Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

BIOKIMIA
ACARA III
PENETAPAN AMILASE (WOHLGEMUTH)

DISUSUN OLEH:
MADANI
G1A020061

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
ACARA III
PENETAPAN AMILASE (WOHLGEMUTH)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar amilase (diastase) pada air seni.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 30 Oktober 2022
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Ruang C. 2.1, Laboratorium Kimia Lanjut, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Urin atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin
sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring didalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra (Syaifudin, 2005: 33).
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolism (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organic. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorbsi Ketika molekul yang penting bagi tubuh, missal glukosa,
diserap Kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Urea yang dikandung
urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos (Trioktavia, 2010: 30).
Amilase merupakan salah satu enzim hidrolitik yang banyak digunakan
dalam berbagai proses industri seperti makanan, fermentasi, tekstil, kertas,
deterjen, dan industri farmasi. Amilase yang dihasilkan oleh bakteri termofilik
mungkin bersifat termostabil, yang sangat bermanfaat dalam beberapa aplikasi
yang membutuhkan suhu tinggi, misalnya proses gelatinisasi, pencairan, dan
sakarifikasi yang dilakukan pada suhu tinggi yang terlibat dalam pengolahan
pati. Amilasi berasal dari tumbuhan, hewan atau mikroba. Namun, produksi
amilase menggunakan bakteri umumnya lebih disukai daripada jamur, karena
menghasilkan berbagai karakteristik dan keuntungan karena sel bakteri cepat
tumbuh, dan skala produksi sel mudah ditingkatkan (Ardhi, dkk, 2020).
Pada umumnya, struktur ion enzim dapat berbentuk ion positif, ion
negatif atau ion bermuatan ganda. Ketika asam, enzim akan mengalami
protonasi dan kehilangan muatan negatifnya yang menyebabkan konformasi
enzim berubah sehingga aktivitas enzim yang dihasilkan kecil. Hal inilah yang
menyebabkan amilase mempunyai aktivitas yang kecil pada pH 3 dan 4.
Sedangkan pada pH 6, terjadi keseimbangan antara muatan positif dan
negatifnya, sehingga menghasilkan aktivitas enzim maksimal dan merupakan
pH optimum. Pada pH 7 sampai dengan pH 9, terjadi penurunan aktivitas enzim.
Hal ini terjadi karena, pH yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses
koagulasi yang menyebabkan menurunnya aktivitas enzim (Siska, dkk, 2018).
α-Amilase (EC 3.2.1.1) merupakan salah satu jenis enzim yang sangat
penting dalam bioteknologi. Enzim ini sering diaplikasikan pada berbagai sektor
industri, seperti industri deterjen, tekstil, kertas, roti, alkohol, dan pati.
Termostabilitas dari α-Amilase merupakan sifat utama dari enzim yang
dibutuhkan pada industri pemerosesan pati. α-Amilase dengan sifat termostabil
dapat diperoleh dari bakteri termofilik yang secara alami dapat diisolasi dari
mata air panas. Mata air panas merupakan salah satu habitat yang paling
berpotensi dalam mengisolasi bakteri termofilik karena memiliki suhu air yang
sangat tinggi (Gazali, dkk, 2018).
Ada beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan
sesuai dengan cara memotong ikatan glikosidik. Alpha-amilase menghidrolisis
alpha 1,4-glikosidik, secara acak menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan
monosakarida. Alpha amilase adalah endo-amilase. Exoamylases
menghidrolisis alpha 1,4- glikosidik linkage hanya dari nonpereduksi ujung
rantai polisakarida luar. Exoamylases termasuk beta-amilase dan glucoamylases
(gamma-amilase, amyloglu-cosidases) (Ariandi, 2019).
Mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mensekresikan enzim
ketika mereka tumbuh di hadapan tertentu substrat. Amilase adalah salah satu
enzim industri yang paling penting dan sangat penting dalam studi bioteknologi.
Isolat diuji produksi -amilase pada nutrisi agar yang dilengkapi dengan pati dan
dalam fermentasi terendam. Bakteri diisolasi dan diidentifikasi (menggunakan
Kit identifikasi Microgen Bacillus) semuanya adalah Bacillus cereus dan SB2
memiliki zona hidrolisis terbesar 12mm pada nutrien agar yang disuplementasi
dengan pati serta aktivitas enzim tertinggi sebesar 1,62U/ml. parameter di mana
dioptimalkan, aktivitas amilase maksimum diperoleh pada pH 6,5, suhu 350C,
inkubasi dan konsentrasi inokulum 4%. Bacillus cereus adalah isolat potensial
untuk alfa-amilase produksi dengan pati larut sebagai satu-satunya sumber
karbon dalam fermentasi terendam (Raplong, dkk, 2018).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat praktikum
a. Gelas Kimia 600 mL
b. Labu Takar 10 mL
c. Penangas Air
d. Penjepit Kayu
e. Pipet Tetes
f. Pipet Volume 2 mL
g. Rak Tabung Reaksi
h. Rubber Bulb
i. Tabung Reaksi
j. Stopwatch
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Air seni (Urin)
b. Aquades (H2O(l))
c. Larutan amilum 1%
d. Larutan standar iodium 2%
D. SKEMA KERJA

Air seni

• Dibagi menjadi
2

Diencerkan Tidak diencerkan

Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung Tabung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

10 12 14 16 18 2 4 6 8 10
tetes tetes tetes tetes tetes tetes tetes tetes tetes tetes

Masing-masing diencerkan dengan aquades hingga totalnya 20 tetes

• + 2 mL amilum 1%
• ∆ 37C selama 30 menit dalam
penangas air
• Didinginkan selama 5 menit
• + beberapa tetes larutan iodium
0,01 M (hingga berubah warna)

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan reaksi
Reaksi kimia
Amilum + H2O(l)→ Amilum(aq) (putih keruh)
Amilum + Iodin → Amilodestrin (Biru Tua)
Amilodestrin + Amilase → Eritrodestrin(aq) (merah)
Amilodekstrin(aq) + H2O (l)→ Eritrodekstrin(aq) (merah)
Eritrodekstrin(aq) + H2O(l)→Akrodekstrin(aq) (kuning bening sampai tidak
berwarna )
Akrodekstrin(aq)+ H2O (l)→ Maltosa(aq) (tidak berwarna )

2. Proses Hidrolisis
Amilum Amilodestrin Eritrodestrin

Maltosa Akrodekstri

Tidak berwarana

3. Reaksi Hidrolisis
G. PEMBAHASAN
Enzim merupakan biokatalisator organic yang berasal dari makhluk
hidup dalam protoplasma. Enzim tersusun atas dua bagian, yaitu apoenzim dan
koenzim. Enzim memiliki fungsi untuk membantu mempercepat reaksi kimia
dalam tubuh manusia. Enzim juga mengikat molekul dan mengubahnya dengan
cara tertentu. Selain itu, enzim sangat penting untuk respirasi, mencerna
makanan, mendukung fungsi otot dan saraf, dan lain-lain. Enzim amilase
mrupakan salah satu jenis enzim pencernaan yang diproduksi di kelenjar liur,
pancreas, dan usus halus. Enzi mini bertugas untuk memecah zat pati atau
karbohidrat menjadi gula (glukosa).
Praktikum kali ini membahas tentang penetapan amilase (Wohlgemuth)
yang bertujuan untuk menentukan kadar amilase (diastase) pada air seni.
Dilakukan suatu perbandingan konsentrasi urine terhadap jumlah iod yang
bereaksi. Tujuan dari adanya perbandingan konsentrasi urine dalam reaksi
adalah untuk melihat pengaruh perubahan kimia yang terjadi pada proses
penambahan iod terhadap konsentrasi enzim amilase yang terdapat dalam urine.
Hal ini ditandai dengan pembentukan eritrodestrin berwarna merah atau ungu
dikarenakan pada air seni hanya terdapat sedikit amilase.
Pada percobaan ini digunakan 10 tabung reaksi, dimana masing-masing
tabung diisi dengan sampel urin yang jumlahnya berbeda-beda. Pada tabung
reaksi 1-5 diisi dengan urin yang sudah diencerkan dengan aquades, sedangkan
pada tabung 6-10 diisi dengan urin yang tanpa pengenceran. Selanjutnya semua
tabung ditambahkan dengan aquades hingga 2-18 tetes. Tujuan dari
ditambahkannya aquades kedalam setiap tabung adalah agar kuantitas larutan
dalam tiap tabung sama besar, yaitu 20 tetes sehingga mempermudah proses
analisisnya. Semakin banyak ditambahkan aquades, warna urine semakin bening
atau jernih. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan dengan larutan
amilum 0,1% sebanyak 2 mL. Fungsi penambahan larutan amilum adalah
sebagai larutan uji. Amilum tersebut akan bertindak sebagai substrat yang
nantinya akan menempel atau berikatan dengan enzim amilase yang ada. Setelah
ditambahkan amilum. Terbentuk endapan putih yang melayang pada larutan
urine tersebut.
Semua larutan dalam setiap tabung kemudia dipanaskan pada suhu 37C
selama 30 menit, dimana suhu tersebut merupakan suhu optimum bgi enzim
amilase untuk bekerja. Selama proses pemanasan terjadi proses hidrolisis
terhadap larutan tersebut. Dimana tahap hidrolisis parsial yang terjadi adalah
pemecahan amilum menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan dikenal
dengan dekstrin. Dari hasil pengamatan, endapan yang tadinya melayang
berkumpul di dasar tabung yang seharusnya berubah menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil dan melayang. Setelah didinginkan juga tidak mengalami
adanya perubahan warna menjadi warna bening yang menandakan bahwa telah
terjadinya hidrolisis yang menghasilkan suatu senyawa maltosa di dalam sampel
tersebut.
Selanjutnya semua sampel diberi tetesan iod yang bertujuan untuk
menguji terjadinya eritrodekstrin atau tidak dalam sampel urine yang ada, yang
menunjukkan banyaknya enzim amilase. Berdasarkan hasil pengamatan, pada
tabung 1-5 terjadi perubahan warna, tabung 1 dan 4 berwarna kuning pucat,
tabung 3 dan 5 berwarna kuning cearah, dan tabung2 berwarna kuning
kecoklatan. Selain itu, pada tabung 2, 4 dan 5 terbentuk endapan di dasar tabung.
Pada tabung 6-10 juga mengalami perbedaan warna, tabung 6 dan 7 berwarna
kuning keemasan, tabung 8 dan 9 berwarna kuning cerah, dan tabung 10
berwarna kuning bening. Pada tabung 6-9 juga terbentuk endapan yang berwarna
orange gelap (agak merah). Pada tabung 1-5 dan 6-10 menunjukkan variasi
penambahan iod yang berbeda-beda sampai akhirnya sampel yang telah
berwarna tersebut tidak dapat menjadi bening lagi. Dari hasil pengamatan
tersebut beberapa tabung yakni tabung 6-9 menunjukkan adanya eritrodextrin
yang terbentuk, hal ini mengindikasikan kadar enzim amilase pada urin. Jika
kadarnya banyak, maka semakin banyak juga amilum yang dirombak menjadi
eritrodextrin yang ditunjukkan dengan intensitas warna merah keunguan. Berarti
dapat disimpulkan bahwa kadar eritrodextrin pada urin tersebut terdapat dalam
jumlah yang cukup banyak, meskipun beberapa tabung tidak menghasilkan
warna merah. Hal ini dapat terjadi karena adanya kesalahan pada saat melakukan
percobaan.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kandungan amilase dalam urine dapat di tentukan dengan metode Wohlgemuth
yang merupakan metode semikuantitatif dengan membandingkan aktivitas
enzim dari berbagai konsentrasi enzim. Tabung 1-10 yang berisi urin
menghasilkan warna yang berbeda-beda tergantung tingkat kandungan enzim
amilasenya. Semakin larutan urin berwarna kuning, maka aktivitas enzim di
dalamnya semakin besar juga, begitupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhi, Aulia, Sidauruk, A.N., Suraya, N., Pratiwi, N.W., Pato, U., Saryono. (2020).
Molecular Identification of Amylase-Producing Thermophilic Bacteria
Isolated From Bukit Gadang Hot Spring, West Sumatra, Indonesia.
Biodiversitas. 21(3): 994.
Ariandi. (2019). Pengenalan Enzim Amilase (Alpha-Amylase) dan Reaksi
Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa. Jurnal
Dinamika. 7(1) : 76.
Gazali, Muhammad, F., Ananda, M., Suwastika, I.N. (2018). Characterization of α-
Amylase Activity from Thermophilic Bacteria Isolated from Bora Hot
spring, Central Sulawesi. Journal of Science and Technology. 7(1): 99.
Replong, Helen, H., Odeleye, P.O., Hammuel, C., Idoko, M.O., Asanato, J. Okede,
E.H. (2018). Production of Alpha Amylase by Bacillus cereus in
Submerged Fermentation. Aceh International Journal of Science and
Technoloy. 3(3) : 124.
Siska, Fajarwati, Astuti, W. (2018). Isolasi dan Penentuan Kondisi Kerja Optimum
Amilase Dari Rebung Serit (Gigantochloa robusta Kurz.). Prosiding
Seminar Nasional Kimia. 1(1): 36.
Syaifudin, M. (2005). Efek Radiasi Pada Komponen Biokimia. Jakarta: UI Press.
Trioktavia. (2010). Sistem Ekskresi. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai