Disusun Oleh :
MOHAMMAD FARHAN UMAR
18507042
Dosen Pengajar :
Dr. Eva Sherly N. Kaunang,M.Pd
Wiesye M.S Nangoy,S.Th,M.th
1
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahiim,
Segala puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nyalah Alhamdulillah
saya bisa menyelesaikan makalah “Teori Perkembangan Peserta Didik (Kognitif, Behavior, Etologi)”.
Makalah ini saya buat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD)
pada semester 2. Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya milki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih luas kepada pembaca. Dalam penulisan
makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikn tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………….……...2
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………..........3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang …………………………………………………………………………….….... 4
2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….... 4
3. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………….………. 4
BAB II PEMBAHASAN.
1. Teori Perkembangan Kognitif …………………………...…………………………………….. 5
2. Teori Perkembangan Behavior …………………………………………………………………..7
3. Teori Perkembangan Etologi ……………………………………………………………………9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan
stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari
konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi
orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman
tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ).
Lebih dari itu Teori perkembangan juga sangat berguna bagi pengambilan kebijaksanaan dalam merumuskan
program dan bantuan bagi anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan masyarakat temporer yang
ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan individu, teori
perkembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu
( anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa ) yang hidup pada era modern sekarang ini berada pada masa-
masa yang sulit. Menghadapi individu yang berada dalam masa-masa sulit demilkian, jelas membutuhkan
pemahaman tentang teori perkembangan..
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Perkembangan Kognitif
2. Bagaimana Teori Behavior
3. Bagaimana Teori Etologi
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pertama dari mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik, selain itu melalui penyusunan makalah ini bisa menambah pengetahuan
mengenai teori-teori perkembangan termasuk teori perkembangan kognitif, teori perkembangan behavior, dan
teori perkembangan etologi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan
sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu
objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini
ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari
dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia
mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru
suara kendaraan, suara binatang, dll.
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak
lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-
ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada
tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan
materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan
dua aspek atau lebih secara bersamaan.
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda
konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan
dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap
ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini
(karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada
tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan
menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa
harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya
telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-
hubungan, memahami konsep promosi.
6
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka.
Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat
bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari
percakapan dengan seorang penolong yang ahli.
7
a. Teori S-R
Teori ini menunjukan sebagai proses aksi (Stimulus) dan reaksi (Respon) yang sangat sederhana.
Sebagai contoh bila seorang lelaki berkedip mata kepada seorang wanita, dan kemudian wanita itu tersipu malu
itulah yang dimaksud teori S-R. Jadi teori S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal ( lisan – tulisan ),
isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respon dengan cara tertentu. Maka teori ini dapat dianggap sebagai proses pertukaran atau
perpindahan informasi. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat
mengubah tindakan komunikasi berikutnya.
Dalam Proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan terjadi setelah stimuli
diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negative dan positif. Reaksi positif terjadi apabila komunikan
menerima stimuli dari komunikator dan memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh sang komunikator.
Sebagai contoh jika anda bertemu dengan teman anda dan anda melambaikan tangan kepadanya kemudian anda
juga mendapat lambaian tangan darinya ini merupakan sebuah respon positf yang ditunjukan oleh teman anda
sebagai komunikan, namun jika lambaian tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan memalingkan
wajah maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangasung negative.
b. Teori S-O-R
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori
psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu
komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,
kognisi afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari teori ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung
terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan
menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.
Pada dasarnya sebagai manusia kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan lingkungan
kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis, setidak-tidaknya kita hanya memiliki lima alat indera.
Fenomena lingkungan itu yang terkandung dalam banyak penjelasan psikologis, termasuk penjelasan teoritis di
luar kecenderunagn behaviorisme, adalah konsep stimuli sebagai satuan masukan alat indera. Akan tetapi, apa
yang membuat objek itu sebagai stimulus bukanlah karena ia ada dalam lingkungan manusia akan tetapi karena
ia diterima sebagai satu satuan yang dapat diterima oleh alat indera manusia.
Stimuli memberikan alat input kepada alat indera dan akibatnya memberikan data yang dipergunakan
dalam penjelasan tentang perilaku manusia. Hal ini memberikan gambaran bahwa manusia adalah makhluk
yang peka terhadap rangsangan di lingkungannya, secara alamiah memang berlaku hukum ada aksi maka ada
reaksi. Teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi yang
paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi respon oleh orang lain. Menurut
Fisher istilah S-R kurang tepat karena adanya intervensi organisme antara stimulus dan respon sehingga dipakai
istilah S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan
perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Jadi efek yang timbul adalah reaksi khusus terhadap stimulus.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses
belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
8
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus
tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan
berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan
dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi
stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai
efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang
diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti
stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.
Proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-
benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam
menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
(a) perhatian,
(b) pengertian, dan
(c) penerimaan.
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi
(sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan
perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
9
Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi perkembangan
Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan
pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke
tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi
klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia,
sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori perkembangan manapun. Teori etolog klasik lemah dalam
mensimulasikan studi dengan manusia.
Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya sebagai perspektif
perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu daripada menekankan pada periode kritis yang
kaku dan sempit, kini teori etologi menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari
beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John
Bowlby (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama
kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif
dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki
hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan
tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan
sosial serta dalam menangani emosi.
Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan
ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period), adalah suatu periode
tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Para
Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting
yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan
alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Pendekatan
Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah laku dengan setting yang alamiah)
Langkah–langkahnya :
1. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
2. Mengamati tingkah laku khasnya,
3. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan kepada perubahan-perubahan dan
perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap
kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematian. Teori perkembangan sangat sangat
mempengaruhi perkembangan diri seorang individu, kalau baik perkembangan baiklah individu tersebut.
Teori perkembangan meliputi :
1. Teori Perkembangan Kognitif
2. Teori Perkembangan Behavioral
3. Teori Perkembangan Etologi
2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat mengetahui arti penting
dari perkembangan, sehingga dapat mengarahkan perkembangan yang didasarkan pada perkembangan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Dan kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan dari refrensi untuk itu kami memerlukan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah
yang akan datang.
11
Daftar Pustaka
12