Anda di halaman 1dari 8

J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020.

ISSN : 2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Pengaruh Perbedaan pH Awal Terhadap Kepadatan Populasi


Skeletonema costatum
The Effects of Initial pH Difference to Population Density Skeletonema
costatum

Pisces Zhakhya Akbar1), A. Syafei Sidik2), Sarwono3)

1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Abstract

The effect of initial pH on the population density of Skeletonema costatum cultured in the
laboratory was observed. The experiment was conducted at the laboratory of Balai Benih
Sentral Air Payau dan Air Laut (BBSAPAL) in Balikpapan. S. costatum was cultured in 1000
ml capacity erlenmeyers set in Completely Random Design (CRD) with four treatments and
three replicates. The treatments were P1 (pH ± 5), P2 (pH ± 7.8), P3 (pH ± 9), and P4 (pH ±
11). The value of pH was regulated by the addition of acetic acid (CH3COOH) to lower the
pH and burnt lime (CaO) to increase the pH. The result showed that S. costatum grow well
at pH ±7, pH ±9, and pH ±11, but worse at pH ±5, and it is growth differed significantly.

Keywords: Skeletonema costatum, population density, pH.

1. PENDAHULUAN plankton dan pH. Perubahan pH mempunyai


akibat buruk terhadap kehidupan biota laut,
Air laut mempunyai kemampuan baik secara langsung maupun tidak langsung
menyangga yang sangat besar untuk (Odum, 1993).
mencegah perubahan pH. Perubahan pH Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh
sedikir saja dari pH alami akan memberikan fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak
petunjuk terganggunya sistem penyangga. semua mahluk bisa bertahan terhadap
Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan perubahan pH, untuk itu alam telah
ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat menyediakan mekanisme yang unik agar
membahayakan kehidupan biota laut. pH air perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi
laut permukaan di Indonesia umumnya dengan cara perlahan (Nita dkk, 2014).
bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 5.0–9.0 Tingkat pH lebih kecil dari 4.8 dan lebih besar
(Nita dkk, 2014). Sachlan (1984) dalam Rasyid dari 9.2 sudah dianggap tercemar (Sary,
(2008) juga menambahkan bahwa untuk 2006). Pada konsetrasi yang besar CO2 juga
mengetauhi tingkat produktivitas suatu masuk kedalam perairan sehingga
perairan, cukup hanya melihat produktivitas mengakibatkan perubahan parameter

8
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

kualitas air khususnya pH air dan sistem kemudian dikeringkan dan dimasukan ke
karbonat. Pengasaman laut mengakibatkan dalam oven dengan suhu 120o C selama 1
terganggunya kehidupan organisme laut jam. Setelah kering kemudian disemprotkan
termasuk di dalamnya organisme yang dengan alkohol. Selanjutnya erlenmeyer
mengalami proses pengapuran (Nita dkk, diberi label sesuai dengan perlakuan yang
2014), seperti Skeletonema costatum. akan diberikan. Erlenmeyer yang telah bersih
Skeletonema costatum merupakan diletakkan sesuai dengan tempat yang telah
organisme fitoplankton yang hidup di air laut ditentukan. Kemudian tutup erlenmeyer
dan merupakan alga bersel tunggal yang dengan menggunakan kapas dan alumunium
dimana pertumbuhan dan jumlah foil agar tidak terkontaminasi.
biomassanya dipengaruhi oleh kualitas
2. Persiapan Larutan Asam dan Basa
lingkungan. Faktor kualitas air dalam kultur
sangat penting dalam siklus hidup S. Persiapan larutan asam dan basa yaitu
costatum, seperti salinitas, suhu, cahaya, DO, dengan menyiapkan larutan kapur tohor
nutrien, dan pH. Penelitian terdahulu yang (CaO) untuk menaikkan pH air. Kapur tohor
dilakukan oleh Lottausch (1984); Ormeroad & (CaO) ditimbang sebanyak 500 gr, setelah itu
Wade (1990); Trem & Kohler (1991); Mayer dilarukan ke dalam air hangat sebanyak 1000
et al., (1994); Barus (2002) dalam Rasyid ml. Tunggu hingga larutan kapur mengendap
(2008), menyatakan bahwa penyebaran dan didasar. Larutan kapur (CaO) yang digunakan
jumlah alga pada ekosistem air sangat yaitu larutan yang berada di atas. Cuka teknis
dipengaruhi oleh komposisi kimia air (CH3COOH) digunakan untuk menurunkan
terutama pH air. Berdasarkan hal tersebut, pH.
maka dilakukan penelitian mengenai 3. Pemilihan Bibit Skeletonema costatum
pengaruh pH terhadap pertumbuhan S.
costatum. Bibit S. costatum yang digunakan diambil
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dari biakan murni di Balai Benih Sentral Air
mengetahui kepadatan populasi S. costatum Payau dan Air Laut Manggar. Pemilihan bibit
terbaik dengan kondisi awal pH air yang dengan mengamati dengan mikroskop untuk
berbeda. menentukan bibit yang berkualitas. Kriteria
bibit yang berkualitas yaitu mempunyai
2. BAHAN DAN METODE tingkat kepadatan optimal, sel utuh tidak
patah, ukuran besar serta tidak mengandung
kontaminan seperti bakteri dan
Penelitian ini dilaksanakan di Unit
mikroorganisme lain.
Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Benih
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995),
Sentral Air Payau dan Air Laut Manggar
menyatakan bahwa memilih bibit S. costatum
Balikpapan Provinsi Kalimantan
dapat dilakukan dengan cara pengamatan
Timur.Penelitian ini dilaksanakan pada
secara kasat mata yaitu bibit memiliki ciri-ciri
tanggal 24 Juni–24 Juli 2019.
tidak mengendap pada dasar wadah dan
Penelitian ini disusun dengan
berwarna coklat.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Keempat 4. Persiapan Media Air
perlakuan tersebut yaitu : P1 : pH ±5, P2 : pH Air laut yang berasal dari laut dialirkan dan
±7,8, P3 : pH ±9, dan P4 : pH ±11. ditampung di bak penampungan kemudian di
diamkan selama 24 jam. Lalu air laut
A. Prosedur Penelitian
dicampur dengan air tawar hingga salinitas
1. Persiapan alat menjadi 26-28 ppt. Menurut Pramono (2006),
untuk memperoleh salinitas yang diinginkan
Alat yang akan digunakan (erlenmeyer,
maka dapat dihitung dengan menggunakan
pipet, gelas ukur, selang aerasi) dicuci
9
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

pengenceran berikut : yang telah ditentukan. Masing-masing tata


Rumus : V1 x M1 = V2 x M2 letak diukur dengan menggunakan lux meter
Keterangan: agar memiliki jarak perolehan cahaya dengan
V1 = volume air tawar (L) nilai yang sama rata. Beri aerasi pada masing-
M1 = salinitas awal (ppt) masing wadah kultur dengan kecepatan
V2 = volume air setelah pengenceran (L) sedang.
M2 = salinitas yang diinginkan (ppt) 6. Pemberian Pupuk
Setelah salinitas sesuai, kemudian rebus Pupuk berfungsi sebagai makanan atau
air sampai mendidih, lalu saring air dengan nutrien untuk pertumbuhan S. costatum.
menggunakan saringan khusus agar air yang Pada skala laboratorium maka menggunakan
digunakan kultur benar-benar steril. formulasi pupuk seperti tabel 1. Masukkan
Air yang telah steril kemudian dituangkan pupuk pada masing-masing wadah kultur.
dalam 4 wadah, karena sesuai dengan jumlah Pupuk yang digunakan terdiri dari :
perlakuan, dimana masing-masing wadah Tabel 1. Pupuk yang digunakan
berisi 1.350 ml. dari masing-masing wadah No Nama Bahan Kultur murni 500 ml
kemudian diatur sesuai pH yang diinginkan. 1 Natrium Silikat 0,5 ml
Adapun cara menambah kadar pH dengan
Natrium
menambahkan larutan CaO, sedangkan untuk 2 0,5 ml
Phosphat
menurunkan pH dengan menggunakan cuka
3 Vitamin 0,5 ml
teknis (CH3COOH). Adapun caranya adalah pH
awal digunakan sebagai acuan, apakah pH air 4 Trace Metal 0,5 ml
tersebut akan dinaikkan atau diturunkan Sumber :Balai Benih Sentral Air Payau dan Air
sesuai dengan kondisi pH yang diinginkan. Laut Manggar Balikpapan
Setelah pH sesuai, masukkan ke dalam 7. Pengamatan Skeletonema costatum
masing-masing wadah penelitian sebanyak
Bibit yang telah ditebar akan dilakukan
450 ml.
pengamatan populasi setiap hari sekali
5. Penebaran Bibit setelah kultur sampai masa kultur mati.
Wadah di isi dengan air steril sebanyak Pengamatan populasi ini menggunakan
450 ml, kemudian dimasukan bibit S. haemocytometer dengan rumus N sel,
costatum dengan kepadatan awal sebanyak sehingga jumlah sel per ml adalah 10.000 x N
15x 104 sel/ml.bibit yang dimasukkan pada (Mudjiman, 1995).
masing-masing wadah sebanyak 50 ml. Jika jumlah sel yang diamati terlalu padat,
Menurut Balai Benih Sentral Air Payau dan Air maka akan dilakukan pengenceran 10 kali.
Laut Manggar Balikpapan, dalam kultur murni Dengan cara mengambil sampel sebanyak 1
S. costatum bibit yang digunakan sebanyak 10 ml dan aquades 9 ml. sehingga rumus
% dari total volume kultur. Perhitungan perhitungan yang digunakan yaitu jumlah sel
kepadatan awal populasi S. costatum, dengan x 105.
menggunakan mikroskop dengan 8. Pengukuran Kualitas Air
menggunakan haemocytometer. Untuk Sebagai data penunjang, maka dilakukan
menghitung berapa volume yang bibit yang pengukuran kualitas air mulai dari awal
digunakan dengan rumus (Mudjiman, 1993). hingga akhir penelitian, adapun parameter
V1 x N1= N2 x V2 yang diamati :
Keterangan: Tabel 2. Parameter kualitas air
V1 = volume inokulum yang diperlukan (ml) No. Parameter Satuan Keterangan
V2 = volume media air yang digunakan (ml) 1 pH - Insitu
N1 = kepadatan inokulum (sel/ml) 2 Salinitas Ppt Insitu
o
N2 = kepadatan awal yang diinginkan (sel/ml) 3 Suhu C Insitu
Wadah diletakkan sesuai dengan tata letak 4 Intensitas Lux Insitu
10
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

cahaya Berdasarkan hasil pengamatan dan


B. Pengumpulan dan Analisis Data perhitungan diperoleh data kepadatan sel
1. Pengumpulan Data Skeletonema costatum puncak tertinggi yaitu
Pertumbuhan populasi Skeletonema terjadi pada P4 di hari ke-4 yang tertera pada
costatum sesuai syarat periodik diukur sehari tabel 7.
sekali untuk mengetauhi kepadatan populasi. Tabel 3. Kepadatan sel Skeletonema costatum
pada puncak tertinggi (x104 sel/ml)
2. Analisis Data
Perlakuan Tota
Data pada hari puncak tertinggi akan Ulangan l
P1 P2 P3 P4
disajikan dalam bentuk grafik. Hasil
pengamatan dianalisis dengan Uji F dengan U1 25.75 242 115.5 198.75 582
tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil data yang 577.
diperoleh akan dilakukan Uji Homogenitas, U2 0.8 216.25 150.5 209.5 05
jika data homogen maka akan diuji, dan jika
data hasil tidak homogen maka data akan 948.
ditransformasi. Analisis yang dilakukan pada U3 38.5 144.25 317.75 448 5
analisis keragaman, apabiala F hitung lebih >
2.10
dari F tabel maka analisis dilanjutkan dengan Total 65 602.5 583.75 856.25 7.5
uji lanjutan. Adapun uji lanjutan yang
digunakan adalah apabila nilai Koefisien 175.
Rata-
Keragaman (KK) < 5 % maka dilanjutkan 21.67 200.83 194.58 285.42 625
rata
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ), apabila
Koefisien Keragaman (KK) diantara 5-10 % Hasil analisis keragaman (ANOVA)
maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata menunjukkan bahwa perlakuan pH awal
Terkecil (BNT), dan serta apabila nilai berbeda berpengaruh nyata terhadap
Koefisien Keragaman (KK) > 10% maka kepadatan sel S. costatum pada puncak
dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple tertinggi dengan nilai KK 52%, sehingga
Range Test (DMRT) pada tingkat kepercayaan dilakukan uji lanjut DMRT. Hasil Uji DMRT
95% (Hanafiah, 2002). menunjukkan bahwa P4 dengan P1 berbeda
nyata, dan tidak berbeda nyata terhadap P3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dan P2. Pada P2 tidak berbeda nyata terhadap
P1 dan P3. Dan P3 tidak berbeda nyata
1. Kepadatan sel Skeletonema costatum terhadap P1.
300
Rata-rata pertumbuhan ( 104

250
P1 (pH awal ± 5)
200
P2 (pH awal ± 7)
sel/ml)

150
P3 (pH awal ± 9)
100 P4 (pH awal± 11)
50

0
1 2 3 4 5 6 7
Hari ke-
Gambar 1. Rata-rata Kepadatan sel Skeletonema costatum (104 sel/ml)
11
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan tertinggi terjadi pada hari yang
pH awal berbeda memberikan pengaruh sama yaitu hari ke- 4 dengan jumlah
nyata terhadap kepadatan sel S. costatum. kepadatan secara berurutan yaitu 200.83 x
Perbedaan tersebut ditandai dengan tingkat 104 sel/ml dan 193.25 x 104 sel/ml. P2 dan P3
kepadatan S. costatum yang dihasilkan menunjukkan kepadatan yang lebih rendah
berbeda-beda pada masing-masing daripada P4. Pada P2 pH air yang berawal ±7.8
perlakuan. menjadi ±7.5 pada hari ke- 4, dan pada P3 pH
Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal ± 9 menjadi ±8.3. Hal tersebut terjadi
kepadatan S. costatum dapat hidup dan karena pH P4 lebih tinggi dibandingkan pH P2
menunjukkan adanya pertumbuhan selama dan P3 pada hari ke-4. Seperti pendapat
waktu pemeliharaan bagi P4, P2, P3, dan P1. (Wurts dan Maaer, 2013), bahwa pengapuran
Dari gambar 1 rata-rata kepadatan awal S. akan mengakibatkan naiknya pH, dimana juga
costatum 15 x 104 sel/ml. Pertumbuhan akan meningkatkan ketersediaan fosfor bagi
puncak tertinggi terjadi pada hari yang sama pertumbuhan fitoplankton sehingga
yaitu hari ke-4 pada perlakuan P4 (pH awal produktivitas kolam meningkat. Karena nilai
±11), P2 (pH awal ± 7), dan P3 (pH awal ± 9). pH P2 dan P3 lebih rendah dari P4 maka
Hal ini dikarenakan kondisi awal pH air masih kepadatan P2 lebih sedikit.
ditoleransi untuk kebutuhan atau lingkungan Hasil analisis uji DMRT pada puncak
hidup bagi S. costatum tertinggi P4 terjadi pada hari ke-4
Kepadatan puncak tertinggi S. costatum menunjukkan bahwa P4 dengan P1 berbeda
terendah terjadi pada P1 dengan kepadatan nyata, dan tidak berbeda nyata terhadap P3
21.67 x 104 sel/ml pada hari ke-4. dan P2. Pada P2 tidak berbeda nyata terhadap
Perlakuan 4 (pH awal ±11) menunjukkan P1 dan P3. Dan P3 tidak berbeda nyata
titik puncak paling tinggi dibandingkan terhadap P1. Sehingga dapat disimpulkan
perlakuan yang lain. Puncak kepadatan semakin tinggi pH awal yang diberikan, maka
tertinggi terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah semakin tinggi jumlah kepadatan sel S.
kepadatan 285.42 x 104 sel/ml. Tingginya costatum yang dihasilkan.
jumlah kepadatan sel yang diperoleh pada P4, Perlakuan terbaik untuk menghasilkan
diduga karena pada P4 S.costatum mampu kepadatan sel S. costatum tertinggi yaitu pada
mentoleransi kadar pH air yang berda di P4 dengan pemberian pH awal ±11 pada skala
lingkungannya. Pada P4 pH air yang berawal laboratorium. Dengan pH awal ±11, hal ini
±11 menjadi ± 9.8 pada hari ke-4. Menurut sesuai dengan pendapat Andi (2007) bahwa
Andi (2007), pengapuran bertujuan untuk pengapuran mampu menghasilkan fosfor
meningkatkan pH dan alkalinitas perairan lebih tinggi setelah adanya pemupukan,
serta akan menciptakan kestabilan sehingga kepadatan sel S. costatum juga
fitoplankton, serta pengapuran mampu semakin meningkat dengan meningkatnya
meningkatkan ketersediaan fosfor yang jumlah fosfor, diimana fosfor merupakan
berasal dari pupuk sehingga fitoplankton bisa salah satu pembetas pertumbuhan
selalu tumbuh karena fosfor tersedia dalam fitoplankton.
jumlah yang lebih banyak. Dimana fosfor Menurut Isnansetyo dan Kurniastuti
merupakan pembatas bagi pertumbuhan (1995), pertumbuhan fitoplankton secara
fitoplankton. Ketersediaan alkalinitas dalam umum dibagi menjadi beberapa fase: fase
perairan juga berperan dalam meningkatkan istirahat, fase eksponensial, fase stasioner,
produktivitas fitoplankton. Alkalinitas dan fase kematian. Fase istirahat terjadi pada
berperan dalam pembentukan jaringan tubuh saat S. costatum dimasukkan ke dalam wadah
fitoplankton (Stumm dan Morgan, 1996) penelitian. Fase ini digunakan sel untuk
dalam (Andi, 2007). beradaptasi pada lingkungan hidupnya
Perlakuan 2 (pH awal ± 7) dan perlakuan 3 khususnya pada pH. Lamanya fase istirahat
(pH awal ± 9), menunjukkan puncak berbeda-beda, tergantung pada kemampuan
12
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

masing-masing untuk beradaptasi pada pH Parameter Perlakuan Rata-rata


yang berbeda. Fase eksponensial ditandai
P1 26.6619
dengan adanya pertumbuhan kepadatan yang
cepat, pada fase ini secara kasat mata sel S. P2 26.9619
Suhu (°C)
costatum akan terlihat berwarna kecoklatan. P3 26.881
Kemudian fase penurunan kepadatan serta P4 26.8048
dilanjutkan dengan fase kematian. Terjadinya P1 31.1905
penurunan kepadatan sel S. costatum dapat P2 30.7143
Salinitas
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, mulai
(ppt) P3 30.8571
berkurangnya nutrien yang ada di dalam
media sehingga tidak lagi mampu untuk P4 30.9048
tumbuh. P1 4.67619
Untuk memenuhi kebutuhan pembenihan P2 7.71905
udang dan ikan, pakan alami S. costatum pH
P3 8.7
sangat efisien digunakan. Dalam jangka
P4 10.1571
panjang P4 dengan pH awal 11 mampu
mengasilkan kepadatan sel yang tinggi dalam Kisaran pH awal pada penelitian ini masih
waktu yang lebih cepat dan dapat memenuhi dalam kisaran yang optimum terjadi pada
kebutuhan makanan untuk pembenihan masa puncak pada pH awal 7–9, pada pH ini S.
udang. P4 dapat dilakukan pemanenan S. costatum masih mampu hidup dan tumbuh.
costatum mulai hari ke-3 sampai dengan Berbeda dengan pH awal 5 dimana S.
masa puncak. costatum tidak hidup dan tumbuh secara
2.Pengukuran Kualitas Air optimal. pH antara 6.5–9 masih dapat
Kepadatan sel S. costatum selain mendukung perkembangan fitoplankton
dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien juga (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Berikut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Intan, merupakan grafik penurunan pH.
2018). Parameter kualitas air yang diukur
selama penelitian yaitu suhu, pH, salinitas,
dan intensitas cahaya. Pengukuran dilakukan
setiap sehari sekali selama penelitian. Adapun
hasil pengukuran:
12

10

8
Nilai
pH 6 P1
P2
4
P3
2 P4

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari ke-

Gambar 2. Grafik penurunan pH

13
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

Pada puncak kepadatan tertinggi 4. KESIMPULAN


diperlakuan 4 di hari ke-4 pH menunjukkan
Dari hasil pengamatan, analisis data, dan
pada kisaran 9.8. Pada dalam penelitian
pembahasan terhadap data yang diperoleh
terjadi penurunan pH pada semua perlakuan,
selama penelitian, maka dapat disimpulkan
hal ini sesuai dengan pernyataan Army
bahwa : Perbedaan pH awal memberikan
(2015), menyatakan bahwa perubahan pH
pengaruh yang sangat nyata terhadap
tergantung pada konsentrasi ion H+ dan OH-
kepadatan sel Skeletonema costatum dan
pada proses reaksi fotosintesis dan respirasi
perlakuan 4 (pH awal ± 11) merupakan pH
pada fitoplankton.
awal yang paling efektif untuk menghasilkan
Hasil pengamatan kualitas air seperti suhu,
jumlah kepadatan sel Skeletonema costatum
pH, salinitas, dan intensitas cahaya pada P2,
tertinggi. Pertumbuhan puncak tertinggi pada
P3, dan P4 selama penelitian menunjukkan
kultur Skeletonema costatum terjadi pada
bahwa kualitas media air kultur masih berada
hari yang sama yaitu hari ke- 4, secara
dalam kisaran yang sesuai dengan hidup dan
berurutan yaitu pada perlakuan P4 (pH awal
tumbuhnya S. costatum, kecuali pada P1.
±11), P2 (pH awal ± 7), P3 (pH awal ± 9), dan P1
Suhu media kultur selama penelitian
(pH awal ± 5). Dengan jumlah kepadatan sel
berkisar antara 26–27 °C. Kisaran suhu
secara berurutan 285.42 x 104 sel/ml, 206.67
tersebut sesuai dengan kisaran yang optimum
x 104 sel/ml, 193.25 x 104 sel/ml, dan 21.67 x
untuk kultur S. costatum, karena pada suhu
104 sel/ml.
tersebut metabolisme S. costatum dapat
DAFTAR PUSTAKA
berlangsung dengan baik. Suhu optimal pada
kultur S. costatum berkisar 3–30 °C (Hayati,
Andi. 2010. Pengelolaan Kualitas Air dalam
1980).
Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta.
Kisaran salinitas media kultur selama
Jakarta.
penelitian berkisar antara 30–33 ppt. kisaran
Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995. Teknik
ini masih dalam kondisi yang optimum untuk
Kultur Fitoplankton dan Zooplankton.
pertumbuhan S. costatum. Salinitas yang
Pakan Alami untuk Pembenihan
terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
Organisme Laut. Kanasius. Yogyakarta. hal
menyebabkan pertumbuhan S. costatum
40-73.
terhambat. Salinitas yang optimum untuk
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi
pertumbuhan fitoplankton berkisar antara
ketiga. Yogyakarta.Gajah Mada
28–35 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995).
Universitypress.
Intensitas cahaya yang digunakan pada
Nita, Nadiarti, dan Khaerul. 2014. Pengaruh
penelitian ini yaitu 500 Lux dengan
Derajat Keasaman pH Air Laut Terhadap
menggunakan lampu TL 40 watt dan diukur
Konsentrasi Kalsium dan Laju
dengan menggunakan lux meter. Pengaturan
Pertumbuhan Halimeda sp. Fakultas
jarak pada masing-masing wadah kultur
Perikanan dan Kelautan Universitas
dilakukan agar memperoleh cahaya yang
Hasanudin. Makasar
sama. Intensitas cahaya yang digunakan
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi
dalam penelitian ini masih dalam kisaran yang
Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.
optimum. Intensitas cahaya diperlukan oleh
Rasyid, M. 2006. Pengaruh Perbedaan pH
alga untuk berfotosintesis, oleh sebab itu
Terhadap Pertumbuhan Populasi
pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung
Branchionus sp. Fakultas Perikanan dan
pada intensitas cahaya. Kisaran cahaya yang
Ilmu Kelautan. Universitas Mulawarman.
baik untuk pertumbuhan S. costatum adalah
Samarinda.
500-12000 lux. Apabila lebih dari 12000 lux
Sary. 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas
maka pertumbuhannya akan menurun
Air. Politehnik Vedca. Cianjur.
(Sriyani, 1995).

14
J. Aquawarman. Vol. 6 (1) : 8-15. April 2020. ISSN : 2460-9226

Sriyani, 1995. Faktor Lingkungan yang


Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton.
Universitas Brawijaya. Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai