Anda di halaman 1dari 11

JOURNAL OF MARINE RESEARCH

Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

POTENSI RUMPUT LAUT Sargassum duplicatum SEBAGAI SUMBER


SENYAWA ANTIFOULING

Ika Wulan Santi*), Ocky Karna Radjasa, Ita Widowati


Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698

Email :Journalmarineresearch@gmail.com

ABSTRAK

Biofouling di laut menyebabkan kerusakan pada lambung kapal dan merusak infrastruktur
kelautan lainnya. Rumput laut genus Sargassum banyak dilaporkan sebagai alternatif sumber
senyawa antifouling alami yang ramah lingkungan. Penelitian ini menggunakan S. duplicatum dari
Perairan Teluk Awur Jepara yang diekstrak dengan berbagai pelarut (n-heksana, etil asetat dan
metanol) untuk mengetahui potensi ekstrak sebagai antifouling dan golongan senyawanya serta untuk
mengidentifikasi jenis bakteri biofilm yang sensitif terhadap ekstrak. Bakteri biofilm diisolasi dari panel
kayu dan fiberglass yang dibenamkan di laut selama 2 minggu. Uji aktivitas antimicrofouling
menggunakan metoda disc diffusion, uji fitokimia menggunakan metoda Harborne (1987) dan uji
biokimia menggunakan metoda Cowan and Steels (1974) dan Bergey’s (2005). Aktivitas
antimicrofouling paling baik ditunjukan oleh ekstrak etil asetat yang dapat menghambat 22 dari 34
bakteri biofilm dengan kisaran zona hambat 0,65 – 3,73 mm. Sedangkan, bakteri yang paling sensitif
terhadap ekstrak S. duplicatum adalah bakteri K.10.3.1.4 dan F.10.3.1.2. S. duplicatum mengandung
senyawa golongan alkaloid, saponin, quinon, fenolik, steroid, dan flavonoid. Berdasarkan identifikasi
bakteri secara biokimia, bakteri K.10.4.1.5 adalah genus Achromobacter, sedangkan kode isolat
F.10.3.1.2 adalah genus Flavobacterium cytophaga. Kehadiran satu atau lebih senyawa fitokimia
dalam ekstrak diduga bertanggung jawab atas aktivitas antifouling yang terjadi.

Kata Kunci : Biofouling, Antifouling, Sargassum duplicatum, Ekstrak, Fitokimia

ABSTRACT

Marine biofouling causing damage to the hull and other marine infrastructure damage. Seaweed
of the genus Sargassum has been widely reported as alternative source of natural antifouling
compounds that eco-friendly. This study used S. duplicatum from Teluk Awur Jepara coasts, extracted
with various solvents (n-hexane, ethyl acetate and methanol) to determine the potential of the extract
as antifouling and group of compounds contained and to identify the type of bacteria biofilms which
were sensitive to the extract. Biofilm bacteria isolated from wood and fiberglass panels submerged in
the sea for 2 weeks. Antimicrofouling activity assay using the disc diffusion method, phytochemical
tests method of Harborne (1987) and biochemical tests based on the method of Cowan and Steels
(1974) and Bergey's (2005). The best of antimicrofouling activity indicated by the ethyl acetate
extract which could inhibit 22 of 34 bacterial biofilm with zone inhibition range from 0.65 to 3.73 mm.
While, the bacteria most sensitive to extracts of S. duplicatum ware bacteria K.10.3.1.4 and
F.10.3.1.2. The test results of the phytochemical content of S. duplicatum were alkaloids, saponins,
quinone, phenolic, steroids, and flavonoids. Based on the biochemical identification of bacteria the
obtained results, isolates code K.10.4.1.5 was a genus Achromobacter, while the code was bacterial
isolates F.10.3.1.2 genus Flavobacterium Cytophaga. The presence of one or more compounds in the
extract phytochemicals believed to be responsible for the antifouling activity occurs.

Keywords : Sargassum duplicatum, Antifouling, Biofouling, Extracts, Phytochemical

*)
Penulis penanggung jawab

274
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

PENDAHULUAN organisme laut terjadi melalui produksi


Permukaan substrat padat saat metabolit sekunder yang menghalangi
terendam air laut akan mengalami organisme fouling menempel pada
perubahan yang terbentuk oleh hasil permukaan substrat (Chambers et al.,
penempelan organisme laut (organism 2006). Rumput laut adalah salah satu
fouling), terutama dari mikroba, diatom, produk sintesis alami yang paling
teritip, tunicates, bryozoan dan spora dari produktif memiliki sejumlah metabolit
ganggang laut (Bhadury and Wright, bioaktif yang menunjukkan spektrum luas
2004). Fenomena inilah yang disebut dari bioaktivitasnya. Senyawa bioaktif
biofouling. Implikasi dari fenomena banyak dilaporkan dari rumput laut, genus
biofouling bervariasi seperti sector Sargassum (Phaeophyceae) dikenal paling
perikanan dan industri perkapalan harus banyak menghasilkan senyawa untuk
menghadapi konsekuensi dari biofouling antibakteri, antitumoral, antiherbivory
(Plouguerné et al., 2010). Pada kapal, antimalaria, dan sifat antifouling
biofouling akan menambah berat kapal, (Iyapparaj et al., 2012).
meningkatkan drag hidrodinamik dan Studi pendahuluan Da Gama et al.
menurunkan kemampuan manuver kapal (2008), melaporkan ekstrak S. vulgare
sehingga menyebabkan peningkatan biaya dari perairan Brazil dapat menghambat
melalui peningkatan penggunaan tenaga pembentukan byssal kerang coklat Perna
kerja, bahan bakar, dan waktu docking perna. Selain itu, S. muticum (Bazes et
(Bazes et al., 2009). al., 2009; Plouguerné et al., 2008), S.
Pengendalian biofouling selama ini vulgare (Plouguerné et al., 2010), S.
menggunakan bahan kimia pada cat granuliferum (Habsah et al., 2011), S.
antifouling. Penggunaan Tributytlin– wightii (Iyapparaj et al., 2012), S.
polishing copolymer paints (TBT - SPC polysistum, S. echinocarpum, dan S.
cat) menjadi cara yang paling sukses duplicatum (Widowati et al., 2013) telah
dalam memerangi biofouling. Namun, cat dilaporkan menunjukkan aktivitas
yang mengandung TBT memiliki efek antifouling yang signifikan. Berkaitan
buruk pada organisme laut non target. dengan hal tersebut, dibutuhkan
Park et al. (2012), telah mengevaluasi penelitian lebih lanjut untuk mengkaji
resiko ekologis yang ditimbulkan oleh potensi Sargassum sp. sebagai senyawa
TBT, setelah pemberian TBT pertumbuhan antifouling yang ramah lingkungan
Gomphina veneriformis secara signifikan sebagai pengganti yang kompetibel untuk
tertunda, indeks gonad menurun dan biosida beracun.
keseimbangan seks berubah (imposex) Penelitian ini bertujuan untuk
serta persentase interseks gonad juga mengetahui potensi ekstrak rumput laut
meningkat secara signifikan pada individu Sargassum duplicatum sebagai antifouling
betina. Mengingat ancaman yang dan golongan senyawanya serta untuk
ditimbulkan oleh TBT, Organisasi Maritim mengidentifikasi jenis bakteri biofilm yang
Internasional (IMO) telah mengusulkan sensitif terhadap ekstrak
penghapusan cat antifouling dari TBT
sejak tanggal 1 Januari 2008 (Yebra et al., MATERI DAN METODE
2004). Penelitian ini dilakukan pada bulan
Salah satu alternatif yang terbaik Oktober 2013 – Maret 2014. Sampel
untuk menggantikan cat antifouling Sargassum duplicatum dan bakteri biofilm
berbahan dasar TBT yaitu mengisolasi diambil dari Perairan Teluk Awur, Jepara.
senyawa antifouling alami dari organisme
laut. Mekanisme kimia antifouling dari

275
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Koleksi dan Ekstraksi Rumput Laut medium agar Zobell 2216E dan diratakan
Sampel Sargassum duplicatum lalu diinkubasi pada suhu 30oC selama 48
dimasukkan ke plastik lalu di masukkan jam. Koloni bakteri yang didapatkan
ke coolbox dan dibawa ke laboratorium dimurnikan dengan teknik goresan
untuk proses ekstraksi. Sampel dicuci (Sabdono et al., 2005).
dengan air laut dan air tawar. Setelah Uji Aktivitas Antimicrofouling
proses pencucian selesai sampel Uji aktivitas antimicrofouling
dikeringkan dengan metode Solar Tunnel dilakukan antara ekstrak kasar S.
Driyer (STD) dengan suhu 60-80 0C. duplicatum terhadap bakteri biofilm
Sampel kering S. duplicatum dibuat dengan menggunakan metoda standard
bubuk simplisia untuk proses ekstraksi. disc diffusion (Radjasa et al., 2007).
Ekstraksi dilakukan dengan teknik Konsentrasi ekstrak kasar yang digunakan
maserasi bertingkat. Sampel direndam untuk uji aktivitas antimicrofouling
menggunakan 3 pelarut organic dengan sebanyak 50 µg/disk (10 µl)
tingkat polaritas yang berbeda yaitu (Vallinayagam et al., 2009) dan kontrol
metanol (polar), etil asetat (semi polar) negatif (masing-masing pelarut organik
dan n-heksana (non polar). Maserasi yang digunakan saat maserasi). Ekstrak
bertingkat diawali dengan menggunakan kasar memiliki aktivitas antimicrofouling
pelarut n-heksana, kemudian etil asetat apabila disekitar paper disc terbentuk
dan terakhir metanol. Bubuk simplisia S. zona bening.
duplicatum 50 gr dimaserasi dengan 200 Uji Fitokimia Ekstrak Kasar
ml pelarut (perbandingan 1: 4 w/v) Sargassum duplicatum
selama 24 jam. Selanjutnya dikeringkan Ekstrak kasar S. duplicatum yang
menggunakan rotary evaporator pada memiliki aktivitas antimicrofouling
suhu 50 - 600 C dan tekanan rendah (500- dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui
700 mmHg vakum) (Asmaliyah, et al., kandungan golongan senyawa metabolit
2010). Esktrak S. duplicatum disiap sekunder yang dihasilkan.
digunakan untuk uji antimicrofouling. Uji Alkaloid
Preparasi dan Isolasi Bakteri Biofilm Sebanyak 0,1 gram ekstrak dicampur
Preparasi bakteri biofilm dilakukan dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak
dengan menggunakan modifikasi metode kemudian dipanaskan, dikocok dan
Sabdono et al., (2005). Panel kayu dan disaring. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat
fiberglass berukuran 15 x 10 cm dikaitkan 2 N pada masing-masing filtrat, kemudian
pada substrat perairan pada kedalaman dikocok dan didiamkan. Bagian atas dari
50 cm di bawah permukaan laut pada masing-masing filtrat diambil dan diuji
surut paling terendah. Panel diambil dengan pereaksi Meyer, Wagner, dan
setelah perendaman 2 minggu (Widowati Dragendorf. Terbentuknya endapan
et al., 2013) dan dimasukkkan ke dalam jingga, cokelat, dan putih menunjukkan
kotak pendingin dan dibawa ke adanya alkaloid (Harborne, 1987).
laboratorium untuk proses isolasi bakteri Uji Saponin
biofilm. Panel disemprot dengan air laut Sebanyak 0,1 gram ekstrak dididihkan
steril, kemudian dilakukan pengerokan dengan 20 ml air dalam penangas air.
(scrapping) permukaan panel dengan Filtrat dikocok dan didiamkan selama 15
cutter steril secara aseptic. Isolasi bakteri menit. Terbentuknya busa yang stabil
biofilm dilakukan dengan metoda berarti positif terdapat saponin (Harborne,
pengenceran bertingkat sampai 10-5 1987).
pengenceran (Sabdono et al., 2005). Hasil Uji Flavonoid
pengenceran 10-3-10-5 ditanam pada

276
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Sebanyak 0,1 gram ekstrak ditambahkan dalam uji biokimia berdasarkan Cowan
20 ml air, dididihkan selama 5 menit and Steels (1974) dan Bergey’s (2005).
kemudian disaring. Filtrat sebanyak 5 ml Uji biokimia dilakukan dalam beberapa
ditambahkan serbuk Mg 0,05 mg dan 3 tahap yaitu pengamatan morfologi,
tetes HCl pekat pada masing-masing pewarnaan gram, dan uji biokimia
filtrate, kemudian dikocok. Terbentuknya meliputi uji an aerobic, uji aerobic, uji
warna merah, kuning atau jingga glukosa, uji indol, uji katalase, uji
menunjukkan adanya flavonoid oksidase, uji pigmen, uji OF medium, uji
(Harborne, 1996). reduksi nitrat dan uji VP.

Uji Steroid/ Triterpenoid Analisa Data


Sebanyak 0,1 gram ekstrak dilarutkan Data hasil uji antimicrofouling dianalisa
dalam 20 ml eter selama 2 jam, kemudian menggunakan analisa varian One way
disaring. Selanjutnya 5 ml filtrat yang ANOVA pada software SPSS 16. Analisa
diperoleh diuapkan dalam cawan penguap varian bertujuan untuk mengetahui
sampai kering. Kemudian ditambah 2 adanya pengaruh dari penggunaan pelarut
tetes asam sulfat pekat dan 2 tetes asam yang berbeda pada ekstrak kasar S.
asetat anhidrat. Perubahan warna dari duplicatum terhadap aktivitas
ungu ke biru atau hijau menunjukkan antimicrofouling.
adanya steroid, sedangkan terbentuknya
warna merah menunjukkan adanya HASIL
senyawa triterpenoid (Harborne, 1996). Hasil isolasi bakteri biofilm dari
Uji Fenol panel kayu mendapatkan 19 isolat dan
Sebanyak 0,1 gram ekstrak ditambahkan dari panel fiberglass mendapatkan 15
10 tetes FeCl3 1 %. Ekstrak positif isolat. Uji aktivitas antimicrofouling
mengandung fenol apabila menghasilkan dilakukan dengan menantangkan ekstrak
warna hijau, merah, ungu, biru, atau kasar dari S.duplicatum dengan isolat
hitam pekat (Harborne, 1996). bakteri biofilm. Aktivitas antimicrofouling
Uji Quinon dinyatakan positif apabila terbentuk zona
Sebanyak 0,1 gram ekstrak ditambahkan hambat disekeliling paper disc (Gambar
10 ml etanol, didihkan selama 5 menit 2). Hasil pengukuran zona hambat
dan di saring. Selanjutnya 5 ml filtrat di disajikan dalam Gambar 1. Ekstrak etil
tambahkan 5 tetes larutan NaOH. Apabila asetat dan metanol dapat menghambat
terbentuk warna merah menunjukkan bakteri dengan kode K.10.4.1.5 (3,42 mm
adanya kuinon (Harborne, 1996). dan 2,95 mm) dan F.10.3.1.2 (1,12 mm
Uji biokimia Bakteri Biofilm dan 3,73 mm). Sedangkan, untuk zona
Isolat bakteri biofilm yang sensitive hambat terbesar pada ekstrak etil esetat
terhadap ekstrak kasar S. duplicatum di bakteri biofilm K.10.3.1.4 dan ektrak
uji biokimia untuk mengetahui metanol pada bakteri biofilm F.10.3.1.2
karakteristiknya. Metode yang digunakan yaitu sebesar 3,73 mm.

277
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Uji Aktivitas Antimicrofouling Ekstrak Kasar Sargassum duplicatum dengan


Bakteri Biofilm
4.00
Zona Hambat (mm)

3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00 Hexana
0.50
0.00 Etil asetat
K.10.3.1.1
K.10.3.1.2
K.10.3.1.3
K.10.3.1.4
K.10.3.1.5
K.10.4.1.1
K.10.4.1.2
K.10.4.1.3
K.10.4.1.4
K.10.4.1.5
K.10.5.1.1
K.10.5.1.2
K.10.5.1.3
K.10.5.1.4
K.10.5.1.5
K.10.4.2.1
K.10.4.2.2
K.10.5.2.1
K.10.5.2.2
F.10.3.1.1
F.10.3.1.2
F.10.3.1.3
F.10.3.1.4
F.10.3.1.5
F.10.3.1.6
F.10.3.1.7
F.10.5.1.1
F.10.3.2.1
F.10.3.2.2
F.10.4.2.1
F.10.4.2.2
F.10.5.2.1
F.10.5.2.2
F.10.5.2.3
Metanol

Bakteri Biofilm

Gambar 1. Diameter Zona Hambat (mm) pada Uji Aktivitas Antimicrofouling

Gambar 2. Penampang zona hambat pada uji antimicrofouling (Dokumentasi Penelitian,


2013).
Data hasil uji aktivitas software SPSS 16 dengan menggunakan
antimicrofouling selanjutnya di analisa derajat kepercayaan 95%. Hasil analisis
dengan One Way ANOVA menggunakan One Way ANOVA disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisa keragaman (One Way ANOVA) Aktivitas Antifouling ekstrak Sargassum
duplicatum dengan Uji Lanjutan Tukey P< 0,05
Source of Pengambilan Keputusan
df F Sig. Tukay p < 0.05
variation
n-Heksana a < Metanol b
< Terima H1, Tolak H0
2 20,625 0.000
Pelarut Etil asetat c
Keterangan: df = Derajat bebas, F = F hitung, Sig. = nilai Signifikasi, Hasil diurutkan
berdasarkan nilai rerata dan huruf dibelakang variabel yang berbeda memiliki arti berbeda
secara nyata (p ≥ 0,05).
Hasil dari pengambilan keputusan Ekstrak kasar yang dapat
untuk analisa keragaman adalah terima menghambat pertumbuhan bakteri biofilm
H1, tolak H0 yang berarti ekstrak kasar yaitu ekstrak etil asetat dan metanol
dari pelarut yang berbeda mempengaruhi dilakukan uji lanjutan yaitu uji fitokimia
aktivitas antimicrofouling (zona hambat untuk mengetahui kandungan senyawa
yang terbentuk). Pengambilan keputusan bioaktifnya. Bakteri biofilm yang paling
ini berdasarkan nilai signifikasi yaitu Sig. sensitif terhadap ekstrak kasar S.
(0,000) < α (0,05) . duplicatum yaitu K.10.4.1.5 dan

278
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

F.10.3.1.2dilakukan uji biokimia untuk steroid, saponin, fenol, flavonoid dan


mengidentifikasi jenis bakterinya. kuinon. Hasil uji fitokimia disajikan pada
Analisis fitokimia yang dilakukan Tabel 2.
meliputi analisis alkaloid, triterpenoid dan

Tabel 2. Hasil uji fitokimia dari ekstrak kasar Sargassum duplicatum


Ekstrak Kasar
Uji Standar (Warna)
Metanol Etil Asetat
Alkaloid + + Endapan jingga, coklat, putih
Saponin + + Terdapat busa
Quinon + - Warna merah
Fenolik + - Warna hijau, merah, ungu, biru
Triterpenoid - - Perubahan warna menjadi merah
Steroid + + Perubahan warna menjadi biru/hijau
Flavonoid + + Merah/ kuning/ jingga
Keterangan: (+) : Positif; (-) : Negatif

Tabel 2. menunjukkan bahwa digunakan dalam ekstraksi berpengaruh


ekstrak etil asetat dan metanol dari S. terhadap senyawa bioaktif pada masing-
duplicatum mengandung berbagai masing ekstrak.
golongan senyawa bioaktif. Perbedaan Tujuan dari uji biokimia adalah
senyawa pada ekstrak etil asetat dan untuk mengidentifikasi spesies dari
metanol adalah ekstrak metanol bakteri tersebut berdasarkan morfologi
mengandung quinon dan fenolik, dan biokimia dari bakteri. Hasil dari uji
sedangkan ekstrak etil asetat tidak biokimia disajikan pada Tabel 3.
memiliki. Perbedaan jenis pelarut yang

Tabel 3. Hasil Uji Biokimia Identifikasi Bakteri Biofilm dengan Menggunakan Metode Cowan
and Steels (1974) dan Bergey’s (2005).
Kode Isolat
Uji Biokimia
K.10.4.1.5 F.10.3.1.2
TCBS - -
Gram - -
Bentuk Batang Batang
Motility - -
Aerobic + +
An aerobic - -
Katalase + +
Moller’s decarboxylase Ariginine - -
Nitrat reduced + -
Oksidase + +
Indole - -
VP - -
Acid from Glucose + -
Pigmen - + (orange)
OF Medium O NC

279
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Keterangan: NC : No Change, O: Oksidatif


Hasil identifikasi: K.10.4.1.5 : Achromobacter
F.10.3.1.2 : Flavobacterium cytophaga

Tabel 3 menunjukkan bahwa kode dari ekstrak diclorometana S. muticum


isolat K.10.4.1.5 adalah genus bakteri menunjukkan aktivitas antifouling yang
Achromobacter, sedangkan kode isolat signifikan (Bazes et al., 2009). Menurut
F.10.3.1.2 adalah genus bakteri Thabard et al. (2011), ekstrak heksana
Flavobacterium cytophaga. Kedua bakteri dari S. polyceratium dapat menghambat
tersebut merupakan bakteri gram negatif pertumbuhan bakteri biofilm dan
dengan bentuk batang. invertebarta laut. Habsah et al. (2011),
telah melaporkan bahwa ekstrak metanol
PEMBAHASAN S. granuliferum dapat menghambat
Aktivitas senyawa antimicrofouling perumbuhan bakteri Bacillus substillis,
ekstrak S. duplicatum terhadap bakteri Vibrio alginolyticus, V. parahaemolyticus.
biofilm yang paling baik ditunjukkan oleh Iyapparaj et al. (2012), menyatakan
ekstrak etil asetat. Dimana dapat bahwa ekstrak metanol, diclometana dan
menghambat bakteri biofilm terbanyak heksana S. wighti memiliki aktivitas
dengan kisaran diameter zona hambat penghambatan pertumbuhan bakteri
0,65 – 3,73 mm. Hal ini menunjukkan biofilm (genus Pseudomonas, Vibrio
bahwa ekstrak etil asetat memiliki Enterobacter, Serratia, Shigella dan
spektrum yang luas sebagai Aeromonas) dengan zona penghambatan
antimicrofouling yaitu dapat menghambat berkisar antara 9-13 mm. Widowati et al.
berbagai jenis bakteri biofilm. Ekstrak etil (2013), melaporkan ekstrak dari S.
asetat berpotensi sebagai antifouling polysistum, S. duplicatum dan S.
karena dapat menghambat berbagai echinocarpum dengan pelarut yang
macam bakteri biofilm yang merupakan berbeda dapat menghambat pertumbuhan
penyebab terjadinya microfouling. bakteri biofilm yang diisolasi dari panel
Daya sensitivitas bakteri biofilm kayu. Hasil yang terbaik ditunjukan oleh
terhadap ekstrak S. duplicatum ekstrak metanol S. polysistum dengan
menunjukkan bakteri biofilm lebih sensitif menghambat 10 bakteri biofilm.
terhadap ekstrak etil asetat dari pada Langkah pertama untuk
terhadap ekstrak metanol dan n-heksana. mengendalikan biofouling adalah dengan
Perbedaan penghambatan pertumbuhan menghambat terjadinya proses
bakteri biofilm oleh ekstrak disebabkan penempelan larva dari invertebrate
oleh kandungan senyawa bioaktif yang ataupun spora dari alga (microfouling),
terdapat disetiap ekstrak berbeda. agar tidak membentuk lapisan tipis
Sehingga, menyebabkan kemampuan mikroba atau biofilm. Apabila pada tahap
ekstrak sebagai senyawa antifouling awal yaitu pembentukan bakteri biofilm
berbeda juga. (microfouling) dapat dihambat diduga
Penelitian tentang penghambatan dapat pula menghambat penempelan
bakteri biofilm oleh ekstrak kasar macrofouling sehingga biofouling dapat
Sargassum sp. telah banyak dilaporkan. dikendalikan. Dengan demikian, ekstrak
Plouguerné et al. (2008), ekstrak kasar S. duplicatum berpotensi sebagai
diclorometana dan chloroform S. muticum antifouling yang ramah lingkungan karena
dapat menghambat bakteri biofilm, pengendalian biofouling ini berasal dari
macroalga dan jamur. ACIS lemak seperti metabolit sekunder organisme laut yaitu
asam palmitat dan turunan asam phtalic rumput laut. Metabolit sekunder inilah

280
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

yang diduga mengganggu pembentukan Alkaloid ditemukan dalam ekstrak


biofilm sehingga pertumbuhan bakteri metanol dan etil asetat. Alkaloid memiliki
biofilm dapat terhambat. basa nitrogen pada rantai sikliknya dan
Ekstrak metanol S. duplicatum mengandung beragam substituen yang
mengandung senyawa alkaloid, saponin, bervariasi seperi gugus amina, amida,
quinon, fenolik, steroid dan flavonoid. fenol, dan metoksi sehingga alkaloid
Sedangkan, ekstrak etil asetat S. bersifat semipolar (Putri et al., 2013).
duplicatum mengandung senyawa Alkaloid mempunyai aktivitas antimikroba
alkaloid, saponin, steroid dan flavonoid. terhadap bakteri gram positif dan negatif
Perbedaan kandungan senyawa antara (Cowan, 1999).
ekstrak metanol dan etil asetat adalah Saponin ditemukan dalam ekstrak
adanya senyawa fenol dan quinon pada metanol dan etil asetat. Saponin berfungsi
ekstrak metanol. Menurut Harborne sebagai antimikroba (antifouling) dengan
(1987), fenol dan kuinon sering cara menghambat pertumbuhan atau
ditemukan dalam bentuk glikosida, membunuh mikroba dengan cara
terdapat dalam vakuola sel dan mudah berinteraksi dengan membran sterol
larut dalam senyawa polar (metanol). (Zablotowicz et al., 1996). Saponin
Sehingga penelitian ini sejalan dengan merupakan glikosida triterpen yang
Harborne (1987), karena senyawa fenol memiliki sifat cenderung polar karena
dan quinon hanya ditemukan pada ekstrak ikatan glikosidanya (Harbone, 1987).
metanol. Senyawa saponin tersebut akan
Perbedaan senyawa yang cenderung tertarik oleh pelarut yang
terkandung disebabkan oleh penggunaan bersifat polar seperti metanol (Astarina et
pelarut yang berbeda polaritas, pelarut al., 2013).
polar akan mengikat senyawa yang Steroid ditemukan pada ekstrak
bersifat polar dan pelarut semi polar akan metanol dan etil asetat. Steroid yang
mengikat senyawa yang bersifat semi paling banyak adalah sterol yang
polar. Hal ini sependapat dengan Nur dan merupakan steroid alkohol. Steroid
Adijuwana (1989), senyawa menunjukkan merupakan golongan senyawa triterpenoid
kelarutan yang berbeda-beda dalam dan steroid dapat digunakan sebagai
pelarut yang berbeda dan senyawa kimia bahan dasar pembuatan obat (Harborne,
akan mudah larut pada pelarut yang 1987). Oleh karena itu, steroid dapat
relatif sama kepolarannya. tertarik oleh metanol yang bersifat polar.
Penelitian ini sedikit berbeda dengan Falvonoid ditemukan pada ekstrak
Putranti (2013). Putranti (2013), metanol dan etil asetat. Flavonoid
menyatakan ekstrak etil asetat S. mempunyai tipe yang beragam dan
duplicatum mengandung senyawa terdapat dalam bentuk bebas (aglikon)
alkaloid, steroid, saponin, fenol, flavonoid maupun terikat sebagai glikosida. Aglikon
dan quinon. Untuk ekstrak menggunakan polimetoksi bersifat non polar, aglikon
pelarut polar kandungan senyawa pada S. polihidroksi bersifat semi polar,
duplicatum memiliki kandungan yang sedangkan glikosida flavonoid bersifat
sama walaupun menggunakan pelarut polar karena mengandung sejumlah gugus
yang berbeda yaitu etanol. Perbedaan hidroksil dan gula (Harbone, 1987). Oleh
kandungan senyawa pada ekstrak etil karena itu golongan flavonoid dapat
asetat dapat terjadi, karena diduga tertarik dalam pelarut metanol dan etil
terdapat perbedaan kuantitas antara asetat. Cushnie and Lamb (2005),
penggunaan ekstrak dengan reagen dan menyatakan banyak penelitian telah
waktu pengambilan sampel. mengisolasi dan identifikasi senyawa

281
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

flavonoid dan struktur flavonoid yang asetat memberikan aktivitas


memiliki antijamur, aktivitas antivirus dan antimicrofouling yang terbaik. Ekstrak S.
antibakteri. Manner et al. (2013), duplicatum mengandung golongan
menyatakan bahwa senyawa falvonoid senyawa alkaloid, saponin, quinon,
dapat menghambat pertumbuhan bakteri fenolik, steroid, dan flavonoid.
biofilm yaitu Staphylococcus aureus. Berdasarkan identifikasi bakteri secara
Menurut Putranti (2013), kandungan total biokimia didapatkan hasil bahwa isolat
flavonoid dalam ekstrak S. duplicatum K.10.4.1.5 adalah genus Achromobacter,
terbesar dalam pelarut etil asetat, sebesar sedangkan isolat F.10.3.1.2 adalah genus
107,66 mg QE/g ekstrak kemudian diikuti Flavobacterium cytophaga.
oleh pelarut n-heksana (89,11 mg QE/g)
dan etanol (18,78 mg QE/g). Keberadaan UCAPAN TERIMAKASIH
senyawa flavonoid pada ekstrak etil asetat Penulis mengucapkan terima kasih
lebih banyak dibandingkan pada ekstrak kepada Direktorat Jenderal Pendidikan
metanol, sehingga aktivitas Tinggi Kementerian Pendidikan dan
antimicrofouling yang terbentuk paling Kebudayaan Republik Indonesia atas
baik. bantuan pendanaan melalui Beasiswa
Genus Achromobacter dan genus Bidik Misi yang telah membiayai
Flavobacterium cytophaga merupakan penelitian ini dari awal sampai akhir.
jenis dari bakteri biofilm. Salta et al. Terima kasih kepada seluruh Staf
(2009) menyatakan bahwa genus bakteri Laboratorium Terpadu Universitas
Achromobacter merupakan organisme Diponegoro, Staf Laboratorium MIPA
fouling yang relevan untuk dijadikan Universitas Diponegoro, Staf Laboratorium
bioassay pada aktivitas antifouling. Selain Teknologi Pangan Universitas Katholik
Achromobacter, organisme microfouling Soegijapranata, dan Staf Laboratorium
yang relevan dijadikan bioassay adalah MKHA BBPBAP, Jepara.
Pseudomonas, Vibrio, Micrococcus,
Aeromonas, Flavobacterium, Roseobacter DAFTAR PUSTAKA
dan Alteromonas. Kelompok Alonso, C., F. Warnecke, R. Amann and J.
Flavobacterium Cytophaga ditemukan Pernthaler. 2007. High local and
dalam air pantai, air lepas pantai, global diversity of Flavobacteria in
marine plankton. Environ. Microbial.,
sedimen, ventilasi hidrotermal, dan
9 (5): 1253-1266.
daerah kutub (Alonso et al., 2007). Asmaliyah , Sumardi , dan Musyafa. 2010.
Webster and Negri (2006), berhasil Uji Toksisitas Ekstrak Daun Nicolaia
mengisolasi bakteri biofilm laut dari atropurpurea Val. Terhadap Serangga
daerah Antartika yang berasal dari Hama Spodotera litura Fabricus
substrat kaca yaitu Gammaproteobacteria, (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal
Cytophaga/ Flavobacteria of Bacteroidetes Penelitian Hutan Tanaman, 7 (5) :
253- 263.
(CFB), Verrucomicrobia dan
Astarina, N. W. G., Astuti, K. W.,
Planctomycetales. Warditiani, N. K. 2013. Skrining
Fitokimia Ekstrak Metanol Rimpang
KESIMPULAN Bangle (Zingiber purpureum Roxb.).
Aktivitas ekstrak kasar dari S. Jurnal Farmasi Udayana, 2 (4): 1-7.
duplicatum terhadap bakteri biofilm Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis-
memberikan hasil positif yaitu Jenis Rumput Laut Indonesia.
Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
terbentuknya zona hambat yang berarti
190 hlm.
ekstrak kasar dari S. duplicatum Bazes, A. , A. Silkina , P. Douzenel , F.
berpotensi sebagai antifouling. Ekstrak etil Faÿ , N.Kervarec , D. Morin, J. P.

282
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Berge and N. Bourgougnon. 2009. Terjemahan dari: Phytochemical


Investigation of the antifouling Methods.
constituents from the brown alga Kismiyati, S. Subekti, R. W. N.Yusuf and
Sargassum muticum (Yendo) R. Kusdarwati. 2009. Isolation and
Fensholt. J. Appl. Phycol., 21 (4): identification Gram Negative Bacteria
395-403. at Lessions of Gold Fish (Carassius
Bergey’s. 2005. Bergey’s Manual of auratus) by Infestation Ectoparasite
Systematic Bacteriology 2nd Ed (2). Argulus sp. Jurnal Ilmiah Perikanan
The Proteobacteria, Part C the Alpha, Kelautan, 1(2): 129-134.
Beta, Delta, and Epsilon Manner S, Skogman M, Goeres D, Vuorela
proteobacteria. Cambridge University P, Fallarero A .2013. Systematic
Press. London. exploration of natural and synthetic
Bhadury, P. and Phillip C. Wright. 2004. flavonoids for the inhibition of
Exploitation of marine algae: biogenic Staphylococcus aureus biofilms. Int. J.
compounds for potential antifouling Mol. Sci. 14 (10): 19434–19451.
applications. Planta, 219: 561–578. Nur MA, Adijuwana HA. 1989. Teknik
Chambers, L.D., K.R. Stokes, F.C. Walsh Pemisahan dalam Analisis Biologi.
and R.J.K. Wood. 2006 Modern Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu
approaches to marine antifouling Hayat, Institut Pertanian Bogor.
coatings. Surface. Coat. Technol., Park, K., R. Kim, J. J. Park, H. C. Shin.,
201: 3642-3652. J.S. Lee, H. S. Cho, Y. G. Lee, J. Kim,
Cushnie, T.P. and Lamb, A.J. 2005. and I.S. Kwak. 2012. Ecotoxicological
Antimicrobial activity of flavonoids. evaluation of tributyltin toxicity to the
Int. J. Antimicrob. Agents., 26: 343– equilateral venus clam, Gomphina
356. veneriformis (Bivalvia: Veneridae).
Cowan, S. T. 1974. Manual for the Fish. Shellfish Immunol., 32 (3): 426–
Identification of Medical Bacteria. 2nd 433.
edition. Cambridge University Press. Plouguerné, E., C. Hellio, E. Deslandes, B.
London. 238 hlm Véron, and V. Stiger-Pouvreau. 2008.
Cowan, M. M. 1999. Plants Products as Anti-microfouling activities in extracts
Antimicrobial Agents. Clin. Microbiol. of two invasive algae: Grateloupia
Rev., 12 (4) : 564-582. turuturu and Sargassum muticum.
Da Gama, B. A.P., A. G.V. Carvalho, K. Bot. Mar., 51 (3): 202-208.
Weidner, A. R. Soares, R. Coutinho, Plouguerné, E., C. Hellio, C. Cesconetto,
B.G. Fleury, V. L. Teixeira and R. C. M. Thabard , K. Mason, B. Véron, R.
Pereira. 2008. Antifouling activity of C. Pereira, and B.A. P. da Gama.
natural products from Brazilian 2010. Antifouling activity as a
Seaweeds. Bot. Mar., 51: 191–201. function of population variation in
Harborne, JB. 1987. Metode Fitokimia. Sargassum vulgare from the littoral of
Penuntun Cara Modern Menganalisis Rio de Janeiro (Brazil). J Appl Phycol,
Tumbuhan. Edisi kedua. Terjemahan 22: 717-724.
.K. Padmawinata dan I. Soediro. ITB. Putranti, R.I. 2013. Skrining Fitokimia dan
Bandung. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput
Habsah, M., Kamariah, B., Aisha, M. R. S. Laut Sargassum duplicatum dan
, Julius Y. F. S., Desy, F. S , Turbinaria ornata dari Perairan
Asnulizawati, A., and Faizah, S. 2011. Jepara. [Tesis]. Program Studi
The Potential of Local Sargassum Magister Manajemen Sumberdaya
granuliferum Crude Extract as Pantai, Program Pasca Sarjana,
Antibacterial and Antifouling Fakultas Perikanan dan Ilmu
Properties. Empowering Science, Kelautan, Universitas Diponegoro,
Technology and Innovation Towards a Semarang, 144 hlm.
Better Tomorrow: 721-726. Radjasa, O.K., S.I.O. Salasia, A. Sabdono,
Harborne, J. B. 1996. Metode fitokimia. and J. Weise. 2007. Antibacterial
Padmawinata K, Soediro I, Activity of Marine Bacterium
penerjemah. Bandung: ITB. Pseudomonas sp. Associated with Soft
Coral Sinularia polydactyla against
283
JOURNAL OF MARINE RESEARCH
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 274-284
Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Streptococcus equi Subsp. Webster, N.S. and A.P. Negri. 2006. Site-
zooepidemicus. Int. J. Pharmacol., 3 specific variation in Antarctic marine
(2): 170-174. biofilms established on artificial
Sabdono, A., O.K. Radjasa, dan Tonny surfaces. Environ. Microbiol., 8 (7):
Bachtiar. 2005. Eksplorasi Senyawa 1177–1190.
Bioaktif Antifoulant Bakteri yang Widowati, I., AB Susanto, Nathalie
Berasosiasi dengan Avertebrata Laut Bourgougnon and V. Stiger-Pouvreau.
sebagai Alternatif Penanganan 2013. Research on Antimicrobial
Biofouling Laut. [Laporan Akhir Tahun Compound Extracted from Marine
Hibah Bersaing Perguruan Tinggi]. Seaweeds Belonging to Sargassaceae
Pusat Studi Pesisir dan Laut Tropis, species (Phaeophyta, Fucales)
Universitas Diponegoro, Semarang, Potential Application as Biofuel. [Final
26 hlm. Report International Research
Salta, M., L. Chambers, J. Wharton, R. Collaboration and Scientific
Wood, J-Francois Briand, Y. Blache, Publication].
and K. Stokes. 2009. Marine fouling Yebra Diego Meseguer, Søren Kiil, and
organisms and their use in antifouling Kim Dam-Johansen. 2004. Antifouling
bioassays. In proceeding of: technology—past, present and future
EUROCORR, 6 : 1-26. steps towards efficient and
Schultz, M.P., J.A. Bendick, E.R. Holm and environmentally friendly antifouling
W.M. Hertel. 2011. Economic impact coatings. J. Prog. Org. Coat., 50: 75–
of biofouling on a naval surface ship. 104.
Biofouling, 27 (1): 87–98. Zablotowicz, R. M., R. E. Hoagland, S. C.
Vallinayagam K, Arumugam R, Kannan Wagner. 1996. Effects of Saponin on
Raja Ragupathi R, Thirumaran G and The Growth and Activity of
Anantharaman P, 2009, Antibacterial Rhizosphere Bacteria. Adv. Exp. Med.
Activity of Some Selected Seaweeds Biol.,405: 83-95.
From Pudumadam Coastal Regions.
Glob. J. Pharmacol., 3 (1): 50-52.

284

Anda mungkin juga menyukai