Anda di halaman 1dari 6

BIOLOGI LAUT

KELAS A

MAKROALGA

OLEH:

SITTI NUR AINUN


L11116030

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
MAKROALGA

1. Pengertian Makroalga

Alga merupakan salah satu sumber daya alam hayati laut yang
bernilai ekonomis dan memiliki peranan ekologis sebagai produsen yang
tinggi dalam rantai makanan dan tempat pemijahan biota-biota laut. Alga
adalah organisme holoplankton yang hidup bebas terapung dalam air dan
selama hidupnya merupakan plankton. Alga (ganggang) memiliki pigmen
hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis.
Selain itu juga memiliki pigmen-pigmen tambahan lain yang dominan.
Dalam perairan alga merupakan penyusun fitoplankton yang hidup
melayang-layang di dalam air, tetapi juga dapat hidup melekat di dasar
perairan.

Makroalga adalah kelompok alga multiseluler yang tubuhnya


berupa talus yang tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati. Kelompok
tumbuhan ini hidup di perairan laut yang masih mendapat cahaya matahari
dengan menempel pada substrat yang keras. Secara ekologi, komunitas
makroalga mempunyai peranan dan manfaat terhadap lingkungan
sekitarnya, yaitu sebagai tempat asuhan dan perlindungan bagi jenis-jenis
ikan tertentu (nursery ground), sebagai tempat mencari makanan alami
ikan-ikan dan hewan herbivor (feeding grounds).

2. Jenis-Jenis Makroalgae

Rumput laut atau seaweed merupakan salah satu tumbuhan


laut yang tergolong dalam makroalga benthik yang banyak hidup
melekat di dasar perairan. Rumput laut merupakan ganggang yang hidup
di laut dan tergolong dalam divisi Thallophyta. Klasifikasi rumput laut
berdasarkan kandungan pigmen terdiri dari 4 kelas, yaitu rumput laut
hijau (Chlorophyta), rumput laut merah (Rhodophyta), rumput laut
coklat (Phaeophyta) dan rumput laut pirang (Chrysophyta).

a. Alga Hijau (Chlorophyta)


Chlorophyta atau alga hijau merupakan salah satu kelompok alga
terbesar dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Alga hijau
ditemui hidup dalam perairan dengan berbagai ragam kondisi, mulai
dari perairan tawar sampai perairan laut. Bentuk hidupnya juga
bervariasi, mulai dari bentuk yang uniseluler, berkoloni, berfilamen,
berbentuk lembaran ataupun berupa tabung.
b. Alga Merah (Rhodophyta)
Rhodophyceae memiliki warna merah sampai ungu. Kadang-
kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan.
Kromatoforanya berbentuk cakram atau suatu lembaran,
mengandung klorofil a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup
oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu
fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin. Sebagian
asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung florid,
yang juga merupakan hasil polimerasi glukosa, berbentuk bulat,
tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis jika dibubuhi yodium
berwarna kemerah-merahan. Tepung ini sifatnya dekat dengan
glikogen dan tidak terdapat dalam kromatoforanya, melainkan
pada permukaannya. Selain itu juga terdapat floridosida
(senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Kadang-
kadang juga terdapat pirenoid. Rhodophyceae kebanyakan hidup di
dalam air laut, terutama dalam lapisan lapisan air yang dalam, yang
hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya
bentos, melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat
atau cakram pelekat

c. Alga Coklat (Phaeophyta)


Phaeophyta (Alga coklat) sebagian besar dalam bentuk filamen
atau thalloid, umumnya ditemukan di laut, hanya beberapa jenis yang
dapat ditemukan di air tawar. Jenis yang ditemukan pada air tawar
hidup dengan cara menempel pada substrat seperti batu, tidak ada
satu pun yang bersifat plantonik.

3. Adaptasi Makroalga terhadap Suhu


Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Walaupun variasi suhu
dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas
utama karena organisme akuatik sering kali mempunyai toleransi yang
sempit (stenotermal). Beberapa penelitian membuktikan bahwa seiring
dengan meningkatnya suhu air, maka metabolisme organisme akan
meningkat, dan akan berbanding lurus dengan pertumbuhan dan
penyebaran makroalga.

4. Adaptasi Makroalga Terhadap Intensitas Cahaya


Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan
menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas
dengan bertambahnya kejelukan memegang peranan penting dalam
menentukan pertumbuhan fitoplankton. Cahaya yang menerangi daratan
atau lautan biasanya diukur dalam lux atau meter-lilin (1 meter-lilin = 1
lux). Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh terbesar secara
tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis
tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi
sumber makanan.

5. Adaptasi Makroalga Terhadap Salinitas


Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah
salinitas. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya
pro mil (‰) dan simbol yang dipakai adalah S ‰. Salinitas didefenisikan
sebagai berat zat padat terlarut dalam gram per kilogram air laut, jika zat
padat telah dikeringkan sampai beratnya tetap pada 480 ˚C, dan jumlah
klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah klor yang
ekuivalen dengan berat kedua halida yang hilang. Singkatnya salinitas
ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas,
dengan rumus: S‰ = 0,03 + 1, 805 C1‰.

Anda mungkin juga menyukai