BIOKIMIA
ACARA V
KIMIA LIPIDA
DISUSUN OLEH:
SABINA DESTA M
G1A021071
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari identifikasi senyawa dengan menggunakan Grease Spot
Test (tes noda lemak).
b. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan
penyabunan.
c. Mempelajari identifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan
asam.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 2 November 2022
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Lanjut Fisik dan Anargonik, Ruang C2.1,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Asam lemak dibagi kedalam tiga jenis yaitu asam lemak jenuh, asam lemak
tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh jamak. Kandungan asam lemak
jenuh (SFA) total tidak mengalami perubahan secara deskriptif seiring
penyimpanan suhu dingin. Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) merupakan
asam lemak yang mengandung ikatan rangkap sebanyak satu pada rantai
hidrokarbonnya. Asam lemak tak jenuh tunggal memiliki satu ikatan rangkap
karbon yang dapat terjadi pada posisi yang berbeda. Jenis asam lemak tak jenuh
tunggal pada didominasi oleh asam oleat dan palmitat (Jacob, dkk., 2020).
Asam oleat, yaitu asam lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap
tunggal (MUFA) sehingga minyak lebih stabil dibandingkan asam lemak tak
jenuh lainnya memiliki ikatan rangkap lebih banyak (PUFA), hal ini sesuai
dengan Suroso yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah ikatan rangkap
yang terdapat dalam susunan asam lemak, maka akan lebih reaktif terhadap
oksigen sehingga lebih mudah teroksidasi dan didukung oleh Sartika yang
menyatakan bahwa tidak terjadi kerusakan pada asam oleat akibat pemanasan
hingga suhu 200 °C selama 30 menit dan baru akan mengalami kerusakan
menjadi trans setelah penggorengan kedua (Putri, dkk, 2020).
Minyak nabati telah digunakan untuk sejumlah bermanfaat kesehatan
dengan menggabungkannya dalam makanan, kosmetik, dan farmasi produk,
terutama yang ditujukan untuk perawatan kulit. Minyak alami memiliki senyawa
tertentu dengan aktivitas antimikroba, antioksidan, dan anti-inflamasi. Minyak
berperan untuk metabolisme lipid yang diturunkan dari emolien topikal dan
menggunakannya sebagai blok bangunan nutrisi untuk pembentukan yang sehat
dan penghalang epidermis fungsional. Komposisi asam lemak memperkuat
penerapan terapi potensial untuk meningkatkan fungsi penghalang kulit alami.
Asam lemak dari keluarga omega- (asam linolenat) dan omega-6 (asam linoleat)
sangat penting untuk proses inflamasi, karena tidak disintesis (Guidone, dkk.,
2019).
Perbedaan kandungan minyak dan kandungan tokoferol tergantung pada
jenis kenari dan pemanggangannya. Minyak memiliki profil asam lemak dan
tokoferol yang khas. Khususnya, asam linoleat memiliki asam lemak dominan
untuk kedua proses tersebut. Umumnya, nilai asam lemak minyak kenari
panggang roast ditemukan sebagian tinggi dibandingkan dengan hasil yang tidak
dipanggang. Kandungan tokoferol dari minyak kenari panggang sebagian
menurun dibandingkan dengan tokoferol hasil minyak kenari yang tidak di
gongseng. Penurunan in dapat mungkin karena proses pemanasan (Ghafoor, dkk.,
2020).
Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan menimbulkan
rasa bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses hidrolisis yang
menghasilkan asam lemak bebas. Disamping itu dapat pula terjadi proses
oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh yang hasilnya akan menambah bau dan
rasa yang tidak enak. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan
peroksida dan selanjutnya akan terbentuk aldehida. inilah yang menyebabkan
terjadinya bau dan rasa yang tidak enak atau tengik. Kelembaban udara, cahaya,
suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan
ketengikan. Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak adalah zat cair
yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang manis (Poedjiadi, 2006).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Corong kaca
b. Erlenmeyer 250 mL
c. Gelas arloji
d. Gelas kimia
e. Gelas ukur
f. Magnetic stirrer
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 10 ml
i. Rubber bulb
j. Set alat refluks
k. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Indikator fenolftalein (PP)
b. Kertas Saring
c. Larutan dietil eter ((C2H5)2O)
d. Larutan etanol 95%
e. Larutan HCl 0,5 N
f. Larutan KOH 0,5 N dalam etanol
g. Minyak goreng baru
h. Minyak goreng bekas
D. SKEMA KERJA
1. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
Minyak goreng
(Baru dan bekas pakai)
● Masukkan kedalam tabung reaksi
● + sedikit dietil eter (jika diperkirakan kadar
lemak/minyak sedikit )
● Dihomogenkan
● Dituangkan dalam gelas arloji
Hasil
● Didiamkan hingga kertas saring mengering
Hasil
- -
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
KOH(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + H2O(l)
Asam lemak + etanol → Larut
a. Grease Spot Test (Tes Noda Lemak)
b. Bilangan Penyabunan
c. Bilangan Asam
Trigliserida (minyak) RCOOH + Gliserol
RCOOH + KOH 🡪 RCOOK + H2O
2. Perhitungan
a. Penentuan Bilangan Penyabuna
● Minyak baru
Diketahui :
V titrasi blanko = 38 mL
V titrasi sampel = 12 mL
Berat minyak = 4 gram
Ditanya : Bilang an asam =...?
Jawab
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum dengan judul kimia lipida ini dilakukan beberapa
percobaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas minyak melalui grease
spot test, bilangan asam dan bilangan penyabunan. Bahan yang diperlukan untuk
percobaan ini yaitu minyak goreng baru, dan minyak goreng bekas. Digunakan 2
jenis minyak (minyak goreng baru dan minyak goreng bekas) agar dapat
membedakan kualitas dari kedua minyak goreng tersebut. Percobaan pertama
yaitu menganalisis senyawa lipida dengan metode grease spot test (tes noda
lemak). Tes noda lemak merupakan salah satu tes untuk identifikasi lipid. Prinsip
kerjanya adalah sebagian besar lipid atau lemak tidak mudah menguap karena
titik didihnya yang tinggi. Pada suhu kamar, noda air akan hilang karena air
dapat meresap panas yang cukup dari udara sekitar dan menyerap. Pada minyak
baru dan bekas pakai ditambahkan dengan pelarut eter untuk melarutkan minyak.
Minyak memiliki sifat yaitu tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air,
melainkan larut pada pelarut semi atau non polar seperti eter. Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada kertas saring
minyak goreng baru tidak didapatkan noda dan berwarna bening, sedangkan pada
kertas saring minyak goreng bekas pakai didapatkan warna transparan dan
terdapat noda. Hal tersebut menunjukkan dikarenakan kertas saring terbuat dari
serat selulosa yang mampu membentuk pori-pori yang sangat kecil sehingga
cukup sukar tembus cahaya.
Percobaan kedua yaitu penentuan bilangan penyabunan dimana prinsip
kerjanya adalah sejumlah tertentu sampel minyak/lemak direaksikan dengan basa
alkali berlebih yang telah diketahui konsentrasinya menghasilkan gliserol dan
sabun. Sisa dari KOH yang dititrasi dengan menggunakan HCl yang telah
diketahui konsentrasinya juga sehingga dapat diketahui berapa banyak KOH
yang bereaksi yang setara dengan asam lemak dan asam lemak bebas dalam
sampel. Bilangan penyabunan tersebut adalah banyaknya mg KOH yang
diperlukan untuk menyabunkan secara sempurna 1 g lemak atau minyak. Pada
saat percobaan bilangan penyabunan juga digunakan titrasi blanko (titrasi tanpa
menggunakan sampel) yang berfungsi untuk mengetahui jumlah titer yang
bereaksi dengan pereaksi. Sehingga dalam perhitungan tidak terjadi kesalahan
yang disebabkan oleh pereaksi. Pada percobaan penentuan bilangan penyabunan,
sesuai dengan SNI 01-3741-1995 kualitas minyak goreng yang baik dapat dilihat
dari angka penyabunan yaitu 196-20 KOH/g, pada percobaan percobaan ini
didapatkan bilangan penyabunan pada minyak goreng baru didapatkan 185,25
mg KOH/1 gram minyak dan untuk minyak goreng bekas didapatkan 143,32 mg
KOH/1 gram minyak, berarti minyak yang diujikan memiliki kualitas yang baik
untuk digunakan karena angka penyabunannya berada dalam rentang angka
standar.
Percobaan terakhir adalah penentuan bilangan asam. Bilangan asam
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak yang dinyatakan
dengan mg basa (KOH) per gram minyak. Banyaknya asam lemak bebas yang
ada di minyak diakibatkan oleh adanya reaksi hidrolisis dari reaksi kimia dan
pemanasan. Adanya asam lemak bebas ini menyebabkan aroma yang tidak
diinginkan dan bila dalam jumlah besar akan dapat meracuni tubuh. Penentuan
bilangan asam dilakukan dengan penambahan campuran etanol dengan minyak
baik pada minyak baru maupun minyak bekas. Campuran etanol ditutup dengan
pendingin balik yang bertujuan agar campuran yang menguap akibat panas tidak
hilang dan jatuh kembali ke campuran larutan akibat adanya pendingin uap oleh
pendingin balik. Pada penambahan etanol terbentuk larutan berwarna kuning.
Penambahan etanol bertujuan agar minyak cepat bereaksi dengan KOH yang
bersifat basa. Larutan yang bercampur dengan etanol kemudian dipanaskan
dengan alat refluks agar semua lemak dapat terdistribusi ke dalam pelarut etanol.
Setelah dipanaskan kemudian didinginkan dan dititrasi dengan KOH. Tujuan
pendinginan adalah agar produk yang telah terbentuk tidak terurai lagi menjadi
reaktan serta proses titrasi berjalan dengan optimal. Kedua larutan dititrasi dan
warnanya berubah menjadi lapisan berwarna pink pekat dan terdapat lapisan
lemak berwarna kuning pada minyak baru sedangkan pada minyak bekas lemak
menempel pada dasar erlenmeyer berwarna kuning keruh dan lapisan berwarna
pink magenta. Dari analisis data yang telah dilakukan diperoleh bilangan asam
untuk minyak baru adalah 4,2 mL/gram sedangkan untuk bilangan asam minyak
bekas sebesar 2,1 mL/gram. Berdasarkan hasil tersebut, hasil pengamatan yang
didapatkan sesuai dengan teori, bilangan asam pada minyak bekas lebih besar
daripada bilangan asam pada minyak baru sebab minyak goreng bekas dipakai
berulang-ulang sehingga akan mengalami perubahan kimia akibat hidrolisis dan
oksidasi.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan:
1. Melalui grease spot test (tes uji lemak) diketahui bahwa minyak baru tidak
mengandung lemak dan minyak bekas mengandung lemak yang ditandai
dengan tidak adanya noda kertas saring serta berubahnya kertas saring
menjadi transparan.
2. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bilangan penyabunan untuk minyak
baru sebesar 185,25 mg KOH / 1 gram minyak, sedangkan pada minyak
bekas sebesar 143,32 mg KOH/ 1 gram minyak, yang berarti memiliki
kualitas yang baik untuk digunakan sebagai minyak goreng karena angka
penyabunannya berada dalam rentang angka standar SNI 01-3741-1995
angka penyabunan yaitu 196-206 KOH/g.
3. Berdasarkan hasil praktikum, nilai bilangan asam yang diperoleh pada
minyak baru lebih kecil yaitu 4,2 mL/gram daripada minyak bekas yaitu 2,1
mL/gram. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan sesuai dengan teori
dimana hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pada minyak bekas pakai
lebih rendah, namun masih layak dikonsumsi. Kualitas minyak dapat rendah
akibat dari penggunaan minyak yang lebih dari satu kali pada proses
penggorengan atau pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ghafoor, K., Juhaimi, F,A., Gecgel, U., Babiker, E.E., and Ozcan, M.M., 2020,
Influence of Roasting on Oil Content, Bioactive Components of Different
Walnut Kernel, Journal of Oleo Science 69(5).
Jacoeb, A.M., Nurjanah, Hidayat, T., Perdiansyah, R., 2020, Komposisi Kimia dan
Profil Asam Lemak Ikan Layur Segar Penyimpanan Suhu Dingin. JPHPI. 23
(1) 1-11.
Putri, D.N., Wibowo, Y.M.N., Santosos, E.N., dan Romadhania, 2020, Sifat
Fisikokimia dan Profil Asam Lemak Minyak Ikan dari Kepala Kakap Merah
(Lutjanus malabaricus), AgriTECH, 40 (1) 31-38.