Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN

Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Keanekaragaman Biota Dikawasan Ekosistem


Mangrove

KELAS B/IV

KELOMPOK IV

ADELA SEPTIANA (E1A016002)

ANGELINA PUTRI AYU LESTARI (E1A016004)

HIDAYANI (E1A01600 )

INDRA ARIANI (E1A01600 )

JUHAIRIAH (E1A01600 )

KUMALA RATNA DEWI (E1A016032)

OJHAN RAMADHAN (E1A01600 )

YUNI SAFRIAN HADI (E1A01600 )

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan
terhadap keanekaragaman biota dikawasan ekosistem
mangrove.
2. Hari, tanggal praktikum : Rabu, 25 Juli 2018
3. Tempat praktikum :1. Tanjung Luar , Lombok Timur
2. Lungkak 1, Lombok Timur
3. Lungkak 2, Lombok Timur
B. Landasan Teori
Faktor lingkungan merupakan faktor pendukung suatu kehidupan organisme,
oranisme baik flora maupun fauna memiliki standar faktor lingkungan yang berbeda-
beda untuk dapat hidup ,meliputi suhu, kelembaban, dan salinitas (Sari et al., 2006).
Tidak terkecuali tumbuha eusturia yakni mangrove. Menurut Arief (1984), salinitas
seringkali diartikan sebagai kadar garam dari air laut, walaupun hal tersebut tidak
tepat karena sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Salinitas didefinisikan
sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang terlarut dalam 1 kilo gram air
laut jikalau semua brom dan yodium digantikan dengan khlor dalam jumlah yang
setara; semua karbonat diubah menjadi oksidanya dan semua zat organik
dioksidasikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam g/kg yang umumnya dituliskan dalam
‰ atau ppt yaitu singkatan dari part-per-thousand. Menurut Saputra (2003)
menyatakan bahwa salinitas sebesar 2- 22 ppt sesuai untuk pertumbuhan mangrove.
Menurut Kusmana (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan mangrove yang baik
memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 200 C dan perbedaan suhu
musiman tidak melebihi 50 C.
Ekosistem mangrove bersifat dinamis karena dapat terus tumbuh,
berkembang, mengalami suksesi, dan mengalami perubahan zonasi. Ekosistem
mangrove bersifat labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali.
Ekosistem mangrove bersifat kompleks karena merupakan habitat berbagai jenis
satwa daratan dan biota perairan (Mughofar et al., 2018), salah satunya
makrozoobentos seperti arthropoda dan gastropoda. Ekosistem mangrove dijadikan
suatu habitat bagi kebanyakan kepiting, siput, dan kerang.
Mangrove dikenal oleh masyarakat lokal sebagai tumbuhan bakau yang
memiliki nilai strategis dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi (Agil et al.,2014),
salah satunya masyarakat lombok timur di Desa Jerowaru dan Tanjung Luar.
Menurut (Agil et al.,2018), spesies Mangrove yang terdapat Kecamatan Keruak
sebanyak 10 spesies, yakni: Avicenia lanata, Avicennia marina, Bruguiera silindrika,
Ceriops decandra, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizopora apiculata,
Sonneratia alba, Xylocarpus moluccensis, dan Lumnitzera rasemosa, spesies
mangrove tersebar di sepanjang pantai tanjung luar dan Ketapang Raya. Spesies
Mangrove yang terdapat Kecamatan Jerowaru sebanyak 8 spesies, yakni: Avicennia
marina, Ceriops decandra, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Rhizopora
apiculata, Sonneratia alba, dan Xylocarpus moluccensis. Di ekosistem Mangrove
yang terdapat di lombo timur terdapat fauna yan hidup didalamnya, dari spesies
serangga yaitu semut (Oecophylla sp.), ngengat (Attacus sp.), kutu (Dysdercus sp.);
spesies krustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.), spesies laba-laba (Argipe
spp., Nephila spp., Cryptophora spp.); spesies ikan seperti ikan blodok
(Periopthalmodon sp.), ikan sumpit (Toxotes sp.);spesies reptil seperti kadal (Varanus
sp.), ular pohon (Chrysopelea sp.), ular air (Cerberus sp.); spesies mamalia seperti
berang-berang (Lutrogale sp,) dan tupai (Callosciurus sp.), golongan primate (Nasalis
larvatus) dan masih banyak lagi seperti nyamuk, ulat, lebah madu, kelelawar dan
lainlain (Agil et al., 2014). Faktor lingkungan sekitar juga sangat mempengaruhi
kehidupan Mangrove dan fauna yang hidup di ekosistem Mangrove, diperlukan suatu
faktor lingkungan yang sesuai dengan keperluan dari keberlanjutan hidup Manrove
dan fauna lainnya. Apabila faktor lingkunggan tidak mendukung, baik kadarnya
terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka akan sulit hidup biota didalamnya.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat tulis
b. Alat ukur (suhu, pH, Salinitas, kelembaban, dan kedalaman)
c. Capit
d. Cepang
e. Ember
f. Handphone
g. Hygrometer
h. Kuadrat
i. Penggaris
j. Refractrometer
k. Soil tester
2. Bahan
a. Kertas plastik
b. Kertas Label
c. Sikat gigi
D. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum lapangan
ini sebagai berikut :
1. Pengambilan Sampel Spesimen
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktikum
lapangan.
b. Membagi tempat pengambilan spesimen menjadi 3 plot dalam satu stasiun
(wilayah) dengan jarak yang berjauhan.
c. Melakukan 3 kali pelemparan dalam satu plot, sehingga dalam satu stasiun
terdapat 9 kali pelemparan untuk keseluruhan plot.
d. Melakukan pelemparan pertama pada plot pertama dengan menggunakan
kuadran dengan panjang kuadran 50 x 50 cm dengan pengulangan sebanyak 3
kali.
e. Mengambil sampel spesimen yang ada di dalam kuadran dengan menggunakan
capit.
f. Memasukkan sample spesimen ke dalam kertas plastik yang telah disediakan.
g. Menuliskan keterangan tempat, plot, dan nomor pelemparan pada kertas label.
h. Menempelkan label yang sudah diberikan keterangan pada kertas plastik yang
berisi sampel spesimen.
i. Membersihkan dan merapikan alat dan bahan yang telah digunakan dalam
pelaksanaan praktikum lapangan.
j. Mengulangi langkah kerja dari nomor 2 sampai 8 pada plot – plot selanjutnya
dan stasiun berikutnya.
2. Pengidentifikasian Sample Spesimen
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengidentifikasian
sample spesimen.
b. Mengeluarkan sample spesimen satu persatudari dalam kertas kemudian
masukkan ke dalam ember yang telah berisi air.
c. Membersihkan sample spesimen dengan menggunakan sikat gigi.
d. Melakukan identifikasi kelas dan spesies pada semua sample spesimen yang
telah dibersihkan.
e. Mengukur panjang setiap sampel spesimen yang ditemukan.
f. Mendokumentasikan setiap sampel spesimen yang ditemukan.
g. Mengelompokkan sample spesimen yang memiliki kelas dan spesies yang
sama.
h. Mencari manfaat dari setiap kelas dan jenis sampel spesimen yang ditemukan.
i. Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan untuk pengidentifikasian
sampel spesimen.
j. Mengulangi langkah kerja dari nomor 2 sampai no 9 pada kertas sampel yang
berikutnya.

E. Hasil Pengamatan
1. Keanekaragaman Biota
Lokasi : Tanjung Luar dan Lungkak 1 dan lungkak 2
Kelompok : 1

No
Kelas Spesies Manfaat
. Gambar
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Afrina mengakumulasi
1. Bivalvia
vexillum logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
Cangkangnya
Anadara digunakan sebagai
2. Bivalvia granosa hiasan

Cangkangnya
Polymesodae digunakan sebagai
3. Bivalvia rosa hiasan

Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Cerithidea mengakumulasi
4. Gastropoda
quoyii logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Cerrithideaci mengakumulasi
5. Gastropoda
ngulate logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
Chicoreus
lingkungan, dapat
6. Gastropoda capucinus
mengakumulasi
logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Gastropoda Cerithidea mengakumulasi
7.
quadrata logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Cerithideopsil
mengakumulasi
8. Gastropoda la
logam berat tanpa
alata mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Coenobita mengakumulasi
9. Gastropoda
cavipes logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
10. Nerita mengakumulasi
Gastropoda
articulata logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
11. Gastropoda Cassidula sp Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
mengakumulasi
logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
mengakumulasi
12. Gastropoda Conus sp. logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.

Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
mengakumulasi
13. Gastropoda Nerita sp.
logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
Phos mengakumulasi
14. Gastropoda
vandenberghi logam berat tanpa
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.
Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
mengakumulasi
Rhinoclavis
15. Gastropoda logam berat tanpa
longicaudata mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.

Sebagai komponen
yang penting dalam
ekositem mangrove,
sebagai indicator
lingkungan, dapat
mengakumulasi
Terebrali
16. Gastropoda logam berat tanpa
asulcata
mengalami
kematian dan
cangkangnya bisa
digunakan sebagai
hiasan.

Banyak diperjual
belikan karena
17. Crustacea Uca rosea
keunikan
warnanya

Menjgakeseimban
ganekosistemdan
memainkanperana
npenting di daerah
mangrove,
membantu,
18. Crustacea Ilyoplax sp. mengurangikadarr
acuntanah
mangrove yang
terkenaanoksik.
Sebagaibioindikat
orterjadinyapence
maranlogamberat
di daerah
mangrove

Banyak diperjual
belikan karena
keunikan
warnanya
19. Crustacea Scylla serrata

Banyak diperjual
belikan karena
keunikan
20. Crustacea Uca sp. warnanya

Sebagai
komponen yang
penting dalam
21. Reptil Cereberus sp menjaga
keseimbangan
ekosistem
mangrove.

2. Jumlah Spesies

Lokasi Penelitian
No Kelas Spesies
Tanjung Lungkak Lungkak
Luar 1 2

Gastropoda Cerithidiea quoyii 31 40

Nerita articulate 2 6

1. Cerithideopsilla alata 42 251

Conus Sp. 4

Cerithidea cingulate 112 35

Chicoreus capucinus 8

Cerithide aquadrata 682 647


Rhinoclavis longicaudata 3 56

Phos vandenberghi 14

. Nerita Sp. 2 6 1

Cassidula Sp. 3

Coenobita cavipes 10

Terebralia sulcata 95

Uca rocea 4

Uca sp. 367 172

Ilyoplax sp. 2 1

2. Crustacea Scylla serrata 147 44

Afrina vexillum 1

Poymesodaerosa 12

3. Bivalvia Anadaragnosa 1

4. Reptil Cereberus sp. 1

3. Faktor Lingkungan
a. Tanjung Luar
Titik koordinat : 116°31’10” LG : -8°-46’-15”

Faktor Pengukuran
No.
Lingkungan plot 1 plot2 plot 3
1. Salinitas 4 35 14
2. pH 6 5,2 6,1
3. Suhu 27 31 37
4. Kelembaban 70% 71 67
5. Kedalaman 40,5 12,5 17,3
6. Substrat Berlumpur Berlumpur Berlumpur

b. Lungkak I
Faktor Pengukuran
No.
Lingkungan plot 1 plot2 plot 3
1. Salinitas 50 50 50
2. pH 6,2 6,2 6,2
3. Suhu 34,5 34,5 34,5
4. Kelembaban 58% 58% 58%
5. Kedalaman 35,6 16,6 76,3
6. Substrat Berlumpur Berlumpur Berlumpur

c. Lungkak II

Faktor Pengukuran
No.
Lingkungan plot 1 plot2 plot 3
1. Salinitas 50 50 50
2. pH 6,2 6,2 6,2
3. Suhu 34,5 34,5 34,5
4. Kelembaban 58% 58% 58%
5. Kedalaman 78 72 75
6. Substrat Berlumpur Berlumpur Berlumpur

4. Kondisi Lingkungan
No. Lokasi Penelitian Deskripsi
1. Tanjung Luar Pada plot 1 kondisi tanah berlumpur
dengan ketinggian air mencapai 35 cm.
Banyak terdapat sampah organik dan
anorganik. Keadaan airnya keruh dan
dibagian pinggir lingkungan tersebut
banyak ditemukan kotoran manusia. Pada
plot 2 kondisi tanah berlumpur dan sedikit
sampah ketinggian air mencapai 45 cm.
pada plot 3 tanah berlumpur, sedikit
sampah, dan sedikit air yang tergenang.
2. Lungkak I Pada plot satu bersih dan berlumpur,
sedangkan pada plot 2 berlumpur, banyak
sampah organik dan anorganik,.
3. Lungkak II Bersih dan berlumpur

5. Flora Mangroove

No. Lokasi Spesies


Penelitian
Tanjung Avicennia morina
1
Luar Sonneratia alba
Xilocarpus moluccensis
Rhizopora mucronata
2 Lungkak I Avicennia morina
Sonneratia alba
Xilocarpus moluccensis
Rhizopora mucronata
Avicennia morina
3 Lungkak II Sonneratia alba
Xilocarpus moluccensis
Rhizopora mucronata

F. Pembahasan
Praktikum lapangan pengetahuan lingkungan pengaruh bertujuan untuk
mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap keanekaragaman biota dikawasan
ekosistem mangrove. Faktor lingkungan merupakan faktor pendukung suatu
kehidupan organisme, oranisme baik flora maupun fauna memiliki standar faktor
lingkungan yang berbeda-beda untuk dapat hidup ,meliputi suhu, kelembaban, dan
salinitas (Sari et al., 2006). Tidak terkecuali tumbuha eusturia yakni mangrove.
Ekosistem mangrove bersifat dinamis karena dapat terus tumbuh, berkembang,
mengalami suksesi, dan mengalami perubahan zonasi. Ekosistem mangrove bersifat
kompleks karena merupakan habitat berbagai jenis satwa daratan dan biota perairan
(Mughofar et al., 2018), salah satunya makrozoobentos seperti arthropoda dan
gastropoda. Ekosistem mangrove dijadikan suatu habitat bagi kebanyakan kepiting,
siput, dan kerang.
Hasil pengamatan pada tabel 1 keanekaragaman biota adapun jenis spesies
yang didapati ialah kelas Bivalvia berupa Atrina vexillum, Anadara ganosa, dan
Polymesodaerosa, dimana kelas bivalvia merupakan salah satu kelas dari filum
molluska, secara local lebih sering dikenal dengan kerang-kerangan. Biasanya
berbentuk simentris bilateral, mempunyai cangkang setangkup dan sebuah mantel
berupa dqaun telinga atau cuping, sebagian besar bivalvia mempunyai alat kelamin
terpisah dan menyebar telur dan sperma ke air untuk pembuahan
(Romimohtarto,2009). Bivalvia yang ditemukan pada praktikum lebih sedikit
dibandingkan gastropoda hanya terdiri dari 3 spesies, kepadatan bivalvia umumnya
dijumpai pada stasiun yang memiliki tipe substrat lumpur atau lumpur berpasir.
spesies Atrina vexillum memili manfaat sebagai komponen yang penting dalam
ekosistem mangrove, sebagai indikator lingkungan, dpat mengakumulasi logam berat
berat tanpa mengalami kematian dan cangkangnya bisa digunakan sebagai hiasan
(Romimohtarto,2009). Anadara ganosa dan Polymesodaerosa memiliki cangkang
yang dapat digunakan sebagai hiasan. Kemudian pada kelas Gastropoda adapun jenis
spesies yang didapati berupa Cerithidae quoyii, Cerrithidaecingulate, Chicocereus
capucinus, Cerithidae quadrata, Cerithideopsilla alata, Caenobita cavipes, Nerita
articulate, Cassidula sp, Conus sp., Nerita sp., Phos vandenberghi, Rhinoclavis
longicaudata, Terebrali asulcata, dimana gastopoda termasuk kedalam hewan yang
berhasil dalam menyesuaikan diri untuk hidup dibeberapa tempat dan cuaca. Oleh
karena itulah gastopoda merupakan hewan yang spesiesnya banayak ditemukan pada
lokasi praktikum dibandingkan dengan beberaspa spesies dari kelas lainnya. Tinggi
tau rendahnnya kadar salinitas tidak akan mempengaruhi kehadiran spesies gastopoda,
karena gastopoda mempunyai kemampuan adaptasi dan toleransi terhadap saliniitas,
Tipe substrat juga mempengaruhi penyebaran dan keberadaan gastopoda , hal itu
dikarenakan berkaiatan dengan ketersediaan nutrient atau bahan organik bagi
kelangsungajn hidup gastropoda, tipe subtract pada lokasi penelitian adfalah lumpur,
dimana subtract lumpuk kayak an organic, memiliki tekstur yang halus dan meiliki
nutrient yang tinggi dibandingkan pada subtract yang bertektur kasar, hal ini
dikarenakan bahan organic lebih mudah mengendap dipertikel yang halus, dan sangat
bagi bagi keolangsungan hidup gastropoda (Fadhilah,dkk, 2013:17). Adapun manfaat
dari keberadaan spesies gastropoda yang ditemukan ialah berperan sebagai komponen
penting dalam ekosistem mangrove sebagai indikator lingkunag, dapat
mengakumulasi logam berat taanpa mengalami kematian dan cangkangnya bisa
digunakan sebagai hiasan. Kemudian pada Kelas Crustacea jenis spesies yang
didapati pada lokasi penelitian ialah Uca rosea, Ilyoplax sp., Scylla serreta, Uca sp.
Dalam bahasa latin Crusta berarti cangkang, Crustecea disebut juga hewan
bercangkang. Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sepalotoraks,
(kepada dan dada menjadi satu), serta abdomen (perut) . bagian anterior (ujung depan)
tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior(ujung belakangnya sempit). Pada
bagaian kepala terdapat beberapa alat mulut yaitu 2 pasang antenna, 1 pasang
mandibula, untuk menggigit mangsanya, 1 pasang maksilla, dan 1 pasang maksiliped,
yang berfungsi untuk menyaring makanan dan menghanmtarkan makana ke mulut ,
alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk
berenang, atau merangkak, menempel di daerah peraiaran (Zaldi, 2009: 2). Spesies
yang ditemukan memiliki beberaapa manfaat diantaranya yaitu Uca rosea, Scylla
serreta , dan Uca sp merupakan spesies crustacean yang banyak diperjual belikan
karena memiliki warna yang unik. Ilyoplax sp. Berperan dalam menyeimbangkan
ekosistem dan memainkan peranan penting dalam didaerah mangrove, membantu
mengurangi kadar racun tanah mangrove yang terkena toksik, sebagai bioindikator
terjadinya pencemaran logam berat didaerah mangrove. Dan kelas Reptil hanaya
didapati satu spesies yaitu Cereberus sp., bermanfaat sebagai komponen penting
dalam menjaga keseimbanagan lingkungan mangrove.
Ekosistem mangrove di wilayah pesisir selatan Lombok Timur yaitu di
Kecamatan Keruak memiliki kekayaan spesies yang berlimpah. Hasil pengamatan
spesies mangrove yang terdapat di Kecamatan Keruak yaitu terdapat sebanyak lima
kelas yaitu kelas Gastropoda, Crustacea, Bivalvia, dan Reptilia. Pada lokasi penelitian
di Kecamatan Keruak spesies Gastropoda yang ditemukan di hutan mangrove
sebanyak 13 spesies, yakni : Cerithidiea quoyii, sebanyak 31 spesies di Tanjung Luar
dan 40 spesies di Lungkak I dan tidak ditemukan pada Lungkak II. Nerita articulata,
sebanyak 2 spesies di Tanjung Luar, 6 spesies di Lungkak I dn tidak ada pada
Lungkak II. Cerithideopsilla alata, sebanyak 42 di Tanjung Luar dan 251 di Lungkak
I. Conus Sp, sebanyak 4 spesies di Tanjung Luar. Cerithidea cingulate, sebanyak 112
spesies di Tanjung Luar dan 35 spesies di Lungkak II. Chicoreus capucinus, sebanyak
8 spesies di Tanjung Luar. Cerithide aquadrata, sebanyak 682 spesies di Tanjung
Luar dan 647 spesies di Lungkak II yang merupakan spesies terbanyak ditemukan di
Kecamatan Keruak. Rhinoclavis longicaudata, sebanyak 3 spesies ditemukan di
Tanjung Luar dan 56 spesies di Lungkak II. Phos vandenberghi, 14 spesies di
temukan di Tanjung Luar. Nerita Sp, sebanyak 2 spesies di Tanjung Luar, 6 spesies di
Lungkak I dan 1 spesies di Lungkak II. Cassidula Sp, sebanyak 3 spesies di temukan
di Lungkak I. Coenobita cavipes, sebanyak 10 spesies di Tanjung Luar. dan
Terebralia sulcat, sebanyak 95 spesies di Tanjung Luar.
Spesies mangrove yang ditemukan di Kecamatan Keruak kelas Crustacea
memiliki 4 spesies, yakni : Uca rocea sebanyak 4 spesies ditemukan di Lungkak I.
Uca sp sebanyak 367 di Tanjung Luar dan 172 spesies ditemukan di Lungkak II.
Ilyoplax sp sebanyak 2 spesies ditemukan di Tanjung Luar dan 1 spesies pada
Lungkak II. Scylla serrata, sebanyak 147 spesies ditemukan di Tanjung Luar dan 44
spesies di Lungkak II. Sedangkan kelas Bivalvia sebanyak 3 spesies, yakni : Scylla
serrata, sebanyak 1 spesies ditemukan di Tanjung Luar. Poymesodaerosa sebanyak
12 spesies ditemukan di Tanjung Luar, dan Anadaragnosa, sebanyak 1 spesies
ditemukan di Tanajung Luar. Dan kelas Reptilia ditemukan di Tanjung Luar, yakni
spesies Cereberus sp.
Spesies mangrove yang terdapat di Tanjung Luar, Lungkak I dan II yang secara
ekologi mempunyai nilai penting yang relatif karena berkaitan dengan pola hidupnya yang
soliter dan menyukai substrat yang berlumpur. Fakta lain menunjukkan bahwa banyak
kawasan mangrove yang sudah berubah fungsi seperti di Tanjung Luar. Oleh karena itu
dibutuhkan usaha untuk upaya rehabilitasi, restorasi, dan revegetasi kawasan mangrove di
wilayah Kecamatan Keruak. Rehabilitasi mangrove erat kaitannya dengan keberlanjutan
usaha perikanan nelayan kecil dan kelestarian keanekaraman hayati. Hal ini menunjukkan
bahwa keberadaan ekosistem mangrove dan bahkan untuk rehabilitasi karena fungsinya
untuk keberlanjutan usaha perikanan (Pauly, 1985; Twilley et al., 1996).
Keberadaan spesies yang terdapat di hutan mangrove di Kecamatan Keruak
memilik fungsi ekologi untuk keberlanjutan biodiversity yang cukup penting dari
ekosistem mangrove adalah untuk pengembangan ekowisata. Namun demikian dalam
pengembangan parawisata berbasis jasa lingkungan sering dilupakan peran dari nilai
kearifan lokal masyarakat (Satria, 2006). Berkaitan dengan nilai kearifan lokal
masyarakat secara scientific dapat menjadi instrumen dalam pengembangan parawisata
berbasis jasa lingkungan yang meliputi: (1) penilaian perubahan ekosistem secara spatial
dan temporal, (2) interaksi antara masyarakat dengan lingkungan (3) distribusi dan
keanekaragaman jenis biota laut, (4) fungsi ekologi ekosistem di wilayah pesisir untuk
keberlanjutan keragaman jenis biota laut (Syukur, 2013). Sehingga kelestarian hutan
mangrove merupakan kunci dalam memelihara keseimbangan spesies yang merupakan
bagian dari ekosistem yang penting.
Kelestarian hutan mangrove menjadi penting untuk menjaga keseimbangan
spesies dalam rataimakanan tersebut karena mangrove yang merupakan penghasil detritus
dan fungsi yang lain akan terganggu apabila ekosistem mangrove terganggu. Hutan
mangrove yang pada awalnya dengan fungsinya sebagai penghasil detritus yang
merupakan sumber makanan bagi organisme perairan (produsen), lalu hilang akibat
konversi lahan, berakibat pada perubahan yang sangat besar pada berbagai tingkatan
trofik lainnya.
Hasil pengamatan mangrove di lingkungan Tanjung Luar pada titik koordinat
116°31’10” LG : -8°-46’-15” yang terdiri dari 3 plot didapatkan kondisi lingkungan
sebagai berikut: pada plot 1 kondisi tanah berlumpur dengan ketinggian air mencapai
35 cm. Banyak terdapat sampah organik dan anorganik. Keadaan airnya keruh dan
dibagian pinggir lingkungan tersebut banyak ditemukan kotoran manusia. Plot 1
memiliki salinitas 4, pH 6 yang menandakan bersifat asam, suhu 27 0C, kelemnapan
yang diukur menggunakan hygrometer yaitu 70% dengan kedalaman 40,5 cm dalam
substrat berlumpur. Pada plot 2 kondisi tanah berlumpur dan sedikit sampah
ketinggian air mencapai 45 cm. Plot 2 memiliki salinitas 35, pH 5,2 yang menandakan
bersifat asam, suhu 310C, kelembapan yang diukur menggunakan hygrometer yaitu
71% dengan kedalaman 12,5 cm dalam substrat berlumpur. Pada plot 3 tanah
berlumpur, sedikit sampah, dan sedikit air yang tergenang. Plot 3 memiliki salinitas
14, pH 6,1 yang menandakan bersifat asam, suhu 370C, kelembapan yang diukur
menggunakan hygrometer yaitu 67% dengan kedalaman 17,3 cm dalam substrat
berlumpur. Hasil pengamatan kondisi lingkungan di Lungkak I yang terdiri dari 2 plot
yaitu pada plot 1 bersih dan berlumpur dengan salinitas 50, pH 6,2, suhu 34,50C,
kelembapan 58% dan kedalaman 35,6 cm. Pada plot 2 berlumpur, banyak sampah
organik dan anorganik dengan salinitas 50, pH 6,2, suhu 34,50C, kelembapan 58%
dengan kedalaman 16,6 cm. Pada plot 3 berlumpur, banyak sampah organik dengan
salinitas 50, pH 6,2, suhu 34,50C, kelembapan 58% dengan kedalaman 76,6 cm.
Kondisi lingkugan pada Lungkak II yang terdiri dari 3 yaitu bersih dan berlumpur
dengan masing – masing plot memiliki salinitas yang sama yaitu 50, dengan pH 6,2,
suhu 34,50C, kelembapan 58% dan kedalaman yang berbeda yaitu pada plot 1 78 cm,
plot 2 72 cm dan plot 3 75 cm.
Hasil pengamatan flora mangrove pada daerah Tanjung Luar terdapat spesies
Avicennia morina, Sonneratia alba, dan Xilocarpus moluccensis. Lungkak I dan
Lungkak II ditemukan spesies flora Avicennia morina, Sonneratia alba, Xilocarpus
moluccensis, dan Rhizopora mucronata. Vegetasi mangrove tingkat pohon pada setiap
tempat didominasi oleh Avicennia morina, Sonneratia alba, dan Xilocarpus
moluccensis. Spesies Rhizophora mucronata lebih mendominasi pada bagian terluar
hutan mangrove yaitu Lungkak I dengan 3 plot dan Lungkak II dengan 3 plot. Hal ini
diduga kemampuan Rhizophora mucronata untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor
lingkungan lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. Rhizophora mucronata
merupakan jenis yang paling dominan pada seluruh vegetasi mangrove sehingga
jenis ini dapat digunakan untuk melihat hubungan vegetasi mangrove dengan
gastropoda yang terdapat di dalam vegetasi tersebut. Semakin tinggi kerapatan
tegakan pohon mangrove maka akan semakin tinggi pula kelimpahan jenis gastropoda
di dalamnya (Silaen, 2013: 101).
Terdapat empat spesies mangrove yang berhasil dijumpai, yaitu Rhizophora
mucronata, Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Xylocarpus mocullensis. Spesies
yang dijumpai pada tingkat pertumbuhan pohon tercatat ada adu jenis mangrove yang
terdiri atas A. marina dan R. mucronata, pada tingkat pancang tercatat ada empat jenis
mangrove meliputi A. marina, R. mucronata, dan X. mollucensis, serta pada tingkat
pertumbuhan semai ditemukan empat jenis mangrove, yakni A. marina, R. mucronata,
dan X. mollucensis. Distribusi sebaran jenis vegetasi mangrove pada daerah penelitian
dipengaruhi faktor alam dan manusia. Pada beberapa stasiun ditemukan bahwa jenis
A. marina dan R. mucronata memiliki nilai penting yang besar. Kondisi tersebut
menjelaskan bahwa kedua jenis mangrove ini memiliki kedudukan penting dan lebih
menguasai komunitasnya. Dominansi Avicennia dan Rhizophora pada beberapa
stasiun pengamatan menandakan bahwa kedua jenis ini sangat cocok hidup di habitat
mangrove Tanjung Luar, Lungkak I dan Lungkak II. Avicennia, Rhizophora, dan
Xylocarpus merupakan bibit spesies mangrove yang penting, karena mangrove
tersebut tumbuh dengan baik pada salinitas 10-20 ppt, yaitu sekitar sepertiga sampai
dua pertiga konsentrasi air laut pesisir (31-35 ppt). Avicennia marina memiliki batas
toleran yang cukup tinggi terhadap perairan dengan kondisi yang ekstrim seperti
salinitas yang tinggi, kondisi substrat yang berlumpur, ini ditunjang dengan sistem
perakaran yang dimiliki A. marina yakni dengan sistem akar nafas (pneumatofor).
Avicennia merupakan genus yang memiliki kemampuan toleransi terhadap kisaran
salinitas yang luas dibandingkan dengan genus lainnya (Martuti, 2013: 129).

G. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Kelas bivalvia yang ditemukan terdiri dari 3 spesies yaitu Atrina vexillum,
Anadara ganosa, dan Polymesodaerosa
b. Kelas Gastropoda yang ditemukan terdiri dari 13 spesies yaitu Cerithidae
quoyii, Cerrithidaecingulate, Chicocereus capucinus, Cerithidae quadrata,
Cerithideopsilla alata, Caenobita cavipes, Nerita articulate, Cassidula sp,
Conus sp., Nerita sp., Phos vandenberghi, Rhinoclavis longicaudata, Terebrali
asulcata
c. Kelas Crustacea yang ditemukan terdiri dari 4 spesies yaitu Ilyoplax sp., Uca
rosea, Scylla serreta , dan Uca sp.
d. Kelas Reptil yang ditemukan terdiri dari 1 spesies yaitu Cereberus sp.
e. Jumlah spesies yang banyak ditemukan di hutan mangrove di Kecamatan Keruak,
yakni kelas Gastropoda sebanyak 13 spesies. Spesies Cerithide aquadrata jumlah
spesies yang aling banyak ditemukan yakni sebanyak 682 di Tanjung Luar dn 647
di Lungkak II.
f. Banyaknya jumlah spesies yang terdapat di hutan mangrove ini menandakan
kelestarian ekosistem mangrove tersebut memiliki fungsi ekologi untuk
keberlanjutan biodiersitas di daearah tersebut.
g. Terdapat empat spesies mangrove yang berhasil dijumpai, yaitu Rhizophora
mucronata, Sonneratia alba, Avicennia marina, dan Xylocarpus mocullensis.
h. Flora yang mendominasi adalah Rhizophora mucronata dan Avicennia
marina.

2. Saran
Semoga hasil penelitian kami memberikan dampak yang baik bagi ekosistem
mangrove kedepannya. Jagalah eksistensi ekosistem mangrove demi kestabilan
lingkungan, flora dan fauna didalamnya.
Daftar Pustaka
Agil Al Idrus, Hadiprayitno G, Hamdi L dan Mertha IG. 2014. Inventarisasi Flora dan
fauna di Kawasan Mangrove Gili Sulat untuk Pengembangan Bahan Ajar Ekologi dan
Penunjang Parawisata. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Mataram.

Agil Al Idrus, Kesipudin dan Mertha IG. 2018. Aplikasi Konsep Konservasi Mangrove
untuk Pengembangan Ekowisata di Pantai Selatan Lombok Timur. Jurnal Pendidikan
dan Pengabdian Masyarakat. Vol.1 No.1

Arief, Dharma. 1984. Pengukuran Salinitas Air Laut dan Peranannya dalam Ilmu
Kelautan. Oseana. Vol.9,no.1.

Fadhilah, Nur., Marsianih, dan Sutrisnawati.2013.Keanekaragaman Gatropoda Air Tawar


di Berbagai Macam Habitat di Kecamatan Tanambulaya Kabupaten Sigi: Jurnal e-
jipbio1, Vol.2: 13-19.
Martuti, NKT. 2013. Keanekaragam Mangrove Di Wilayah Tapak, Tugurejo, Semarang.
Jurnal MIPA. Vol. 36 No. 2. Hal. 123-130.
Mughofar A, Masykuri M, Setyono P. 2018. Zonasi dan Komposisi Vegetasi Hutan
Mangrove Pantai Cengkrong Desa Karanggandu Kabupaten Trenggalek Provinsi
Jawa Timur. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Vol.8 No.1.

Romimohtarto,K. dan S. Juawana.(2009). Biologi Lut Ilmu Pengetahuan tentang Biotal


Laut.Jakarta. Djambatan.
Sari, C.Hefika, Darmawanti S , dan Astuti ED. 2006. Pertumbuhan Tanaman Jahe Emprit
(Zingiber Officinale var. Rubrum) pada Media Tanam Pasir dengan Salinitas yang
Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol.XIV, No.2.

Silaen, Faolo Inchan, dkk. 2013. Distribusi Dan Kelimpahan Gastropoda Pada Hutan
Mangrove Teluk Awur Jepara Journal Of Management Of Aquatic . Volume 2.
Nomor 3. Halaman 93 – 103.

Zaldi. 2009. Avertebrata Air “Filum Crustacea”.Pontianak:Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelauatan Universitas Muhammadiyah Pontianak Putianak.

Anda mungkin juga menyukai