PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA I
EKSTRAKSI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT
Oleh :
Farid Gunawan
26040118130151
IK D/ Kelompok 7
Asisten :
Sidiq Sakti Prawira
26020116120051
Mengetahui,
Koordinator Asisten
Indonesia terkenal sebagai negara maritim yang kaya akan sumber daya
alamnya, terutama hasil lautnya. Indonesia termasuk dalam salah satu negara
dengan panjang garis pantai terpanjang dengan berbagai jenis pulau. Laut
Indonesia memiliki keanekaragaman biota, flora maupun fauna. Keanekaragaman
ini menjadi potensial bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selain ekonomi,
peran penting biota dalam keberlangsungan eksistem laut.
Spesies rumput laut terbesar saat ini pada marga Euchema.. Spesies ini
memiliki kandungan karagenan yang besar. Karagenan pada rumput laut dapat
diambil dengan cara ekstrasi dengan air atau larutan alkali. Karagenan sendiri
umum dimanfaatkan pada industri makanan, obat-obatan, kosmetika, dan tekstil.
Karagenan berbentuk polisakarida linear dengan kandungan sulfat di dalamnya.
1.2. Tujuan
2.1. Makroalgae
Menurut Ira et al. (2018), alga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu mikrolaga dan
makroalga. Macam pada mikroalga adalah plankton, sedangakn yang termasuk dalam
mekroalga adalah rumput laut. Makrolaga merupakan jenis alga yang berukuran besar
dan dapat dilihat tanpa bantuan alat. Mikroalga adalah alga berukuran kecil, dimana
untuk melihatnya perlu menggunakan bantuan alat, seperti mikroskop. Ukuran
makroalga dalam ukuran centimeter hingga bermeter-meter.
2.2. Rhodophyta
Menurut Annisaqois et al. (2018), rumput laut merah memiliki jumlah hingga
452 jenis yang telah ditemukan di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang
sangat banyak. Hal ini dikarenakan posisi geografis dari negara Indonesia. Indonesia
memiliki laut yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan rumput alga. Salah
satu faktornya adalah garis pantai yang panjang..
Menurut Ghazali et al. (2018), alga merah sering ditemukan melekat pada
organisme lainnya. Alga merah juga dapat ditemukan menempel pada akar
tumbuhan mangrove. Talus berbentuk silindris dan bentuk yang menyerupai
daunnya berbentuk (blade). Jenis percabangan dikotom dan selnya tersusun atas
polysiophonous. Holdfast yang menempel pada tumbuhan mangrove berebentuk cakram
dan serabut.
Menurut Ghazali et al. (2018), alga merah umunya menepel pada hewan
karang. Hal ini menyebabkam timbulnya persaingan dalam mengambil sumber
cahaya matahri untuk fotosintesis. Daerah subtidal hingga daerah pasang surut
sering ditemukan alga merah. Holdfast dari alga merah dapat menempel pada akar
tumbuhan mangrove. Bentuk dari holdfast alga merah adalah serabut.
Menurut Oryza et al. (2017), alga merah dapat tumbuh dan hidup
diperairan tawar, laut, darat dan dapat bersimbiosis dengan organisme lainnya.
Alga merah dapat ditemukan hingga kedlam 268 meter. Namun ada pula alga
merah yang tumbuh dan hiudp di kedalam yang rendah. Kedalam tempat alga
merah hidup berpengaruh pada pigmentasi alga. Alga merah juga sering
ditemukan di daerah pasang surut ataudaerah mangrove.
2.4. Karagenan
Menurut Putra et al. (2015), terdapat tiga jenis karagenan yang komersial,
yaitu karagenan iota, kappa dan lamda. Ketiga jenis karagenan ini banyak
digunakan dalam bidang industri. Karagenan mu merupakan presekutor dari
karagenan kappa sedangkan karagenan nu adalah presekutor dari karegenan iota.
Karagenan jenis iota dan kappa secara alami didapatkan dari proses enzimatis dari
presekutornya. Sedangkan secara komersil karagenan tersebut didapatkan dengan
cara pengekstrasian dengan bantuan alkali.
Menurut Harun et al. (2013), sampel rumput laut yang didapat dicuci
dengan air bersih. Setelah dicuci sampel dikeringkan dengan bantuan garam.
Sampel yang sudah kering dicuci hingga garam dan epifit yang ada hilang. Hal ini
maksudkan agar tidak ikut tercampur dengan karagenan. Sampel dipotong halus
dan ditambahkan dengan larutan NaOH dan diatur pH-nya. Kemudian dipanaskan
dalam suhu 70-90oC selama 3 jam. Hasil pemanasan disaring dengan filtering
flash dan hasil saringan dipanaskan dalam oven pada suh 60oC selama 24 jam.
Setelah dingin ditimbang.
2.4.5. Pengaruh Penggunaan Karagenan
Menurut Sidi et al. (2014), karagenan yang dihasilkan dari jenis kappa
umumnya digunakan sebagai gelling agent. Gelling agent digunakan untuk
memperbaiki tesktur fruit leather dalam meningkatkan kadar seratnya.
Penggunaan gelling agent dimaksudkan untuk meningkatkan mutu karagenan
produk, menambah nutrisi dan menambahkan umur simpan hasil produk.
Menurut Failu et al. (2016), mutu karagenan yang baik sesuai dengan
standar baku mutu yang telah ditetapkan. Kondisi mutu karagenan diukur dengan
parameter rendemen, kekuatan gel, viskositas dan kadar air maupun kadar abu.
Setiap hasil dari karagenan haru disesuaikan dengan standar agar mutu dan
kualitas dari karagenan dapat dimanfaatkan dengan aman. Kadar air yang teralalu
tinggi dapat meningkatakn kecepatan pembusukan karagenan. Kadar abu yang
terlalu tinggu juga tidak baik jika diolah menjadi bahan pangan.
6. Tissue Untuk
membersihkan
alat
3.3. Metode
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
Mulai
Selesai
4.1.1. Gambar
Rendemen = x 100%
30 g
= 10 %
4.1.3.1. Perbandingan
= 18,7 %Hasil Kelompok Secara Kuantitatif
4.2. Pembahasan
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
1. Alat dan bahan yang digunakan diperbanyak agar kegiatan praktikum
dapat berjalan dengan baik.
2. Mengambil sampel menggunakan lateks agar tidak meninggalkan bau
pada tangan.
3. Setelah menggunakan alat harus dicuci dan dirapikan agar
kebersihannya terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Afif, S., G.Fasya dan R.Ningsih. 2016. Extraction, Toxicity Assay and
Identification of Active Compouns of Red Alage (Ecuhema cottonii)
from Sumenep Madura. Journal of Chemistry, 4(2):101-106.
Afandi, A., K. Nirmala, dan T. Budiarti. 2014. Produksi, Rendemen Dan Kekuatan
Gel Tiga Varietas Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Yang
Dibudidaya Dengan Metode Long Line. Jurnal Kelautan Nasional.,
10(1): 43-53.
Ega, L., C.G.Cristina dan F.Meysaa. 2016. Kajian Mutu Karaginan Rumput Laut
Euchema cottonii Berdasarkan Sifat Fisiko-Kimia pada Tingkat
Konsetrasi Kalian Hidroksida (KOH) yang Berbeda. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan, 5(2):38-44.
Erjanan, S., V.Dotulong dan R.Montolalu. 2017. Mutu Karaginan dan Kekuatan
Gel dari Rumput Laut Merah Kappaphycus alvarezii. Jurnal Media
Teknologi Hail Perikanan, 5(2):130-133.
Firmandana, T.C., Suyanti dan Ruswahyuni. 2014. Kelimpahan Bulu Babi (Sea
Urchin) pada Ekosistem Karang dan Lamun Di Perairan Pantai Sundak,
Yogyakarta. Diponegoro Journal of Maquares, 3(4):41-50.
Ghazali, M. H.Husna dan Sukiman. 2018. Diversitas dan Karakteristik Alga
Merah (Rhodophyta) pada Akar Mngrove di Teluk Serewe Kabupaten
Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis, 18(1):80-90.
Nurmiyati. 2013. Keragaman, Distribusi dan Nilai Penting Makro Alga di Pantai
Sepanjang Gunung Kidul. BIOEDUKASI, 6(1):12-21.