Anda di halaman 1dari 10

J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75.

April 2021 ISSN :2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Status Trofik Media Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Sistem Bioflok
Trophical Status of the Tilapia Culture within Biofloc System
Nabilla Azhari Harahap1), Achmad Syafei Sidik2), Sumoharjo3)
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2)
Laboratorium Kolam Percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
3)
Laboratorium Sistem & Teknologi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Abstract

This experiment aimed to analyze the trophic status, floc volume, survival and growth rate of
Nile Tilapia reared within biofloc system. A completely randomized design (CRD) with four
treatments and three replicates was applied. The treatments were the difference in biomass
stocking density. i.e; P1 (5 kg/m3) ; P2 (10 kg/m3); P3 (15 kg/m3) and P4 (20 kg/m3). Result
showed that the survival rate of fish and floc volume have no significant difference among
treatments. But, the growth of fish and the trophic status of culture media significantly differed
among treatments. The highest growth rate was achived by P1 (5 kg/m3) and the lowest one
was by P4 (20 kg/m3). Water quality parameters were recorded in the range of tolerable values
for Tilapia raising during the treatments.

Keyword : Trophic statusl, Tilapia, Culture media, Biofloc, Fish density


produksi maksimal secara berkelanjutan dan
1. PENDAHULUAN
ramah lingkungan. Teknologi yang telah
dikembangkan tersebut antara lain; sistem
Budidaya ikan air tawar telah banyak
resirkulasi, perbaikan nutrisi pakan, aplikasi
dikembangkan seiring dengan tingginya
probiotik, sistem akuaponik, teknologi bioflok,
permintaan terhadap komoditas tersebut. Hal ini
dan lain-lain.
terlihat dari data yang dirilis FAO (2018) dimana,
Penggunaan teknologi dalam sistem
jenis ikan budidaya air tawar adalah penyumbang
budidaya tentunya memiliki kekurangan seperti
terbesar produksi akuakultur dunia, yakni 47,516
meningkatnya biaya operasional. Oleh karena itu,
juta ton dibandingkan dengan marikultur yang
dilakukan pengembangan untuk meningkatkan
hanya berkontribusi sebesar 6,575 juta ton.
jumlah produksi dengan menekan biaya
Peningkatan produksi akuakultur tersebut
operasional. Penerapan teknologi bioflok
diakibatkan oleh kemajuan-kemajuan teknologi
merupakan sistem yang lebih baik digunakan
yang dikembangkan untuk mencapai target

66
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

dalam budidaya karena memanfaatkan proses untuk mengkaji status trofik media bioflok
biologis yang berada dalam air media budidaya, dengan kepadatan yang berbeda.
sehingga dapat mengurangi biaya pengeluaran Penelitian ini bertujuan untuk :
pakan dan tentunya dapat mengurangi biaya 1. Menganalisis sintasandanpertumbuhan ikan
operasional. Beberapa penelitian menunjukkan nila yang dipelihara pada sistem bioflok
bahwa aplikasi teknologi bioflok berperan dalam dengan padat tebar yang berbeda.
perbaikan kualitas air, peningkatan biosekuriti, 2. Menganalisis volume flok pada budidaya ikan
peningkatan produktivitas serta menurunnya nila sistem bioflok dengan padat tebar yang
berbeda.
biaya pakan (Dwimurti, 2013).
3. Menganalisis status trofik media budidaya ikan
Teknologi bioflok mendapat banyak
nila sistem bioflok dengan padat tebar yang
perhatian dan sangat berkembang bagi para berbeda.
peneliti maupun pelaku usaha akuakultur dalam
satu dekade terakhir, karena mengadopsi sistem 2. METODE PENELITIAN
yang ramah lingkungan (zero wastef discharge).
Teknologi bioflok dilakukan dengan cara Penelitian ini dilakukan pada bulan
menambahkan unsur karbon (C) ke dalam media Februari sampai April 2020. Unit percobaan
pemeliharaan yang bertujuan untuk merangsang penelitian ini berada di Kolam Percobaan, analisis
pertumbuhan bakteri heterotof (Crab et al., kualitas air dilakukan di Laboratorium Sistem dan
2012). Menurut Wyk dan Avnimelech (2007) Teknologi Akuakultur, Jurusan Budidaya Perairan,
dalam Suprapto dan Samtafsir (2013), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
melaluipenambahan unsur karbon organik ke Mulawarman, Samarinda.
Alat dan bahan yang digunakan dalam
dalam media budidaya maka bakteri akan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
memanfaatkan N anorganik (NH3 dan NO2-)
Peralatan yang digunakan dalam penelitian
sehingga akan mengurangi konsentrasi amonia
ini adalah sebagai berikut :Bak bundarsebanyak
dalam air. Teknologi bioflok juga dapat 12 unit yang berdiameter 2 meter dengan tinggi 1
menyediakan pakan tambahan berprotein untuk meter, aerator, ember, seser, timbangan,
ikan karena gumpalan flok yang terbentuk dari penggaris, gelas ukur, tabung reaksi, imhoff cone,
bakteri dan berbagai macam organisme dapat spektrofotometer, DO meter, pH meter, TDS
dimanfaatkan oleh ikan sebagai makanan (Crab et meter, dan alat tulis.
al., 2012). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Sistem bioflok dalam budidaya perairan adalah sebagai berikut :Ikan nila ukuran 50-70 g
menekankan pada penumbuhan bakteri pada sebanyak 1.500 ekor, air tawar dengan volume
kolam untuk menggantikan komunitas autotrofik 2,512 liter untuk tiap bak, gula merah yang
yang didominasi oleh fitoplankton (McIntosh, dicairkan dengan konsentrasi 50%, pakan pellet,
50 liter air limbah ikan nila untuk tiap bak,
2000). Permasalahan dalam bioflok biasanya
reagent NH3, NO2, NO3, PO4.
terjadi karena laju akumulasi limbah nutrien tidak
Rancangan yang digunakan dalam
sebanding dengan laju asimilasinya oleh bakteri, penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
tingkat kepadatan ikan yang dipelihara (RAL). Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan
menghasilkan limbah yang berbeda. Kondisi ini dengan masing-masing terdapat 3 kali ulangan.
menyebabkan peningkatan kesuburan perairan Penentuan perlakuan menyesuaikan pada
yang diikuti oleh kelimpahan fitoplankton karena estimasi produksi (Hargreaves, 2013); P1 = 5
limbah nutrien yang tidak terserap akan lebih kg/m3, P2 = 10 kg/m3, P3 = 15 kg/m3, dan P4 = 20
banyak dimanfaatkan oleh fitoplankton. Oleh kg/m3.
karena itu, dalam penelitian ini sangat penting

67
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

A. Pengumpulan dan Analisis Data N (µ/L) = Total nitrogen (N-NH3+NO2+NO3)


P (µ/L) = Total phosfat (P-PO4)
a. Sintasan (SurvivalRate) Skala TRIX dari 0-10 yang meliputi empat
Sintasan ikan dihitung dengan menggunakan tingkatan trofik, yakni :
rumus Effendi (1997) : 0 – 4 = Kesuburan rendah (high quality, low
Nt trophic status)
SR= ×100%
No 4 – 5 = Kesuburan sedang (good quality,
Dimana : moderate trophic status)
SR = Sintasan (%) 5 – 6 = Kesuburan tinggi (moderate quality,
No = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) high trophic status)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) 6 – 10 = Kesuburan sangat tinggi (degraded,
b. Pertumbuhan Berat Mutlak very high trophic status)
Pertumbuhan berat mutlak dihitung Untukkonsentrasiklorofil-a
menggunakan rumus Weatherley 1972 sebagai tidakdilakukanpengukuransecaralaboratorium,
berikut (Dewantoro, 2001) : tetapinilainyadiperolehdarihasilperhitunganempir
W = Wt – W0 is yang dikembangkanoleh Jones and Bachmann
Dimana : (1976) menggunakanpersamaandari IFAS (2000)
W = Pertumbuhan berat mutlak (g) berikutini:
Wt = Berat ikan akhir pemeliharaan (g) Log (Chlorophyll-α) = - 0,369 + 1,053 Log (TP)
W0 = Berat ikan awal pemeliharaan (g) Dimana :
c. Kualitas Air Chlorophyll-α = Konsentrasi klorofil
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan TP = Total fosfor
dengan frekuensi tiga hari sekali dengan Nilai DO% diperolehdarihasilbagi DO
parameter sebagaiberikut : suhu, pH, DO, TAN, terukurdibagidengannilaikelarutanmaksimumoksi
nitrit, nitrat, phosphat. gen (Oxygen maximum soluble)
d. Volume Flok DO terukur
Volume flok adalah jumlah padatan DO% = x 100
DO saturasi
tersuspensi selama periode waktu tertentu pada
wadah kerucut terbalik/ Imhoffcone (Effendi, 132 S 760
DOs = � 0.625 � � �
2003). Pengukuran volume flok dilakukan setiap T 760+E1 / 32.8
tiga hari sekali, dilakukan dengan cara
pengambilan air sampel dari bak pemeliharaan 3. Analisis DatasecaraStatistik
sebanyak 1000 ml dan dimasukkan dalam Data pengamatan akan diuji secara statistik
imhoffcone. Banyaknya endapan setelah air di menggunakan uji F dengan tingkat kepercayaan
dalam imhofcone didiamkan selama 20 menit. 95% dan jika menunjukkan pengaruh yang nyata
akan dilanjutkan dengan uji DMRT
e. AnalisisTrophical Index jugapadatingkat kepercayaan 95%.

Penentuan status trofik perairan dapat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


dilakukan dengan menggunakan metode
Trophical Index (TRIX) menurut persamaan A. Sintasan (Survival Rate)
Vollenweider, et al., (1998) : Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
TRIX = [log 10 (Chl a x DO% x N x P) + 1,5]/1,2 sintasan ikan nila tertinggi diperoleh pada P2
dengan padat tebar 10 kg/m3 yaitu sebesar 99,67
Dimana : % dan sintasan terendah diperoleh pada P1
TRIX = Trophical Index dengan padat tebar 5 kg/ m3 dan P4 dengan
Chl a (µ/L) = Chlophyl-a padat tebar 20 kg/ m3 yaitu sebesar 98%.
DO% = Persen saturasi oksigen Berdasarkan hasil sidik ragam yang dilakukan,

68
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nyata untuk sintasan ikan nila diantara semua pertumbuhan berat pada P1 dengan padat tebar
perlakuan (Fhit<Ftabel). 5 kg/m3, P2 dengan padat tebar 10 kg/m3, P3
dengan padat tebar 15 kg/m3, P4 dengan padat
102.00 tebar 20 kg/m3 menunjukkan nilai yang berbeda
99.67 99.57
100.00 nyata. Hasil pertumbuhan berat ikan nila tertinggi
Sintasan (%)

98.00 98.00
98.00 yaitu pada P1 yaitu sebesar 246,50 g sedangkan
96.00 pertumbuhan berat terendah yaitu pada P4 yaitu
94.00 sebesar 98,00 g. Perbedaan pertumbuhan berat
92.00 ini disebabkan karena kepadatan ikan yang
P1 P2 P3 P4 berbeda-beda.
Pertumbuhan pada tiap perlakuan
Perlakuan
menunjukkan bahwa semakin tinggi padat
Gambar 1. Sintasan (Survival Rate) ikan Nila penebaran maka pertumbuhan berat semakin
rendah. Rahmat (2010), peningkatan kepadatan
Kematian ikan yang terjadi relatif kecil diikuti dengan penurunan pertumbuhan (Critical
(0,33-2%) yang terjadi sebagai akibat dari proses standing crop) dan jika telah sampai pada batas
adaptasi fisiologis ikan terhadap dinamika kualitas tertentu (Carrying capacity) pertumbuhannya
air yang terjadi, seperti konsentrasi amonia yang akan terhenti. Padat tebar yang tinggi akan
terus meningkat dan pH yang menurun hingga mempengaruhi laju pertumbuhan meskipun
pH<6. Dimana, semua perlakuan masih berada kebutuhan makan pada ikan tercukupi. Di sisi lain,
dalam fase start-up. Menurut Hargreaves (2013) bioflok yang tumbuh berfungsi sebagai pakan
bahwa selama period start-up terjadi perubahan tambahan ikan yang selalu tersedia dalam media
konsentrasi amonia dan nitrit serta pemeliharaan. Penambahan gula merah sebagai
perkembangan populasi bakteri, sehingga dapat sumber karbon dalam perairan budidaya dapat
mempengaruhi osmoregulasi yang akan meningkatkan C:N rasio perairan yang akan
menghambat pertumbuhan bahkan mengurangi nitrogen anorganik perairan dengan
menyebabkan kematian. Untuk mendapatkan meningkatnya pertumbuhan bakteri heterotrof.
komunitas mikroba yang stabil dalam sistem Bakteri heterotrof tersebut kemudian akan
bioflok membutuhkan proses start-up selama 4 membentuk flok yang akan menjadi pakan
minggu (Avnimelech, 2009). tambahan ikan yang berprotein tinggi sehingga
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan
B. Pertumbuhan Berat Mutlak berat ikan tersebut.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
pemeliharaan ikan nila sistem bioflok dengan
300.00 246.50 padat tebar yang berbeda menunjukkan hasil
250.00
Berat Mutlak (g)

179.57 perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan


200.00
130.80 berat ikan nila (Fhit>Ftabel), sehingga dilakukannya
150.00 98.00 uji lanjut DMRT 5%. Berdasarkan hasil uji DMRT
100.00
menunjukkan bahwa P1 berbeda nyata dengan
50.00
P2, P3 dan P4. Laju pertumbuhan tertinggi ada
0.00
pada P1, ukuran ikan pada P1 dan P2 sudah
P1 P2 P3 P4 termasuk ukuran ikan yang diinginkan atau
Perlakuan ukuran pasar yaitu ± 4 ekor/kg, sedangkan pada
P3 dan P4 menunjukkan bahwa tidak ada
Gambar 2. Pertumbuhan Berat ikan Nila perbedaan yang nyata dan ukurannya belum
mencapai ukuran yang diinginkan.

69
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

C. Kualitas Air Kepadatan yang rendah cenderung


memiliki konsentrasi oksigen terlarut yang lebih
1. Suhu tinggi. Tetapi semua perlakuan memiliki
Pengukuran suhu dilakukan sekali dalam konsentrasi oksigen terlarut yang rendah yang
sehari pada jam 10.00 pagi selama masa diakibatkan karena adanya aktivitas bakteri
percobaan. Selama masa pemeliharaan tidak bioflok yang memanfaatkan amonia yang juga
terjadi perubahan suhu yang signifikan tiap membutuhkan oksigen dalam proses
harinya, yaitu hanya pada kisaran 27-28ºC. perombakan tersebut. Kadar oksigen terlarut
Kisaran suhu tersebut termasuk dalam kisaran tidak hanya penting untuk aktivitas metabolik sel
suhu terbaik bagi pertumbuhan ikan nila. Hal ini tetapi juga dapat mempengaruhi struktur flok.
sesuai dengan pendapat Wiryanta (2010) bahwa Pada konsentrasi oksigen terlarut yang lebih
kisaran suhu yang bisa ditoleransi ikan nila adalah tinggi, maka ukuran flok akan lebih besar dan
15-37°C, namun ikan nila akan tumbuh optimal lebih kompak sehingga akan lebih mudah
pada suhu 25-30°C. Sehingga suhu yang terjadi dimanfaatkan oleh ikan sebagai pakan (Wilen dan
selama masa pemeliharaan berada dalam kondisi Balmer, 1999).
normal dengan kisaran yang dapat ditoleransi 4. TDS (Total Dissolved Solids)
ikan nila. Hasil pengamatan konsentrasi TDS
2. pH mengalami fluktuatif pada tiap perlakuan.
Pengamatan terhadap nilai pH pada semua Perubahan konsentrasi nilai TDS dipengaruhi oleh
perlakuan menunjukkan bahwa pada awal sisa pakan dan sisa feses ikan yang tidak
pemeliharaan memiliki nilai pH yang berkisar terombak sehingga meningkatkan senyawa
antara 5,6 – 6,4. Sehingga pada semua perlakuan amonia. Meningkatnya senyawa amonia ini akan
memiliki kisaran nilai pH yang masih dapat meningkatkan pertumbuhan dan kepadatan
ditoleransi oleh ikan tersebut. Selama masa fitoplankton, jika kepadatan fitoplankton terlalu
pemeliharaan terjadi penurunan pH pada semua tinggi akan menyebabkan fluktuasi beberapa
perlakuan, hal ini disebabkan karena parameter kualitas air. Konsentrasi nilai TDS
meningkatnya konsentrasi CO2 yang diakibatkan mengalami peningkatan tertinggi selama masa
karena adanya proses respirasi oleh ikan. pemeliharaan disetiap perlakuan pada minggu ke-
Meningkatnya jumlah karbondioksida akan 5, yaitu P1 sebesar 397 mg/l, P2 sebesar 467
menyebabkan penurunan pada nilai pH. Nilai pH mg/l, P3 sebesar 379 mg/l, dan P4 sebesar 443
berhubungan dengan konsentrasi CO2 dalam mg/l.
perairan. Peningkatan CO2 akan menurunkan nilai Perubahan konsentrasi TDS dapat
pH pada perairan (McIntosh, 2001). berbahaya karena kepadatan air menentukan
3. DO (Dissolved Oxygen) aliran air masuk dan keluar dari sel-sel ikan,
Hasil pengamatan oksigen terlarut tiap semakin tinggi konsentrasi TDS maka akan
perlakuan pada awal pemeliharaan berkisar menghambat proses osmoregulasi pada ikan
antara 3,7 – 5,6 mg/l, kisaran kadar oksigen tersebut, sehingga ikan dapat mengalami
terlarut pada awal pemeliharaan ini merupakan kematian karena kandungan amonia yang
kisaran tertinggi selama masa pemeliharaan. terserap pada saat proses respirasi tidak dapat
Kemudian kadar oksigen terlarut cenderung keluar karena insang pada ikan sudah tertutup
mengalami penurunan pada tiap perlakuan, pada oleh padatan tersebut.
saat kadar oksigen terlarut menurun dilakukan 5. Total Ammonia Nitrogen (TAN)
pergantian air sebesar 20%. Kadar oksigen Amonia di perairan terdapat dalam bentuk
terlarut tertinggi ada pada P1 sedangkan kadar amonia (NH3) dan amonium (NH4+) yang bersama-
oksigen terlarut terendah ada pada P4, hal ini sama disebut sebagai total amonia nitrogen
disebabkan karena adanya perbedaan pada padat (TAN). Hasil pengukuran konsentrasi amonia
penebaran. selama masa pemeliharaan mengalami fluktuasi
dan cenderung meningkat. Konsentrasi amonia

70
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

pada perlakuan dengan kepadatan yang lebih Kandungan nitrat dalam media
tinggi cenderung lebih tinggi dibandingkan pemeliharaan berasal dari proses nitrifikasi nitrit
dengan perlakuan dengan kepadatan yang lebih menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi (Stickney,
rendah. Konsentrasi amonia tertinggi terjadi pada 2005). Hasil pengamatan senyawa nitrat dalam
minggu ke-6 ditiap perlakuan, P1 (2,8 mg/l), P2 media pemeliharaan menunjukkan bahwa
(2,7 mg/l), P3 (3,1 mg/l), dan P4 (2,8 mg/l). konsentrasi nitrat pada semua perlakuan
Tingginya konsentrasi amonia disebabkan oleh cenderung berfluktuasi dan cenderung menurun
akumulasi sisa pakan dan feses pada media dengan pola dan nilai yang hampir sama.
pemeliharaan yang tidak sebanding dengan laju Menurunnya konsentrasi nitrat disebabkan
perombakannya. Namun semua TAN berbentuk karena nitrat yang sudah terbentuk banyak
NH4+ karena pH pada media pemiharaan pH<7. dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai
Boyd (1982) menjelaskan bahwa sumber N untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai
konsentrasi ammonia tak terionisasi (NH3) yang dengan Montoya & Velasco (2000), bahwa selain
beracun bagi ikan akan terbentuk ketika pH>7. fitoplankton beberapa jenis mikroba termasuk
Setelah minggu ke-6 konsentrasi TAN mulai bakteri juga dapat memanfaatkan nitrat sebagai
menurun karena sistem bioflok yang terbentuk sumber N bagi kehidupannya. Kondisi nitrat dan
sudah stabil sehingga laju asimilasi TAN menjadi nitrit menunjukkan hasil yang berlawanan,
lebih cepat. dimana saat nitrit rendah maka nitrat tinggi. Hal
6. Nitrit (NO2-N) ini juga menunjukkan adanya proses nitrifikasi
Hasil pengamatan terhadap kandungan oleh bakteri yang mengoksidasi amonia menjadi
nitrit pada media pemeliharaan yang ditunjukkan nitrit dan nitrat.
pada Gambar 10 menunjukkan bahwa nilai nitrit 8. Fosfor (PO4-P)
cenderung meningkat. Adanya kandungan nitrit Konsentrasi rata-rata kadar phosphat
mengindikasikan bahwa adanya proses nitrifikasi selama masa pemeliharaan berada pada kisaran
yang berlangsung dalam sistem budidaya. 0,175 – 0,240 mg/l. Konsentrasi ini termasuk
Konsentrasi nitrit tertinggi selama masa dalam konsentrasi yang baik dalam budidaya, hal
pemeliharaan ada pada P2, tingginya kadar nitrit ini sesuai dengan Ebeling et al, 2006 bahwa
pada P2 disebabkan karena akumulasi nitrit yang konsentrasi phosphat yang baik untuk budidaya
tidak diubah oleh bakteri menjadi bentuk nitrat. ikan adalah 0,2- 1 mg/l. Phosphat dapat berasal
Konsentrasi nitrit terendah ada pada P4, hal ini dari proses dekomposisi sisa pakan dan feses
disebabkan oleh pemanfaatan nitrit menjadi ikan. Pakan ikan mengandung kadar P berkisar
nitrat oleh bakteri sebagai sumber nutrien 0,96 %. Pakan yang diberikan tiap hari tidak
berjalan lebih cepat (Ebeling et al, 2006). Dalam semuanya habis dimakan ikan tetapi 10-15 %
sistem bioflok kinerja nitrifikasi lebih lambat atau akan jatuh ke dasar perairan, mengendap dan
tersaingi oleh bakteri heterotrof dalam hal larut sehingga melepaskan unsur P ke dalam
penggunaan amonia dan oksigen. Hargreaves perairan budidaya (Brahmana et al, 2010). Selain
(2006) pertumbuhan bakteri heterotrof sepuluh pakan ikan, kotoran ikan juga mengandung P.
kali lebih cepat dibandingkan dengan bakteri
nitrifikasi. Konsentrasi nitrit yang berbahaya bagi D. Volume Flok
ikan adalah yang berbentuk asam nitrous (HNO2- Volume flok merupakan salah satu cara
N). Pada pH 7, konsentrasi HNO2-N yang untuk melihat kelimpahan organisme pembentuk
terbentuk dari setiap 1 mg/l NO2 adalah 0,24 µg/l bioflok. Bakteri pembentuk flok, akan mengurai
dan setiap satu satuan pH yang turun, maka bahan organik (protein, karbohidrat, lemak, dan
HNO2-N yang terbentuk adalah 10 kali (Colt, lainya) yang berasal dari sisa pakan, kotoran ikan
1991). Pada penelitian ini nilai pH adalah 5-6 dan jasad yang mati di dalam kolam (Suprapto
maka setiap 1 mg/l NO2 akan membentuk HNO2- dan Samtafsir, 2013).
N sebesar 0,024-0,0024 mg/l.
7. Nitrat (NO3-N)

71
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

perubahan nilai TRIX yang signifikan tiap


P1 P2 P3 P4
minggunya, yaitu hanya pada kisaran 7,6 - 8,8.
40 P1 P2 P3 P4
Volume Flok (ml/l)
30
20 10
10 09
08

TRIX
00 07
06
1 2 3 4 5 6 7 8 9 05
Minggu Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Ke-
Gambar 3. Volume Flok
Hasil rata-rata volume flok tertinggi Gambar 4. Trophical Index (TRIX) Bioflok Ikan Nila
didapatkan pada P1 bioflok dengan padat tebar 5 Dalam sistem bioflok, kondisi air media
kg/m3, sedangkan volume flok terendah ada pada budidaya mengalami kesuburan yang sangat
P4 bioflok dengan padat tebar 20 kg/m3. Hal ini tinggi (Degraded, very high trophic level). Hal ini
menunjukkan bahwa pada padat tebar yang berarti bahwa kondisi air terdegradasi atau
rendah/ jumlah ikan yang sedikit maka konsumsi berpotensi besar membahayakan ikan yang
bioflok sebagai pakan juga rendah, sehingga dibudidayakan, tetapi dengan suplai oksigen yang
jumlah bioflok yang tidak termakan akan lebih tinggi, maka proses pembusukan di dalam sistem
tinggi. Volume flok pada minggu pertama hingga akuakultur tidak mempengaruhi performa ikan
minggu ke-5 selalu mengalami peningkatan, yang dipelihara. Nilai TRIX yang telah dicapai
peningkatan volume flok ini menunjukkan bahwa selama masa penelitian pada tiap perlakuan
bakteri pembentuk flok bekerja secara optimal termasuk dalam skala trix yang berkisaran antara
yang disebabkan karena kandungan amonia dan 6-10 dimana tingkat trofik pada perairan tersebut
fosfor yang ada pada media pemeliharaan sudah menunjukkan bahwa kesuburan perairan yang
terakumulasi sebelumnya. Berdasarkan gambaran sangat tinggi. Hasil sidik ragam menunjukkan
visual flok yang terbentuk berwarna hijau yang bahwa budidaya ikan nila sistem bioflok dengan
berarti kandungan flok tersebut didominasi oleh padat tebar yang berbeda menunjukkan hasil
alga. Hal ini terjadi karena adanya kandungan N:P perbedaan yang nyata terhadap tingkat trofik
rasio yang memicu pertumbuhan dari komunitas bioflok ikan nila (Fhit>Ftabel), selanjutnya dilakukan
alga tersebut. McIntosh (2000) bioflok dalam uji lanjut DMRT 5%.Berdasarkan hasil uji DMRT
budidaya perairan menekankan pertumbuhan menunjukkan bahwa P1 berbeda nyata dengan
bakteri pada media untuk menggantikan P3 dan P4, P2 berbeda nyata dengan P3 dan P4,
komunitas autotrofik yang didominasi oleh sedangkan pada P1 dan P2 menunjukkan bahwa
fitoplankton.Berdasarkan hasil sidik ragam yang tidak ada perbedaan yang nyata.
dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan yang nyata untuk volume flok diantara 4. KESIMPULAN DAN SARAN
semua perlakuan (Fhit<Ftabel).
a. Kesimpulan
E. Trophical Index Kesimpulan yang dapat diambil
Trophical index merupakan suatu analisis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
penentuan status trofik pada perairan. Status adalah sebagai berikut :
trofik merupakan indikator tingkat kesuburan 1. Sintasan ikan nila yang dipelihara dalam sistem
suatu perairan yang digunakan untuk memonitor bioflok ini tidak berbeda nyata yaitu berkisar
kualitas perairan. Hasil pengamatan menunjukkan antara 98-99,7%.
bahwa nilai TRIX bioflok ikan nila pada minggu 2. Pada pertumbuhan P1 (246,50 g)
pertama yaitu P1 (8,2), P2 (8,3), P3 (7,9), dan P4 menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
(7,8). Selama masa pemeliharaan tidak terjadi pertumbuhan P2 (179,57 g), P3 (130,80 g),

72
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

dan P4 (98 g). Sedangkan pada P3 dan P4 Fish Size and Environmental Chloride. North
pertumbuhannya tidak berbeda nyata. Ukuran American Journal of Aquaculture.
ikan pada P1 dan P2 sudah mencapai target Aurand, L.W., A.E. Woods, dan M.R. Wells. 1987. Food
berat yaitu 4 ekor/kg dalam masa Composition and Analysis. An Avi Book. New York.
Reindhold Company.
pemeliharaan 60 hari. Pertumbuhan ikan nila
Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio As a
berbeda nyata diantara semua perlakuan, Control Element in Aquaculture System.
dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh P1 Aquaculture, 176, 227-235.
dan terendah pada P4. Avnimelech, Y. 2007. Feeding with Microbial Flocs by
3. Kualitas air selama masa penelitian mengalami Tilapia in Minimal Discharge Bio-flocs Technology
fluktuasi pada semua perlakuan, namun masih Ponds. Aquaculture, 264, 140-147.
berada pada kisaran yang dapat ditoleransi Avnimelech, Y., Kocha, M. 2009. Evaluation of Nitrogen
oleh ikan nila. Uptake and Excretion by Tilapia un Bio-floc tanks,
4. Volume flok pada budidaya ikan nila sistem Using 15 N Tracing. Aquaculture, 287, 163-168.
bioflok tidak berbeda nyata. Azim. M. E., Little, D. C., Bron, I. E. 2007. Microbial
Protein Production in Activated Suspension Tanks
5. Status trofik bioflok ikan nila berbeda nyata
Manipulating C/N Ratio in Feed and Implication for
diantara semua perlakuan, dengan status Fish Culture. Bioresource Technology, 99, 3590-
trofik tertinggi dicapai oleh P1 (8,2) dan 3599.
terendah pada P4 (7,8). Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management for Pond
b. Saran Fish Culture. Elsevier Scientific Publ. Co.
Amsterdam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Boyd, C. E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish
saran yang dapat disampaikan adalah sebagai Ponds. Aubum University. Agriculture Experiment
berikut : Station. Alabama.
1. Perlunya pergantian air pada minggu ke- 5 Boyd, C. E. 2015. Water Quality. Switzerland: Springer.
atau 6 karena parameter kualitas air seperti Brahmana, S. S., Y. Summarriani dan F, Ahmad. 2010.
pH dan DO mengalami penurunan, sehingga Kualitas Aur Eutrofikasi Waduk Riam Kanan di
dapat memicu peningkatan kadar amonia. Kalimantan Selatan. Dalam Prosiding Seminar
2. Untuk mendapatkan sistem bioflok yang Nasional Limnologi V.
berhasil sebaiknya menggunakan kepadatan Chin, D. A. 2006. Water-Quality Engineering in Natural
ikan antara 10 kg/m3 – 15 kg/m3. Systems. New Jersey: John Wiley &Sons, Inc.
Cholik, F. 2005. Akuakultur Masyarakat Perikanan
3. Masih diperlukan kajian tentang perubahan
Nusantara. Taman Akuakultur Air Tawar. Jakarta.
karakteristik komunitas plankton yang hidup Global Aquaculture. Advocade. 5(3): 36-37.
dalam sistem bioflok seiring waktu Colt, J. 1991. Aquaculture Production System. Animal
pemeliharaan ikan agar dapat memastikan Sci. 69:4, 183-4, 192.
kapan terjadinya blooming algae yang Crab, R., Defoirdt, T., Bossier, P., Verstraete, W. 2012.
berbahaya bagi ikan budidaya. Biofloc Technology in Aquaculture: Beneficial
Effects and Future Challenges. Aquaculture, 351-
DAFTAR PUSTAKA 356.
Crab. R., Avnimelech, Y., Defoirdt. T., Bossier, P.,
Verstraete, W. 2007. Nitrogen Removal Techniques
Armiah, J. 2010. Pemanfaatan Fermentasi Ampas Tahu
in Aquaculture for a Sustainable Production
dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan
Aquaculture, 270: 1-14.
Selais (Ompok hypopyhalmus). Skripsi. Fakultas
Craig, S., and Helfrich, L.A. 2002. Understanding Fish
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Nutrition Feeds and Feeding Virginia State
Pekan Baru.
University Publication. 420-256.
Atima, W. 2015. BOD dan COD sebagai Parameter
De Schryyer, R., Crab, T., Defoirdt, N., Boon, W. V.
Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah. Biosel:
2008. The Basics of Bio-flocs Technology: The
Biology Science and Education, 4(1), 83-93.
Added Value for Aquaculture, 277: 125-137.
Atwood, H., L., Fontenot, Q., C., Tomaso, J., R., Isely, J.,
Dewantoro, G. W. 2001. Fekunditas dan Produksi Larva
J. 2001. Toxicity of Nitriteto Nile Tilapia : Effect of
Benih Ikan Cupang (Betta splendens Regan) yang

73
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

Berbeda Umur dan Pakan Alaminya. Fakultas Hernawati dan G, Suantika. 2007. Penggunaan Sistem
Biologi Universitas Nasional Jakarta. Jurnal Iktiologi Resirkulasi dalam Pendederan Benih Ikan Gurami.
Indonesia. 1(2): 49-52. DiSainTek 1: 1-14.
Doods, W. K. 2007. Trophic State Eutrophication and Horne, A.J., dan Goldman, C.R., 1994.
Nutrient Criteria in Streans, Trends in Ecology and Limnology.Second Edition. McGraw-Hill Inc. New
Evolution Vol. 22 No. 12. P. 669-676. York.
www.sciencedirect.com. Diunduh tanggal 19 Maret Howerton, R. 2001. Best Management Practices for
2013 pukul 23.15. Hawaiian, Hawai: Center for Tropical and
Durborow, R. M., Crosby and Brunson. 1997. Amonia Subtropical Aquaculture.
in Fish Ponds. Southern Regional Aquaculture Institute of Food and Agricultural Science.2000.A
Center. SRAC Publication 463. Baginers Guide to Water Management-
Dwimurti. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Nutrient.Information Circular 102.Department of
Bioflok sebagai Upaya Pencegahan Infeksi Fisheries and Aquatic Science. University of Florida
Aeromonas hydrophila pada Benih Ikan Mas Koki. Korrner, S., Das, S. K., Veenstra, S., & Vermat, J. E.
Skripsi. Universitas Padjajaran. Fakultas Perikanan 2001. The Effect of pH Variation at The
dan Ilmu Kelautan. Program Studi Perikanan. Ammonium/Ammonia Equilibrium in Wastewater
Ebeling, J. M., Timmons, M. B., Bisogni, J. J. 2006. and its Toxicity to Lemna Gibba. Aquatic Botany,
Engineering Analysis of The Stoichiometry of 71-78.
Photoautotrophic, Autotrophic and Heterotrophic Leitao, P. C. 2012. Management of The Trophic Status
Removal of Ammonia-Nitrogen in a Aquaculture in Portuguese Reservoirs. 20 p.
System. Aquaculture 257, 346-358. http://swat.tamu.edu/media/56573/b4-3-
Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan leitao.pdf. Diunduh tanggal 19 Maret 2013 pukul
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Kanisius. 23.05 WIB.
Yogyakarta. Machdar, I. 2018. Pengantar Pengendalian
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Pencemaran: Pencemaran Air, Pencemaran Udara,
Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta (ID): dan Kebisingan. Yogyakarta, Indonesia: Deepublish.
Kanisius. Makmur, M., H. Kusnoputranto., S. S. Moersidik dan D.
Effendie, I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Wisnubroto. 2012. Pengaruh Limbah Organik dan
Nusantara. Yogyakarta. Rasio N/P terhadap Kelimpahan Fitoplankton di
Ekasari, J. 2009. Teknologi Bioflok: Teori dan Aplikasi Kawasan Hijau Cilincing. Jurnal Teknologi
dalam Perikanan Budidaya Sistem Intensif. Jurnal Pengelolaan Limbah, 15(2) :6-7.
Akuakultur Indonesia 8: 117-126. Mattjik, A. A., dan Sumertajaya, M. 2000. Perencanaan
Farida, N. F., Abdullah, S. H., dan Priyati, A. 2017. Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I.
Analisis Kualitas Air pada Sistem Pengairan Bogor: IPB Press.
Akuaponik. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Maulina, N. 2009. Aplikasi Teknologi Bioflok dalam
Biosistem. 5(2): 285-394. Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei
Food and Agricultural Organization (FAO). 2018. Boone). Tesis School of Life Science and
Statement of Fisheries and Aquaculture. Rome. Technology, ITB. Bandung.
Italy. McIntosh, R. P. 2000. Changing Paradigms in Shrimp
Ghufran. 2009. Budidaya Perairan. Buku Kedua. Farming: Establishment of Heterotrophic Bacterial
Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Communities. Global Aquaculture Alliance: April
Hargreaves, J. A. 2006 Photosynthetic Suspended- 2000.
growth Systems in Aquaculture. Aquac. Eng. 34, McIntosh, R. P. 2001. Changing Paradigms in Shrimp
344-363 p. Farming: Establishment of Heterotrophic Bacterial
Hargreaves, J. A. dan Tucker, C. S. 2004. Managing Communities. Global Aquaculture Alliance.
Amonia in Fish Ponds. Southem Regional Montoya, R., and M., Velasco. 2000. Role of Bacteria
Aquaculture Center. SRAC Publication 4603. on Nitrional and Management Strategis in
Hargreaves, J., A. 2013. Biofloc Production System for Aquaculture System. The Advocated, April 2000. P.
Aquaculture. Southern Regional Aquaculture 35-36.
Center : Publication factual sheet No: 4503. 12 pp. Muchtadi, T., Sugiyono, dan F., Ayustaningwamo.
Hepher, B. dan Priginin, Y. 1981. Commercial Fish 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. CV.
Farming: with Special Reference to Fish Culture in Alfabeta. Bandung.
Israel. John Wiley and Son, New York.

74
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 66-75. April 2021 ISSN :2460-9226

Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Timmons, M. B., J. M. Ebeling, F. W. Wheaton, S. T.,
Penerbit PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Summerfelt and B. J., Vinci. 2002. Recirculating
nd
Parker, R. 2012. Aquaculture Science. New York: Aquaculture System, 2 Editions. Cayuga Aqua
Delmar. Ventures, LLC., Ithaca, NY.
Popma, T. dan Masser, M. 1999. Tilapia Life History Van Wyk, P., and J. Scarpa. 1999. Water Quality
and Biology, Southem Regional Aquaculture Center Requirements and Management. In: P. Van Wyk, R.
Publication No. 283. Davis-Hodgkins, K. L. Laramore, J. Main, Mountain,
Popma, T., J., Lovshin, L. L. 1996. World Prospect for and J. Scrapa. Farming Marine Shrimp in
Commercial Production of Tilapia Research and Recirculating Freshwater Systems.
Development Series No. 41. International Center Vollenweider, R. A., F. Giovanardi, G. Montanari, and
for Aquaculture and Aquatic Environmens. A. Rinaldi. 1998. Characterization of The Trophic
Departement of Fisheries and Allied Aquaculture Conditions of Marine Coastal Water with Special
Aubum University. Alabama. Reference to The NW Adriatic Sea: Proposal for a
Rahmat. 2010. http//kepadatan ikan khusus _nila.com. Trophic Scale, Turbidity and Generalized Water
diakses tanggal 12 Oktober 2012 pukul 15.00 WIB. Quality Index. Journal Enviromentric. 9(1): 329-
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek 257.
Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. Wijaya, M. Rostika, R. Andriani, Y. 2016. Pengaruh
Saanin, H. 1984. Taksonomu dan Kunci Identifikasi Ikan Pemberian C/N Rasio yang Berbeda terhadap
Jilid I. Binatjipta. Bandung. Pembentukan Bioflok dan Pertumbuhan Ikan Lele
Samocha, T. M., Patnaik, S., Speed, M., Ali, A. M., Dumbo (Clarias gariepinus). Uneversitas
Burger, J. M., Almeida. R. V., Ayub, Z., Harisanto, Padjadjaran. Jurnal Perikanan Kelautan. 7(1):..
M., Horowitz, A., Brock, D. L. 2007. Use of Molasses Wilen, B. M., Balmer P. 1999. The Effect of Dissolved
as Carbon Source in Limited Discharge Nursery and Oxygen Concentration on The Structure, Size and
Grow Out Sistems for Litopenaeus vannamei Size Distibution of Activated Sludge Flocs. Water
Aquac. Eng. 36, 184-191. Res. 33(2): 391-400.
Samsudin, R. 2004. Pengaruh Substitus Tepung Ikan Wiryanta, B. T. W., Sunaryo, Astuti & M. B. Kurniawan.
dengan Single Cell Protein (SCP) yang Berbeda 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Ikan Nila.
dalam Pakan Ikan Patin Siam (Pangasius sp) Agro Media Pustaka.
terhadap Retensi Protein, Pertumbuhan dan
Efisiensi Pakan. Skripsi. Jurusan Teknologi dan
Manajemen Akuakultur. IPB. Bogor.
Shaw, B., C. Mechenich, L. Klessig. 2004.
Understanding Lake data. 20 p.
http://www3.uwsp.edu/cnr-
ap/weal/Documents/G3582.pdf. Diunduh pada
tanggal 19 Maret 2013 pukul 12.29 WIB.
Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan:
FMIPA-UNIMED.
Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Stickey, R. R. 1993. Culture of Non Salmonid
Freshwater Fishe. 2nd Edition. CRC Press. Bocca
Raton. 331 p.
Stickey, R. R. 2005. Aquaculture: An Introductory Text.
CABI Publishing, USA.
Sucipto dan Prihartono. 2007. Pembesaran Nila Hitam
Bangkok di Karamba Jaring Apung Kolam Air Deras,
Kolam Air Tenang dan Karamba. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Suprapto, N. S., dan Samtafsir, L. S. 2013. Biofloc-165
Rahasia Sukses Teknologi Budidaya Ikan Lele.
AGRO-165. Depok.

75

Anda mungkin juga menyukai