ISSN : 2460-9226
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Abstract
The effect of initial pH on the population density of Skeletonema costatum cultured in the
laboratory was observed. The experiment was conducted at the laboratory of Balai Benih
Sentral Air Payau dan Air Laut (BBSAPAL) in Balikpapan. S. costatum was cultured in 1000
ml capacity erlenmeyers set in Completely Random Design (CRD) with four treatments and
three replicates. The treatments were P1 (pH ± 5), P2 (pH ± 7.8), P3 (pH ± 9), and P4 (pH ±
11). The value of pH was regulated by the addition of acetic acid (CH3COOH) to lower the
pH and burnt lime (CaO) to increase the pH. The result showed that S. costatum grow well
at pH ±7, pH ±9, and pH ±11, but worse at pH ±5, and it is growth differed significantly.
8
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226
kualitas air khususnya pH air dan sistem kemudian dikeringkan dan dimasukan ke
karbonat. Pengasaman laut mengakibatkan dalam oven dengan suhu 120o C selama 1
terganggunya kehidupan organisme laut jam. Setelah kering kemudian disemprotkan
termasuk di dalamnya organisme yang dengan alkohol. Selanjutnya erlenmeyer
mengalami proses pengapuran (Nita dkk, diberi label sesuai dengan perlakuan yang
2014), seperti Skeletonema costatum. akan diberikan. Erlenmeyer yang telah bersih
Skeletonema costatum merupakan diletakkan sesuai dengan tempat yang telah
organisme fitoplankton yang hidup di air laut ditentukan. Kemudian tutup erlenmeyer
dan merupakan alga bersel tunggal yang dengan menggunakan kapas dan alumunium
dimana pertumbuhan dan jumlah foil agar tidak terkontaminasi.
biomassanya dipengaruhi oleh kualitas
2. Persiapan Larutan Asam dan Basa
lingkungan. Faktor kualitas air dalam kultur
sangat penting dalam siklus hidup S. Persiapan larutan asam dan basa yaitu
costatum, seperti salinitas, suhu, cahaya, DO, dengan menyiapkan larutan kapur tohor
nutrien, dan pH. Penelitian terdahulu yang (CaO) untuk menaikkan pH air. Kapur tohor
dilakukan oleh Lottausch (1984); Ormeroad & (CaO) ditimbang sebanyak 500 gr, setelah itu
Wade (1990); Trem & Kohler (1991); Mayer dilarukan ke dalam air hangat sebanyak 1000
et al., (1994); Barus (2002) dalam Rasyid ml. Tunggu hingga larutan kapur mengendap
(2008), menyatakan bahwa penyebaran dan didasar. Larutan kapur (CaO) yang digunakan
jumlah alga pada ekosistem air sangat yaitu larutan yang berada di atas. Cuka teknis
dipengaruhi oleh komposisi kimia air (CH3COOH) digunakan untuk menurunkan
terutama pH air. Berdasarkan hal tersebut, pH.
maka dilakukan penelitian mengenai 3. Pemilihan Bibit Skeletonema costatum
pengaruh pH terhadap pertumbuhan S.
costatum. Bibit S. costatum yang digunakan diambil
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dari biakan murni di Balai Benih Sentral Air
mengetahui kepadatan populasi S. costatum Payau dan Air Laut Manggar. Pemilihan bibit
terbaik dengan kondisi awal pH air yang dengan mengamati dengan mikroskop untuk
berbeda. menentukan bibit yang berkualitas. Kriteria
bibit yang berkualitas yaitu mempunyai
2. BAHAN DAN METODE tingkat kepadatan optimal, sel utuh tidak
patah, ukuran besar serta tidak mengandung
kontaminan seperti bakteri dan
Penelitian ini dilaksanakan di Unit
mikroorganisme lain.
Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Benih
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995),
Sentral Air Payau dan Air Laut Manggar
menyatakan bahwa memilih bibit S. costatum
Balikpapan Provinsi Kalimantan
dapat dilakukan dengan cara pengamatan
Timur.Penelitian ini dilaksanakan pada
secara kasat mata yaitu bibit memiliki ciri-ciri
tanggal 24 Juni–24 Juli 2019.
tidak mengendap pada dasar wadah dan
Penelitian ini disusun dengan
berwarna coklat.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Keempat 4. Persiapan Media Air
perlakuan tersebut yaitu : P1 : pH ±5, P2 : pH Air laut yang berasal dari laut dialirkan dan
±7,8, P3 : pH ±9, dan P4 : pH ±11. ditampung di bak penampungan kemudian di
diamkan selama 24 jam. Lalu air laut
A. Prosedur Penelitian
dicampur dengan air tawar hingga salinitas
1. Persiapan alat menjadi 26-28 ppt. Menurut Pramono (2006),
untuk memperoleh salinitas yang diinginkan
Alat yang akan digunakan (erlenmeyer,
maka dapat dihitung dengan menggunakan
pipet, gelas ukur, selang aerasi) dicuci
9
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226
250
P1 (pH awal ± 5)
200
P2 (pH awal ± 7)
sel/ml)
150
P3 (pH awal ± 9)
100 P4 (pH awal± 11)
50
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari ke-
Gambar 1. Rata-rata Kepadatan sel Skeletonema costatum (104 sel/ml)
11
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226
Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan tertinggi terjadi pada hari yang
pH awal berbeda memberikan pengaruh sama yaitu hari ke- 4 dengan jumlah
nyata terhadap kepadatan sel S. costatum. kepadatan secara berurutan yaitu 200.83 x
Perbedaan tersebut ditandai dengan tingkat 104 sel/ml dan 193.25 x 104 sel/ml. P2 dan P3
kepadatan S. costatum yang dihasilkan menunjukkan kepadatan yang lebih rendah
berbeda-beda pada masing-masing daripada P4. Pada P2 pH air yang berawal ±7.8
perlakuan. menjadi ±7.5 pada hari ke- 4, dan pada P3 pH
Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal ± 9 menjadi ±8.3. Hal tersebut terjadi
kepadatan S. costatum dapat hidup dan karena pH P4 lebih tinggi dibandingkan pH P2
menunjukkan adanya pertumbuhan selama dan P3 pada hari ke-4. Seperti pendapat
waktu pemeliharaan bagi P4, P2, P3, dan P1. (Wurts dan Maaer, 2013), bahwa pengapuran
Dari gambar 1 rata-rata kepadatan awal S. akan mengakibatkan naiknya pH, dimana juga
costatum 15 x 104 sel/ml. Pertumbuhan akan meningkatkan ketersediaan fosfor bagi
puncak tertinggi terjadi pada hari yang sama pertumbuhan fitoplankton sehingga
yaitu hari ke-4 pada perlakuan P4 (pH awal produktivitas kolam meningkat. Karena nilai
±11), P2 (pH awal ± 7), dan P3 (pH awal ± 9). pH P2 dan P3 lebih rendah dari P4 maka
Hal ini dikarenakan kondisi awal pH air masih kepadatan P2 lebih sedikit.
ditoleransi untuk kebutuhan atau lingkungan Hasil analisis uji DMRT pada puncak
hidup bagi S. costatum tertinggi P4 terjadi pada hari ke-4
Kepadatan puncak tertinggi S. costatum menunjukkan bahwa P4 dengan P1 berbeda
terendah terjadi pada P1 dengan kepadatan nyata, dan tidak berbeda nyata terhadap P3
21.67 x 104 sel/ml pada hari ke-4. dan P2. Pada P2 tidak berbeda nyata terhadap
Perlakuan 4 (pH awal ±11) menunjukkan P1 dan P3. Dan P3 tidak berbeda nyata
titik puncak paling tinggi dibandingkan terhadap P1. Sehingga dapat disimpulkan
perlakuan yang lain. Puncak kepadatan semakin tinggi pH awal yang diberikan, maka
tertinggi terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah semakin tinggi jumlah kepadatan sel S.
kepadatan 285.42 x 104 sel/ml. Tingginya costatum yang dihasilkan.
jumlah kepadatan sel yang diperoleh pada P4, Perlakuan terbaik untuk menghasilkan
diduga karena pada P4 S.costatum mampu kepadatan sel S. costatum tertinggi yaitu pada
mentoleransi kadar pH air yang berda di P4 dengan pemberian pH awal ±11 pada skala
lingkungannya. Pada P4 pH air yang berawal laboratorium. Dengan pH awal ±11, hal ini
±11 menjadi ± 9.8 pada hari ke-4. Menurut sesuai dengan pendapat Andi (2007) bahwa
Andi (2007), pengapuran bertujuan untuk pengapuran mampu menghasilkan fosfor
meningkatkan pH dan alkalinitas perairan lebih tinggi setelah adanya pemupukan,
serta akan menciptakan kestabilan sehingga kepadatan sel S. costatum juga
fitoplankton, serta pengapuran mampu semakin meningkat dengan meningkatnya
meningkatkan ketersediaan fosfor yang jumlah fosfor, diimana fosfor merupakan
berasal dari pupuk sehingga fitoplankton bisa salah satu pembetas pertumbuhan
selalu tumbuh karena fosfor tersedia dalam fitoplankton.
jumlah yang lebih banyak. Dimana fosfor Menurut Isnansetyo dan Kurniastuti
merupakan pembatas bagi pertumbuhan (1995), pertumbuhan fitoplankton secara
fitoplankton. Ketersediaan alkalinitas dalam umum dibagi menjadi beberapa fase: fase
perairan juga berperan dalam meningkatkan istirahat, fase eksponensial, fase stasioner,
produktivitas fitoplankton. Alkalinitas dan fase kematian. Fase istirahat terjadi pada
berperan dalam pembentukan jaringan tubuh saat S. costatum dimasukkan ke dalam wadah
fitoplankton (Stumm dan Morgan, 1996) penelitian. Fase ini digunakan sel untuk
dalam (Andi, 2007). beradaptasi pada lingkungan hidupnya
Perlakuan 2 (pH awal ± 7) dan perlakuan 3 khususnya pada pH. Lamanya fase istirahat
(pH awal ± 9), menunjukkan puncak berbeda-beda, tergantung pada kemampuan
12
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226
10
8
Nilai
pH 6 P1
P2
4
P3
2 P4
0
1 2 3 4 5 6 7
Hari ke-
13
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226
14
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226
15