USULAN PENELITIAN
PROGRAM STUDI S-1 AKUAKULTUR
Oleh :
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M. Si., Ph. D Boedi Setya Rahardja, Ir., MP.
NIP. 19700116 199503 1 002 NIP. 19580117 198601 1 001
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Judul
telah dimanfaatkan dalam industri pangan maupun non pangan. Rumput laut
digunakan sebagai bahan makanan, obat-obatan, bahan dasar kosmetik dan pupuk
organik. Salah satu jenis rumput laut yang dikenal dan banyak dibudidayakan oleh
2011)
populasi rumput laut. Kebutuhan masyarakat akan rumput laut diharapkan dapat
terpenuhi dan jumlah populasinya di alam tetap terjaga. Kendala yang ada saat ini
produksi rumput laut disebabkan karena tidak tersedianya bibit rumput laut yang
kondisi lingkungan ideal pertambakan rumput laut juga menjadi salah satu kendala
budidaya rumput laut dalam bak terkontrol dinilai lebih menguntungkan, karena
dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, tidak memerlukan lahan luas, tidak
terpengaruh musim dan faktor - faktor pendukung budidaya seperti, suhu, salinitas,
sirkulasi air, intensitas cahaya dan unsur hara sepenuhnya dapat dengan mudah
untuk dikontrol.
tanaman tidak cukup hanya dengan mengandalkan lingkungan yang bersifat alami
laut
Berdasarkan latar belakang yng telah dipaparkan, maka dapat diambil suatu
NPK merupakan salah satu metode yang baik untuk meningkatkan laju
larutan pupuk NPK efektif terhadap pertumbuhan dan kandungan agar rumput
1.4 Tujuan
dalam larutan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan kandungan agar rumput
(Gracilaria verrucosa)
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan
adalah :
verrucosa) dalam larutan pupuk NPK merupakan metode yang cocok dan
(Gracilaria verrucosa)
2) Perendaman rumput laut (Gracilaria verrucosa) dalam larutan pupuk NPK ini
sebagai berikut :
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Spesies : Gracilaria verrucosa
adalah thallus berbentuk silindris dengan percabangan yang tidak tertur, mulai dari
yang sederhana sampai pada yang rumit dan rimbun. Pada pangkal percabangan
berkisar antara 0,5 – 4,0 mm. Perbedaan bentuk, struktur dan asal usul pembentukan
organ reproduksi sangat penting dalam perbedaan tiap spesies. Warna thallus
beragam mulai dari warna hijau cokelat, merah, pirang, merah cokelat. Substansi
Gracillaria spp. hidup dengan cara melekat pada batu pasir, lumpur,
substrat dasar perairan dan sebagainya. Pertumbuhan Gracillaria spp lebih baik di
tempat yang dangkal sehingga intensitas cahaya dapat masuk perairan semakin
dan aseksual. Pada perkembangbiakan secara seksual, gametofit jantan yang telah
Sedangkan gametofit betina menghasilkan sel khusus yang disebut karpogonia yang
dan gametofit betina. Perkembangan secara vegetatif adalah dengan cara stek.
Potongan seluruh bagian dari thallus akan membentuk percabangan baru dan
tumbuh berkembang menjadi tanaman dewasa (Alifatri, 2012). Berikut gambar 2.3
verrucossa
memperhatikan faktor biologis, fisika dan kimiawi. Salah satu faktor kimiawi
tersebut adalah pH. Derajat keasaman (pH) juga termasuk faktor penting yang
bahwa pH yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut jenis Gracilaria sp. yaitu
pada kisaran 6 – 9.
difusi dari udara kedalam air serta merupakan hasil fotosintesis tanaman air.
Semakin tinggi kadar oksigen berarti maka kualitas air akan baik namun jika kadar
oksigen rendah maka akan menimbulkan gas gas yang busuk akibat degradasi
anaerobik sehingga rumput laut akan mati karena suplay oksigen kurang (Amir,
2019). Sulistijo dkk., (1994) bahwa larutan oksigen yang diperlukan untuk
tergantung dimana rumput laut tersebut hidup sehingga dimungkinkan akan tumbuh
subur pada daerah yang sesuai dengan suhu pertumbuhannya. Menurut Asni (2015),
menjelaskan bahwa rumput laut jenis Gracilaria sp. Masih dapat tumbuh pada
kisaran suhu antara 26 – 33˚C. Hal ini diperkuat oleh Fattah (2011), yang
menyatakan bahwa kenaikan suhu dapat terjadi karena meningkatnya energi
Salinitas merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha
Rumput laut G. Verrucosa adalah rumput laut yang bersifat stenohaline, yang tidak
tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas yang terlalu rendah (5 ‰)
yang sangat rendah yaitu 1,30% dan 0,05% perhari. Menurut DKP (2011),
menyatakan bahwa salinitas yang baik untuk pemeliharaan rumput laut jenis
Gracilaria sp. di tambak yaitu sekitar 15 - 25 ppt. Apabila salinitas rendah, jauh di
bawah batas toleransi maka rumput laut akan berwarna pucat, mudah patah dan
lunak akhirnya membusuk serta tidak tumbuh dengan normal dan mati (Asni,
2015).
Atmadja dkk., (2012) menambahkan bahwa kadar garam yang terlalu tinggi
juga dapat berdampak pada rumput laut, dimana akan menghambat proses
yang tinggi yaitu >35 ppt akan menyebabkan thallus rumput laut gracilaria sp
menjadi pucat kekuning - kuningan yang menjadikan ruumput laut tidak tumbuh
dengan baik karena kondisi thallus cenderung lebih lemah sehingga mengalami
stress dan rentan terhadap penyakit dengan daya penyembuhan rendah dan terlihat
menjadi putih pucat, mengecil, tanaman mudah rontok dan kehancuran yang
semakin baik bila perairan semakin terang, pertumbuhan maksimal Gracilaria sp.
maksimum untuk pertumbuhan Gracilaria sp. adalah 4750 lux dan kecerahan
laju pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp., pertambahan berat rumput laut
juga disebabkan perbedaan laju fotosintesis dalam satu rumpun rumput laut.
antar thallus dalam satu rumpunnya terhadap dalam mendapatkan cahaya matahari
dan penyerapan unsur hara semakin besar. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan
thallus mengalami stres karena adanya kompetisi antar thallus lebih besar dalam
satu rumpun.
penyerapan unsur hara berlangsung lebih baik, dimana unsur hara tersebut
agaropectin yang disimpan pada dinding sel sebagai bahan utama pembentukan
agar. Agar terbentuk oleh campuran dua polisakarida yaitu agarosa dan agaropectin.
kandungan gel dan viskositas agar. Selain itu kandungan agar Gracilaria spp.
sangat dipengaruhi oleh faktor ekologis, seperti kesuburan perairan, aliran air,
kualitas dan kuantitas cahaya. Tinggi rendahnya kandungan agar dipengaruhi oleh
musim. Kandungan agar pada rumput laut selain dipengaruhi oleh musim, juga
yang layak untuk budidaya rumput laut yaitu sekitar 0,1 – 0,2 mg/l. Peran fosfat
dalam budidaya rumput laut di tambak sangatlah penting. Fosfat merupakan salah
menyatakan bahwa nitrat, fosfat, dan silikat dalam jumlah atau rentang tertentu
oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika air laut), nutrient serta
jenis substrat dasarnya (Patang, 2010). Nutrien merupakan unsur yang diperlukan
2012).
karena tersedianya unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan. Penyerapan unsur
hara akan menambah nutrien dan kandungan agar. Semakin tinggi nutrien dan
kandungan agar maka kandungan air semakin rendah (Alamsjah dkk., 2009).
salah satu nutrient tdk trcukupi dpt berakibat … seperti ketka kelebihan fosfor
Sehingga asupan nutrient harus terus dijaga agar dpt mendukung prtumbuhan
rumput laut.
Hal ini berkaitan dengan peranan fosfat sebagai sumber nutrien bagi
pertumbuhan rumput laut. Fosfat mudah terurai dan diserap tumbuhan, sehingga
Eksternal Internal
N P K F C Si
e
Kandungan N : P : K yang
seimbang dalam perairan
memicu pertumbuhan Penyerapan unsur hara
Gracilaria sp.
Sel – sel memanjang
Pertumbuhan
Kandungan Klorofil
Agar a
Hipotesis yang dapat diberikan dari rumusan masalah yang ada yaitu
sebagai berikut :
larutan pupuk NPK dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kandungan agar
larutan pupuk NPK dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kandungan agar
A. Gracilaria verrucosa
muda dan thallus berwarna hijau segar. Anam (2007) menyatakan bahwa bibit
Gracilaria yang baik adalah thallus muda dan sehat, thallus memiliki banyak
cabang dan bagian pangkal lebih besar dari cabang, ujung thallus berbentuk lurus
dan segar bila thallus dipotong terasa elastis, bebas dari tanaman lain dan kotoran.
Bibit Gracilaria ini didapat dari hasil budidaya di desa Jabon, Porong.
B. Media Pemeliharaan
Media untuk pemeliharaan yaitu air laut. Air laut didapat dengan cara
membeli di Gunung Sari Surabaya. Media penelitian dijaga tetap optimum dan
setiap tiga hari sekali dilakukan pergantian air laut sebanyak 100 %, dengan cara
membersihkan bagian yang kotor kemudian menggantinya dengan air laut bersih
(Villares et al., 1999). Bahan untuk sterilisasi akuarium yaitu klorin dan bahan
ekstraksi rumput laut yaitu aceton 90%. Bahan untuk mengatur pH yaitu HCl 12 %
dan NaOH 1 M.
C. Pupuk NPK
cm3, tandn air laut, pompa aerator, selang aerasi, batu aerasi, pompa air, timbangan
digital, gelas ukur 1000 ml, pipet volume 10 ml, pipet tetes, kertas saring, pH paper,
DO test kit, termometer, batu karang, blower, selang plastik, lux meter,
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
rancangan acak lengkap (RAL). Rancangan acak lengkap (RAL) dipergunakan bila
media dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam. Dalam
rancangan ini hanya ada sumber keragaman yaitu perlakuan di samping pengaruh
digunakan 4 kali. Total perlakuan pada studi utama adalah (n x t) yaitu 20 buah
yaitu:
3D 2B 4A 1D
1C 3A 5B 5D
3C 2A 4C 2D
5A 4B 1B 2C
5C 1A 4D 3B
angka sebagai banyaknya ulangan. Selanjutnya diberi tanda pada masing – masing
Variabel yang akan diamati antara lain variabel bebas, variabel terikat dan
variabel control. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu lama perendaman
Gracilaria verrucosa dalam larutan pupuk NPK tiap perlakuan. Variabel terikat
Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan air tawar sampai bersih,
kemudian direndam klorin 12 % dengan dosis 1,5 ppm dan dikeringkan dibawah
sinar matahari (Khasani, 2008). Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah
air laut yang telah diendapkan sehari semalam setinggi 10 cm dari dasar akuarium
atau kurang lebih empat liter. Rumput laut yang dibudidayakan harus selalu
terendam air atau berada di bawah permukaan air minimal 10 cm dari permukaan
D. Pelaksanaan Penelitian
pergantian air…
Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian
preparasi, pemucatan dan pretreatment rumput laut uji. Rumput laut kering disortir
dan dibersihkan dari semua kotoran yang menempel antara lain, pasir, kerang, sisa
garam, dan zat pengotor lainnya dengan cara dicuci secara berulang hingga tidak
dalam larutan CaO 0,5% selama 90 menit. Proses penetralan dilakukan dengan cara
mencuci rumput cuci dalam air mengalir. Proses selanjutnya adalah pretreatment,
merendam rumput laut dalam 1,2 L asam asetat 3% selama 1 jam. Rumput laut
pemanas dan pengatur waktu. Ekstraksi agar dilakukan pada frekuensi 40 kHz pada
suhu 50 atau 60oC selama 45 atau 60 menit. Pelarut ekstraksi yang digunakan yaitu
akuades dengan perbandingan rumput laut kering dan akuades 1:20. Bubur rumput
laut yang diperoleh disaring dengan kain blacu. Filtrat didapat ditambahkan 2%
KCl dari berat kering rumput laut kering. Filtrat dibiarkan menjedal selama
semalam, kemudian dibekukan pada suhu -10oC selama 24 jam untuk memurnikan
agar yang diperoleh, filtrat yang telah dibekukan dicairkan kembali pada suhu
ruang. Fase padat dari filtrat (agar murni) dikeringkan dalam oven pada suhu 40-
50oC selama 18 jam. Agar kering yang diperoleh dilakukan karakterisasi meliputi
meliputi kadar air, abu, sulfat, kekuatan gel dan dibandingkan dengan kontrol, agar
F. Analisis Pertumbuhan
Pengamatan Berat
verucossa dalam larutan pupuk NPK sebagai nutrien tambahan dalam budidaya.
pengukuran kualitas air yang terdiri atas suhu air yang diukur dengan thermometer,
pH yang diukur dengan pH paper, Oksigen terlarut yang diukur dengan DO tes kit,
intensias cahaya yang diukur dengan lux meter dan salinitas yang diukur dengan
pengaruh perlakuan. Apabila ada perbedaan diantara perlakuan dilanjutkan uji jarak
Juli
bahan
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, Jana, T., Zantika, A., Purwoto, Heri, Istini, S. 2009. Rumput Laut.
Penebar Swadaya, Depol. Jakarta
Anton. 2017. Pertumbuhan dan Kandungan Agar Rumput Laut (Gracilaria spp.)
pada Beberapa Tingkat Salinitas. Jurnal Airaha. (6) 2 : 54 – 64. ISSN : 2301
– 7163. Teknologi Budidaya Perikanan Politeknik Kelautan dan Perikanan
Bone
Aslan, L. 1993. Budidaya Rumput Laut. Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius
Asni, A. 2015. Analisis Produksi Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Berdasarkan Musim dan Jarak Lokasi Budidaya di Perairan Kabupaten
Bantaeng. Jurnal Akuatika. 6 (2) : 140 – 153.
Atmadja, W.S., A. B. Susanto, dan N. Dhewani. 2012. Pengembangbiakan Rumput
Laut (Makroalgae). Penerbit IFI. Jakarta
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Teknik Budidaya Rumput Laut Gracillaria
sp. dan Euchema sp. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah. Palu. 31 hlm.
Fattah, N. 2011. Analisis Performa Biologis dan Kualitas Jenis Kappaphycus
alvarezii pada Kondisi Perairan Yang Berbeda. Tesis. Pasca Sarjana.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Junaedi, W. A. 2004. Rumput Laut, Jenis dan Morfologinya. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Nabire.
Khasani, I. 2008. Teknologi Corong Tingkatkan Pertumbuhan Dan Kelangsungan
Hidup Larva Udang Galah Hingga 95 %. http://www.bsn.or.id. 23/09/2008.
2 hal
Kusriningrum, R. S. 2010. Perancangan Percobaan. Airlangga University. Press.
Surabaya
Mubarak, H., 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta.
Othman, M. N. A., Hassan, R., Harith, M. N., & Sah, A. S. R. M. (2015). Red
seaweed gracilaria arcuata in cage culture area of Lawas, Sarawak. Borneo
Journal of Resourch and Technology, 5(2), 53–61.
Pongarrang, D., A. Rahman, dan W. Iba. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Bobot
Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)
Menggunakan Metode Vertikultur. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(1) : 94-112.
Rahim, A. R., Herawati, E. Y., Nursyam, H., Hariati, A. M. 2016. Combination of
Vermicompost Fertilizer, Carbon, Nitrogen and Phosphorus on Cell
Characteristics, Growth and Quality of Agar Seaweed Gracilaria verrucosa.
Nature Environment & Pollution Technology, 15(4).
Runtuboy, N . 2008. Teknologi Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii
(Kappaphycus alvarezii). Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung.
Sari, A. P., Sunaryo, Djunaedi, Ali. 2012. Pengaruh Perbedaan Lama Perendaman
dalam Larutan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria
verrucosa (Hudson) Papenfuss Di Pertambakan Desa Wonorejo, Kaliwungu-
Kendal. Journal Of Marine Research. 1 (2) : 98 – 102. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang
Soelistyowati, D. T., D., Murni, dan Wiyoto. 2014. Morfologi Gracilaria spp. yang
Dibudidaya di Tambak Desa Pantai Sederhana, Muara Gembong. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 13(1) : 94-104.
Sudjana, 1989. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi Ketiga. Tarsito. Bandung
Sulistijo, W., Soegiarto, A., Sulistijo, S.Wanda.dan M. Hasan. 1994. Rumput Laut
(Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Lembaga Oseanografi
Nasional-LIPI.Jakarta
Sunarto. 2009. Pertumbuhan Gracilaria dengan Jarak Tanam Berbeda di Tambak.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(2) : 157-16
Triastuti, J., Daksina, R., Kurnijasanti, R. 2010. Pengaruh Persentase Pertukaran
Air Pada Pertumbuhan Gracilaria verrucosa Dalam Budidaya Bak
Terkontrol. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2 (1). Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya
Uju, Santosa, J., Ramadhan, W., Abrory, M., F. 2018. Ekstraksi Native Agar Dari
Rumput Laut Gracilaria Sp. Dengan Akselerasi Ultrasonikasi Pada Suhu
Rendah. JPHPI. 21 (3). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor