Anda di halaman 1dari 23

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI DAN KABUPATEN

NAMA ANGGOTA:

-Ahmad Wildan
-Deana Zahra
-Denis Pratama
-Vira Rizky Lestari
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui informasi mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Kabupaten,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dan Kabupaten”
yang menjelaskan bagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Geografi yang telah membimbing
penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………1


1.2. Tujuan dan Sasaran………………………………………………………………….2
1.3. Ruang Lingkup………………………………………………………………………3
1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah…………………………………………………………..4
1.3.2. Ruang Lingkup Substansi…………………………………………………………5
1.4. Fungsi dan Kedudukan Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Majalengka……….6
1.5. Metodologi…………………………………………………………………………..7
1.6. Potensi Permasalahan, Peluang dan Tantangan Pembangunan Kabupaten
Majalengka………………………………………………………………………………8
1.7. Kesimpulan…………………………………………………………………………9
1.8. Daftar Pustaka………………………………………………………………………10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Rencana Tata Ruang Wilayah atau yang lebih dikenal dengan islah RTRW adalah
sebuah Rencana peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
ruang angkasa agar pemanfaatannya optimal, lestari, seimbang dan serasi bagi sebesar-
besamya kemakmuran rakyat. Pemerintahan Kabupaten Majalengka Cq. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Kabupaten Majalengka berinisiatif
melaksanakan Revisi RTRW Kabupaten Majalengka pada tahun 2009 guna
mengantisipasi perubahan perubahan kebutuhan akan ruang yang begitu pesat pada saat
ini. Dalam rangka meningkatkan substansi RTRW Kabupaten Majalengka 2010-2030,
muatan dan substansi teknis harus mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16/PRTM/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah aspek tujuan, kebijakan, dan strategi
penataan ruang rencana struktur ruang wilayah, rencana pola ruang wilayah, penetapan
kawasan strategis wilayah, arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yang sesuai dengan Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan kegiatan Revisi RTRW Kabupaten Majalengka adalah merupakan penjabaran
dan penyempumaan dan RTRW Kabupaten Majalengka terdahulu yang sudah dianggap
tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan perkembangan pembangunan pada saat ini yang
meliputi:

1. Sebagai instrument pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Majalengka


2. Acuan bagi Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam pelaksanaan pembangunan dan
koordinasi pelaksanaan pembangunan
3. Meningkatkan kinerja pembangunan Kabupaten Majalengka, terutama bagi kawasan
yang dianggap memiliki fungsi strategis untuk mendukung peningkatan ekonomi wilayah
4. Meningkatkan kinerja kelembagaan pemerintah swasta, dan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan Kabupaten Majalengka
5. Mengurangi kesenjangan antar-kawasan dan wilayah Kabupaten Majalengka, sehingga
tercipta sinergi wilayah yang harmonis dan berkelanjutan
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan Kabupaten
Majalengka.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan Kabupaten Majalengka, khususnya identifikasi
kawasan yang mengalami perkembangan pesat.

Sedangkan sasaran penyusunan Revisi RTRW ini yaitu;


-Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka sesuai dengan
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No
15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 16/PRTM/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten.
-Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka sebagai pedoman
bagi Pemerintah Kabupaten dalam perencanaan tata ruang pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang sehingga dapat mewujudkan pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
-Tersusunnya rencana keterpaduan program-program pembangunan Kabupaten
Majalengka.
-Terciptanya keserasian antar-kawasan terbangun dan kawasan tak terbangun atau ruang
terbuka hijau Tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten
Majalengka 2010-2030.

1.3. RUANG LINGKUP

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah


Kegiatan Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Majalengka mencakup wilayah
administrat Kabupaten Majalengka dengan luas 120.424 Ha yang terdiri atas 26
kecamatan, 13 kelurahan, dan 334 desa. Secara geografis terletak pada koordinat 6'33:40
-7°04'19" LS dan 11420-13642 BT, dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Utara: Kabupaten Indramayu
-Selatan: Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya
- Barat: Kabupaten Sumedang
-Timur: Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon

1.3.2. Ruang Lingkup Substansi

a. Substansi Materi
Produk dokumen baru RTRW Kabupaten Majalengka yang disusun harus mencakup
aspek-aspek sebagai berikut:

Kebijakan pembangunan Analisis regional;


- Ekonomi dan sektor unggulan
- Sumber daya manusia
- Sumber daya buatan
- Sumber daya alam
- Sistem permukiman
- Penggunaan lahan
- Sumber pendanaan
- Kelembagaan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M2009, maka produk
akhir RTRW has penyesuaian harus mencakup materi sebagai berikut:

1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten


2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
4. Penatapan Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten
5. Arahan Pemanfataan Ruang Wilayah Kabupaten
6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten

b. Substansi Proses
Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Majalengka dalam rangka pembangunan Bandara
Internasional Jawa Barat di Majalengka mencakup kegiatan sebagai berikut;

1. Pengumpulan data sekunder terkait pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat


di Majalengka
2. Survey untuk pengenalan dan verifikasi data, terutama data fik alami dan buatan, serta
kondisi sosial ekonomi dan budaya
3. Kajian implikasi Bandara Internasional
4. Analisis kesesuaian dan penyusunan alterat penyesuaian konsep RTRW, dengan
mempertimbangkan keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati
Kabupaten Majalengka
5. Penyusunan dan pemantapan konsepsi penyesuaian rencana

1.4. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PENYUSUNAN REVISI RTRW KABUPATEN


MAJALENGKA
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, rencana
tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dan tingkat yang sangat umum sampai
tingkat yang sangat rinci. Mengingat mencana tata ruang merupakan matra keruangan dan
rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional. ketga tingkatan
(RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten) mempunyai hubungan
keterkaitan satu sama lain serta dijaga konsistensinya, baik dari segi substansi maupun
operasionalisasinya dan tuntutan dalam Pemaduserasian RTRW Kabupaten Majalengka
dengan adanya Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati
dan Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu (Cileuny-Sumedang-Dawuan) serta Tol Cikapa
(Cikampek-Palimanan).
RTRW Kabupaten Majalengka disusun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Majalengka, dengan memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Provinsi, dan RTRW
Kabupaten yang berbalasan. Fungsi dan kedudukan dan RTRW Kabupaten adalah
sebagai berikut:

-Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RP.PD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
-Acuan dalam pemanfaatan ruang atau pengembangan wilayah kabupaten Acuan untuk
mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kabupaten
-Acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten yang dilakukan pemerintah, masyarakat
dan Pedoman untuk penyusunan rencana rincitata ruang di wilayah kabupaten Dasar
pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan atau pengembangan wilayah kabupaten
yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif
serta pengenaan sanksi.
-Acuan dalam administrasi pertanahan

1.5. METODOLOGI
Dalam pekerjaan Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Majalengka dilakukan
menurut metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sekaligus sebagai
acuan pengendalian dan pemantauan pekerjaan, yaitu :

1. Review RTRW Kabupaten Majalengka 2005-2015


2.. Pengumpulan Data
3. Kajian Data dan Analisis
4. Proses dan Perumusan Dialog
5. Perumusan Rencana dan Program Pembangunan

BAB II
PEMBAHASAN

1.6 POTENSI, PERMASALAHAN, PELUANG DAN TANTANGAN


PEMBANGUNAN KABUPATEN MAJALENGKA

A. Potensi Pembangunan Kabupaten Majalengka


Berdasarkan hasil kajian potensi wilayah Kabupaten Majalengka, maka dapat
didentifikasi hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil hutan produksi memiliki nilai tambah tinggi, potensial dalam penyerapan tenaga
kerja dan berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem lingkungan (resapan air, sekulasi
udara, air, dll). Sementara itu, pemanfaatan lahan untuk kegiatan hutan produksi, yaitu
hutan rakyat dan hutan negara telah memiliki manajemen (pengelolaan) hutan produksi
yang sudah relatif baik.

2. Pemanfaatan pertanian lahan basah dan lahan lening potensial dalam penyerapan
tenaga kerja dan mata pencaharian utama penduduk serta hashasinya memiliki nilai
tambah tinggi, dan pasar domestik hasil hasil produkal pertanian cukup tinggi
(diperkirakan jumlah penduduk tahun 2030, sebanyak 1,6 juta) dan mudahnya pemasaran
hashasinya. Sebagian wilayah Kabupaten Majalengka didominasi oleh kegiatan lahan
sawah, dan sebagian telah dilayani deh sistem irigasi (tidak tergantung terhadap musim)
yang terkonsentrasi di Bagian Utara. Sementara pertanian lahan kering terkonsentrasi di
bagian Selatan.

3. Perkebunan di Kabupaten Majalengka cukup tinggi dalam penyerapan tenaga kerja.


Selain menghasilkan devisa juga dapat berfungsi konservasi atau menjaga kelestarian
lingkungan, Tanaman perkebunan hamper tersebar di seluruh kecamatan dan
terkonsentrasi di Bagian Tengah dan Selatan.

4. Petemakan sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja dan mata pencaharian utama
penduduk Kabupaten Majalengka. Hasil petemakan memiliki nilai tambah dan pasar
domestik yang cukup tinggi (diperkirakan jumlah penduduk tahun 2030 sebanyak 1,6 juta
orangi serta pengelolaarinya pun tidak memerlukan waktu yang lama. Kegiatan
petemakan tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Majalengka.

5. Pemanfaatan industri sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja dan mata
pencaharian utama penduduk Kabupaten Majalengka. Sementara itu, konsentrasi Industri
besar terdapat di kecamatan Dawuan, Jatujuh, Jatiwangi, Kadpaten Sumberjaya,
Majalengka, Sindangwangi, dan Bantanujeg. Industri sedang hampir tersebar merata,
yaitu di Kecamatan Dawuan, Jawangi, Kadipaten, Ligung, Sumberjaya Cigasong,
Leuwimunding, Majalengka, Palasah, Rajagath, Sukahaji Sindangwangi, dan Cikijing
6 . Pemanfaatan pertambangan dan galan sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja
dan mata pencaharian utama penduduk yaitu logam, batu, pasir, dan lempung Di
Kabupaten Majalengka terdapat pua potensi emas di Gunung Wangi Maja, Komplek
Gunung Embe, Sungai Cisuluhan dan anak sungainya, serta Gurung Haur, Perbukitan
Inten. Sementara itu, potensi tambang lainnya, yalu terdapatnya batu gamping di Kec.
Majalengka dan Maja. Terdapat potensi batuan beku di Kec Leuwmunding.
Sindangwangi, Sukahaj, Majalengka, Maja Argapura, Talaga, Bantarujeg, Sukahak dan
terdapat batu pasir di Kecamatan Maja.

7. Hutan Indung di Kabupaten Majalengka, yaitu kawasan dengan skor > 175 yang
memiliki fungsi sebagai daya dukung dan daya tampung lingkungan serta berfungsi juga
untuk menjaga resapan air hujan dan pengendalian lingkungan. Kawasan ini memiliki
bentang alam (panorama) yang indah, sehingga potensial untuk pengembangan pariwisata
di Tengah dan Selatan Kabupaten Majalengka.

8. Komoditas unggulan pertanian di Kabupaten Majalengka antara lain, Mangga. Tomat


Cabal Merah (okal), Kedelai dan Jagung, Komoditas unggulan perikanan diantaranya
Nila dan Gurame, sedangkan komoditas unggulan perkebunan diantaranya Tembakau,
Aren dan Teh, serta produk-produk hasil industri lainnya seperti bahan bangunan dan
genteng

9. Kabupaten Majalengka merupakan wilayah yang kaya akan keberadaan objek wisata.
Dapat didentifikasi pula, bahwa sektor wisata mempunyai multiplier effect tinggi. Objek
wisata di Kabupaten Majalengka antara lain situ, hutan Indung makam keramat, patlasan,
curug, tempat rekreasi dan kolam renang, peninggalan sejarah, gunung batu, dan lain-lain.

10. Kabupaten Majalengka dilalui oleh jalan status Negara, Provinsi dan cukup
tersebarnya jalan status Kabupaten. Selain jaringan jalan, potensi transportasi juga
terdapat delapan terminal yang melayani rute di dalam kota kecamatan dan melayani
antar-kecamatan maupun antar-kota serta telah memiliki jalur penerbangan.

11. Potensi prasarana ingasi hampir di seluruh bagian wilayah Utara telah terdayani dan
terdapat sunga-sungai besar dan anak-anak sungai yang dapat menjadi sumber pengairan
yang memiliki ketersediaan air dan sumber mata air yang melimpah. Tercatat debit air
sungai maksimal adalah 8.179,75 Liter /detik (ting), dan debit air danau (waduk)
maksimul adalah 2.200 Liter detik (tinggi).

12. Kabupaten Majalengka telah telayani oleh jaringan telekomunikasi, listrik dan
pelayanan pas. Salah satu bentuk pelayanan telekomunikasi yaitu dengan adanya jaringan
telekomunikasi nirkabel. Sementara itu, jaringan listrik telah dapat melayani hampir dan
atau sebagian besar Wilayah Kabupaten Majalengka serta Jaringan pos juga telah dapat
melayani seluruh Wilayah Kabupaten Majalengka.

13. Berdasarkan kajian analisis TPA saat ini di Desa Heuluet Kecamatan Panyingkiran
masih dapat menampung timbunan sampah untuk 5-10 tahun mendatang serta kelebihan
lainnya yaitu sampah dapat memiliki nilai ekonomi dengan timbulnya aktivitas pemulung
di sekitar TPA. Selain menu TPA sendri Kabupaten Majalengka telah dapat memenuhi
pelayanan persampahan di tempat-tempat umum.

14. Potensi sarana, yaitu sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan lain-lain telah
dapat menjangkau seluruh kecamatan Terdapat dua rumah sakit umum daerah, yaitu
Cideres, dan Majalengka serta terdapat enam Perguruan Tinggi yang berada di Kabupaten
Majalengka.

15. Dari sektor pendapatan daerah tercatat pertumbuhan PAD mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun dengan kontribusi PAD paling tinggi bersumber dan pajak dan
retribusi. Hal ini pula dimbang dengan Investasi swasta yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya baik domestik maupun regional.

16. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Majalengka dan orgainsasi non
pemerintah (LSM, Organisasi poltik dan Ormas) cukup baik keterlibatannya dalam
pembangunan.

B. Permasalahan Pembangunan Kabupaten Majalengka


Berdasarkan hasil kajian dapat didentifikasi permasalahan pembangunan di Kabupaten
Majalengka sebagai berkut:
1. Permasalahan pengembangan hutan produksi (hutin rakyat dan hutan negara), antara
lain: masih kocinya minat masyarakat untuk mengelola hasil-haal hutan produksi dan
teknologi pemanfaatan hutan produksi mash terbatas; hal ini ditunjukkan dengan
berkurangnya luasan lahan untuk kegiatan hutan produksi, dan hasinya hanya
dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri (bukan sektor basis), Selain hal tersebut yang
menjadi kendala, yaitu pemanfaatan hutan produksi memerlukan lahan yang luas, dan
penebangan kayu (hasil produksi) dari waktu pembibitan memerlukan waktu yang lama
serta sulitnya mendapatkan benih kayu unggu. Hal ini yang dapat menyebabkan hutan
produksi bukan sebagai mata pencaharian utama masyarakat.

2. Permasalahan pengembangan pertanian lahan basah, dapat dilihat dari produksi dan
kualitasnya yang belum optimal. Salah satu yang dapat menjelaskan pemyataan tersebut
yaitu penanaman lahan sawah (pad) masih menggunakan sistem tadah hujan atau 1 kall
panen dalam setahun, hal ini banyak terjadi di Bagian Selatan. Selain hal tersebut di atas,
penjelasan lainnya, adalah lahan sawah selap tahunnya berkurang 0.07% dan rata-rata
produksi pad (gabah) 3-4 Ton/Hatahun (di bawah standar 6-7 Ton/Thn) serta rendahnya
harga hasil pertanian lahan basah (domestk dan ekspor), hal ini persuit dengan tingginya
harga pupuk.

3. Produksi dan kualitas pertanian lahan kering masih belum optimal. Dapat didentkasi
terjadinya kondisi tersebut akibat pemasaran hasil-hasil pertanian tahan kering belum
jelas, nilai dan harga has-hasil berfluktuatif serta harga pupuk yang tinggi. Kondisi ini
pula yang dapat menjelaskan kecilnya mint masyarakat untuk mengelola hasil-hasil
pertanian lahan kering di samping persoalan pemanfaatan teknologi lahan kering yang
masih terbatas. Kondisi ini, merupakan penyebab berkurangnya pemanfaatan lahan kering
setiap tahun di Kabupaten Majalengka dan hasilnya hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan
sendin (bukan sektor basis).

4. Permasalahan pengembangan perkebunan antara lain sultnya distibusi pemasaran hasil


perkebunan omestik dan ekspor), yaitu belum jelasnya pemasaran untuk hasil-hasil
perkebunan, hal ini dapat terjadi akibat jumlah agroindustri yang masih terbatas di
samping persoalan lainnya yaitu tingginya harga pupuk sehingga minat masyarakat untuk
mengelola hasi-hasil tanaman tahunan (perkebunan) menjadi terbatas. dan hanya
dimanfaatkan untuk kebutuhan sendin. Persoalan di atas mempertegas bahwa produksi
dan kualitas perkebunan belum optimal atau masih di bawah produksi standar.

5. Manajemen (pengelolaan) produksi peternakan dan perikanan belum optimal,


ditunjukkan dengan kontibus ekonomi yang rela rendah (berbanding terbaik dengan
potensi yang dimiliki. Sementara itu pemanfaatan pasar lemak belum optimal harga
pakan temak yang relat tinggi: pemasaran hasil-hasil petemakan dan perikanan yang
belum jelas (masih mengandalkan pasar loka minat masyarakat untuk mengelola
petemakan dan perikanan masih terbatas; serta hasinya hanya dimanfaatkan untuk
kebutuhan sendiri.

6. Permasalahan pengembangan industri, dan faktor intemal dapat didentifikasi belum


adanya kawasan industri terpadu, biaya produksi yang relatif lebih tinggi dari nilai jual
hasil produksi yang rendah sehingga industri terancam gulung tikar di samping itu juga
sulitnya mendapatkan bahan baku karena bersifat impor (dak memanfaatkan bahan baku
lokal ketersediaan tenaga kerja (SDM) relatif rendah, dan pembangunan indus
membutuhkan investasi tinggi serta pembangunan industri memilki potensi dampak
lingkungan tinggi.

7. Pemasalahan pengembangan pertambangan adalah sumber daya pertambangan dan


penggalian bersifat terbatas (non-renewable): pemanfaatan pertambangan dan penggalian
di Kabupaten Majalengka mash relatif sederhana (konvensional) sehingga banyak yang
terbuang (idak efektif dan efesien; belum terdapat industri atau sentra industri yang
mengelola hasil tambang, serta sultnya penerapan teknologi tinggi pengolahan yang
ramah lingkungan di samping memerlukan investasi yang tinggi

8. Permasalahan perwujudan kawasan lindung, yaitu adanya pemanfaatan kawasan


Indung yang dijadikan kawasan budidaya oleh masyarakat.

9. Permasalahan pengembangan sektor unggulan antara lan sultnya permodalan sulitnya


mendapatkan bit unggul, harga jual yang fuituat dan belum berkembangnya nilai tambah
dan sektor unggulan yang ada.
10. Pengelolaan obyek wisata belum optimal, karena sumbangan sektor pariwisata masih
relatif kecil apabila dibandingkan dengan potensi pariwisata yang dimilik Kabupaten
Majalengka dan minimnya pembangunan infrastruktur pariwisata yang ada, serta sulitnya
akses menunuju objek wisata. Hal lainnya adalah belum optimalnya pengelolaan wisata,
terutama objek wisata yang belum terkenal dan belum memiliki citra

11. Permasalahan pengembangan perekonomian Kabupaten Majalengka, selain dari


dimensi keuangan, juga dakbalkan oleh sektoral, yang antara lain tingkat inflasi yang
tinggi sehingga mempengaruhi harga-harga bahan pokok menjadi tinggi dan secara
otomatis daya beli masyarakat saat ini mengalami penurunan (aktivitas ekonomi
terganggu. Persoalan lainnya adalah kreatifitas dan inovasi (entrepreneurship) masyarakat
masih rendah serta tidak meratanya kualitas penduduk setiap kecamatan dan masih
tingginya jumlah pencari kerja.

12. Permasalahan dalam pengembangan infrastruktur jalan, yaitu panjang dan luas jalan
saat ini belum mencapai standar, dan terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan, terutama
di Kadipaten dan Majalengka yang merupakan wilayah dengan aktivitas tinggi. Persoalan
lainnya akses Tengah-Selatan Kabupaten Majalengka masih relatif terbatas, hal ini
apabila terjadi atau terputusnya jaringan jalan yang ada saat ini (melalui jalur Maja),
maka aktivitas dan hubungan Tengah-Selatan akan sangat terganggu yaitu berupa
terputusnya aktivitas sosial-ekonomi wilayah. Selain itu, terminal lintas Kadipaten sudah
tidak layak penggunaannya dan tidak dapat memenuhi persyaratan, sehingga memicu
tumbuh berkembangnya terminal bayangan Sementara itu persoalan dari pembangunan
Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajat memerlukan lahan yang luas dan dapat
mengalih fungsikan tanah pertanian yang ada.

13. Permasalahan dalam pengembangan infrastruktur ingasi, yaitu sebagian kondisi


prasarana ingasi tidak terawat dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan ingasi sulit
mencapai elevasi tanah tinggi sebagaimana yang terjadi di bagian Utara, sehingga petani
menggunakan motor penarik air. Persoalan lainnya, pembangunan rigasi memerlukan
biaya yang tinggi dan di musim kemarau sunga-sungai utama banyak yang mengalami
kekeringan.
14. Air bersih dengan sistem pengelolaan instansi yang berwenang (POAM), belum dapat
melayani sebagian besar wilayah permukiman perkotaan atau perdesaan dan industry.

15. Permasalahan pengembangan jaringan telekomunikasi dan energi listrik, yaitu


sebagian besar penduduk terutama perdesaan, belum dapat memanfaatkan fasilitas
telekomunikasi. Terdapat beberapa wilayah yang tidak terjangkau jaringan nirkabel,
lenutama di wilayah selatan (beberapa wilayah) serta terbatasnya ketersediaan energi
listrik.

16. Permasalahan pengelolaan sampah, yaitu TPA yang ada sulit dijangkau olen wilayah
di bagian Selatan jalan akses ke TPA relatif sempit, belum optimalnya pengelolaan
sampah oleh pemerintah serta belum adanya kesadaran masyarakat untuk memisahkan
sampah basah dan sampah kering.

17. Permasalahan pelayanan sarana, yaitu sarana pendidikan dan kesehatan belum dapat
memenuhi standar Persoalan lainnya yaitu tenaga pendidik dan tenaga medis belum
memadai apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk serta Rumah Sakit Umum
Daerah belum terdapat dibagian selatan.

18. Permasalahan pada APBD, yaitu terbatasnya anggaran sehingga suit memenuhi
seluruh kepentingan pembangunan. Belanja pembangunan (pelayanan publik) belum
efektif dan efesien, hal ini mengingat masih rendahnya capaian tolok ukur masukan
(input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (Impact).
Persoalan lainnya adalah adanya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat perlu
dikuti dengan pembangunan infrastuktur pendukungnya yang merupakan kewenangan
dan dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka yang tentunya
membutuhkan biaya yang cukup tinggi.

19. Permasalahan pengembangan kelembagaan, yaitu tercermin dari kerjasama organisasi


formal dan non formal, serta pelayanan pemerintah yang belum maksimal, dan kualitas
aparatur pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik masih dirasakan belum
maksimal. Salah satu faktor yang dapat menjelaskannya adalah sarana dan prasarana
kerja aparatur secara umum belum dapat mendukung kinerja aparatur dan jumlah tenaga
kerja aparatur saat ini, masih relatif kurang untuk melayani penduduk hingga tahun 2030,
terutama untuk bidang-bidang seperti pendidikan dan kesehatan.

C. Peluang Pembangunan Kabupaten Majalengka


Peluang pembangunan di Kabupaten Majalengka dapat didentifikasi sebagai berikut:

1. Pamintaan pasar ekspor untuk hasil hutan produksi (kayu, di) relatif tinggi, tentama
wilayah perkotaan Terbukanya pasar intemasional untuk hasil-hasil hutan produksi
dengan adanya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajat. Kondisi
tersebut secara otomatis dapat meningkatkan nilai dan harga hasi-hasi hutan produksi
menjadi tinggi.

2. Peluang pengembangan pertanian masih cukup terbuka, untuk diarahkan sebagai


kawasan andalan dengan pengembangan agribisnis, industri, pariwisata, jasa dan sumber
daya manusia (RTRW Proviral Jawa Barat). Hal lainnya yang menjadi pertimbangan
terhadap peluang pengembangan pertanian, yaitu kebutuhan domestik dan nasional
terhadap hasil pertanian semakin tinggi, sedangkan setap kecamatan di Kabupaten
Majalengka memiliki node (pusat kecamatan) yang dapat berfungsi sebagai sentra (pusat)
pemasaran hasil-hasil pertanian. Peluang lainnya, yaitu terbukanya pasar internasional
untuk hasil-hal pertanian dengan adanya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat
di Kertajati. Selain hal tersebut, produksi has pertanian dapat pula menjadi barang-barang
subtitusi kebutuhan pokok.

3. Peluang pengembangan industri, yaitu cukup tersedianya tenaga kerja dan terdapat
lahan yang sesuai untuk pembangunan industi serta ketersediaan potensi bahan baku
industri di wilayah sendiri. Peluang lainnya, yaitu terbukanya pasar intemasional untuk
hasil-hasil industri dengan adanya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di
Kertajati.

4. Peluang pengembangan pertambangan, yaitu masih tingginya potensi bahan tambang


yang belum dimanfaatkan, dan bahan tambang merupakan barang dengan sifat dapat
diversifikasikan.
5. Dalam mewujudkan kawasan lindung, maka peluang yang dapat dijadikan acuan, yaitu
arahan RTRWP Jawa Barat dan Rencana Tata Ruang Kawasan Claymaking.

6. Peluang pengembangan pariwisata, dapat didentifikasi dan tingginya pasar parasata


yang ada antara lain Penduduk Jawa Barat, Indonesia, dan Mancanegara merupakan
obyek wisatawan bagi Kabupaten Majalengka. Pembangunan Bandara Interasional Jawa
Barat dan jalan tol akan membangkitkan sektor pariwisata.

7. Peluang yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi
sesuai dengan kebutuhan, yaitu terdapatnya sumber daya pendukung ekonomi singgi
seperti air, tanah, intrastatur. Di samping itu peluang penyediaan lapangan pekerjaan pada
sektor pertanian cukup tinggi. Hal yang dapat mendukung terciptanya stabilitas ekonomi,
antara lain pendapatan per kapita rata-rata Kabupaten Majalengka di atas rata-rata
pendapatan per kapita Provinsi Jawa Barat Peluang lainnya, adala pembangunan Bandara
Internasional Jawa Barat dan jalan tol yang akan signifikan meningkatkan PDRB dan
LPE.

8. Peluang pengembangan transportasi Kabupaten Majalengka, yaitu kondisi geografs


sebagai transit Sumedang-Cirebon, Sumedang-Indramayu dan Pembangunan Jalan Tol
Coumdawu serta Tol Ckapa Peluang pengembangan lainnya adalah Kabupaten sebagai
PKW (RTRW Provinsi Jabar), Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat dan
Pembangunan jalan Rai Kereta Api.

9. Peluang pembangunan sarana dan prasarana wilayah, baik dan kebijakan dan program
Pemerintah Pusat (Nasional) maupun Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat cukup
memberikan dorongan yang besar terhadap terciptanya pembangunan sarana dan
prasarana wilayah tersebut.

10. Peluang pembiayaan pembangunan, yaitu sumber pembiayaan pembangunan selain


dari pendapatan daerah dapat pula bersumber pada Pinjaman Luar Negen, DAU, DAK,
dan kerjasama dengan swasta Sementara itu, pembangunan Bandara Internasional Jawa
Barat bersumber dari investasi, yang dihasilkan dan kegiatan Jabar Infrastructure Summit
(JIS).
11. Peluang pengembangan kelembagaan, yang merupakan paradigma baru dalam
pembangunan saat ini. Kebijakan difokuskan pada kerjasama, keterbukaan, dan
transparana Peluang pengembangan kelembagaan lainnya yaitu media informasi dan
pendidikan untuk meningkatan kualitas aparatur cukup terbuka.

D. Tantangan Pembangunan Kabupaten Majalengka


Berdasarkan hasil kajian pembangunan selama ini, maka tantangan pembangunan di
Kabupaten Majalengka sebagai berikut:

1. Tantangan pembangunan sektor pertanian, hortikultura, petemakan, tanaman pangan,


perkebunan kehutanan dan perikanan, serta industri untuk persaingan dalam pasar
eksternal. Sektor pertanian yang dimiliki Kabupaten Majalengka ternyata cukup tinggi
pula produksinya di wilayah-wilayah tetangga sepert Kabupaten Kuningan, Sumedang
Garut Cirebon, Sukabumi, Tasikmalaya, Indaramayu, dan wilayah lainnya. Selain hai di
atas tantangan lannya, yaitu pasar intemasional untuk hal-hal hutan produks (akibat
pembangunan Bandars Interasional Jawa Barat) akan cenderung dimanfaatkan oleh
wilayah sekitar, apabila pemanfaatan pertanian dan kehutanan wilayah Kabupaten
Majalengka terus mengalami penurunan.

2. Tantangan pada pengembangan pertambangan, selain persaingan, juga berpotensi pula


merusak lingkungan.

3. Tantangan terhadap perwujudan kawasan lindung, yaitu maraknya penebangan lar,


perambahan lahan hutan dan kebakaran hutan yang mempercepat kerusakan hutan,
Dampak dan hal ini, yaitu jumalahan kritis terus mengalami penambahan setiap tahunnya.
Tantangan lainnya dalam mewujudkan kawasan Indung, yaitu perkembangan penduduk
yang memerlukan ruang Sementara thu, lahan sebagai sumber daya yang bersifat terbatas,
sehingga sempadan (kawasan perlindungan setempat dan kawasan nawan bencana
merupakan amat yang sering digunakan kegiatan bangunan).

4. Potensi obyek wisata di Kabupaten Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon. Gant di serta


manajemen pemasaran objek wisata wilayah lain lebih gencar. Hal ini merupakan
tantangan persaingan bagi upaya menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten
Majalengka. Tantangan lainnya adalah selera wisatawan beragam dalam mengunjungi
objek wisata (kunjungan tidak dapat dipaksakan).

5. Tantangan terhadap perkembangan ekonomi Kabupaten Majalengka, yaitu infasi


nasional dan regional yang cukup tinggi dan tidak menentunya kebijakan moneter dan
fiskal nasional serta tidak stabilnya ikim ekonomi global. Tantangan lain yang cukup
signifikan dalam menghambat perkembangan ekonomi, yaitu tidak menentunya kebijakan
harga-harga produk BUMN sepert BBM serta persaingan kualitas SDM dengan wilayah
tetangga, terutama dengan Kabupaten Kota Bandung, Jakarta, dan Bogor. Di samping itu,
investor bersifat mobile, dan tidak dapat dipaksakan, sementara itu sektor potensial
investasi seperti di Kabupaten Sukabumi, Cirebon, dan Garut, dan Indramayu cukup
tinggi.

6. Tantangan terhadap pengembangan transportasi dan Bandara Internasional, yaitu


perkembangan penduduk yang secara otomatis membangkitkan pergerakan terhadap
penyediaan dan pelayanan terminal. Tantangan dalam Pembangunan Bandara
Intermasional Jawa Barat, yaitu terciptanya persaingan dengan Bandar Udara
Intermasional Cengkareng, serta berkurangnya lahan pertanian akibat pembangunan
Bandara Internasional Jawa Barat tersebut.

7. Tantangan dalam pengembangan sarana dan prasarana wilayah, yaitu perkembangan


penduduk, sehingga seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka secara
otomatis diperlukan peningkatan dan penambahan pelayanan.

8. Tantangan pembiayaan pembangunan, yaitu perlu ditingkatkannya PAD untuk


mengimbangi pembangunan hingga tahun 2030, akan tetapi sumber-sumber pendapatan
daerah lainnya non PAD (yang sah) belum jelas besarannya Tantangan lainnya yaitu
lebutuhan pembangunan dan atau belanja pembangunan (publik) serta investasi
pembangunan membutuhkan jumlah yang besar akibat program-program paduers dengan
rencana Pembangunan Bandara Internasional.

9. Tantangan terhadap pengembangan kelembagaan yaitu konsep Good Governance


belum berjalan dengan baik. Sementara itu, globalisasi menuntut adanya kualitas aparatur
pemerintah yang professional.
Gambar Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka
BAB III
KESIMPULAN

Wilayah merupakan bagian bumi yang bisa dibedakan melalui karakteristik tertentu
dari bagian permukaan bumi lainnya. Karena memiliki ciri tersendiri, maka setiap
wilayah dapat dibedakan dengan wilayah lainnya menurut aspek-aspek geografinya.
Contohnya, wilayah pantai akan berbeda dengan wilayah pegunungan.
Tata ruang berkaitan erat dengan konsep pengembangan wilayah. Penataan ruang
memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pembangunan dan upaya mewujudkan
pembangunan berkelanjutan. Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa Dalam
dokumen Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2013 dijelaskan bahwa
tujuan penataan ruang Kabupaten Majalengka yaitu mewujudkan Kabupaten sebagai
kawasan agribisnis, pariwisata, industri yang produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Dinamika perubahan baik internal maupun eksternal telah mendorong untuk segera
menyesuaikan rencana tata ruang wilayah dalam rangka mengantisipasi perkembangan
kegiatan pembangunan, khususnya di Kabupaten Majalengka.
Dinamika perkembangan tersebut di antaranya rencana pembangunan infrastruktur
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan rencana pembangunan aerocity di
Kecamatan Kertajati, kawasan Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional Gunung
Ciremai (TNGC), rencana pembangunan tol Cisumdawu, rencana pembangunan jalur KA
Rancaekek – Tanjungsari – Cirebon, pengembangan lokasi agribisnis, pengembangan
pariwisata, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

https://roboguru.ruangguru.com/forum/kesimpulan-materi-konsep-konsep-wilayah-dan-
tata-ruang_FRM-IYI9FFTP
https://2.bp.blogspot.com/-akmkNTQHOnQ/WF6DX71RUJI/AAAAAAAACi4/
KyB4mautg9EbVuAiovRDtesEc-iztXY6gCLcB/s4600/majalengka.png
https://www.slideshare.net/BaiqSeptimaulida/bab-1-pendahuluan-pebaikan-tgl-25-meidoc
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Majalengka
https://peta-hd.com/peta-kabupaten-majalengka/
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/203658/perda-kab-majalengka-no-11-tahun-
2011

Anda mungkin juga menyukai