Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

BIOLOGI LAUT
ACARA II
PENGENALAN BIOTA LAUT (TUMBUHAN)

DISUSUN OLEH:
MADANI
G1A021061

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lautan adalah salah satu ekosistem terbesar di dunia ini yang memiliki
peranan sentral dalam menjaga keseimbangan iklim global dan menyediakan
sumber daya berharga bagi manusia. Di dalam ekosistem laut ini, biota laut
tumbuhan, yang dikenal sebagai fitoplankton dan makrofit laut, adalah
komponen utama. Biota laut tumbuhan ini terdiri dari beragam jenis
organisme yang melakukan fotosintesis, dan mereka membentuk dasar rantai
makanan di lautan. Selain itu, mereka juga memiliki peran penting dalam
siklus karbon global dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan
menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis.
Alga merupakan tumbuhan bersel banyak yang tidak memiliki sistem
vaskular serta tidak memiliki daun, tunas, atau akar. Alga merupakan
produsen primer dalam suatu ekosistem perairan yang memiliki potensi
terutama untuk dikembangkan dalam bidang pangan. Makroalga adalah
tingkat rendah yang tumbuhan tidak berpembuluh dan termasuk dalam
kelompok Thallophyta atau dikenal tumbuhan bertalus. Makroalga tidak
memiliki akar, batang dan daun sejati. Ia hidup dengan menempel pada
substrat dengan menggunakan holdfast dan memiliki berbagai macam pigmen
terutama klorofil untuk proses fotosintesis.
Keanekaragaman biota laut tumbuhan memiliki peranan kunci dalam
menjaga stabilitas ekosistem laut. Perubahan suhu air, pencemaran, dan
modifikasi kualitas air mampu memengaruhi komposisi dan keragaman
fitoplankton dan makrofit laut. Maka dari itu, pemahaman yang lebih
mendalam tentang dinamika populasi biota laut tumbuhan sangat penting
untuk menjaga serta melindungi ekosistem laut yang rentan terhadap
perubahan lingkungan. Selain itu, penelitian terhadap biota laut tumbuhan
juga mampu memberikan wawasan berharga terkait dengan dampak
perubahan iklim global pada ekosistem laut dan akibatnya terhadap
kehidupan di Bumi. Oleh karena itu, praktikum ini penting untuk dilakukan
agar praktikan dapat mengetahui morfologi dan jenis-jenis lamun, makroalga
dan bakau.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Untuk mengetahui morfologi dan jenis-jenis Lamun.
b. Untuk mengetahui morfologi dan jenis-jenis Makroalga.
c. Untuk mengetahui morfologi dan jenis-jenis Bakau.

1.3 Manfaat Praktikum


a. Dapat mengetahui morfologi dan jenis-jenis Lamun.
b. Dapat mengetahui morfologi dan jenis-jenis Makroalga.
c. Dapat mengetahui morfologi dan jenis-jenis Bakau.
BAB II
LANDASAN TEORI

Indonesia memiliki keanekaragaman biota laut yang kaya, termasuk


berbagai jenis tumbuhan laut. Beberapa tumbuhan laut yang ditemukan dalam
ekosistem laut Indonesia meliputi Open Brain Coral, Kelp, Soft coral, Posidonia,
Milfoils, Hyacinth, Waterwheel Plant, Anubias, Lamun, Alga Merah, Alga Coklat,
dan Alga Hijau. Tumbuhan laut ini memainkan peran penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem laut dan memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan
manusia. Mereka berfungsi sebagai habitat dan sumber makanan untuk beragam
organisme laut, menyerap karbon, memberikan penghalang alami terhadap arus
laut, dan berfungsi sebagai bahan mentah untuk obat tradisional. Namun,
keberadaan vegetasi laut di Indonesia terancam oleh berbagai faktor seperti
perubahan iklim, polusi, dan aktivitas manusia yang merusak ekosistem laut
(Swasta, 2021).
Fitoplankton sebagai produsen primer mempunyai struktur komunitas
yang sangat rentan terhadap perubahan fisik, kimia (kandungan hara), dan biologi
ekosistemnya. Oleh karena itu, keberadaan fitoplankton di suatu perairan tidak
hanya berfungsi sebagai parameter biologis untuk menilai kualitas lingkungan
perairan. Mekar Alga Berbahaya (HAB) merupakan fenomena yang sering terjadi
di perairan laut. HAB didefinisikan sebagai peningkatan populasi fitoplankton yang
dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ekosistem sekitar, organisme laut di
dalamnya, dan populasi manusia pesisir. Keberadaan fitoplankton pembentuk HAB
di perairan Desa Bedono dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suhu,
salinitas, oksigen terlarut, pH, kadar nitrat, dan fosfat. Kelimpahan adalah ukuran
sederhana dari jumlah spesies yang ada dalam suatu komunitas. Nitrat (N) dan
fosfat (P) merupakan unsur penting yang dibutuhkan fitoplankton untuk
pertumbuhannya. Nutrisi ini dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai bahan
penyusun dasar produksi bahan organik, yang berfungsi sebagai sumber makanan
utama dalam rantai makanan, dibantu oleh sinar matahari. (Gurning et al., 2020).
Kandungan oksigen terlarut (DO) berfungsi sebagai faktor penting yang
membatasi kelangsungan hidup organisme akuatik, dan kisaran DO yang
direkomendasikan untuk pertumbuhan makroalga yang optimal adalah 4,5-9,8
mg/L. Nilai DO terukur berada pada kisaran 4,1-10,4 mg/L, melampaui ambang
batas saturasi oksigen terlarut yaitu 7,51-7,63 mg/L. Distribusi nutrisi di badan air,
yang penting bagi pertumbuhan makroalga, dipengaruhi oleh pergerakan massa air
atau kecepatan arus. Nutrisi yang didistribusikan ini kemudian diserap oleh thallus
makroalga. Faktor penting keberadaan organisme makroalga adalah jenis substrat
untuk pertumbuhannya. Di lokasi penelitian, substrat utamanya terdiri dari pasir.
Substrat yang ideal untuk pertumbuhan makroalga biasanya terdiri dari campuran
pasir dan pecahan karang, karena jenis ini dapat dengan mudah memperlancar aliran
air sehingga cocok untuk pertumbuhan makroalga (Maslahah et al., 2021).
Mangrove memasok berbagai barang dan memberikan jasa ekologis yang
sangat berharga bagi umat manusia. Kawasan ini berfungsi sebagai habitat bagi
berbagai spesies ikan, menyediakan berbagai produk tanaman, meningkatkan
kualitas air, menyediakan ikan dan kerang bagi masyarakat lokal, menjamin
stabilisasi pesisir, menyediakan dukungan rantai makanan untuk perikanan dekat
pantai, dan melakukan penyerapan karbon. Mangrove juga berfungsi sebagai
sumber bahan bakar, hiasan obat, dan madu bagi penduduk setempat. Meskipun
mangrove mempunyai manfaat sosio-ekonomi dan lingkungan, penipisannya terus
terjadi di wilayah Delta Niger, Nigeria (Onyena dan Sam, 2020).
Mangrove dianggap sebagai salah satu ekosistem paling produktif secara
global dan memainkan peran penting dalam menyerap “karbon biru”. Laut
berfungsi sebagai penghubung penting antara ekosistem darat dan laut,
menyediakan habitat bagi organisme yang tak terhitung jumlahnya. Namun hutan
bakau rentan terhadap gangguan lingkungan, termasuk pemanasan global dan
campur tangan manusia, yang dapat menimbulkan dampak buruk terhadap
ekosistem bakau (Palit et al., 2022).
Ekosistem padang lamun merupakan suatu sistem kompleks yang memiliki fungsi
vital dan manfaat signifikan bagi wilayah pesisir. Lamun, makroalga, dan epifit
hidup berdampingan di lingkungan laut ini. Epifit merupakan organisme yang
hanya menempel pada permukaan tumbuhan, seperti daun dan rimpang lamun.
Makroalga biasanya menghuni zona intertidal yang ditandai dengan tingkat
variabilitas lingkungan yang tinggi. Kehadiran makroalga seringkali menimbulkan
persaingan dengan lamun yang berbagi ekosistem yang sama (Rachmawan et al.,
2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum


a. Waktu Praktikum
Rabu, 27 September 2023
b. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Biologi Lanjut, Ruang Kelautan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat-Alat Praktikum
1. Alat tulis
2. Kamera handphone
3. Penggaris
Bahan-bahan Praktikum
1. Lamun
2. Makroalga
3. Mangrove

3.3. Prosedur Kerja


a. Diamati morfologi dari masing-masing jenis tumbuhan laut.
b. Didokumentasikan masing-masing jenis tumbuhan laut.
c. Dicatat keterangan dan penjelasan mengenai perbedaan dari masing-
masing jenis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Tabel 4.1 Morfologi dan jenis-jenis Makroalga
No Jenis-jenis Keterangan
1. Caulerpa sp. a. Ramuli
b. Rhizoid
c. Stolon

a
b

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
\Ordo : Caulerpales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa

2. (Ulva lactuca) a. Thallus

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Ulvales
Famili : Uvaceae
Genus : Ulva
3. (Turbinaria decurrens) a. Filoid
b. Rhizoid
c. Konseptakel
a d. Thallus

d b

Klasifikasi :
c
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Turbinaria

4. Sargassum crassifolium a. Thallus

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
5. Halimeda sp. a. Stipe
b. Holdfast

Klasifikasi
Kingdom : Protista
Divisi : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Halimedaceae
Genus : Halimeda

6. Padina sp. a. Thallus


b. Holdfast
c. Garis konsentris

Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Family : Dictyotaceae
Genus : Padina
7. Galaxaura a. Kauloid

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Nemalies
Famili : Chaetangiaceae
Genus : Galaxaura

8. (Sargassum tenerrimum) a. Thallus


b. Holdfast

a
b

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum

9. Sargassum sp. a. Thallus

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum

10. Amansia serrate

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Ceramiales
Famili : Rhodomelaceae
Genus : Amansia
Tabel 4.2 Morfologi dan Jenis-jenis Lamun
No Jenis-jenis Keterangan
1. (Halophila spinulosa) a. Daun

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila

2. (Halophila minor) a. Daun


b. Petiole

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
3. (Halophila decipiens) a. Daun
b. Petiole

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila

4. (Halophila ovalis) a. Petiole


b. Daun

b
a

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
5. (Halodule pinifolia) a. Daun
b. Pelepah

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Halodule

6. (Halodule uninervis) a. Daun


b. Pelepah
c. Rhizom
d. Akar
a

c
d

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Halodule

7. (Thalassia hemprichii) a. Daun


b. Pelepah
c. Rhizom

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
8. (Thalassodendron ciliatum) a. Daun

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Thalassodendron

9. (Cymodocea rotundata)
a. Dun
b. Pelepah
c. Rhizom
a d. Akar

b
c
d

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea

10. (Enhalus acoroides) a. Daun


a

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus

11. (Cymodocea serulata) a. Daun


b. Rhizom

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
12. (Syringodium isoetifolium) a. Daun

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Syringodium

Tabel 4.3 Morfologi dan Jenis-jenis Mangrove


No Jenis-jenis Keterangan
1 Avicennia alba a. Daun
. b. Buah

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia

2 Sonneratia caseolaris a. Bunga


. b. Daun
a
c. Buah

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
3 Ceriops tagal a. Buah
. b. Daun

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malphigiales
Famili : Rizophoraceae
Genus : Ceripos

4 Bruguiera gymnorrhiza a. Daun


.

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
5 Rhizophora stylosa a. Daun
. b. Bunga

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
4.2 Pembahasan
Makroalga, yang sering disebut sebagai rumput laut besar,
memegang peran yang signifikan dalam ekosistem laut dengan berbagai
manfaat yang ditawarkan serta karakteristiknya yang unik. Mereka
tersebar di berbagai jenis perairan, mulai dari zona tropis hingga
subarktik, dan biasanya tumbuh di perairan dangkal yang terkena sinar
matahari. Makroalga memiliki variasi jenis, termasuk yang berwarna
merah, coklat, dan hijau, masing-masing dengan ciri morfologi dan
pigmen yang khas. Selain menjadi tempat tinggal bagi berbagai spesies
laut, makroalga juga berperan penting dalam menjaga kualitas air laut
dengan menyerap kelebihan nutrisi dan karbon dioksida. Selain itu,
makroalga memiliki beragam aplikasi dalam industri manusia seperti
makanan, kosmetik, dan farmasi. Alga merupakan sekelompok organisme
autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata.
Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki organ seperti yang dimiliki
tumbuhan seperti akar, batang, daun, dan sebagainya. Karena itu alga
pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan bertalus.
Lamun merupakan tumbuhan laut berkapasitas tinggi dalam
menyerap logam berat karena lamun dapat berinteraksi secara langsung
dengan kolom perairan melalui daunnya dan dapat berinteraksi secara
langsung dengan sedimen melalui akarnya, sehingga daun dan akar lamun
merupakan bagian dari penyerap ion logam yang baik. Kemampuan
mengambil dan menahan hasil pencemaran oleh makhluk hidup dari
lingkungan yang melalui suatu mekanisme, seperti yang dilakukan lamun,
adalah suatu bentuk bioakumulas. Kehidupan lamun sangat erat kaitannya
dengan substrat. Beberapa jenis lamun menyukai habitat substrat tertentu.
Halophila ovalis tumbuh pada dasar substrat keras, pasir dan lumpur di
daerah terbuka di sepanjang batas pasang surut yang tumbuh bersama-
sama Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Cymodocea serrulata,
Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, dan Enhalus acoroides.
Thalassia hemprichii tumbuh dominan pada dasar pasir ataupun puing
karang mati dan dapat tumbuh pada dasar lumpur serta tumbuh bersama-
sama Halophila ovalis, Halodule uninervis, dan Cymodocea serrulata.
Cymodocea rotundata tumbuh pada dasar pasir di dekat pantai yang
terbuka saat surut dan jauh dari pantai yang selalu tergenang air, yang
tumbuh bersama-sama Thalassia hemprichii. Enhalus acoroides tumbuh
pada dasar lumpur, pasir dan pasir berkoral yang selalu tergenang air, yang
tumbuh bersama-sama Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium,
Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis.
Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang memiliki peranan
penting dan karakteristik yang unik. Terdiri dari berbagai jenis tumbuhan
yang dapat tumbuh di perairan asin, mangrove bertindak sebagai benteng
alami yang melindungi garis pantai dari erosi yang disebabkan oleh
gelombang dan badai. Mangrove memiliki akar yang kuat dan khas,
termasuk akar udara yang muncul di atas permukaan air, membantu
mereka memperoleh oksigen dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan
yang keras. Ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai tempat
berkembang biak bagi banyak spesies ikan dan burung serta menyediakan
tempat berlindung bagi hewan-hewan pesisir. Di samping manfaat
ekologisnya, mangrove juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan
karena sering digunakan dalam berbagai industri seperti perikanan,
pengolahan garam, dan pariwisata. Ekosistem mangrove juga berperan
dalam melindungi pantai dari erosi dan gelombang laut. Mangrove juga
memberikan kontribusi yang signifikan pada produktifitas estuarine dan
pesisir melalui aliran energi dari proses dekomposisi serasah.
Mangrove spesies Avicennia alba dapat hidup pada habitat rawa
mangrove di lokasi pantai yang terlindung, di sepanjang garis pantai, dan di
muara sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut. Pohon Avicennia
alba dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 25 m. Kulit batang terluar
spesies ini berwarna keabu- abuan atau gelap kecoklatan dengan tonjolan-
tonjolan kecil. Perakaran spesies mangrove ini membentuk sistem horizontal
dengan akar nafas yang rumit. Avicennia alba memiliki akar nafas yang
berbentuk jari yang dilapisi oleh lentisel. Avicennia alba memiliki daun yang
permukaannya halus serta buahnya berbentuk cabai. Buah Avicennia alba
termasuk semivivipar yang bergantung dua-dua dan empat bersama-sama.
Buah ini diselubungi dengan selaput yang hijau kelabu, dibawahnya terdapat
dua keping yang melipat memanjang, diselanya duduk akar seperti suatu
rumbai putih. Avicennia alba juga sering dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat sebagai kayu bakar, bahan bangunan hingga getahnya yang dapat
digunakan sebagai obat pencegah kehamilan.
Sonneratia caseolaris merupakan jenis mangrove pionir yang
termasuk kedalam kelompok mayor, yaitu komponen yang hanya ada pada
lingkungan mangrove dan tidak terdapat pada komunitas daratan yang lain.
Sonneratia caseolaris memiliki habitus berupa pohon dengan ketinggian
mencapai 15 meter, memiliki akar napas vertikal seperti kerucut yang
tingginya bisa mencapai satu meter, banyak dan sangat kuat. Sonneratia
caseolaris tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove dan pada
tanah lumpur yang dalam, seringkali ditemukan di sepanjang sungai kecil
dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak
pernah tumbuh pada daerah pematang maupun daerah berkarang. Daun
Sonneratia caseolaris memiliki bentuk bulat memanjang dengan daun
kemerahan. Ukuran dari daun tersebut juga bervariasi, antara 5-13 x 2-5 cm.
Bunga dari tumbuhan ini berbentuk bulat telur dan tabung kelopak bunga
berbentuk mangkok, biasanya tanpa urat. Kemudian bentuk buah menyerupai
bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga.
Ukuran dari buahnya lebih besar dari S. alba, bijinya lebih banyak (800-1200)
serta memiliki ukuran buah dengan diameter 6-8 cm.
Ceriops tagal merupakan jenis mangrove dari family
Rhizophoraceae dengan nama lokal tagar atau tegar. Kayunya dimanfaatkan
untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Morfologi pohon mangrove ini
berbentuk kecil atau semak. Kulit kayu halus berwarna abu-abu dan kadang
berwarna coklat. Tumbuhan ini sering memiliki akar tunjang yang kecil.
Helai daun berwarna hijau berbentuk elips atau bulat telur terbalik dengan
ujung membundar. Letak pinak daun sederhana berlawanan. Bunga berwarna
hijau dengan formasi mengelompok di ujung gagang yang terletak di ketiak
daun. Buah memiliki tabung kelopak melengkung, hipokotil berbintil dan
berkulit halus, agak mengelembung dan sering kali pendek.
Bruguiera gymnorrhiza dengan nama lokal tanjang; termasuk family
Rhizophoraceae. Kayu dari mangrove jenis ini sering digunakan masyarakat
sebagai kayu bakar, bahan bangunan dan untuk pancang alat tangkap
pengerih. Batangnya dengan kulit kayu berwarna abu-abu tua sampai coklat
dilengkapi lentisel yang permukaannya halus hingga kasar. Akarnya
menyerupai papan melebar kesamping di bagian pangkal pohon dan juga
memiliki sejumlah akar lutut. Helai daun berbentuk elips sampai elips lanset
dengan letak pinak berlawanan. Bunga bergelantungan pada ketiak daun
dengan formasi soliter. Buah bulat panjang dengan hipokotil lurus, tumpul
dan bewarna hijau tua keunguan. B.gymnorrhiza merupakan jenis yang cukup
banyak dikawasan Stasiun Kelautan Dumai.
Rizophora stylosa tumbuh pada habitat yang beragam di daerah
pasang surut, lumpur, pasir dan batu, menyukai pematang sungai pasang
surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian
daratan dari mangrove. R. stylosa memiliki morfologi berupa pohon, tinggi
dapat mencapai 15 m, permukaan batang berwarna abu-abu kehitaman,
bercelah halus. Daun mempunyai permukaan atas yang halus, mengkilap,
ujung meruncing, bentuk lonjong dengan melebar bagian tengah, ukuran
panjang 8-12 cm, permukaan bawah tulang daun berwarna kehijauan,
berbintik-bintik hitam tidak merata. Karangan bunga terletak di ketiak daun,
bercabang 2-3 kali, masing-masing cabang 4-16 bunga tunggal. Buah
Rhyzophora stylosa mempunyai bentuk memanjang dengan ukuran 20-60 cm
dan diameternya 10-23 mm, serta meruncing pada bagian ujungnya. Akarnya
berupa akar tunjang. Habitat R. stylosa adalah tanah basah, sedikit berlumpur
dan berpasir
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
a. Morfologi dan variasi jenis lamun adalah komponen yang sangat penting
dalam ekosistem pesisir serta perairan tropis, dan mereka memiliki peran
ekologis yang sangat berarti. Morfologi lamun mencakup karakteristik
seperti struktur daun, akar, serta adaptasi lainnya, yang semuanya memiliki
dampak besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut serta
mengurangi erosi pantai. Beberapa jenis lamun, seperti Cymodocea
rotundata, Enhalus acoroides, Cymodocea serulata, dan Syringodium
isoetifolium, memiliki ciri khas yang berbeda-beda dan menghuni beragam
habitat. Contohnya, Cymodocea rotundata lebih cenderung tumbuh di
perairan dangkal di sepanjang pantai, sementara Enhalus acoroides
mendominasi perairan yang lebih dalam dan membentuk struktur yang
rumit. Cymodocea serulata berperan penting dalam mendukung
keberagaman hayati dengan menyediakan habitat bagi ikan dan
invertebrata, sedangkan Syringodium isoetifolium biasanya ditemukan di
perairan yang kurang terganggu.
b. Morfologi dan jenis-jenis makroalga mencerminkan keanekaragaman luar
biasa dalam kelompok tumbuhan laut ini. Makroalga, yang mencakup
berbagai alga merah, cokelat, dan hijau, memiliki beragam bentuk tubuh dan
struktur sel yang unik. Alga merah umumnya dikenal dengan pigmen merah
yang mendominasi, sementara alga cokelat memiliki pigmen cokelat yang
memberikan warna karakteristik. Alga hijau memiliki pigmen klorofil yang
lebih dominan. Jenis-jenis makroalga ini, seperti rumput laut, memberikan
kontribusi penting dalam ekosistem laut sebagai produsen utama dan
sebagai habitat bagi berbagai organisme laut.
c. Morfologi dan jenis-jenis mangrove adalah bagian integral dari ekosistem
laut yang sangat penting. Mangrove, dengan akar-akarnya yang kuat dan
adaptasi yang unik, berperan dalam perlindungan pesisir, menyediakan
habitat bagi berbagai jenis hewan, dan membantu mengikat karbon
dioksida. Jenis-jenis mangrove yang berbeda, seperti Rhizophora,
Avicennia, dan Sonneratia, memiliki peran khusus dalam ekosistem ini.

5.2 Saran
Diharapkan praktikum selanjutnya agar lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA

Gurning, L.F.P., Nuraini, R.A.T., dan Suryono, S., 2020, Kelimpahan Fitoplankton
Penyebab Harmful Algal Bloom di Perairan Desa Bedono, Demak, Journal of
Marine Research, 9(3), 251-260.
Maslahah, N.H.M., Muskananfola, M.R., dan Purnomo, P.W., 2021, Analisis Kandungan
Klorofil Makroalga Hijau Dominan Di Perairan Teluk Awur, Jepara, JFMR
(Journal of Fisheries and Marine Research), 5(3), 617-627.
Onyena, A.P., dan Sam, K., 2020, A review of the threat of oil exploitation to mangrove
ecosystem: Insights from Niger Delta, Nigeria, Global ecology and
conservation, 22(1), 1-12.
Palit, K., Rath, S., Chatterjee, S., dan Das, S., 2022, Microbial diversity and ecological
interactions of microorganisms in the mangrove ecosystem: Threats, vulnerability,
and adaptations, Environmental Science and Pollution Research, 29(22), 32467-
32512.
Rachmawan, E.W., Suryono, C.A., dan Riniatsih, I., 2021, Perbandingan Tutupan Antar
Lamun, Makroalga dan Epifit di Perairan Paciran Lamongan. Journal of Marine
Research, 10(4), 508-514.
Swasta, I.B.J., 2021, Bioekologi Ekosistem Laut dan Estuaria, PT. Raja Grafindo Persada,
Depok.

Anda mungkin juga menyukai