Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

(KOGNITIF, BEHAVIOR, ETOLOGI)

Disusun Oleh :
MOHAMMAD FARHAN UMAR
18507042

Dosen Pengajar :
Dr. Eva Sherly N. Kaunang,M.Pd
Wiesye M.S Nangoy,S.Th,M.th

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MANADO

1
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahiim,
Segala puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nyalah Alhamdulillah
saya bisa menyelesaikan makalah “Teori Perkembangan Peserta Didik (Kognitif, Behavior, Etologi)”.
Makalah ini saya buat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD)
pada semester 2. Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya milki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih luas kepada pembaca. Dalam penulisan
makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikn tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Tondano, 14 Maret 2019

Mohammad Farhan Umar

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………….……...2
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………..........3

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang …………………………………………………………………………….….... 4
2. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………….... 4
3. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………….………. 4

BAB II PEMBAHASAN.
1. Teori Perkembangan Kognitif …………………………...…………………………………….. 5
2. Teori Perkembangan Behavior …………………………………………………………………..7
3. Teori Perkembangan Etologi ……………………………………………………………………9

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan …………………………………………………………………………………..… 11
2. Saran ………………………………………………………………………………………….... 11
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………..12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan
stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari
konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi
orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap
perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman
tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ).
Lebih dari itu Teori perkembangan juga sangat berguna bagi pengambilan kebijaksanaan dalam merumuskan
program dan bantuan bagi anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan masyarakat temporer yang
ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan individu, teori
perkembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu
( anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa ) yang hidup pada era modern sekarang ini berada pada masa-
masa yang sulit. Menghadapi individu yang berada dalam masa-masa sulit demilkian, jelas membutuhkan
pemahaman tentang teori perkembangan..

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Perkembangan Kognitif
2. Bagaimana Teori Behavior
3. Bagaimana Teori Etologi

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pertama dari mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik, selain itu melalui penyusunan makalah ini bisa menambah pengetahuan
mengenai teori-teori perkembangan termasuk teori perkembangan kognitif, teori perkembangan behavior, dan
teori perkembangan etologi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Perkembangan Kognitif


a. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi
(evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik
misalnya. Seorang dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliahan, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan cara menilaimahasiswa dan sebagainya.

b. Teori Perkembangan Kognitif


1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Piaget menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri, informasi
dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran mereka. Teori Jean Piaget tentang
perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak
didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur
yang diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan,
pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak–kanak awal dan menjadi objektif dalam masa
dewasa awal.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu
1. Kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf;
2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya;
3. Interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial,
4. Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan
menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah struktur kognitif yang
digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara
intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
1. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini
bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema
akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.

5
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
 Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan
sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu
objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini
ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari
dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia
mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru
suara kendaraan, suara binatang, dll.
 Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak
lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-
ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada
tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan
materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan
dua aspek atau lebih secara bersamaan.
 Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda
konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan
dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap
ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini
(karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada
tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan
menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa
harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya
telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-
hubungan, memahami konsep promosi.

2. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan,
perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang
dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky
pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget
tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental
yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-
anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.

6
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka.
Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat
bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari
percakapan dengan seorang penolong yang ahli.

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)


Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai
anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang
terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang
bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak
dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan
dapat memudahkan perkembangan anak.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif
yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana
orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang
penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan.
Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan
rasional.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga
untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini
menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky
mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa
untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi
internal

2. Teori Perkembangan Behavior


Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavior dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.

7
a. Teori S-R
Teori ini menunjukan sebagai proses aksi (Stimulus) dan reaksi (Respon) yang sangat sederhana.
Sebagai contoh bila seorang lelaki berkedip mata kepada seorang wanita, dan kemudian wanita itu tersipu malu
itulah yang dimaksud teori S-R. Jadi teori S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal ( lisan – tulisan ),
isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk
memberikan respon dengan cara tertentu. Maka teori ini dapat dianggap sebagai proses pertukaran atau
perpindahan informasi. Proses ini dapat bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat
mengubah tindakan komunikasi berikutnya.

Dalam Proses perpindahan informasi ada dua kemungkinan respon yang akan terjadi setelah stimuli
diberikan oleh komunikator, yaitu reaksi negative dan positif. Reaksi positif terjadi apabila komunikan
menerima stimuli dari komunikator dan memberikan reaksi seperti apa yang diharapkan oleh sang komunikator.
Sebagai contoh jika anda bertemu dengan teman anda dan anda melambaikan tangan kepadanya kemudian anda
juga mendapat lambaian tangan darinya ini merupakan sebuah respon positf yang ditunjukan oleh teman anda
sebagai komunikan, namun jika lambaian tangan anda tersebut dibalas oleh teman anda dengan memalingkan
wajah maka dapat dikatakan proses penyampaian pesan anda berlangasung negative.

b. Teori S-O-R
Dimulai pada tahun 1930-an, lahir suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori
psikologi, Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek material dari psikologi dan ilmu
komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku,
kognisi afeksi dan konasi.
Asumsi dasar dari teori ini adalah: media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung
terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-R theory memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan
menghasilkan tanggapan ( R) yang kuat pula.
Pada dasarnya sebagai manusia kemampuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan lingkungan
kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis, setidak-tidaknya kita hanya memiliki lima alat indera.
Fenomena lingkungan itu yang terkandung dalam banyak penjelasan psikologis, termasuk penjelasan teoritis di
luar kecenderunagn behaviorisme, adalah konsep stimuli sebagai satuan masukan alat indera. Akan tetapi, apa
yang membuat objek itu sebagai stimulus bukanlah karena ia ada dalam lingkungan manusia akan tetapi karena
ia diterima sebagai satu satuan yang dapat diterima oleh alat indera manusia.

Stimuli memberikan alat input kepada alat indera dan akibatnya memberikan data yang dipergunakan
dalam penjelasan tentang perilaku manusia. Hal ini memberikan gambaran bahwa manusia adalah makhluk
yang peka terhadap rangsangan di lingkungannya, secara alamiah memang berlaku hukum ada aksi maka ada
reaksi. Teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Tingkat interaksi yang
paling sederhana terjadi apabila seseorang melakukan tindakan dan diberi respon oleh orang lain. Menurut
Fisher istilah S-R kurang tepat karena adanya intervensi organisme antara stimulus dan respon sehingga dipakai
istilah S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan
perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Jadi efek yang timbul adalah reaksi khusus terhadap stimulus.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses
belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :

8
 Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus
tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan
berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
 Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan
dilanjutkan kepada proses berikutnya.
 Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi
stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
 Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai
efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang
diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti
stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.
Proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-
benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam
menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :

(a) perhatian,
(b) pengertian, dan
(c) penerimaan.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi
(sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan
perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

3. Teori Perkembangan Etologi


a. Pengertian Etologi
Etologi berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti ilmu atau
pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dapat juga berarti karakter. Jadi secara etimologi,
etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu
dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan.
Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan,
mekanisme, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter
hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba
menjelaskan perilaku manusia. Sehingga di dalam ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari
perilaku manusia di dalam pengaturan yang alami. Semua perilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa
yang terjadi di lingkungan alaminya.

b. Teori Perkembangan Etologi


Teori Etologi dari perkembangan memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi dan
evolusi (Hinde,1992; Rosenzweig,2000). Teori etologi merupakan sebuah studi mengenai tingkah laku,
khususnya tingkah laku hewan. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman
yang beragam berubah sepanjang rentang kehidupan, Dengan kata lain, ada periode kritis atau sensitif bagi
beberapa pengalaman. Jika kita gagal mendapat pengalaman selama periode kritis tersebut, teori etologi
menyatakan bahwa perkembangan kita tidak mungkin dapat optimal. Penamaan (imprinting) dan periode
penting (critical period) merupakan konsep kunci. Teori ini di tegakkan berdasarkan penelitian yang cermat
terhadap perilaku binatang dalam keadaan nyata.

9
Pandangan etologi dari Lorenz dan ahli ilmu hewan Eropa lain membuat psikologi perkembangan
Amerika mengetahui pentingnya dasar biologis dari perilaku. Meskipun demikian, penelitian dan
pemaknaan teori etologi masih kekurangan bahan-bahan yang akan meningkatkan teori tersebut hingga ke
tingkat sejajar dengan lain. Secara khusus, hanya sedikit atau bahkan tidak ada dalam pandangan etologi
klasik yang membahas mengenai karakteristik hubungan sosial sepanjang rentang kehidupan manusia,
sesuatu yang harus dijelaskan oleh teori perkembangan manapun. Teori etolog klasik lemah dalam
mensimulasikan studi dengan manusia.

Perluasan pandangan etologi akhir-akhirnya ini telah meningkatkan statusnya sebagai perspektif
perkembangan yang berharga. Satu perubahan penting yaitu daripada menekankan pada periode kritis yang
kaku dan sempit, kini teori etologi menawarkan periode sensitif yang lebih panjang. Salah satu dari
beberapa penerapan penting teori etologi pada perkembangan manusia meliputi teori kelekatan John
Bowlby (1969,1989). Bowlby menyatakan bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama
kehidupan memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Dalam pandangannya, jika kelekatan ini positif
dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten yang memiliki
hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan kelekatannya negatif dan
tidak aman, menurut Bowlby saat si anak tumbuh ia akan mungkin menghadapi kesulitan dalam hubungan
sosial serta dalam menangani emosi.

Etologi menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan
ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting (critical period), adalah suatu periode
tertentu yang sangat dini dalam perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Para
Etolog adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin bahwa laboratorium bukanlah setting
yang baik untuk mengamati perilaku. Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan
alamiahnya seperti : di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Pendekatan
Metodologis dalam etologi (Pendekatan yang memahami tingkah laku dengan setting yang alamiah)
Langkah–langkahnya :
1. Mengetahui informasi tentang spesies tersebut sebanyak mungkin,
2. Mengamati tingkah laku khasnya,
3. Membandingkan dengan tingkah laku spesies yang lain.

10
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan kepada perubahan-perubahan dan
perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap
kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematian. Teori perkembangan sangat sangat
mempengaruhi perkembangan diri seorang individu, kalau baik perkembangan baiklah individu tersebut.
Teori perkembangan meliputi :
1. Teori Perkembangan Kognitif
2. Teori Perkembangan Behavioral
3. Teori Perkembangan Etologi

2. Saran
Dengan adanya makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar dapat mengetahui arti penting
dari perkembangan, sehingga dapat mengarahkan perkembangan yang didasarkan pada perkembangan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Dan kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan dari refrensi untuk itu kami memerlukan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah
yang akan datang.

11
Daftar Pustaka

Adek.“TeoriPerkembanganKognitif Vigotsky”. Online.


http://valmband.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses 13
Desember 2011.
Anonim. “Teori Piaget Tentang Perkembangan Kognitif”. Online.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/teori-piaget-dan-vygotsky/. Diakses 12 Desember 2011.
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Nur Azizah Fadhillah. “Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Lev
Vygotsky”. Online.http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-pendidikan-teori-perkembangan-sosial-
kognitif-lev-vygotsky/. Diakses 14 Desember 2011.
Pristiadi Utomo. “Piaget dan Teorinya”. Online.http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/.
Diakses 13 Desember 2011.
Hanifa Rahma. “Teori Behavioral dan Kognitif”. Online https://hanifrahm.wordpress.com/2012/06/01/teori-
behavioral-dan-kognitif/ . Diakses pada tanggal 14 Maret 2019.
https://welovepsikologi.wordpress.com/2014/10/05/teori-perkembangan-etologi/ Diakses pada tanggal 14 Maret
2019.

12

Anda mungkin juga menyukai