B.
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Di Kawasan Kabupaten Sampang masih banyak ditemui permukiman yang tidak sesuai
dengan peruntukannya seperti pada sekitar pantai, pasar, pusat-pusat kegiatan, dan
sebagainya yang dapat dikategorikan sebagai kawasan permukiman kumuh.
Di Kawasan Kabupaten Sampang masih banyak ditemui permukiman yang tidak layak huni
karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis,
dimana permukiman ini tidak mempunyai infrastruktur yang sesuai dengan standar
kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur, bahwa untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan
yang terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban serta
mengendalikan kawasan terbangun di perkotaan sesuai dengan daya dukung dan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan maka diterapkan konsep pusat pembangunan berupa
Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Dengan konsep tersebut diharapkan akan dapat
menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah, sehingga pusat
pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya diharapkan mampu sebagai motor penggerak
pembangunan, sebagai motor penggerak perekonomian wilayah. Oleh karena itu wilayah Jawa
Timur dibagi 9 (sembilan) Satuan Wilayah Pengembangan antara lain:
SWP Gerbangkertasusila Plus, meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lam-
ongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten dan Kota
Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten dan Kota Pasuruan den-
gan pusat pelayanan di Kota Surabaya.
SWP Malang Raya, meliputi Kota Malang Kota Batu, dan Kabupaten Malang dengan pusat
pelayanan di Kota Malang.
SWP Madiun dan sekitarnya, meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, serta Kabupaten Ngawi dengan pusat
pelayanan di Kota Madiun.
SWP Kediri dan sekitarnya, meliputi Kota Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Treng-
galek, dan Kabupaten Tulungagung, dengan pusat pelayanan di Kota Kediri.
SWP Probolinggo dan Lumajang, meliputi Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo dan
Kabupaten Lumajang dengan pusat pelayanan di Kota Probolinggo.
SWP Blitar, meliputi Kota Blitar dengan pusat pelayanan di Kota Blitar.
SWP Jember dan sekitarnya, meliputi Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan
Kabupaten Situbondo dengan pusat pelayanan di Kota Jember.
SWP Banyuwangi, meliputi Kabupaten Banyuwangi dengan pusat pelayanan di Perkotaan
Banyuwangi.
SWP Madura dan kepulauan, meliputi Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabu-
paten Sampang dengan pusat pelayanan di perkotaan Pamekasan.
Maksud, tujuan, dan sasaran dari Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh
Kabupaten Sampang” yang tertuang dalam KAK sudah cukup jelas.
Maksud dari Kegiatan “Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang” ini
adalah mengidentifikasi untuk menuju peningkatan kualitas lingkungan dan percepatan
penanganan kawasan kumuh. Sedangkan tujuan dari studi ini adalah:
a. Mendata kawasan-kawasan yang merupakan kawasan kumuh dengan mengacu pada
penetapan oleh kepala daerah maupun hasil dari studi-studi pemetaan kawasan kumuh yang
telah ada.
b. Melakukan pemutakhiran kondisi eksisting kawasan kumuh yang telah diidentifikasi.
c. Merumuskan strategi penanganan kawasan hukum berdasarkan karakteristik dan potensi
yang dimiliki.
d. Melakukan identifikasi kebutuhan infrastruktur berdasarkan strategi penanganannya sampai
dengan tahun 2019.
2. 1 (Satu) orang tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam bidang Perencanaan Wilayah
dan Kota dengan latar belakang pendidikan S1 Teknik Planologi. Berpengalaman minimal 4
(empat) tahun, memiliki sertifikat keahlian (SKA) yang masih berlaku dan sudah terkonversi.
3. 1 (Satu) orang tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam bidang sipil dengan latar
belakang pendidikan S1 Teknik Sipil. Berpengalaman minimal 4 (empat) tahun, memiliki
sertifikat keahlian (SKA) yang masih berlaku dan sudah terkonversi.
4. 1 (Satu) orang tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam bidang lingkungan dengan latar
belakang pendidikan S1 Teknik Lingkungan. Berpengalaman minimal 4 (empat) tahun,
memiliki sertifikat keahlian (SKA) yang masih berlaku dan sudah terkonversi.
Tenaga Pendukung
1. 2 (Dua) orang surveyor dengan kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik Sipil dan sudah
berpengalaman dalam bidangnya lebih dari 2 tahun.
2. 1 (Satu) orang drafter dengan kualifikasi pendidikan minimal D3 Teknik Arsitektur dan
sudah berpengalaman dalam bidangnya lebih dari 2 tahun.
3. 1 (Satu) orang Operator Komputer berjenjang pendidikan minimal pendidikan D3 semua
jurusan, berpengalaman 2 (dua) tahun di bidangnya.
4. 1 (Satu) orang Tenaga Administrasi berjenjang pendidikan minimal pendidikan SMU atau
sederajat, berpengalaman 2 (dua) tahun di bidangnya.
kumuh. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh meliputi kriteria kekumuhan
ditinjau dari:
Kriteria kekumuhan ditinjau dari bangunan gedung mencakup:
1) Ketidakteraturan Bangunan
Ketidakteraturan bangunan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan
dan permukiman:
Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR), yang meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan
bangunan pada suatu zona; dan/atau
Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), yang meliputi pengaturan blok
lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas
lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan.
Semua persyaratan di atas secara prinsip semestinya sudah tercantum dalam IMB
atau persetujuan sementara mendirikan bangunan, oleh karena itu penilaian
ketidaksesuaian persyaratan teknis bangunan gedung dapat merujuk pada kedua
dokumen perizinan tersebut.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B-6
U s u l a n T e k n i s
Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam (kolam air, danau, sungai, sumur
dalam) maupun buatan (tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air
dan hidran);
Jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam
kebakaran, termasuk sirkulasi saat pemadaman kebakaran di lokasi;
Sarana komunikasi yang terdiri dari alat-alat yang dapat dipakai untuk
pemberitahuan terjadinya kebakaran baik kepada masyarakat maupun kepada
Instansi Pemadam Kebakaran; dan/atau
Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses.
2) Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran yang memenuhi persyaratan teknis
merupakan kondisi dimana tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran yang
meliputi:
Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
Kendaraan pemadam kebakaran;
Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan/atau
Peralatan pendukung lainnya.
Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan adalah ketentuan rancangan bangunan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan ketentuan arsitektur yang berlaku, keindahan dan
keserasian bangunan dengan lingkungan sekitarnya
Penataan Bangunan
Pengaturan blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi
blok dan jalan, di mana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan
konfigurasi tertentu.
Pengaturan kaveling dalam blok, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam
blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk,
pengelompokan dan konfigurasi tertentu.
Pengaturan bangunan dalam kaveling, yaitu perencanaan pengaturan massa
bangunan dalam blok/kaveling.
Identitas Lingkungan
Karakter bangunan, yaitu pengolahan elemen-elemen fisik bangunan untuk
mengarahkan atau memberi tanda pengenal suatu lingkungan/bangunan,
sehingga pengguna dapat mengenali karakter lingkungan yang dikunjunginya.
Penanda identitas bangunan, yaitu pengolahan elemen-elemen fisik
bangunan/lingkungan untuk mempertegas identitas atau penamaan suatu
bangunan sehingga pengguna dapat mengenali bangunan yang menjadi
tujuannya.
Tata kegiatan, yaitu pengolahan secara terintegrasi seluruh aktivitas informal
sebagai pendukung dari aktivitas formal yang diwadahi dalam ruang/bangunan,
untuk menghidupkan interaksi sosial dan para pemakainya.
Orientasi Lingkungan
Tata informasi, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk menjelaskan
berbagai informasi/ petunjuk mengenai tempat tersebut, sehingga
memudahkan pemakai mengenali lokasi dirinya terhadap lingkungannya.
Tata rambu pengarah, yaitu pengolahan elemen fisik di lingkungan untuk
mengarahkan pemakai bersirkulasi dan berorientasi baik menuju maupun dari
bangunan atau pun area tujuannya.
Wajah Jalan
Penampang jalan dan bangunan
Perabot jalan
Jalur dan ruang bagi pejalan kaki
Elemen papan reklame
KDB, yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
KLB, yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh lantai bangunan
gedung yang dapat dibangun dengan luas lahan yang dikuasai.
Sanitasi dan penggunaan bahan bangunan berupa sistem air minum dalam
Bangunan Gedung, sistem pengolahan dan pembuangan air limbah/kotor,
persyaratan instalasi gas medik (untuk sarana medik), persyaratan penyaluran
air hujan, persyaratan fasilitasi sanitasi dalam Bangunan Gedung (saluran
pembuangan air kotor, tempat sampah, penampungan sampah dan/atau
pengolahan sampah).
Persyaratan Kenyamanan
Kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang serta
sirkulasi antarruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
Kenyamanan kondisi udara dalam ruang merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
Kenyamanan pandangan merupakan kondisi dari hak pribadi pengguna yang di
dalam melaksanakan kegiatannya di dalam gedung tidak terganggu Bangunan
Gedung lain di sekitarnya.
Kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan merupakan tingkat
kenyamanan yang ditentukan oleh satu keadaan yang tidak mengakibatkan
pengguna dan fungsi Bangunan Gedung terganggu oleh getaran dan/atau
kebisingan yang timbul dari dalam Bangunan Gedung maupun lingkungannya.
Persyaratan Kemudahan
Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung tersedianya
fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman dan nyaman termasuk
penyandang cacat, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.
Kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung
yaitu sarana hubungan vertikal antar lantai yang memadai untuk
terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung berupa tangga, ram, lift, tangga
berjalan (eskalator) atau lantai berjalan (travelator).
Unit distribusi dengan kapasitas rencana 115% - 300% dari kebutuhan ratarata,
dengan komponen.
Unit pelayanan dengan komponen.
SPAM BJP
Sumur dangkal dan/atau Sumur Dalam
Penampungan Air Hujan (PAH)
Perlindungan Mata Air (PMA)
Saringan Rumah Tangga (Sarut)
Destilator Surya Atap Kaca
IPA sederhana
Terminal Air (mobil tangki / tangki air)
Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun
Sampah yang mudah terurai
Sampah yang dapat digunakan kembali
Sampah yang dapat didaur ulang
Sampah lainnya
Sistem pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari
sumber sampah ke TPS atau TPS 3R.
Sistem pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau TPS
menuju TPST atau TPA dengan menggunakan kendaraan bermotor atau tidak
bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.
Sistem pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau
jumlah sampah.
Sistem pemrosesan akhir adalah kegiatan mengembalikan sampah dan/atau residu
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Administrasi
Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak
1233,30 Km 2 . Sebelum otonomi daerah, Kabupaten Sampang terdiri atas 12 Kecamatan.
Namun sejak dikeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2003 tentang Pembentukan
Kecamatan Pangarengan dan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2003 tentang Pembentukan
Luas Wilayah
Jumlah Administrasi Terbangun
Nama Kelurahan/Desa
Luas (%) thd (%) thd
Kecamatan 2 (Km ) 2
Kelurahan Desa (Km ) total total
Kondisi Fisik
Kondisi Tanah
Jenis tanah merupakan unsur penting dalam menentukan tingkat kesesuaian tanah
untuk pengembangan komoditi pertanian. Meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa
kesuburan dapat dibeli dengan teknologi. Jenis tanah yang berbentuk sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: bahan induk, batuan induk, curah hujan, bentuk wilayah dan
pengaruh kegiatan manusia. Sifat kimia dan sifat bahan induk sangat mempengaruhi unsur
hara yang tersediadalam tanah, akan mempengaruhi kesuburan dan produksi tanaman.
Dilihat dari jenis tanah yang ada di Kabupaten Sampang bagian yang terluas adalah
tanah dari jenis Komplek Mediteran Grumosol, Regosol dan Litosol yakni seluas 54.335 Ha.
Diikuti oleh jenis tanah alluvial hidromorf dengan luas sekitar 10.720 Ha. Sementara untuk
proporsi jenis tanah terendah adalah jenis grumosol kelabu yang hanya terdapat di Kecamatan
Sampang dan Kecamatan Camplong, dengan luasan 2.125 Ha.
Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kedalaman
efektif adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai kelapisan bahan induk atau
tebalnya lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Makin dalam lapisan tanah,
maka kualitas tanah makin baik untuk usaha pertanian.
Kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Sampang dapat diklasifikasikan dalam 5
(lima) kategori, yaitu : < 30 Cm, 30 - 60 Cm, 60 - 90 Cm, 90 - 120 Cm dan > 120 Cm.
Kedalaman efektif tanah di Kabupaten Sampang didominasi oleh tanah yang mempunyai
kedalaman efektif tanah > 120 Cm, yakni seluas 74.796 Ha atau 60,65 %. Tanah dengan
kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 986 Ha atau sekitar 0,79 % dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Sampang yang mencapai 123.330 Ha.
Hidrologi
Kabupaten Sampang memiliki 34 buah Sungai yang mana dibagi menjadi dua, yaitu:
Kabupaten Sampang Selatan terdapat 25 Sungai, yaitu: Sungai Pangetokan, Sungai Le-
gung, Sungai Kalah, Sungai Tambak Batoh, Sungai Taddan, Sungai Gunung Maddah,
Sungai Sampang, Sungai Kamoning, Sungai Madungan, Sungai Gelurang, Sungai Gul-
bung, Sungai Lampenang, Sungai Cangkreman, Sungai Bakung, Sungai Pangandingan,
Sungai Cangkremaan, Sungai Cangkokan, Sungai Pangarengan, Sungai Kepang, Sungai
Klampis, Sungai Dampol, Sungai Sumber Koneng, Sungai Kati, Sungai Pelut, Sungai Jel-
gung.
Kabupaten Sampang Utara terdapat 9 Sungai, yaitu : Sungai Pajagan, Sungai Dempo
Abang, Sungai Sumber Bira, Sungai Sewaan, Sungai Sodung, Sungai Mading, Sungai Ra-
bian, Sungai Brambang dan Sungai Sumber Lanjang.
Sungai yang terdapat di Kabupaten Sampang sebagian besar merupakan Sungai
musiman yang ada airnya pada musim penghujan. Sungai yang mengalir sepanjang tahun
antara lain.
Sungai Klampis dengan Waduk Klampis yang dapat dipergunakan untuk mengairi sawah di
Kecamatan Torjun, Sampang dan Jrengik.
Sungai Marparan dan Disanah bermuara di Kali Blega, sehingga dipengaruhi oleh pasang
surut air laut dan telah banyak dimanfaatkan untuk tambak dan penggaraman.
Sungai Kemoning bersumber di Kecamatan Robatal dan melewati dan bermuara di Kota
Sampang dipergunakan untuk sandaran perahu/pelabuhan.
Pola aliran Sungai yang terdapat di Kabupaten Sampang yang merupakan sumber air
permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam ( brainded), berkelok putus
(Anastromik), cakar ayam bersifat tetap, sementara dan berkala. Untuk panjang Sungai yang
ada tersebut berkisar antara 0,7 - 22 Km, dimana untuk Sungai terpanjang adalah Sungai
Sodung dengan panjang ±22 Km dan Sungai yang terpendek adalah Sungai Kalah dengan
panjang ±0,7 Km.
Klimatologi
Sebagaimana daerah di Indonesia pada umumnya, Kabupaten Sampang mempunyai
iklim tropis yang ditandai dengan adanya 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan kemarau.
Musim hujan berlangsung mulai dari bulan Oktober s.d. dengan Maret, dan musim kemarau
berlangsung mulai dari butan April s.d. dengan September.
Hujan terjadi sepanjang tahun, dengan frekuensi tertinggi terjadi pada bulan Januari
s.d. April. Pada bulan Mei s.d. September berkurang dan mulai bulan Oktober s.d. Desember
mulai turun hujan dengan frekuensi berangsur-angsur bertambah. Beberapa waktu terakhir
berlangsung gejala hujan yang tidak teratur, yang menjadi sebab utama merosotnya produksi
tembakau.
Curah hujan tertinggi pada Tahun 2014 terjadi di Rata-rata hari hujan tertinggi
terdapat di Kecamatan Pangarengan, sedang yang terendah terdapat di Kecamatan
Banyuates. Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungdung,
sedang yang terendah terdapat di Kecamatan Torjun.
Keadaan udara di Kabupaten Sampang umumnya relatif bersih, segar dan sehat.
Kondisi ini disebabkan belum banyak sumber-sumber polusi udara, baik yang berasal dari
industri, kendaraan bermotor, maupun aktivitas pembakaran yang melampaui daya dukung
alam. Suhu udara relatif panas, berkisar antara 28°C - 32°C.
Topografi
Topografi atau bentang alam merupakan kawasan perencanaan, yang dapat dijelaskan
tanpa melalui pengukuran lapangan, hal ini menyangkut tinggi rendahnya atau datar tidaknya
suatu kawasan. Keadaan topografi dapat digambarkan melalui kelerengan beberapa wilayah.
Lereng adalah gambaran perbedaan ketinggian dari dua tempat yang berbeda dan dinyatakan
dalam suatu persen. Faktor kemiringan tanah merupakan unsur yang penting dalam
merencanakan peruntukan penggunaan tanah, khususnya di bidang pertanian.
Kelerengan wilayah Kabupaten Sampang bervariasi antara datar, bergelombang, curam
dan sangat curam dimana klasifikasi kelerengan tanah tersebut adalah sebagai berikut ini :
Kelerengan 0-2 % meliputi luas 37.785,64 Ha atau 31,40 % dari luas wilayah keseluruhan
kecuali daerah genangan air, pada wilayah ini sangat baik untuk pertanian tanaman
semusim. Kelerengan 2-15 % meliputi luas 67.807,14 Ha atau 53,86% dari luas wilayah
keseluruhan, baik sekali untuk usaha pertanian dengan tetap mempertahankan usaha
pengawetan tanah dan air. Selain itu pada kemiringan ini cocok juga untuk konstruksi/
permukiman
Kelerengan 15-25 % dan 25-40 % meliputi luas 15.246,93 Ha atau 12,67 % dari luas
wilayah keseluruhan. Daerah tersebut baik untuk pertanian tanaman keras/tahunan, karena
daerah tersebut mudah terkena erosi dan kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 23
U s u l a n T e k n i s
Geologi
Berdasarkan geologinya, Kabupaten Sampang terdiri atas 5 macam batuan yaitu,
alluvium, pliosen fasies sedimen, plistosen fasies sedimen, pliosen fasies batu gamping, dan
mioses fasies sedimen. Jenis geologi alluvium dan mioses fasies sedimen banyak digunakan
oleh masyarakat untuk tegalan dan sawah, serta sebagian kecil jenis batuan plistosen fasies
sedimen yang seluruhnya untuk tegalan.
Administrasi
Secara keseluruhan Kecamatan Sreseh mempunyai luas wilayah sebesar 71,95
Km 2 . Kecamatan Sreseh memiliki desa sebanyak 12 desa. Desa terluas di Kecamatan Sreseh
adalah Desa Labuhan dengan luas sebesar 11,08 Km2. Berikut ini adalah luas wilayah dan
persentase luas wilayah menurut desa di Kecamatan Sreseh.
Tabel Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan Sreseh 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase
Kondisi Fisik
Pada dasarnya, kondisi fisik di Kecamatan Sreseh mengacu pada kondisi fisik
Kabupaten Sampang pada umumnya. Ketinggian wilayah Kecamatan Sreseh bervariasi antara
15-94 meter. Berikut ini persebaran ketinggian di masing-masing desa/kelurahan di Kecamatan
Sreseh.
Tabel Ketinggian Wilayah dari Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan Sreseh Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)
1 Noreh 15
2 Labuhan 15
3 Taman 27
4 Sreseh 94
5 Disanah 25
6 Marparan 18
7 Klobur 18
8 Labang 22
9 Bundah 44
10 Bangsah 24
11 Plasah 22
12 Junok 24
Kependudukan
Penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan, mengingat penduduk
merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya
hasil–hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak
diperlukan, meliputi komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal–hal terkait lain.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Banyaknya Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
(Sex Ratio) Menurut Desa Di Kecamatan Sreseh 2014
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 Noreh 3,198 2,957 6,155 108.15
2 Labuhan 3,304 3,471 6,775 95.19
3 Taman 2,251 2,149 4,400 104.75
4 Sreseh 1,909 1,925 3,834 99.17
5 Disanah 445 445 890 100.00
6 Marparan 1,028 1,183 2,211 86.90
7 Klobur 859 837 1,696 102.63
8 Labang 1,101 1,184 2,285 92.99
9 Bundah 965 1,030 1,995 93.69
10 Bangsah 1,058 993 2,051 106.55
11 Plasah 833 864 1,697 96.41
12 Junok 595 637 1,232 93.41
Jumlah 17,546 17,675 35,221 99.27
Sumber : Kecamatan Sreseh Dalam Angka Tahun 2015
Tabel Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga Menurut Desa di Kecamatan
Sreseh Tahun 2014
Jumlah Rumah Rata-rata Penduduk per
No Desa/Kelurahan
Penduduk Tangga Rumah Tangga
1 Noreh 6,155 1,597 3.84
2 Labuhan 6,775 1,664 4.08
3 Taman 4,400 786 5.60
4 Sreseh 3,834 835 4.59
5 Disanah 890 233 3.84
6 Marparan 2,211 481 4.60
Administrasi
Secara keseluruhan Kecamatan Camplong mempunyai luas wilayah sebesar 69,93
Km 2 . Kecamatan Sreseh memiliki desa sebanyak 14 desa. Desa terluas di Kecamatan
Camplong adalah Desa Rabasan dengan luas sebesar 10,45 Km2. Berikut ini adalah luas
wilayah dan persentase luas wilayah menurut desa di Kecamatan Camplong.
Tabel Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan Camplong
Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Persentase
Tabel Tinggi Wilayah dari Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun
2014
No Desa/Kelurahan Dusun/Lingkungan
1 Taddan 4
2 Banjar Talela 5
3 Tambaan 6
4 Prajjan 2
5 Dharma Camplong 7
6 Bato Karang 5
7 Sejati 6
8 Dharma Tanjung 6
9 Rabasan 6
10 Banjar Tabulu 7
11 Anggersek 4
12 Madupat 5
13 Pamolaan 6
14 Plampaan 7
Jumlah 76
Sumber : Kecamatan Camplong dalam Angka Tahun 2015
Kondisi Fisik
Pada dasarnya, kondisi fisik di Kecamatan Camplong mengacu pada kondisi fisik
Kabupaten Sampang pada umumnya. Ketinggian wilayah Kecamatan Camplong berkisar antara
17-28 meter. Berikut ini persebaran ketinggian di masing-masing desa/kelurahan di Kecamatan
Camplong.
Tabel Ketinggian Wilayah dari Permukaan Laut Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun
2014
No Desa/Kelurahan Tinggi (meter)
1 Taddan 22
2 Banjar Talela 23
3 Tambaan 21
4 Prajjan 26
5 Dharma Camplong 26
6 Bato Karang 24
7 Sejati 28
8 Dharma Tanjung 17
Kependudukan
Penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan, mengingat penduduk
merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya
hasil–hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak
diperlukan, meliputi komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal–hal terkait lain.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Banyaknya Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Menurut Desa Di Kecamatan Camplong 2014
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Penduduk Sex Ratio Penduduk
1 Taddan 3.514 3.228 6.742 1.416,39
2 Banjar Talela 2.916 2.737 5.653 1.160,78
3 Tambaan 2.869 2.555 5.424 1.412,50
4 Prajjan 1.320 2.347 3.667 7.971,74
5 Dharma Camplong 4.955 4.511 9.466 1.316,55
6 Bato Karang 1.934 1.664 3.598 1.280,43
7 Sejati 4.218 3.678 7.896 1.430,43
8 Dharma Tanjung 3.515 3.337 6.852 3.606,32
9 Rabasan 3.162 2.946 6.108 584,50
10 Banjar Tabulu 4.779 4.705 9.484 1.095,15
11 Anggersek 1.442 1.564 3.006 1.231,97
12 Madupat 4.920 4.815 9.735 1.580,36
13 Pamolaan 2.931 2.841 5.772 962,00
14 Plampaan 3.478 3.294 6.772 1.387,70
Tabel Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah Tangga
Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun 2014
Tabel Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Camplong Tahun
2014
No Desa/Kelurahan Penduduk Luas (Km 2) Kepadatan Penduduk
1 Taddan 6.742 4,76 1.416,39
2 Banjar Talela 5.653 4,87 1.160,78
3 Tambaan 5.424 3,84 1.412,50
4 Prajjan 3.667 0,46 7.971,74
5 Dharma Camplong 9.466 7,19 1.316,55
6 Bato Karang 3.598 2,81 1.280,43
7 Sejati 7.896 5,52 1.430,43
8 Dharma Tanjung 6.852 1,90 3.606,32
9 Rabasan 6.108 10,45 584,50
10 Banjar Tabulu 9.484 8,66 1.095,15
Administrasi
Secara keseluruhan Kecamatan Ketapang mempunyai luas wilayah sebesar 69,93
Km 2 . Kecamatan Sreseh memiliki desa sebanyak 14 desa dan 104 dusun/lingkungan. Desa
terluas di Kecamatan Camplong adalah Desa Rabasan dengan luas sebesar 10,45 Km2. Berikut
ini adalah luas wilayah dan persentase luas wilayah menurut desa di Kecamatan Camplong.
Tabel Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Desa Di Kecamatan
Camplong Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Luas (Km 2) Persentase
Tabel Banyaknya Dusun/ Lingkungan Menurut Desa di Kecamatan Ketapang Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Dusun/ Lingkungan
1 PaopaleLaok 11
2 Bunten Barat 8
3 BuntenTimur 8
4 Pancor 7
5 KarangAnyar 7
6 Pangereman 6
7 Bira Barat 13
8 KetapangTimur 16
9 KetapangDaya 6
10 KetapangLaok 14
11 Ketapang Barat 8
12 PaopaleDaya 4
13 Rabiyan 9
14 Banyusokah 10
104
Jumlah
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015
Kondisi Fisik
Pada dasarnya, kondisi fisik di Kecamatan Ketapang mengacu pada kondisi fisik
Kabupaten Sampang pada umumnya. Ketinggian wilayah Kecamatan Ketapang bervariasi
antara 0-70 meter. Berikut ini persebaran ketinggian di masing-masing desa/kelurahan di
Kecamatan Ketapang.
Kependudukan
Penduduk merupakan obyek dan subyek dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kependudukan, mengingat penduduk
merupakan subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Guna mendukung tercapainya
hasil–hasil pembangunan yang optimal, data kependudukan merupakan hal yang mutlak
diperlukan, meliputi komposisi penduduk, penyebaran penduduk serta hal–hal terkait lain.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Banyaknya Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
(Sex Ratio) Menurut Desa Di Kecamatan Ketapang
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 PaopaleLaok 3.727 4.005 7.732 93.60
2 Bunten Barat 3.874 3.779 7.653 102,51
3 BuntenTimur 2.810 3.025 5.835 92,90
4 Pancor 1.900 1.966 3.866 96,64
5 KarangAnyar 2.505 2.538 5.043 98,70
6 Pangereman 3.149 3.322 6.471 94,80
7 Bira Barat 2.950 2.995 5.945 98,49
8 KetapangTimur 3.860 4.259 8.119 90,63
9 KetapangDaya 5.105 5.204 10.309 98.,10
10 KetapangLaok 4.153 4.459 8.612 93,13
11 Ketapang Barat 3.977 4.293 8.270 92,63
Tabel Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Penduduk per Rumah
Tangga Menurut Desa di Kecamatan Ketapang Tahun 2014
No Desa/KelurahanPenduduk Rumah Tangga Rata-rata Penduduk per rumah
1 PaopaleLaok 7.732 2.840 tangga 2,72
2 Bunten Barat 7.653 2.060 3,71
3 BuntenTimur 5.835 1.655 3,52
4 Pancor 3.866 1.883 3,10
5 KarangAnyar 5.043 1.599` 3,20
6 Pangereman 6.471 2.140 3,02
7 Bira Barat 5.945 1.876 3,20
8 KetapangTimur 8.119 2.467 3,30
9 KetapangDaya 10.309 3.271 3,20
10 KetapangLaok 8.612 2.492 3,50
11 Ketapang Barat 8.270 2.825 2,10
12 PaopaleDaya 4.031 2.291 1,80
13 Rabiyan 1.936 910 2,12
14 Banyusokah 2.298 1.298 1,80
Jumlah 86.120 28.008 3,07
Sumber : Kecamatan Ketapang dalam Angka Tahun 2015
B.2.2. Metodologi
1. Identifikasi Program Terkait Kawasan Kumuh di Wilayah Studi
Kegiatan/program terkait kawasan kumuh, antara lain:
Quick Count Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh (Kementerian Pekerjaan Umum)
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (Kementerian Sosial)
Identifikasi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera (Badan Pusat Statistik)
RP3KP (Dinas Pekerjaan Umum)
SK Kumuh
Dan lain-lain
koefisien korelasi (R) mendekati 1. Dimana pada akhirnya dipilih satu model yang ditetapkan
sebagai model terpilih untuk merepresentasikan pola pertumbuhan penduduk.
A. Linear Growth Model / Aritmatik
Asumsi dasar aplikasi linear growth model (aritmatik) adalah bahwa tingkat pertumbuhan
penduduk jumlahnya konstan dari tahun ke tahun dan jumlah pertumbuhan tidak tergantung
pada jumlah penduduk pada suatu tahun tertentu. Model matematisnya adalah sebagai
berikut:
Pn = Po + na
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal pengamatan
n = Periode pengamatan
a = Jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
B. Exponential Growth Model / Geometri
Asumsi dasar penggunaan exponential growth model (geometri) adalah bahwa tingkat
pertumbuhan penduduk tiap tahun akan selalu proporsional dengan jumlah penduduk pada
tahun sebelumnya. Ada suatu variabel yang bersifat konstan, yaitu laju pertumbuhan
penduduk, bukan jumlah pertumbuhan penduduk. Secara fisik, makin besar jumlah
penduduk, makin cepat pula pertumbuhannya. Model matematisnya adalah sebagai berikut:
Pn = Po (1 + r )n
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal pengamatan
n = Periode pengamatan
r = Prosentase (laju) pertumbuhan tiap tahun
C. Least Square Model
Asumsi dasar penggunaan least square model adalah bahwa terdapat hubungan (korelasi)
linear antara tahun pengamatan dengan jumlah penduduk pada tahun pengamatan tersebut.
Hubungan tersebut diterjemahkan ke dalam persamaan linear yang merupakan formula
matematis dari linear regression model ini. Model matematisnya adalah sebagai berikut:
Pn = a.n+ b
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n (jiwa)
n = Interval Waktu (tahun)
a,b = konstanta empirik
N = Jumlah Data
MCK/sel = 5 KK ( 25jiwa )
IPLT 2 L/org/hr
70 L/org/hr (permukiman/KK)
Tolak ukur dan pendekatan yang dipergunakan dalam penentuan dasar perbaikan
perumahan di kawasan studi adalah:
- Kondisi sosial ekonomi masyarakat.
- Kondisi kesehatan perumahan dan lingkungan.
- Tata letak perumahan dan lingkungan alamiah.
Penggunaan air untuk kebutuhan domestik adalah kebutuhan air yang dipergunakan untuk
keperluan rumah tangga seperti:
(1) Minum dan memasak
(2) Mencuci
(3) Mandi dan kebersihan diri
(4) Menyiram tanaman dan halaman
2. 500 rb – 1 Jt 150
4. 20 rb – 100 rb 75
5. 3000 – 20 rb 50
6. < 3000 rb 40
Penggunaan air untuk kebutuhan non domestik dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu:
(1) Umum : tempat ibadah, puskesmas, sekolah, terminal dan lain-lain
(2) Komersial : pasar, perkantoran, warung, tempat hiburan, hotel
(3) Industri : peternakan, industri umum
Perkantoran 5
Perindustrian
Ringan 5
Sedang 10
Berat 25
Super berat 50
2. Saluran tersier
Tanpa resiko 2
PUH
No Keterangan
(Tahun)
Resiko kecil 5
3. Saluran sekunder
Tanpa resiko 2
Resiko kecil 5
Resiko besar 10
Tanpa resiko 5
Resiko kecil 10
Resiko besar 25
25 – 50 ha 5
50 – 100 ha 5-10
130 – 6500 ha 25 – 50
6. Gorong-gorong
Jalan by pass 25
Jalan tol 50
7. Saluran tepian
Jalan by pass 10 – 25
Jalan tol 25 - 50
Dimana:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
Xt = besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm/24 jam)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Waktu Hujan (jam)
a, b = Konstanta yang tergantung keadaan setempat
- Persamaan menghitung intensitas curah hujan (I) untuk hujan dengan waktu lebih
dari dua jam digunakan rumus menurut Prof. Sherman (1905):
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Waktu Hujan (jam)
c,n = konstanta yang tergantung keadaan setempat
- Rumus menghitung intensitas curah hujan (I) yang dikembangkan Dr. Ishiguro
(1953) :
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = Waktu Hujan (jam)
a,b = konstanta yang tergantung keadaan setempat
Rumus dari Prof. Talbot, Prof Sherman dan Dr. Ishiguro di atas memerlukan data
hujan dengan waktu mulai dari pendek sampai kurang dari 24 jam (hujan jam-
jaman). Sedangkan untuk Hujan 24 jam digunakan rumus Mononobe, yaitu:
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
T = Waktu Hujan (jam)
M = Konstanta
3. Bahun jalan :
*) untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai
nilai C yang berbeda, harga C rata-rata ditentukan dengan persamaan:
Dimana :
C1, C2, C3 = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan
A1, A2, A3 = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan
Secara sistematis debit air buangan rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qrumah tangga = penduduk x Qair limbah
Setelah semua variabel yang dibutuhkan dapat ditentukan, maka selanjutnya ditentukan
perhitungan terhadap dimensi saluran seperti pada gambar berikut.
Kriteria yang dipakai untuk merencanakan dimensi saluran yang dipakai adalah sebagai
berikut:
a) Menentukan perbandingan lebar dasar saluran (b) dengan tinggi muka air
(h) sesuai debit rancangan.
b) Menentukan luas penampang saluran (A) dan jari-jari hidrolis saluran (R)
berdasarkan bentuk saluran serta perbandingan b dan h.
c) Menentukan kemiringan saluran dengan menggunakan Rumus Manning.
Sedangkan tinggi jagaan untuk selokan samping bentuk segi empat ditentukan
berdasarkan rumus:
Namun demikian dari manapun asal sampah tersebut, bila dibuatkan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah, maka lokasi ini perlu diberi fasilitas setidaknya
dengan teknologi tepat guna. Lebih baik lagi tentunya, jika sampah bisa didaur ulang
untuk hal yang lebih bermanfaat.
Penanganan Persampahan
o Di daerah pedesaan penanganan persampahan dilakukan sendiri oleh masyarakat
secara on site dengan jalan dikumpulkan dalam lubang, dikeringkan, dibakar, dan
ditimbun.
o Di Ibu Kota Kecamatan yang dikategorikan ke dalam kota kecil dengan kepadatan
penduduk berkisar antara 50 jiwa/ha sampai dengan 100 jiwa/ha, penanganan
persampahan dapat dilayani oleh Petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten/Kota setempat dengan target penanganan sampah per hari 60% - 80%
total produksi sampah.
Ketentuan Analisa Kebutuhan Prasarana/sarana Persampahan
Daerah studi yang merupakan kota kecil dan daerah pedesaan mempunyai laju
produksi sampah sekitar 2,5 L/org/hr sampai dengan 2,75 L/org/hr dapat
diberlakukan standar analisa kebutuhan prasarana/sarana persampahan pada tabel
berikut.
Tabel B.7. Standar Analisa Kebutuhan Prasarana Sarana Persampahan
No Peralatan Kapasitas Pelayanan
70 lt
Sanitasi
Air limbah merupakan jenis air buangan yang mengandung kotoran manusia, binatang,
tumbuhan, buangan industri dan buangan kimia. Sedangkan air limbah domestik adalah
semua jenis air buangan dari keperluan rumah tangga seperti air bekas mandi dan cuci,
baik dari dapur maupun kamar mandi. Pembangunan penyediaan sarana prasarana air
limbah merupakan salah satu upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar
manusia yaitu peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan yang
ada.
Data tentang sistem sarana prasarana air limbah meliputi:
Sistem sarana prasarana air limbah meliputi sistem setempat (on site) atau sistem
terpusat (off site)
Jumlah, macam dan kondisi sarana prasarana air limbah
Tingkat pelayanan sistem untuk memberi gambaran tingkat pelayanan yang ada
Asumsi dan kriteria yang diperlukan untuk penyusunan program air limbah/sanitasi
adalah sebagai berikut:
Air limbah adalah air limbah domestik yaitu terdiri dari air buangan manusia/ faeces
dan sullage (cuci).
Area Pelayanan adalah daerah yang air limbahnya telah tertangani, baik secara
individual maupun komunal, on site maupun off site. Area pelayanan terdiri atas area
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 50
U s u l a n T e k n i s
Pelayanan Perkotaan adalah kecamatan-kecamatan yang air limbah seluruh desa atau
sebagian desanya telah tertangani, baik secara individual maupun komunal.
Prosentase pelayanan:
- Prosentase pelayanan perkotaan terhadap area pelayanan
Adalah perbandingan antara jumlah penduduk perkotaan yang air limbahnya telah
tertangani baik secara individual maupun komunal dalam area pelayanan dengan
jumlah total penduduk perkotaan dalam area pelayanan.
- Prosentase pelayanan perkotaan terhadap kabupaten
Adalah perbandingan jumlah penduduk perkotaan yang air limbahnya telah
tertangani baik secara individual maupun komunal dalam area pelayanan dengan
jumlah total penduduk perkotaan dalam satu kabupaten.
Pengolahan lanjut
Untuk penanganan limbah secara indivudial yang menggunakan septic tank,
diperlukan penyediaan IPLT, begitu pula untuk MCK.
Kriteria
Dalam program peningkatan pelayanan air limbah mengikuti kriteria sebagai berikut:
- Truk tinja @ 3 m3/10 KK
- Sanimas melayani 65 KK atau 325 jiwa
- Modul IPLT disiapkan untuk pelanggan 100.000 jiwa dengan debit 2 L/org/hari,
meliputi: kolam lumpur, Oxidation Ditch/ponds, Sludge thickener, digester dan
sludge drying bed: kebutuhan lahan 2 Ha/100.000 jiwa
- Septic Tank:
Produksi Lumpur tinja 40 L/org/tahun
Air buangan 70 – 80% konsumsi air bersih
Pengosongan lumpur 5 tahun sekali
Cubluk
Cubluk disediakan dengan periode pemakaian 5 tahun, minimal jarak dari
sumur gali 10 m
Pembuatan MCK/sel untuk 25 orang membutuhkan septic tank dengan volume
19 m3, dan dimensi :
Panjang =6m
Lebar =3m
Tinggi = 1,8 m
Dengan waktu pengurasan 2 tahun sekali
Kriteria daerah/ kawasan yang dilayani
a) Masyarakat di kawasan tersebut banyak menderita penyakit yang ada
kaitannya dengan pembuangan air limbah.
b) Kawasan dengan kepadatan tinggi tetapi tidak memiliki sarana pembuangan
air limbah yang higienis.
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 51
U s u l a n T e k n i s
Penggunaan jalan yang terdapat pada wilayah studi dikaitkan dengan satu sistem
jaringan jalan dengan hierarki lebih tinggi. Syarat atau kriteria jaringan jalan dalam
wilayah studi yang diartikan sebagai wilayah/desa perbatasan dapat dianalisa dengan
standar minimal dibandingkan dengan luas area permukiman eksisting yang ada dengan
model matematis sebagai berikut:
Studi-studi yang terkait kawasan kumuh dan infrastruktur permukiman yang pernah
dilakukan.
Data pendukung lain yang dianggap perlu.
Berpotensi
Bermasalah
Rencana Pengembangan
Strategi Pengembangan Infrastruktur Infrastruktur Permukiman
Permukiman Kawasan Kumuh Kawasan Kumuh
sumber studi yang telah ada serta penetapan dari kepala daerah maupun instansi yang
berwenang.
Analisis selanjutnya ditujukan untuk merumuskan strategi penanganan kawasan kumuh
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi terbentuknya kawasan
kumuh tersebut termasuk didalamnya adalah karakteristik sosial ekonomi dan budaya.
Berdasarkan data-data dan kondisi eksisting tersebut, selanjutnya dilakukan analisis
untuk mengetahui kebutuhan pengembangan infrastruktur sesuai dengan strategi
penanganan kawasan kumuh perkotaan.
d. Tahap Penyusunan Rencana
Rencana yang dibuat meliputi:
Strategi penanganan kawasan kumuh perkotaan.
Program penanganan kawasan kumuh perkotaan berdasarkan karakteristik dan
potensinya sampai dengan tahun 2019.
2. Pelaporan
Sebagai kontrol dan pertanggung jawaban dari pelaksanaan pekerjaan jasa konsultansi
Penyusunan Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang ini adalah adanya
pelaporan yang diberikan secara bertahap sesuai dengan tahapan penyelesaian pekerjaan.
Beberapa tahapan pelaporan yang diserahkan adalah:
a. Laporan Pendahuluan, berisi uraian ringkas mengenai rencana awal pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan sebagian dari data primer dan sekunder yang sudah diperoleh,
juga dimasukkan metodologi serta pendekatan teknis pelaksanaan pekerjaan. Laporan
pendahuluan diserahkan 15 hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
Laporan ini harus diserahkan rangkap 3 (tiga) buku ukuran kertas A4.
b. Laporan Antara, berisi hasil kompilasi data serta hasil analisis awal terkait dengan
delineasi wilayah perencanaan dan kondisi eksisting kawasan kumuh perkotaan. Diskusi
dari laporan ini dilakukan secara eksternal dengan tim teknis pengguna jasa dan pihak
terkait dari kabupaten/kota wilayah studi dan diharapkan dapat diperoleh satu
kesepakatan mengenai hasil kompilasi dan analisis data. Hasil diskusi dituangkan dalam
bentuk satu berit acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan berikutnya.
Laporan Antara diserahkan 40 hari setelah Laporan Pendahuluan. Laporan ini harus
diserahkan rangkap 3 (tiga) buku ukuran kertas A4. Untuk pembahasan Laporan
Pendahuluan bersamaan dengan Laporan Antara.
c. Draft Laporan Akhir, berisi laporan tentang hasil akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
pelaksanaan pekerjaan termasuk analisis kebutuhan infrastruktur permukiman dalam
upaya penanganan kawasan kumuh dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah
dan masyarakatnya. Diskusi laporan ini dilakukan secara eksternal dengan mengundang
beberapa pihak terkait untuk memperoleh masukan lain mengenai hasil akhir dari studi
ini sehingga dalam penyusunan laporan berikutnya dapat diperoleh satu kesimpulan
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 55
U s u l a n T e k n i s
yang mampu menampung banyak kepentingan. Hasil diskusi ini dituangkan dalam satu
berita acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan berikutnya. Draft
Laporan Akhir diserahkan 20 hari setelah Laporan Antara. Laporan ini harus diserahkan
rangkap 2 (dua) buku ukuran kertas A4.
d. Laporan Akhir, adalah bentuk akhir dari keseluruhan rangkaian pelaksanaan pekerjaan
studi dan merupakan penyempurnaan dari Draft Laporan Akhir sesuai dengan catatan
dalam berita acara pembahasan. Laporan ini harus diserahkan rangkap 10 (sepuluh)
buku ukuran kertas A4. Laporan Akhir diserahkan 15 hari setelah Draft Laporan Akhir,
khusus buku Laporan Akhir akan didistribusikan ke kabupaten/kota di wilayah studi.
e. Executive Summary, merupakan ringkasan dari Laporan Akhir yang disajikan secara
komunikatif dalam tampilan yang menarik. Laporan ini harus diserahkan rangkap 2
(dua) buku dengan ukuran kertas A4.
f. Softcopy dari seluruh naskah laporan yang dibuat oleh konsultan harus diserahkan
kepada pemberi kerja dalam bentuk media elektromagnetis berupa disk atau compact
disk (CD) yang digandakan sebanyak 2 (dua) keeping.
1. Hylda PT Tata Guna Tenaga Lokal Teknik Team Leader - Memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan 3
Fatnasari, ST, MT Matra Lingkungan anggota tim kerja dalam mengelola seluruh
kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan baik di
lapangan maupun dalam kantor sampai dengan
pekerjaan dinyatakan selesai.
- Bertanggung jawab terhadap kelancaran
pelaksanaan baik administrasi maupun teknis
kepada Pemberi Pekerjaan berkaitan dalam
kegiatan tim pelaksana pekerjaan dan
pelaksanaan pekerjaan yang berlangsung.
- Memantapkan metodologi, menyusun rencana
kerja serta membuat schedule kegiatan
pekerjaan.
- Bekerja sama dengan tenaga ahli dan asisten
ahli dalam menyelesaikan keseluruhan proses
penyusunan rencana serta memonitor progress
pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli.
- Mengarahkan seluruh anggota tim dalam
menyiapkan laporan yang diperlukan.
- Mengkaji ulang serta pengecekan keseluruhan
hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
- Melaksanakan presentasi dengan direksi
pekerjaan dan instansi terkait.
- Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.
JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN
JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN
3. Tenaga Lokal Teknik Sipil Ahli Bangunan - Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting 2
Gedung proyek dan karakteristik yang berkaitan dengan
perencanaan.
- Melakukan evaluasi terhadap rancangan
bangunan pengamanan saluran dan sungai
untuk menentukan konsep desasin.
- Melakukan survey dan analisa data hidrologi,
evaluasi ketersediaan air dan analisis banjir.
- Merencanakan beberapa alternatif bangunan
penyedia air minum, pengendali banjir dan
pemodelan jaringan drainase serta rekomendasi
sistem jaringan drainase.
- Melaksanakan collecting data sekunder yang
berkaitan dengan desain drainase dan desain
penyedia air minum.
- Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting
proyek dan karakteristik yang berkaitan dengan
perencanaan.
- Melakukan analisis jaringan drainase yang
berkaitan dengan pemilihan rencana bangunan
pengendalian banjir.
- Melakukan pengumpulan data sekunder dan
melakukan review atas hasil analisis terdahulu.
- Melakukan collecting data sekunder seperti data
hujan, klimatologi, peta das dan lain-lain yang
berkaitan dengan analisis hirologi.
- Menyiapkan laporan hasil analisis hidrologi
beserta rekomendasi yang diperlukan team
desain.
- Melakukan diskusi dengan instansi terkait dalam
perumusan hasil analisis.
4. Tenaga Lokal Sosial Ahli Sosial - Menelaah/mengkaji lebih dalam mengenai 2
karakteristik sosial terhadap keberadaan dan
Penyusunan DED Kawasan Kumuh Kabupaten Sampang B - 60
U s u l a n T e k n i s
JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN
5. Tenaga Lokal Teknik Asisten Ahli - Melakukan survey dan analisis data hidrologi. 2
Lingkungan Lingkungan - Melaksanakan collecting data sekunder yang
berkaitan dengan drainase.
- Melakukan analisis jaringan drainase.
- Ikut serta dalam penyusunan laporan.
- Ikut serta dalam melakukan asistensi dan
diskusi dengan direksi pekerjaan.
- Melakukan pengumpulan data sekunder dan
melakukan review atas ahasil analisis terdahulu.
- Melaksanakan collecting data sekunder.
- Melakukan kegiatan kompilasi data dan analisis.
6. Tenaga Lokal Teknik Sipil Surveyor - Mengkoordinir kegiatan survey topografi serta 2
mengumpulkan data primer.
- Mengambil data survey topografi dalam
pelaksanaan kegiatan lapangan.
- Koordinasi dalam penentuan referensi yang
digunakan.
- Memeriksa data lapangan.
7. Tenaga Lokal Teknik Sipil Surveyor - Mengkoordinir kegiatan survey topografi serta 2
mengumpulkan data primer.
- Mengambil data survey topografi dalam
pelaksanaan kegiatan lapangan.
JUMLAH
TENAGA AHLI LINGKUP POSISI
NAMA PERSONIL PERUSAHAAN URAIAN PEKERJAAN ORANG
LOKAL / ASING KEAHLIAN DIUSULKAN
BULAN
8. Tenaga Administrasi :
9. Operator Komputer :