Anda di halaman 1dari 25

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AGAR RUMPUT LAUT Gracilaria


verrucos PADA LAMA PERENDAMAN BERBEDA DALAM LARUTAN
PUPUK NPK

USULAN PENELITIAN
PROGRAM STUDI S-1 AKUAKULTUR

Oleh :

RIZKA SANDRA AMALIA


141711133120 – KELAS C

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AGAR RUMPUT LAUT Gracilaria


verrucos PADA LAMA PERENDAMAN BERBEDA DALAM LARUTAN
PUPUK NPK

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

RIZKA SANDRA AMALIA


NIM. 141711133120

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama, Pembimbing Kedua,

Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M. Si., Ph. D Boedi Setya Rahardja, Ir., MP.
NIP. 19700116 199503 1 002 NIP. 19580117 198601 1 001
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Judul

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN AGAR RUMPUT LAUT Gracilaria


verrucos PADA LAMA PERENDAMAN BERBEDA DALAM LARUTAN
PUPUK NPK

1.2 Latar belakang

Rumput laut memiliki jenis yang bermacam-macam. Beberapa di antaranya

telah dimanfaatkan dalam industri pangan maupun non pangan. Rumput laut

digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan, bahan dasar kosmetik dan pupuk

organik. Salah satu jenis rumput laut yang dikenal dan banyak dibudidayakan oleh

masyarakat pesisir adalah Gracilaria verrucosa. Spesies Gracilaria verrucosa

umumnya dipanen secara alami, melalui kegiatan pemanenan dan pengambilan

dari alam. Kegiatan tersebut menyebabkan rumput laut tereksploitasi secara

berlebihan. Eksploitasi berlebihan mengakibatkan penurunan populasi (Sari dkk,

2011)

Kegiatan budidaya menjadi salah satu solusi untuk mengatasi penurunan

populasi rumput laut. Kebutuhan masyarakat akan rumput laut diharapkan dapat

terpenuhi dan jumlah populasinya di alam tetap terjaga. Kendala yang ada saat ini

yaitu rendahnya tingkat pertumbuhan rumput laut. Rendahnya pertumbuhan dan

produksi rumput laut disebabkan karena tidak tersedianya bibit rumput laut yang

berkualitas dalam jumlah yang cukup besar. Minimnya pengetahuan tentang

kondisi lingkungan ideal pertambakan rumput laut juga menjadi salah satu kendala

dalam budidaya rumput laut (Sari dkk, 2011).


Upaya untuk membudidayakan rumput laut yang lebih baik terus dilakukan

dengan berbagai teknologi budidaya. Menurut Triastuti dkk. (2010) metode

budidaya rumput laut dalam bak terkontrol dinilai lebih menguntungkan, karena

dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, tidak memerlukan lahan luas, tidak

terpengaruh musim dan faktor - faktor pendukung budidaya seperti, suhu, salinitas,

sirkulasi air, intensitas cahaya dan unsur hara sepenuhnya dapat dengan mudah

untuk dikontrol.

Perairan laut sebagai media tumbuh dipandang senantiasa memberikan cukup

nutrien bagi pertumbuhan tanaman, akan tetapi dalam meningkatkan produksi

tanaman tidak cukup hanya dengan mengandalkan lingkungan yang bersifat alami

sehingga perlu dilakukannya pemupukan. Pupuk merupakan bahan yang

mengandung sejumlah nutrien yang diperlukan bagi tanaman, namun praktek

pemupukan pada tanaman-tanaman yang hidup di perairan masih sangat jarang di

lakukan (Silea dan Lita, 2006).

KESEIMBANGAN NITROGEN Fosfat DAN KALIUM sangat dibutuhkan rumput

laut

Alas an memilih pupuk NPK dibanding pupuk lain

Berdasarkan data tersebut maka diperlukan penelitian tentang pengaruh

lama perendaman Gracilaria verrucose dalam larutan pupuk NPK terhadap

pertumbuhan dan kandungan agar.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yng telah dipaparkan, maka dapat diambil suatu

rumusan masalah sebagai berikut :


1) Apakah perendaman rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam larutan pupuk

NPK merupakan salah satu metode yang baik untuk meningkatkan laju

pertumbuhan dan kandungan agar rumput laut (Gracilaria verrucosa) ?

2) Apakah lama perendaman berbeda rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam

larutan pupuk NPK efektif terhadap pertumbuhan dan kandungan agar rumput

laut (Gracilaria verrucosa)

1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengetahui lama perendaman terbaik rumput laut (Gracilaria verrucosa)

dalam larutan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan kandungan agar rumput

laut (Gracilaria verrucosa)

2) Mengetahui adanya interaksi antara kandungan pupuk NPK dalam media

budidaya dalam meningkatkan pertumbuhan dan kandungan agar rumput laut

(Gracilaria verrucosa)

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan

adalah :

1) Memberikan sumber informasi kepada masyarakat pada umumnya serta petani

rumput laut pada khususnya bahwa perendaman rumput laut (Gracilaria

verrucosa) dalam larutan pupuk NPK merupakan metode yang cocok dan

efektif untuk digunakan dalam peningkatan produksi budidaya rumput laut

(Gracilaria verrucosa)
2) Perendaman rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam larutan pupuk NPK ini

diharapkan dapat meningkatkan produksi budidaya sehingga mengurangi

kuantitas impor rumput laut (Gracilaria verrucosa)


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Gracilaria verrucosa

Klasifikasi Gracilaria verrucosa menurut Anggadiredja (2006) adalah

sebagai berikut :

Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria verrucosa

Gambar 2.1 Gracilaria verrucosa (Othman et al., 2015)

Menurut Aslan (1993) Gracilaria verucossa memiliki ciri – ciri diantaranya

adalah thallus berbentuk silindris dengan percabangan yang tidak tertur, mulai dari

yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun. Pada pangkal percabangan

thallusnya menyempit. Umumnya ujung thallus Gracillaria spp. meruncing dengan

permukaan yang halus namun terksan berbintil. Diameter thallus Gracillaria

berkisar antara 0,5 – 4,0 mm. Perbedaan bentuk, struktur dan asal usul pembentukan

organ reproduksi sangat penting dalam perbedaan tiap spesies. Warna thallus

beragam mulai dari warna hijau cokelat, merah, pirang, merah cokelat. Substansi

thallus menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan.


2.2 Habitat dan Penyebaran Gracilaria verrucosa

Gracillaria spp. hidup dengan cara melekat pada batu pasir, lumpur,

substrat dasar perairan dan sebagainya. Pertumbuhan Gracillaria spp lebih baik di

tempat yang dangkal sehingga intensitas cahaya dapat masuk perairan semakin

tinggi (Anggadiredja dkk., 2009)

2.3 Daur Hidup Gracilaria verrucose

Perkembangbiakan rumput laut pada dasarnya terbagi 2 yaitu secara seksual

dan aseksual. Pada perkembangbiakan secara seksual, gametofit jantan yang telah

dewasa menghasilkan sel-sel spermatangial yang nantinya menjadi spermatangia.

Sedangkan gametofit betina menghasilkan sel khusus yang disebut karpogonia yang

dihasilkan dari cabang-cabang karpogonial. Perkembangbiakan secara aseksual

terdiri dari penyebaran tetraspora, vegetatif dan konjugatif. Sporofit dewasa

menghasilkan spora yang disebut tetraspora yang sesudah proses germinasi

(berkecambah) tumbuh menjadi tanaman beralat kelamin, yaitu gametofit jantan

dan gametofit betina. Perkembangan secara vegetatif adalah dengan cara stek.

Potongan seluruh bagian dari thallus akan membentuk percabangan baru dan

tumbuh berkembang menjadi tanaman dewasa (Alifatri, 2012). Berikut gambar 2.3

daur hidup rumput laut Gracilaria verrucosa:

Gambar 2. Daur hidup rumput laut (Mubarak, 1990)


2.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Gracilaria

verrucossa

Pemilihan lokasi untuk budidaya Gracillaria verrucosa, harus

memperhatikan faktor biologis, fisika dan kimiawi. Salah satu faktor kimiawi

tersebut adalah pH. Derajat keasaman (pH) juga termasuk faktor penting yang

menentukan keberhasilan kegiatan budidaya. Setiap spesies mempunyai batasan

dalam beradaptasi terhadap perubahan nilai pH. Widiastuti (2011), menjelaskan

bahwa pH yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut jenis Gracilaria sp. yaitu

pada kisaran 6 – 9.

Rumput laut menggunakan oksigen terlarut dalam perairan untuk

melakukan respirasi di malam hari. Oksigen terlarut di perairan merupakan hasil

difusi dari udara kedalam air serta merupakan hasil fotosintesis tanaman air.

Semakin tinggi kadar oksigen berarti maka kualitas air akan baik namun jika kadar

oksigen rendah maka akan menimbulkan gas gas yang busuk akibat degradasi

anaerobik sehingga rumput laut akan mati karena suplay oksigen kurang (Amir,

2019). Sulistijo dkk., (1994) bahwa larutan oksigen yang diperlukan untuk

pertumbuhan optimal rumput laut adalah lebih dari 4 ppm.

Kemampuan adaptasi rumput laut Gracilaria spp. terhadap suhu bervariasi,

tergantung dimana rumput laut tersebut hidup sehingga dimungkinkan akan tumbuh

subur pada daerah yang sesuai dengan suhu pertumbuhannya. Menurut Asni (2015),

menjelaskan bahwa rumput laut jenis Gracilaria sp. Masih dapat tumbuh pada

kisaran suhu antara 26 – 33˚C. Hal ini diperkuat oleh Fattah (2011), yang
menyatakan bahwa kenaikan suhu dapat terjadi karena meningkatnya energi

matahari yang masuk dalam perairan.

Salinitas merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha

budidaya rumput laut, karena salinitas dapat mempengaruhi laju pertumbuhan.

Rumput laut G. Verrucosa adalah rumput laut yang bersifat stenohaline, yang tidak

tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas yang terlalu rendah (5 ‰)

atau terlalu tinggi (45 ‰) memberikan laju pertumbuhan Gracilaria verrucosa

yang sangat rendah yaitu 1,30% dan 0,05% perhari. Menurut DKP (2011),

menyatakan bahwa salinitas yang baik untuk pemeliharaan rumput laut jenis

Gracilaria sp. di tambak yaitu sekitar 15 - 25 ppt. Apabila salinitas rendah, jauh di

bawah batas toleransi maka rumput laut akan berwarna pucat, mudah patah dan

lunak akhirnya membusuk serta tidak tumbuh dengan normal dan mati (Asni,

2015).

Atmadja dkk., (2012) menambahkan bahwa kadar garam yang terlalu tinggi

juga dapat berdampak pada rumput laut, dimana akan menghambat proses

reproduksi rumput laut. Trono (1998) mengemukakan bahwa salinitas perairan

yang tinggi yaitu >35 ppt akan menyebabkan thallus rumput laut gracilaria sp

menjadi pucat kekuning - kuningan yang menjadikan ruumput laut tidak tumbuh

dengan baik karena kondisi thallus cenderung lebih lemah sehingga mengalami

stress dan rentan terhadap penyakit dengan daya penyembuhan rendah dan terlihat

menjadi putih pucat, mengecil, tanaman mudah rontok dan kehancuran yang

merupakan kesemua itu adalah gejala penyakit ice-ice.


Menurut Sunarto (2009), pertumbuhan rumput laut jenis Gracilaria sp. akan

semakin baik bila perairan semakin terang, pertumbuhan maksimal Gracilaria sp.

membutuhkan intensitas cahaya yang relatif tingi. Intensitas cahaya yang

maksimum untuk pertumbuhan Gracilaria sp. adalah 4750 lux dan kecerahan

optimumnya yaitu 0,5 meter.

Selain faktor cuaca dan parameter kualitas perairan yang mempengaruhi

laju pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp., pertambahan berat rumput laut

(pertumbuhan thallus) juga mempengaruhi dalam proses laju pertumbuhan.

Menurut Runtuboy (2008) menyatakan penurunan laju pertumbuhan rumput laut

juga disebabkan perbedaan laju fotosintesis dalam satu rumpun rumput laut.

Pertumbuhan thallus yang semakin tinggi mengakibatkan terjadinya kompetisi

antar thallus dalam satu rumpunnya terhadap dalam mendapatkan cahaya matahari

dan penyerapan unsur hara semakin besar. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan

thallus mengalami stres karena adanya kompetisi antar thallus lebih besar dalam

satu rumpun.

2.5 Kandungan Agar Gracilaria verrucossa

Tingkat kandungan agar dalam rumput laut disebabkan oleh proses

penyerapan unsur hara berlangsung lebih baik, dimana unsur hara tersebut

dibutuhkan untuk pembentukan senyawa polisakarida, seperti agarosa dan

agaropectin yang disimpan pada dinding sel sebagai bahan utama pembentukan

agar. Agar terbentuk oleh campuran dua polisakarida yaitu agarosa dan agaropectin.

Sedangkan agarosa dan agaropectin merupakan komponen utama yang menentukan

kandungan gel dan viskositas agar. Selain itu kandungan agar Gracilaria spp.
sangat dipengaruhi oleh faktor ekologis, seperti kesuburan perairan, aliran air,

kualitas dan kuantitas cahaya. Tinggi rendahnya kandungan agar dipengaruhi oleh

musim. Kandungan agar pada rumput laut selain dipengaruhi oleh musim, juga

oleh habitat dan cara budidaya (Anton, 2017).

2.6 Kandungan Pupuk NPK

Fosfat memiliki peranan penting dalam pembentukan protein dan

membantu proses metabolisme sel suatu organisme. Kandungan fosfat di perairan

yang layak untuk budidaya rumput laut yaitu sekitar 0,1 – 0,2 mg/l. Peran fosfat

dalam budidaya rumput laut di tambak sangatlah penting. Fosfat merupakan salah

satu bioindikator kesuburan dalam suatu perairan. Pongarrang dkk., (2013),

menyatakan bahwa nitrat, fosfat, dan silikat dalam jumlah atau rentang tertentu

adalah faktor pembatas yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan protoplasma

biota air (Soelistiyowati dkk., 2011).


III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut tergantung dari faktor-faktor

oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut), nutrient serta

jenis substrat dasarnya (Patang, 2010). Nutrien merupakan unsur yang diperlukan

tanaman sebagai sumber energi yang digunakan untuk menyusun berbagai

komponen sel selama proses pertumbuhan dan perkembangannya (Budiyani et al.,

2012).

Hendrajat (2008) menyatakan bahwa adanya kenaikan pertumbuhan

rumput laut menunjukkan pertumbuhan sudah memasuki tahap perpanjangan sel,

karena tersedianya unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan. Penyerapan unsur

hara akan menambah nutrien dan kandungan agar. Semakin tinggi nutrien dan

kandungan agar maka kandungan air semakin rendah (Alamsjah dkk., 2009).

Kandungan agar terhadap nutrient atau hubungannya dg pertumbuhan

Kesimbangan NPK dalam perairan. Senyawa tersebut diduga …. Apabila

salah satu nutrient tdk trcukupi dpt berakibat … seperti ketka kelebihan fosfor

mnyebabkan senyawa lait dk dpt masuk dan berpengaruh pd pertumbuhan …

Sehingga asupan nutrient harus terus dijaga agar dpt mendukung prtumbuhan

rumput laut.

Hal ini berkaitan dengan peranan fosfat sebagai sumber nutrien bagi

pertumbuhan rumput laut. Fosfat mudah terurai dan diserap tumbuhan, sehingga

mampu merangsang percepatan pertumbuhan thallus dan memperkuat thallus

muda menjadi thallus dewasa.


Bahan baku Produksi tiap Kebutuhan
Gracilaria daerah berbeda nutrien dalam
Makanan, Kertas,
obat - obatan karena faktor budidaya
verrucosa
lingkungan tidak
tercukupi
Potensial sebagai bahan
baku agar - agar

Faktor pertumbuhan Gracilaria sp.

Eksternal Internal

Oseanograf Topografi Hayati


i

Unsur Parameter Kualitas Air


Hara

N P K F C Si
e

Kandungan N : P : K yang
seimbang dalam perairan
memicu pertumbuhan Penyerapan unsur hara
Gracilaria sp.
Sel – sel memanjang
Pertumbuhan

Kandungan Klorofil
Agar a

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat diberikan dari rumusan masalah yang ada yaitu

sebagai berikut :

H1 = Perbedaan lama perendaman rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam

larutan pupuk NPK dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kandungan agar

rumput laut (Gracilaria verrucosa)

H1 = Lama perendaman tertentu rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam

larutan pupuk NPK dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kandungan agar

rumput laut (Gracilaria verrucosa)


IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada 1 Juli hingga 10 Agustus 2020 di


Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Proses
pengamatan pertumbuhan dan kandungan agar dilakukan di laboratorium Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Bahan Penelitian

A. Gracilaria verrucosa

Gracilaria verrucose yang digunakan adalah Gracilaria pada bagian thallus

muda dan thallus berwarna hijau segar. Anam (2007) menyatakan bahwa bibit

Gracilaria yang baik adalah thallus muda dan sehat, thallus memiliki banyak

cabang dan bagian pangkal lebih besar dari cabang, ujung thallus berbentuk lurus

dan segar bila thallus dipotong terasa elastis, bebas dari tanaman lain dan kotoran.

Bibit Gracilaria ini didapat dari hasil budidaya di desa Jabon, Porong.

B. Media Pemeliharaan

Media untuk pemeliharaan yaitu air laut. Air laut didapat dengan cara

membeli di Gunung Sari Surabaya. Media penelitian dijaga tetap optimum dan

setiap tiga hari sekali dilakukan pergantian air laut sebanyak 100 %, dengan cara

membersihkan bagian yang kotor kemudian menggantinya dengan air laut bersih

(Villares et al., 1999). Bahan untuk sterilisasi akuarium yaitu klorin dan bahan

ekstraksi rumput laut yaitu aceton 90%. Bahan untuk mengatur pH yaitu HCl 12 %

dan NaOH 1 M.
C. Pupuk NPK

Pupuk kimia (pupuk NPK) yang diperoh dari UPT Pengembangan

Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, Lebo, Sidoarjo

4.2.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan antara lain akuarium 20 unit ukuran (40x20x25)

cm3, tandn air laut, pompa aerator, selang aerasi, batu aerasi, pompa air, timbangan

digital, gelas ukur 1000 ml, pipet volume 10 ml, pipet tetes, kertas saring, pH paper,

DO test kit, termometer, batu karang, blower, selang plastik, lux meter,

refraktometer, kabel, terminal listrik, mikroskop, spektrofotometer, lampu

fluorescent 40 Watt (FL40SD, Toshiba) 2 buah, plastik hitam.

4.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental. Metode eksperimetal ialah suatu metode yang digunakan untuk

mendapatkan data - data yang dilakukan dengan percobaan di laboratorium dan

pengamatan secara langsung, sistematis terhadap kejadian – kejadian obyek yang

diteliti (Sudjana, 1989).

4.3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian adalah

rancangan acak lengkap (RAL). Rancangan acak lengkap (RAL) dipergunakan bila

media dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam. Dalam

rancangan ini hanya ada sumber keragaman yaitu perlakuan di samping pengaruh

acak (Kusriningrum, 2010)


Peneliti utama dilakukan sebanyak 5 macam perlakuan dan ulangan yang

digunakan 4 kali. Total perlakuan pada studi utama adalah (n x t) yaitu 20 buah

yaitu:

P0 : Perlakuan tanpa perendaman larutan pupuk NPK (kontrol)

P1 : Perlakuan dengan lama perendaman larutan pupuk NPK 30 menit

P2 : Perlakuan dengan lama perendaman larutan pupuk NPK 60 menit

P3 : Perlakuan dengan lama perendaman larutan pupuk NPK 120 menit

P4 : Perlakuan dengan lama perendaman larutan pupuk NPK 240 menit

Denah pengambilan sampel (percobaan) yang diperoleh dari pengacakan

dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:

3D 2B 4A 1D
1C 3A 5B 5D
3C 2A 4C 2D
5A 4B 1B 2C
5C 1A 4D 3B

Gambar 4.1 Desain Pengacakan Penelitian


Keterangan : A – D : Ulangan 1 – 4
Angka 1 – 5 : Perlakuan P0 – P4

Suatu penelitian perlu dilakukan pengacakan untuk menghindari atau

memperkecil yang mungkin terdapat dalam percobaan (Kustiningrum, 2010).

Penempatan tiap perlakuan dilakukan secara acak dengan menggunakan label

angka sebagai banyaknya ulangan. Selanjutnya diberi tanda pada masing – masing

perlakuan untuk mempermudah pengamatan.

Kusriningrum (2008) menyatakan bahwa ulangan adalah frekuensi suatu

macam, perlakuan yang dicobakan dalam suatu percobaan. Hubungan antara

perlakuan dengan ulangan adalah :


t(n-1)≥ 15

Keterangan : t = banyaknya perlakuan


N = banyaknya ulangan

Variabel yang akan diamati antara lain variabel bebas, variabel terikat dan

variabel control. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu lama perendaman

Gracilaria verrucosa dalam larutan pupuk NPK tiap perlakuan. Variabel terikat

yaitu pertumbuhan dan kandungan agar Gracilaria verrucosa. Variabel kontrol

yaitu kondisi media pemeliharaan.

4.3.2 Prosedur Kerja

A. Persiapan Alat – Alat Penelitian

Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan air tawar sampai bersih,

kemudian direndam klorin 12 % dengan dosis 1,5 ppm dan dikeringkan dibawah

sinar matahari (Khasani, 2008). Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah

air laut yang telah diendapkan sehari semalam setinggi 10 cm dari dasar akuarium

atau kurang lebih empat liter. Rumput laut yang dibudidayakan harus selalu

terendam air atau berada di bawah permukaan air minimal 10 cm dari permukaan

air (Junaedi, 2004).

B. Persiapan Pupuk Perlakuan

C. Persiapan Rumput Laut Gracilaria verucossa

D. Pelaksanaan Penelitian

Pemeliharaan menggunakan sistem sirkulasi tertutup, tanpa adanya

pergantian air…
Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian

E. Analisis Kandungan Agar

Kandungan agar Gracilaria diamati dari hasil ekstraksi sebelum dan

sesudah perlakuan di laboratorium. Proses ekstraksi agar diawali dengan proses

preparasi, pemucatan dan pretreatment rumput laut uji. Rumput laut kering disortir

dan dibersihkan dari semua kotoran yang menempel antara lain, pasir, kerang, sisa

garam, dan zat pengotor lainnya dengan cara dicuci secara berulang hingga tidak

menyisakan kotoran. Rumput laut dipucatkan (bleached) dengan cara direndam

dalam larutan CaO 0,5% selama 90 menit. Proses penetralan dilakukan dengan cara

mencuci rumput cuci dalam air mengalir. Proses selanjutnya adalah pretreatment,

merendam rumput laut dalam 1,2 L asam asetat 3% selama 1 jam. Rumput laut

dicuci bersih hingga mencapai pH netral. Rumput laut kemudian dibuburkan

dengan blender untuk memudahkan proses ekstraksi (Uju dkk., 2018).

Ekstraksi dilakukan dalam ultrasonic water bath yang dilengkapi dengan

pemanas dan pengatur waktu. Ekstraksi agar dilakukan pada frekuensi 40 kHz pada

suhu 50 atau 60oC selama 45 atau 60 menit. Pelarut ekstraksi yang digunakan yaitu

akuades dengan perbandingan rumput laut kering dan akuades 1:20. Bubur rumput

laut yang diperoleh disaring dengan kain blacu. Filtrat didapat ditambahkan 2%

KCl dari berat kering rumput laut kering. Filtrat dibiarkan menjedal selama

semalam, kemudian dibekukan pada suhu -10oC selama 24 jam untuk memurnikan

agar yang diperoleh, filtrat yang telah dibekukan dicairkan kembali pada suhu

ruang. Fase padat dari filtrat (agar murni) dikeringkan dalam oven pada suhu 40-
50oC selama 18 jam. Agar kering yang diperoleh dilakukan karakterisasi meliputi

rendemen, viskositas, dan derajat putih. Agar perlakuan terpilih dikarakterisasi

meliputi kadar air, abu, sulfat, kekuatan gel dan dibandingkan dengan kontrol, agar

yang diperoleh tanpa ultrasonikasi (Uju dkk., 2018).

Rumus penghitungan kandungan agar dalam Winarno (1990) yaitu :

Berat agar kering (gr)


Rendamen (%) = 𝑥 100 %
Berat Rumput Laut Kering (gr)

F. Analisis Pertumbuhan

Pengamatan Panjang Thallus

Pengamatan Berat

4.4 Parameter Pengamatan

4.4.1 Parameter Utama

Parameter utama yang diukur dalam penelitian ini adalah pengamatan

pertumbuhan dan penghitungan kandungan agar setelah perendaman Gracilaria

verucossa dalam larutan pupuk NPK sebagai nutrien tambahan dalam budidaya.

Pengamatan pertumbuhan dan penghitungan kandungan agar yang dibandingkan

antara hasil sebelum dan sesudah perlakuan.

4.4.2 Parameter Penunjang

Parameter penunjang pada penelitian ini yaitu dengan melakukan

pengukuran kualitas air yang terdiri atas suhu air yang diukur dengan thermometer,

pH yang diukur dengan pH paper, Oksigen terlarut yang diukur dengan DO tes kit,
intensias cahaya yang diukur dengan lux meter dan salinitas yang diukur dengan

refractometer. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari selama penelitian.

4.5 Analisis Data

Data dianalisis dengan Analisis Varian (ANOVA) untuk mengetahui

pengaruh perlakuan. Apabila ada perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan uji jarak

beganda Duncan ((Duncan Multiple Range Test) (Kusriningrum,1990).

4.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

1-15 Juli 16 – 17 Juli 18-25

Juli

Persiapan Pelaksanaan Analisis

alat dan penelitian Data

bahan
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. 2019. Studi Kelayakan Tambak Untuk Budidaya Rumput Laut


(Gracilaria sp.) di Desa Panyiwi Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.
Journal of Enviromental Science. 1 (2). p-ISSN : 2654 - 4490. e-ISSN : 2654
– 9085. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Negeri Makassar
Anggadiredja, J.T. 2006.Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anggadiredja, Jana, T., Zantika, A., Purwoto, Heri, Istini, S. 2009. Rumput Laut.
Penebar Swadaya, Depol. Jakarta
Anton. 2017. Pertumbuhan dan Kandungan Agar Rumput Laut (Gracilaria spp.)
pada Beberapa Tingkat Salinitas. Jurnal Airaha. (6) 2 : 54 – 64. ISSN : 2301
– 7163. Teknologi Budidaya Perikanan Politeknik Kelautan dan Perikanan
Bone
Aslan, L. 1993. Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius
Asni, A. 2015. Analisis Produksi Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Berdasarkan Musim dan Jarak Lokasi Budidaya di Perairan Kabupaten
Bantaeng. Jurnal Akuatika. 6 (2) : 140 – 153.
Atmadja, W.S., A. B. Susanto, dan N. Dhewani. 2012. Pengembangbiakan Rumput
Laut (Makroalgae). Penerbit IFI. Jakarta
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Teknik Budidaya Rumput Laut Gracillaria
sp. dan Euchema sp. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah. Palu. 31 hlm.
Fattah, N. 2011. Analisis Performa Biologis dan Kualitas Jenis Kappaphycus
alvarezii pada Kondisi Perairan Yang Berbeda. Tesis. Pasca Sarjana.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Junaedi, W. A. 2004. Rumput Laut, Jenis dan Morfologinya. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Nabire.
Khasani, I. 2008. Teknologi Corong Tingkatkan Pertumbuhan Dan Kelangsungan
Hidup Larva Udang Galah Hingga 95 %. http://www.bsn.or.id. 23/09/2008.
2 hal
Kusriningrum, R. S. 2010. Perancangan Percobaan. Airlangga University. Press.
Surabaya
Mubarak, H., 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta.
Othman, M. N. A., Hassan, R., Harith, M. N., & Sah, A. S. R. M. (2015). Red
seaweed gracilaria arcuata in cage culture area of Lawas, Sarawak. Borneo
Journal of Resourch and Technology, 5(2), 53–61.
Pongarrang, D., A. Rahman, dan W. Iba. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Bobot
Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Menggunakan Metode Vertikultur. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(1) : 94-112.
Rahim, A. R., Herawati, E. Y., Nursyam, H., Hariati, A. M. 2016. Combination of
Vermicompost Fertilizer, Carbon, Nitrogen and Phosphorus on Cell
Characteristics, Growth and Quality of Agar Seaweed Gracilaria verrucosa.
Nature Environment & Pollution Technology, 15(4).
Runtuboy, N . 2008. Teknologi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii
(Kappaphycus alvarezii). Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung.
Sari, A. P., Sunaryo, Djunaedi, Ali. 2012. Pengaruh Perbedaan Lama Perendaman
dalam Larutan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria
verrucosa (Hudson) Papenfuss Di Pertambakan Desa Wonorejo, Kaliwungu-
Kendal. Journal Of Marine Research. 1 (2) : 98 – 102. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang
Soelistyowati, D. T., D., Murni, dan Wiyoto. 2014. Morfologi Gracilaria spp. yang
Dibudidaya di Tambak Desa Pantai Sederhana, Muara Gembong. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 13(1) : 94-104.
Sudjana, 1989. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi Ketiga. Tarsito. Bandung
Sulistijo, W., Soegiarto, A., Sulistijo, S.Wanda.dan M. Hasan. 1994. Rumput Laut
(Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Lembaga Oseanografi
Nasional-LIPI.Jakarta
Sunarto. 2009. Pertumbuhan Gracilaria dengan Jarak Tanam Berbeda di Tambak.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(2) : 157-16
Triastuti, J., Daksina, R., Kurnijasanti, R. 2010. Pengaruh Persentase Pertukaran
Air Pada Pertumbuhan Gracilaria verrucosa Dalam Budidaya Bak
Terkontrol. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2 (1). Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya
Uju, Santosa, J., Ramadhan, W., Abrory, M., F. 2018. Ekstraksi Native Agar Dari
Rumput Laut Gracilaria Sp. Dengan Akselerasi Ultrasonikasi Pada Suhu
Rendah. JPHPI. 21 (3). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai