penduduk, makin cepat pula pertumbuhannya. Model matematisnya adalah sebagai berikut:
Pn = Po (1 + r )n

Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal pengamatan
n = Periode pengamatan
r = Prosentase (laju) pertumbuhan tiap tahun
C. Least Square Model
Asumsi dasar penggunaan least square model adalah bahwa terdapat hubungan (korelasi)
linear antara tahun pengamatan dengan jumlah penduduk pada tahun pengamatan tersebut.
Hubungan tersebut diterjemahkan ke dalam persamaan linear yang merupakan formula
matematis dari linear regression model ini. Model matematisnya adalah sebagai berikut:
Pn = a.n+ b

Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n (jiwa)
n = Interval Waktu (tahun)
a,b = konstanta empirik
N = Jumlah Data

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 38


U s u l a n T e k n i s

3. Analisa Kebutuhan Infrastruktur Bidang Permukiman


Asumsi dasar pendekatan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana yang digunakan
untuk kawasan perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel B.2. Asumsi Dasar Pendekatan Perhitungan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Untuk Kawasan
Perkotaan
No Bidang Asumsi Dasar

1. AIR BERSIH 1 SR = 5 jiwa

Jarak antar Rumah = 10 m  pipa tersier < Ø 100 mm  1


SR/10 m

Konsumsi = 100 l/org/hr  1 L/det = 864 orang

Losses = 20 %  700 orang

2. PERUMAHAN Rumah terbangun ; include developer (Rusun, RSH)

Rumah swadaya : 1 paket bahan bangunan rumah (BBR) 


= + 1 rumah

3. DRAINASE Untuk luas daerah genangan 1 ha ;

- Saluran Primer = 100 m


- Saluran Sekunder = 100 m
- Saluran Tertier = 400 m
1 ha = 55 rumah  1 rumah = 10 m saluran tertier

Average daya serap drainase : 75 %

4. PERSAMPAHAN 1 Truck (6 m3 ) dengan 3 x Rit  3.600 jiwa

Volume sampah = 2.5 L/org/hr

1 Gerobak ( 1 m3 )  400 jiwa

5. SANITASI Sanimas = 65 KK ( 325 jiwa )

MCK/sel = 5 KK ( 25jiwa )

IPLT  2 L/org/hr

Truck tinja = 10 KK (50 jiwa)

IPAL =  21 L/org/hr (sarana umum)

 70 L/org/hr (permukiman/KK)

Tolak ukur dan pendekatan yang dipergunakan dalam penentuan dasar perbaikan
perumahan di kawasan studi adalah:
- Kondisi sosial ekonomi masyarakat.
- Kondisi kesehatan perumahan dan lingkungan.
- Tata letak perumahan dan lingkungan alamiah.

A. Metode Analisa Kebutuhan Prasarana dan Sarana Air Bersih


Metode analisa untuk pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di wilayah studi
dipengaruhi oleh:
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 39
U s u l a n T e k n i s

(1) Jumlah penduduk;


(2) Ketersediaan air, baik dari aspek kualitas, kuantitas maupun kontinuitas;
(3) Faktor pelayanan air bersih, seperti fasilitas distribusi/transmisi dan fasilitas
pengolahan air;
(4) Sosial ekonomi masyarakat;
(5) Kebiasaan masyarakat setempat;
(6) Pola dan tingkat kehidupan.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 40


U s u l a n T e k n i s

Berdasarkan penggunaannya, air bersih dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:


(1) Penggunaan air untuk kebutuhan domestik.
(2) Penggunaan air untuk kebutuhan non domestik.

Penggunaan air untuk kebutuhan domestik adalah kebutuhan air yang dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga seperti:
(1) Minum dan memasak
(2) Mencuci
(3) Mandi dan kebersihan diri
(4) Menyiram tanaman dan halaman

Besarnya kebutuhan air bersih untuk keperluan domestik diperhitungkan berdasarkan


prosentase jumlah penduduk yang dilayani dengan kriteria seperti pada tabel berikut.
Tabel B.3. Tabel Kebutuhan Air Domestik
Supply
Jumlah Penduduk
Mininimum
Tipe Kota
(Org)
(L/org/hr)

1. > 1 Juta 200

2. 500 rb – 1 Jt 150

3. 100 rb – 500 rb 100

4. 20 rb – 100 rb 75

5. 3000 – 20 rb 50

6. < 3000 rb 40

Sumber : Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah

Penggunaan air untuk kebutuhan non domestik dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
(1) Umum : tempat ibadah, puskesmas, sekolah, terminal dan lain-lain
(2) Komersial : pasar, perkantoran, warung, tempat hiburan, hotel
(3) Industri : peternakan, industri umum

Untuk menentukan penyediaan optimal air bersih dapat menggunakan pertimbangan-


pertimbangan lain, yaitu:
a) Kebutuhan maksimum merupakan kebutuhan air maksimum dalam 1 hari
yang diperhitungkan dari kebutuhan harian rata-rata dikalikan dengan faktor hari
maksimum, yaitu 110% – 120%.
b) Kebutuhan puncak merupakan kebutuhan air pada saat jam puncak, yaitu
pagi dan sore hari yang diperhitungkan dari kebutuhan maksimum dikalikan dengan
faktor jam puncak yaitu 175% – 210%.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 41


U s u l a n T e k n i s

c) Kehilangan air yang selalu terjadi dalam sistem distribusi juga


diperhitungkan dalam penyediaan air bersih. Kehilangan air dapat bersifat teknis
maupun non teknis. Yang bersifat teknis, misalnya kebocoran air pada pipa
transmisi/distribusi. Sedangkan yang bersifat non teknis, misalnya pencurian air dari
pipa distribusi. Tingkat kehilangan air dapat direncanakan 20% – 30% dari kebutukan
total (kebutuhan domestik dan non domestik).
d) Kebutuhan air bersih untuk fasilitas non rumah tangga dihitung berdasarkan
10% dari kebutuhan rumah tangga.
e) Sumber air bersih yang diprioritaskan adalah mata air dengan sistem
pengaliran secara gravitasi.
f) Wilayah yang tidak mempunyai potensi mata air yang dapat dijadikan air
baku air bersih atau kapasitas mata airnya kurang dari 5 L/det, direncanakan untuk
membuat sumur bor atau tangki/bak tadah hujan dengan kapasitas minimum 5 m 3.

B. Metode Analisa Kebutuhan Sarana dan Prasarana Drainase


 Analisa Curah Hujan
Intensitas Curah Hujan (I) dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut :
1) Data Curah Hujan
Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun dinyatakan dalam
mm/hr, data curah hujan ini diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika,
untuk stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi sistem drainase.
2) Periode Ulang
Periode Ulang untuk perencanaan saluran drainase ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel B.4. Tabel Periode Ulang Hujan untuk Perencanaan Drainase Yang Dianjurkan
PUH
No Keterangan
(Tahun)

1. Saluran Mikro Pada Daerah

 Lahan rumah, taman, kebun 2

 Lahan tidak terbangun 2

 Perkantoran 5

 Perindustrian

 Ringan 5

 Sedang 10

 Berat 25

 Super berat 50

2. Saluran tersier

 Tanpa resiko 2

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 42


U s u l a n T e k n i s

PUH
No Keterangan
(Tahun)

 Resiko kecil 5

3. Saluran sekunder

 Tanpa resiko 2

 Resiko kecil 5

 Resiko besar 10

4. Saluran primer (induk)

 Tanpa resiko 5

 Resiko kecil 10

 Resiko besar 25

Atau luas DAS

 25 – 50 ha 5

 50 – 100 ha 5-10

 100 – 130 ha 10 -25

 130 – 6500 ha 25 – 50

5. Pengendalian banjir makro 100

6. Gorong-gorong

 Jalan raya biasa 10

 Jalan by pass 25

 Jalan tol 50

7. Saluran tepian

 Jalan raya biasa 5 –10

 Jalan by pass 10 – 25

 Jalan tol 25 - 50

Sumber : Hidrologi, Mochamad Saleh

 Intensitas Curah Hujan


Beberapa Metode yang digunakan untuk menghitung Intensitas Curah Hujan
berdasarkan lamanya waktu curah hujan adalah sebagai berikut:
- Persamaan untuk menghitung intensitas curah hujan (I) menggunakan analisa
distribusi frekwensi menurut Gumbel :

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 43


U s u l a n T e k n i s

Dimana:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
Xt = besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm/24 jam)

= nilai rata-rata aritmatic hujan komulatif


dx = Standar deviasi
Yt = Variasi yang merupakan fungsi periode ulang
Yn = Nilai yang tergantung pada n
Sn = Standar deviasi yang merupakan fungsi dari n
- Persamaan di atas berdasarkan lamanya waktu curah hujan yang ditentukan dari
hasil penyelidikan Ven Breen, bahwa hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam
dengan jumlah hujan sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam.
- Persamaan untuk menghitung intensitas curah hujan (I) untuk hujan dengan waktu
kurang dari dua jam digunakan rumus menurut Prof. Talbot (1881) :

Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Waktu Hujan (jam)
a, b = Konstanta yang tergantung keadaan setempat
- Persamaan menghitung intensitas curah hujan (I) untuk hujan dengan waktu lebih
dari dua jam digunakan rumus menurut Prof. Sherman (1905):

Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Waktu Hujan (jam)
c,n = konstanta yang tergantung keadaan setempat
- Rumus menghitung intensitas curah hujan (I) yang dikembangkan Dr. Ishiguro
(1953) :

Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Waktu Hujan (jam)
a,b = konstanta yang tergantung keadaan setempat

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 44


U s u l a n T e k n i s

Rumus dari Prof. Talbot, Prof Sherman dan Dr. Ishiguro di atas memerlukan data
hujan dengan waktu mulai dari pendek sampai kurang dari 24 jam (hujan jam-
jaman). Sedangkan untuk Hujan 24 jam digunakan rumus Mononobe, yaitu:

Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T = Waktu Hujan (jam)
M = Konstanta

 Koefisien Pengaliran (C)


Besarnya koefisien pengaliran (C) untuk berbagai kondisi ditentukan berdasarkan tabel
berikut.
Tabel B.5. Tabel Hubungan Kondisi Permukaan Tanah Dan Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien Pengaliran
Kondisi Permukaan Tanah
(C)*

1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95

2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70

3. Bahun jalan :

– Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65

– Tanah berbutir kasar 0,10 – 0,20

– Batuan masif keras 0,70 – 0,85

– Batuan masif lunak 0,60 – 0,75

4. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95

5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70

6. Daerah industry 0,60 – 0,90

7. Permukiman padat 0,40 – 0,60

8. Permukiman tidak padat 0,40 – 0,60

9. Taman dan kebun 0,20 – 0,40

10. Persawahan 0,45 – 0,60

11. Perbukitan 0,70 – 0,80

12. Pegunungan 0,75 – 0,90

*) untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar

Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai
nilai C yang berbeda, harga C rata-rata ditentukan dengan persamaan:

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 45


U s u l a n T e k n i s

Dimana :
C1, C2, C3 = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan
A1, A2, A3 = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan

 Debit air limpasan (Qlimpasan) dapat dihitung dengan rumus:


Qlimpasan = 0,00278 x C x I x A
Dimana:
Q = Debit aliran air limpasan (m3/det)
C = Koefisien Run Off (berdasarkan standar baku)
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (Ha)

 Debit air buangan (Qrumah tangga) dapat dihitung dengan rumus:


Debit air buangan rumah tangga (Qrumah tangga) secara umum dapat didefinisikan sebagai
volume air per satuan waktu yang merupakan buangan air limbah rumah tangga dan
dialirkan melalui saluran drainase. Untuk mencari debit air buangan rumah tangga harus
dicari terlebih dahulu:
- Jumlah penduduk per catchment area (jiwa)
- Qair limbah = 70% x Kebutuhan air bersih rata-rata

Secara sistematis debit air buangan rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qrumah tangga =  penduduk x Qair limbah

 Debit air maksimum saluran (Qsaluran) dapat dihitung dengan rumus:


Debit air maksimum saluran (Qsaluran) dapat didefinisikan sebagai jumlah air maksimum
yang dapat tertampung oleh saluran drainase. Untuk mendapatkan debit saluran, maka
rumus yang digunakan adalah:
Qsaluran = V x Abasah

Setelah semua variabel yang dibutuhkan dapat ditentukan, maka selanjutnya ditentukan
perhitungan terhadap dimensi saluran seperti pada gambar berikut.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 46


U s u l a n T e k n i s

Kriteria yang dipakai untuk merencanakan dimensi saluran yang dipakai adalah sebagai
berikut:
a) Menentukan perbandingan lebar dasar saluran (b) dengan tinggi muka air
(h) sesuai debit rancangan.
b) Menentukan luas penampang saluran (A) dan jari-jari hidrolis saluran (R)
berdasarkan bentuk saluran serta perbandingan b dan h.
c) Menentukan kemiringan saluran dengan menggunakan Rumus Manning.

Dimana: i = Kemiringan saluran yang diijinkan


V = Kecepatan aliran (m/dtk)
n = Koefisien kekasaran Manning
R = Jari-jari hidrolis (m)

Sedangkan tinggi jagaan untuk selokan samping bentuk segi empat ditentukan
berdasarkan rumus:

Dimana: w = Tinggi jagaan (m), h = Tinggi saluran (m)

 Tipe dan Jenis Saluran


Pemilihan tipe penampang melintang saluran didasarkan atas kondisi tanah dasar,
kedudukan muka air tanah dan kecepatan abrasi air ditampilkan dalam Tabel berikut:
Tabel B.6. Tabel Bentuk dan Jenis Saluran
No Tipe Saluran Bahan yang dipakai

1. Bentuk Trapesium Tanah asli

Pasangan Batu Kali

2. Bentuk Segitiga Pasangan Batu Kali/ Tanah asli

3. Bentuk Segiempat  Pasangan Batu Kali


 Beton Bertulang pada bagian dasar diberi
lapisan pasir  10 cm
 Beton bertulang pada bagian dasar diberi
lapisan pasir  10 cm pada bagian atas ditutup

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 47


U s u l a n T e k n i s

No Tipe Saluran Bahan yang dipakai

dengan plat beton


 Bertulang
 Pasangan batu kali pada bagian dasar
diberi lapisan pasir  10 cm pada bagian atas
ditutup dengan plat beton bertulang
4. Bentuk Lingkaran Buis beton dengan pasangan batu kali atau batu
bata sebagai pengikat antar buis beton

5. Bentuk ½ lingkaran Buis ½ lingkaran dengan kombinasi pasangan


batu bata atau beton

C. Pendekatan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana Penyehatan Lingkungan Permukiman


(PLP)
 Sampah
Analisa dan perhitungan pada bidang persampahan dapat dilakukan dengan
pendekatan-pendekatan berikut ini:
a) Area pelayanan
Umumnya masyarakat daerah pedesaan melakukan pengelolaan persampahan secara
individu. Pada daerah pedesaan dianggap belum ada masalah karena ketersediaan
lahannya masih cukup luas, sehingga mempermudah masyarakat mengelola sendiri
persampahan yang ditimbulkan.
b) Timbulan sampah
Jumlah timbulan sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat pedesaan umumnya
lebih kecil, jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.
c) Pengangkutan
Sistem pengangkutan yang ada pada persampahan di pedesaan apalagi di kawasan
tertinggal biasanya sederhana dan hanya berupa gerobak saja.
d) Pengelolaan
Umumnya pengelolaan persampahan di pedesaan cukup sederhana berupa
pemilahan dan pengomposan. Bahkan tidak sedikit masyarakat pedesaan yang
mengelola sampahnya terutama sampah halaman dengan cara dibakar.

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penentuan dasar prasarana sarana


sanitasi adalah:
 Jumlah dan perkembangan penduduk.
 Timbulan sampah (2,5 – 2,75 L/jiwa/hari).
 Komposisi sampah.
 Prasarana/sarana persampahan eksisting.
 Rencana tingkat pelayanan tahun 2017 sampai 2019.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 48


U s u l a n T e k n i s

Fasilitas pengumpulan sampah rumah tangga, antara lain:


 Kapasitas minimum tempat sampah, rumah tangga 0,02 m 3 berdasarkan jumlah
orang dan banyaknya buangan sampah untuk seluruh kawasan  0,002
m3/orang/hari.
 Tempat sampah dibuat dari bahan rapat air.
 Penempatannya sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai oleh petugas kebersihan
dan tidak mengganggu lalu lintas.

Tempat pengumpulan sampah lingkungan:


 Kapasitas tempat sampah lingkungan minimum bervolume 2 m 3 berdasarkan jumlah
rumah yang dilayani.
 Tempat sampah dibuat dari bahan rapat air.
 Penempatan tempat sampah lingkungan setiap jarak  150 meter.

Namun demikian dari manapun asal sampah tersebut, bila dibuatkan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah, maka lokasi ini perlu diberi fasilitas setidaknya
dengan teknologi tepat guna. Lebih baik lagi tentunya, jika sampah bisa didaur ulang
untuk hal yang lebih bermanfaat.
 Penanganan Persampahan
o Di daerah pedesaan penanganan persampahan dilakukan sendiri oleh masyarakat
secara on site dengan jalan dikumpulkan dalam lubang, dikeringkan, dibakar, dan
ditimbun.
o Di Ibu Kota Kecamatan yang dikategorikan ke dalam kota kecil dengan kepadatan
penduduk berkisar antara 50 jiwa/ha sampai dengan 100 jiwa/ha, penanganan
persampahan dapat dilayani oleh Petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten/Kota setempat dengan target penanganan sampah per hari 60% - 80%
total produksi sampah.
 Ketentuan Analisa Kebutuhan Prasarana/sarana Persampahan
Daerah studi yang merupakan kota kecil dan daerah pedesaan mempunyai laju
produksi sampah sekitar 2,5 L/org/hr sampai dengan 2,75 L/org/hr dapat
diberlakukan standar analisa kebutuhan prasarana/sarana persampahan pada tabel
berikut.
Tabel B.7. Standar Analisa Kebutuhan Prasarana Sarana Persampahan
No Peralatan Kapasitas Pelayanan

Sub Sistem Pengumpul

1 Bin/kantong plastik 40-60 lt 1 KK/7-10 Jw


Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 49
U s u l a n T e k n i s

No Peralatan Kapasitas Pelayanan

70 lt

Bin / Pejalan Kaki

2 TPS Type Baru 50 KK/500 JW

3 Container 200 KK/2.000 Jw

4 Gerobak 200 m2 200 KK/2.000 Jw

5 Transfer Depo 100 m2 120 KK/1.200 Jw

Transfer Depo 4.000 KK/40.000 Jw

SUB SISTEM PENGANGKUT

6 Truk Biasa 6m 700 KK/7.000 Jw

Dump Truk 8m 1.000 KK/10.000 Jw

Amroll Truk+4 Container 8m 1.000 KK/10.000 Jw

Compactor Truk 8m 1.300 KK/10.000 Jw

SUB SISTEM PEMUAT

7 Buldozer 80 Hp 10.000 KK/100.000 Jw

Sumber: Standar Pengangkutan Sampah Departemen Pekerjaan Umum

 Sanitasi
Air limbah merupakan jenis air buangan yang mengandung kotoran manusia, binatang,
tumbuhan, buangan industri dan buangan kimia. Sedangkan air limbah domestik adalah
semua jenis air buangan dari keperluan rumah tangga seperti air bekas mandi dan cuci,
baik dari dapur maupun kamar mandi. Pembangunan penyediaan sarana prasarana air
limbah merupakan salah satu upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar
manusia yaitu peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan yang
ada.
Data tentang sistem sarana prasarana air limbah meliputi:
 Sistem sarana prasarana air limbah meliputi sistem setempat (on site) atau sistem
terpusat (off site)
 Jumlah, macam dan kondisi sarana prasarana air limbah
 Tingkat pelayanan sistem untuk memberi gambaran tingkat pelayanan yang ada

Asumsi dan kriteria yang diperlukan untuk penyusunan program air limbah/sanitasi
adalah sebagai berikut:
 Air limbah adalah air limbah domestik yaitu terdiri dari air buangan manusia/ faeces
dan sullage (cuci).
 Area Pelayanan adalah daerah yang air limbahnya telah tertangani, baik secara
individual maupun komunal, on site maupun off site. Area pelayanan terdiri atas area
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 50
U s u l a n T e k n i s

Pelayanan Perkotaan adalah kecamatan-kecamatan yang air limbah seluruh desa atau
sebagian desanya telah tertangani, baik secara individual maupun komunal.
Prosentase pelayanan:
- Prosentase pelayanan perkotaan terhadap area pelayanan
Adalah perbandingan antara jumlah penduduk perkotaan yang air limbahnya telah
tertangani baik secara individual maupun komunal dalam area pelayanan dengan
jumlah total penduduk perkotaan dalam area pelayanan.
- Prosentase pelayanan perkotaan terhadap kabupaten
Adalah perbandingan jumlah penduduk perkotaan yang air limbahnya telah
tertangani baik secara individual maupun komunal dalam area pelayanan dengan
jumlah total penduduk perkotaan dalam satu kabupaten.
Pengolahan lanjut
Untuk penanganan limbah secara indivudial yang menggunakan septic tank,
diperlukan penyediaan IPLT, begitu pula untuk MCK.
Kriteria
Dalam program peningkatan pelayanan air limbah mengikuti kriteria sebagai berikut:
- Truk tinja @ 3 m3/10 KK
- Sanimas melayani 65 KK atau 325 jiwa
- Modul IPLT disiapkan untuk pelanggan 100.000 jiwa dengan debit 2 L/org/hari,
meliputi: kolam lumpur, Oxidation Ditch/ponds, Sludge thickener, digester dan
sludge drying bed: kebutuhan lahan 2 Ha/100.000 jiwa
- Septic Tank:
 Produksi Lumpur tinja 40 L/org/tahun
 Air buangan 70 – 80% konsumsi air bersih
 Pengosongan lumpur 5 tahun sekali
 Cubluk
Cubluk disediakan dengan periode pemakaian 5 tahun, minimal jarak dari
sumur gali 10 m
 Pembuatan MCK/sel untuk 25 orang membutuhkan septic tank dengan volume
19 m3, dan dimensi :
Panjang =6m
Lebar =3m
Tinggi = 1,8 m
Dengan waktu pengurasan 2 tahun sekali
Kriteria daerah/ kawasan yang dilayani
a) Masyarakat di kawasan tersebut banyak menderita penyakit yang ada
kaitannya dengan pembuangan air limbah.
b) Kawasan dengan kepadatan tinggi tetapi tidak memiliki sarana pembuangan
air limbah yang higienis.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 51
U s u l a n T e k n i s

Metode analisa kebutuhan sarana sanitasi


Yang dimaksud dengan sarana sanitasi di sini adalah MCK dan jamban keluarga,
dengan ketentuan analisa sebagai berikut:
a) MCK ditujukan untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah.
b) Jamban keluarga untuk masyarakat yang berpenghasilan cukup.
c) Untuk pembangunan MCK harus jelas benar lokasi pembangunan yang
akan direncanakan, ketersediaan air bersih dan kecocokan masyarakat, termasuk
adanya partisipasi masyarakat untuk mengelola.
d) Ada 2 (dua) macam kriteria bangunan bawah yaitu cubluk dan septic
tank, dengan kriteria periode pengurasan 2 - 3 tahun.
e) Untuk bangunan bawah yang berupa septic tank, lokasinya maksimum
50 m dari jalan yang bisa dilalui kendaraan.

 Rumah dan Jalan Lingkungan


Analisa dan perhitungan pada bidang perumahan dapat dilakukan dengan pendekatan-
pendekatan berikut ini:
a) Jumlah keluarga dan jumlah bangunan rumah
Jumlah keluarga yang lebih besar dibandingkan jumlah bangunan rumah
mengindikasikan tingkat pelayanan prasarana sarana bidang perumahan rendah.
b) Kondisi bangunan rumah
Kondisi bangunan rumah yang tidak layak huni, berdasarkan kriteria atap, lantai,
pencahayaan, penghawaan, sarana air bersih, dan sanitasi dilakukan rehabilitasi.
c) Jumlah backlog
Pemenuhan kebutuhan prasarana sarana bidang perumahan dilakukan berdasarkan
jumlah backlog yang ada.
d) Kondisi jalan lingkungan
Umumnya kondisi jalan lingkungan di lokasi yang jauh dari pusat kegiatan tidak
begitu baik, sehingga perlu dilakukan perbaikan jalan lingkungan.

Penggunaan jalan yang terdapat pada wilayah studi dikaitkan dengan satu sistem
jaringan jalan dengan hierarki lebih tinggi. Syarat atau kriteria jaringan jalan dalam
wilayah studi yang diartikan sebagai wilayah/desa perbatasan dapat dianalisa dengan
standar minimal dibandingkan dengan luas area permukiman eksisting yang ada dengan
model matematis sebagai berikut:

- Panjang jalan lingkungan =

= 40–60 m/ha, dengan lebar jalan 2 - 5 m

- Panjang jalan setapak =

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 52


U s u l a n T e k n i s

= 50 – 110 m/ha, dengan lebar jalan 0,8 - 2 m


- Kecepatan ijin jalan = 5 – 10 km/jam

B.2.3. Program Kerja


1. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan pekerjaan pada kegiatan ini sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pekerjaan ini dilaksanakan sebeum tim turun ke lapangan yang meliputi kegiatan
penyusunan rencana kerja dan metode pendekatan studi format-format yang diperlukan
dalam hal pengumpulan data dan analisis. Untuk mensistematisasikan agar metode
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya, maka disusunlah
kerangka berpikir pada tahap persiapan ini.
b. Tahap Survey Lapangan
Dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data sekunder dan data-data primer. Data-
data yang perlu dikumpulkan adalah:
Data fisik dasar
 Letak geografis dan kawasan hinterlandnya.
 Iklim dan curah hujan.
 Hidrologi dan tipologi geografi kawasan.
 Jenis dan sifat tanah.
 Topografi.
Data sarana prasarana permukiman
 Tingkat pelayanan sarana prasarana permukiman.
 Sistem pelayanan sarana prasarana permukiman eksisting.
 Data land use penggunaan tanah.
 Data visual kondisi pelayanan dan sarana prasarana permukiman, potensi
pengembangan dan kondisi lingkungan (termasuk kondisi fisik perumahan).
Data kependudukan
 Data perkembangan penduduk.
 Jumlah penduduk (selama 5 tahun terakhir) diklarifikasi.
 Penyebaran berdasarkan batasan administrasi.
 Data sosial ekonomi budaya.
Data-data lain yang dianggap perlu, seperti:
 Regulasi yang terkait dengan permukiman, kawasan kumuh dan infrastruktur.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 53


U s u l a n T e k n i s

 Studi-studi yang terkait kawasan kumuh dan infrastruktur permukiman yang pernah
dilakukan.
 Data pendukung lain yang dianggap perlu.

KEGIATAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR


KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

Lokasi Kawasan KAWASAN KUMUH


Kumuh KECAMATAN KOTA,
KABUPATEN SUMENEP

 Berpotensi
 Bermasalah

KEBIJAKAN DAN PROGRAM


PEMBANGUNAN TIPOLOGI KAWASAN
KUMUH
Action Plan
RTRW Kabupaten Sumenep
RPJMD Kabupaten Sumenep  Slump : ANITASIiuh
RDTRK Kecamatan Kota SURVEY LAPANGAN
SPPIP/RP2KP (KONDISI EKSISTING limasan Kumuhrintah.
Kegiatan dan Rencana KAWASAN KUMUH) kumuhebar di
Pengembangan Infrastruktur
Dan lain-lain
Kecamatan Magersari
 dan Kecamatan
Squatter Prajurit
: permukiman liar
POTENSI DAN Kulon, baik kawasan
MASALAH kumuh dengan tingkat
lingkungan permukiman
yang mengalami
penurunan kualitas dan
Analisis Pelayanan Infrastruktur lokasi sesuai RTRW
Target/Kebutuhan
Permukiman Kawasan Kumuh Pelayanan

Rencana Pengembangan
Strategi Pengembangan Infrastruktur Infrastruktur Permukiman
Permukiman Kawasan Kumuh Kawasan Kumuh

Gambar B.2.Kerangka Pemikiran Penyusunan DED Kawasan Kumuh


Kabupaten Sampang
Gambar B.3.
c. Tahap Kompilasi dan Analisis
Analisis adalah kegiatan telaahan data baik data primer maupun sekunder yang
berkaian, dan digunakan untuk melakukan penelaahan kawasan kumuh perkotaan
berdasarkan kondisi eksisting, karakteristik wilayah dan masyarakat, potensi yang
dimiliki dan kebijakan pemerintah kabupaten/kota setempat.
Analisis awal adalah melakukan delineasi wilayah perencanaan karena kawasan kumuh
perkotaan yang akan dikaji sangat dimungkinkan terdapat beberapa versi dari berbagai

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 54


U s u l a n T e k n i s

sumber studi yang telah ada serta penetapan dari kepala daerah maupun instansi yang
berwenang.
Analisis selanjutnya ditujukan untuk merumuskan strategi penanganan kawasan kumuh
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi terbentuknya kawasan
kumuh tersebut termasuk didalamnya adalah karakteristik sosial ekonomi dan budaya.
Berdasarkan data-data dan kondisi eksisting tersebut, selanjutnya dilakukan analisis
untuk mengetahui kebutuhan pengembangan infrastruktur sesuai dengan strategi
penanganan kawasan kumuh perkotaan.
d. Tahap Penyusunan Rencana
Rencana yang dibuat meliputi:
 Strategi penanganan kawasan kumuh perkotaan.
 Program penanganan kawasan kumuh perkotaan berdasarkan karakteristik dan
potensinya sampai dengan tahun 2019.

2. Pelaporan
Sebagai kontrol dan pertanggung jawaban dari pelaksanaan pekerjaan jasa konsultansi
Penyusunan Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang ini adalah adanya
pelaporan yang diberikan secara bertahap sesuai dengan tahapan penyelesaian pekerjaan.
Beberapa tahapan pelaporan yang diserahkan adalah:
a. Laporan Pendahuluan, berisi uraian ringkas mengenai rencana awal pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan sebagian dari data primer dan sekunder yang sudah diperoleh,
juga dimasukkan metodologi serta pendekatan teknis pelaksanaan pekerjaan. Laporan
pendahuluan diserahkan 15 hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Laporan ini harus diserahkan rangkap 3 (tiga) buku ukuran kertas A4.
b. Laporan Antara, berisi hasil kompilasi data serta hasil analisis awal terkait dengan
delineasi wilayah perencanaan dan kondisi eksisting kawasan kumuh perkotaan. Diskusi
dari laporan ini dilakukan secara eksternal dengan tim teknis pengguna jasa dan pihak
terkait dari kabupaten/kota wilayah studi dan diharapkan dapat diperoleh satu
kesepakatan mengenai hasil kompilasi dan analisis data. Hasil diskusi dituangkan dalam
bentuk satu berit acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan berikutnya.
Laporan Antara diserahkan 40 hari setelah Laporan Pendahuluan. Laporan ini harus
diserahkan rangkap 3 (tiga) buku ukuran kertas A4. Untuk pembahasan Laporan
Pendahuluan bersamaan dengan Laporan Antara.
c. Draft Laporan Akhir, berisi laporan tentang hasil akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
pelaksanaan pekerjaan termasuk analisis kebutuhan infrastruktur permukiman dalam
upaya penanganan kawasan kumuh dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah
dan masyarakatnya. Diskusi laporan ini dilakukan secara eksternal dengan mengundang
beberapa pihak terkait untuk memperoleh masukan lain mengenai hasil akhir dari studi
ini sehingga dalam penyusunan laporan berikutnya dapat diperoleh satu kesimpulan
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 55
U s u l a n T e k n i s

yang mampu menampung banyak kepentingan. Hasil diskusi ini dituangkan dalam satu
berita acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan berikutnya. Draft
Laporan Akhir diserahkan 20 hari setelah Laporan Antara. Laporan ini harus diserahkan
rangkap 2 (dua) buku ukuran kertas A4.
d. Laporan Akhir, adalah bentuk akhir dari keseluruhan rangkaian pelaksanaan pekerjaan
studi dan merupakan penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir sesuai dengan catatan
dalam berita acara pembahasan. Laporan ini harus diserahkan rangkap 10 (sepuluh)
buku ukuran kertas A4. Laporan Akhir diserahkan 15 hari setelah Draft Laporan Akhir,
khusus buku Laporan Akhir akan didistribusikan ke kabupaten/kota di wilayah studi.
e. Executive Summary, merupakan ringkasan dari Laporan Akhir yang disajikan secara
komunikatif dalam tampilan yang menarik. Laporan ini harus diserahkan rangkap 2
(dua) buku dengan ukuran kertas A4.
f. Softcopy dari seluruh naskah laporan yang dibuat oleh konsultan harus diserahkan
kepada pemberi kerja dalam bentuk media elektromagnetis berupa disk atau compact
disk (CD) yang digandakan sebanyak 2 (dua) keeping.

B.3. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pada Tabel B.8 dapat diketahui Jadwal Pelaksanaan Kegiatan “Penyusunan DED
Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang” yang telah disusun secara teliti guna mengoptimalkan
pemanfaatan waktu pelaksanaan kegiatan.
Tabel B.8. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Bulan I Bulan 2 Bulan 3
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN
> Mobilisasi tenaga ahli            
> Penyusunan rencana kerja dan metode pendekatan studi            
> Studi Literatur dan review kebijakan            
> Gambaran umum wilayah studi            
> Diskusi dan penyelesaian Laporan Pendahuluan            
PENYUSUNAN LAPORAN ANTARA            
> Survey data primer dan sekunder            
> Kompilasi data            
> Delineasi kawasan kumuh
> Identifikasi potensi dan masalah
> Analisis kebutuhan infrastruktur kawasan kumuh
> Diskusi dan penyelesaian Laporan Antara            
PENYUSUNAN DRAFT LAPORAN AKHIR            
> Rencana strategi penanganan kawasan kumuh            
> Rencana program penanganan kawasan kumuh            
> Diskusi dan penyelesaian Draft Laporan Akhir            
LAPORAN AKHIR
> Penyempurnaan Draft Laporan Akhir
> Penyerahan Laporan Akhir beserta kelengkapannya

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 56


U s u l a n T e k n i s

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 57


U s u l a n T e k n i s

B.4. KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN


Sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dalam menangani Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten
Sampang” tim perencana mengajukan usulan susunan tenaga ahli dan pendukung sebagai berikut:
Tabel B.9. Komposisi Tim dan Penugasan
JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN

TENAGA AHLI (Personil Inti)

1. Hylda PT Tata Guna Tenaga Lokal Teknik Team Leader - Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan 3
Fatnasari, ST, MT Matra Lingkungan anggota tim kerja dalam mengelola seluruh
kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan baik di
lapangan maupun dalam kantor sampai dengan
pekerjaan dinyatakan selesai.
- Bertanggung jawab terhadap kelancaran
pelaksanaan baik administrasi maupun teknis
kepada Pemberi Pekerjaan berkaitan dalam
kegiatan tim pelaksana pekerjaan dan
pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung.
- Memantapkan metodologi, menyusun rencana
kerja serta membuat schedule kegiatan
pekerjaan.
- Bekerja sama dengan tenaga ahli dan asisten
ahli dalam menyelesaikan keseluruhan proses
penyusunan rencana serta memonitor progress
pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli.
- Mengarahkan seluruh anggota tim dalam
menyiapkan laporan yang diperlukan.
- Mengkaji ulang serta pengecekan keseluruhan
hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
- Melaksanakan presentasi dengan direksi
pekerjaan dan instansi terkait.
- Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 58


U s u l a n T e k n i s

JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN

2. Tenaga Lokal Teknik Ahli - Bertanggung jawab sesuai dengan bidang 2


Planologi Perencanaan keahliannya.
Wilayah dan - Membantu dan bertanggung jawab terhadap
Kota team leader dalam menyusun dan membuat
laporan yang terkait dalam bidang pekerjaan
tata ruang pada umumnya serta permukiman
pada khususnya.
- Mentelaah/mengkaji lebih dalam mengenai
karakteristik lokasi.
- Melakukan inventarisasi kelembagaan serta
kebijakan dan peraturan-peraturan serta tata
guna lahan sesuai dengan perundangan yang
berlaku, dan bertanggung jawab terhadap hasil
analisisnya.
- Melakukan penelaahan materi RTRW.
- Mengkoordinir pengumpulan data primer dan
pengambilan data sekunder yang diperlukan
serta mengumpulkan data keadaan fisik dasar
serta menganalisisnya.
- Survey lapangan untuk pengenalan karakteristik
struktur kawasan perencanaan secara
keseluruhan dan mengevaluasi kebijakan
struktur ruang yang telah ada.
- Melakukan analisis kebutuhan ruang bagi
pengembangan kawasan perencanaan dan daya
tampung ruang yang tersedia.
- Menganalisis kelemahan/permasalahan internal
yang selama ini dihadapi di kawasan
perencanaan dan prospek/kesempatan
pengembangan masa depan.
- Menyusun program investasi pengembangan
kawasan.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 59


U s u l a n T e k n i s

JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN

3. Tenaga Lokal Teknik Sipil Ahli Bangunan - Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting 2
Gedung proyek dan karakteristik yang berkaitan dengan
perencanaan.
- Melakukan evaluasi terhadap rancangan
bangunan pengamanan saluran dan sungai
untuk menentukan konsep desasin.
- Melakukan survey dan analisa data hidrologi,
evaluasi ketersediaan air dan analisis banjir.
- Merencanakan beberapa alternatif bangunan
penyedia air minum, pengendali banjir dan
pemodelan jaringan drainase serta rekomendasi
sistem jaringan drainase.
- Melaksanakan collecting data sekunder yang
berkaitan dengan desain drainase dan desain
penyedia air minum.
- Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting
proyek dan karakteristik yang berkaitan dengan
perencanaan.
- Melakukan analisis jaringan drainase yang
berkaitan dengan pemilihan rencana bangunan
pengendalian banjir.
- Melakukan pengumpulan data sekunder dan
melakukan review atas hasil analisis terdahulu.
- Melakukan collecting data sekunder seperti data
hujan, klimatologi, peta das dan lain-lain yang
berkaitan dengan analisis hirologi.
- Menyiapkan laporan hasil analisis hidrologi
beserta rekomendasi yang diperlukan team
desain.
- Melakukan diskusi dengan instansi terkait dalam
perumusan hasil analisis.
4. Tenaga Lokal Sosial Ahli Sosial - Menelaah/mengkaji lebih dalam mengenai 2
karakteristik sosial terhadap keberadaan dan
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 60
U s u l a n T e k n i s

JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN

pengembangan kawasan kumuh.


- Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi sosial
masyarakat.
- Menganalisis peran masyarakat dalam
pembangunan di kawasan tersebut.
- Menganalisis sistem kemasyarakatan yang
harus dan akan diakomodasi dalam rangka
pengembangan kawasan kumuh.
TENAGA PENDUKUNG (Personil Lainnya)

5. Tenaga Lokal Teknik Asisten Ahli - Melakukan survey dan analisis data hidrologi. 2
Lingkungan Lingkungan - Melaksanakan collecting data sekunder yang
berkaitan dengan drainase.
- Melakukan analisis jaringan drainase.
- Ikut serta dalam penyusunan laporan.
- Ikut serta dalam melakukan asistensi dan
diskusi dengan direksi pekerjaan.
- Melakukan pengumpulan data sekunder dan
melakukan review atas ahasil analisis terdahulu.
- Melaksanakan collecting data sekunder.
- Melakukan kegiatan kompilasi data dan analisis.
6. Tenaga Lokal Teknik Sipil Surveyor - Mengkoordinir kegiatan survey topografi serta 2
mengumpulkan data primer.
- Mengambil data survey topografi dalam
pelaksanaan kegiatan lapangan.
- Koordinasi dalam penentuan referensi yang
digunakan.
- Memeriksa data lapangan.
7. Tenaga Lokal Teknik Sipil Surveyor - Mengkoordinir kegiatan survey topografi serta 2
mengumpulkan data primer.
- Mengambil data survey topografi dalam
pelaksanaan kegiatan lapangan.

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 61


U s u l a n T e k n i s

JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN

- Koordinasi dalam penentuan referensi yang


digunakan.
- Memeriksa data lapangan.
8. Tenaga Lokal Arsitektur Juru Gambar - Mengkoordinir seluruh kegiatan penggambaran. 2
- Membantu editing data untuk penggambaran
topografi serta desain.
- Memeriksa gambar-gambar yang telah
diediting.
- Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan
penggambaran.
9. Tenaga Lokal Administrasi Tenaga - Bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan 3
Administrasi administrasi dalam penyelesaian laporan seperti
perijianan dan lain-lain.
10. Tenaga Lokal Komputer Operator - Membuat laporan hasil survey dan hasil 3
Komputer penelitian yang telah terkonsep.
- Bertanggung jawab terhadap penulisan laporan.

B.5. JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI


Berikut merupakan jadwal penugasan tenaga ahli pada kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang” sesuai susunan tenaga ahli:
1. Team Leader : Hylda Fatnasari, ST, MT
2. Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota :
3. Tenaga Ahli Lingkungan :
4. Tenaga Ahli Sosial :
5. Asisten Ahli Lingkungan :
6. Surveyor :
7. Juru Gambar :

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 62


U s u l a n T e k n i s

8. Tenaga Administrasi :
9. Operator Komputer :

Tabel B.10. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung


Bulan I Bulan 2 Bulan 3
No Susunan Tenaga Ahli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tenaga Ahli
Koordinator/Team Leader
1
Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
2
Tenaga Ahli Sipil
3
Tenaga Ahli Sosial
4
Tenaga Pendukung
Asisten Ahli Lingkungan
5
Surveyor
6
Juru Gambar
7
Tenaga Administrasi
8
Operator Komputer
9

Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 63

Anda mungkin juga menyukai