Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/312407722

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH


PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPP NRI)
TAHUN 2015 SERTA OPSI PENGELOLAANNYA

Article  in  Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia · January 2017


DOI: 10.15578/jkpi.8.2.2016.97-100

CITATIONS READS

29 15,884

4 authors:

Ali Suman Hari Eko Irianto


Research Institute for Marine Fisheries Cibinong, Indonesia (1) Reaserch and Development Center for Marine and Fisheries Product Processin…
69 PUBLICATIONS   147 CITATIONS    88 PUBLICATIONS   511 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Fayakun Satria Khairul Amri


Balitbang Kelautan dan Perikanan Agency for Marine and Fisheries Research, Ministry of Marine Affairs and Fisheries,…
48 PUBLICATIONS   209 CITATIONS    38 PUBLICATIONS   247 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ecosystem Approach to Fisheries Management View project

ecological assessment the habitat of panulirus spp in indonesia View project

All content following this page was uploaded by Khairul Amri on 18 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkpi


e-mail:jkpi.puslitbangkan@gmail.com
JURNALKEBIJAKANPERIKANANINDONESIA
Volume 8 Nomor 2 Nopember 2016
p-ISSN: 1979-6366
e-ISSN: 2502-6550
Nomor Akreditasi: 626/AU2/P2MI-LIPI/03/2015

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH


PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPP NRI) TAHUN
2015 SERTA OPSI PENGELOLAANNYA

POTENCY AND EXPLOITATION LEVEL OF FISH RESOURCES 2015 IN


FISHERIES MANAGEMENT AREA OF INDONESIAN REPUBLIC (FMAs) AND ITS
MANAGEMENT OPTION
Ali Suman*1, Hari Eko Irianto2, Fayakun Satria1 dan Khairul Amri1
1
Balai Penelitian Perikanan Laut, Komp. Pelabuhan Nizam Zachman, Jl. Muara Baru Ujung, Jakarta Utara-14430, Indonesia
2
Pusat Penelitan dan Pengembangan Perikanan, Gedung Balitbang KP, Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta Utara-14430, Indonesia
Teregistrasi I tanggal: 16 September 2016; Diterima setelah perbaikan tanggal: 05 Desember 2016;
Disetujui terbit tanggal: 08 Desember 2016

ABSTRAK

Sumber daya ikan di perairan Indonesia merupakan salah satu modal menuju kemakmuran
bagi bangsa, apabila dikelola secara berkelanjutan.Kajian potensi dan tingkat pemanfaatan tahun
2015, merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan tersebut menuju
pemanfaatan sumber daya yang lestari bagi kesejahteraan bangsa. Secara keseluruhan komposisi
jenis sumber daya ikan di perairan Indonesia didominasi kelompok ikan pelagis kecil sebesar 36
% dan ikan pelagis besar sebesar 25 %. Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia adalah
sebesar 9,931 juta ton per tahun dengan potensi tertinggi terdapat di WPP 718 (Laut Arafura)
sebesar 1,992 juta ton/tahun (20%), di WPP 572 (Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan
Selat Sunda) sebesar 1,228 juta/tahun (12 %) dan di WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan
Laut Cina Selatan) sebesar 1,143 juta ton/tahun (12 %). Tingkat pemanfaatan secara keseluruhan
terlihat didominasi kondisi overfishing (indikator warna merah) sekitar 49 %, diikuti kondisi fully-
exploited (indkator warna kuning) sekitar 37 % dan kondisi moderat (indikator warna hijau) hanya
14 %. Kelompok ikan yang mengalami kondisi overfishing paling tinggi adalah kelompok udang
Penaeid, lobster, kepiting dan rajungan, yang mencapai 63 % dari kondisi overfishing saat ini.
Dalam perspektif yang demikian, opsi pengelolaan yang harus segera dilakukan adalah
mengurangi jumlah upaya penangkapan pada WPP yang mengalami kondisi overfishing serta
meningkatkan upaya pada WPP yang tingkat pemanfaatannya masih moderat dan fully exploited.

Kata Kunci: Potensi; tingkat pemanfaatan; WPP NR; sumber daya ikan; pengelolaan

ABSTRACT

Fish resources within Indonesian waters (i.e. teritorial and archipelagic waters) including
Indonesian Economic Exclusive Zone if under sustainably management it would contribute a
significant role as a source of nation welfare. Scientific advice on stock status and its exploitation
rate are required as an input to support an apropriate fisheries management. Generally, fish
resources in these waters are dominated by two main fish groups such as small pelagic fish by 36
% and large pelagic fish by 25 %. Indonesia fish resource in 2015 was estimated for 9,931 million
tons/year with comprises of 1,992 million ton/year (20 %) in fisheries management area (FMA) 718
(Arafura sea), 1,228 million/year (12 %) in FMA 572 (western of Sumatera of Indian ocean and
Sunda strait) and 1,143 million tons/year (12 %) in FMA 711 (Karimata strait, Natuna sea, and south
China sea). Most of fish resources (49 %) were in the status of overfishing with red indicator, folowed
by fully-exploited state(37 %) in yellow indicator and only 14 % in the moderate state (green
indicator). Among all nine fish groups, the overfishing state (up to 63%) is recorded from group of
shrimps (Penaidae), lobster, and crabs. The management options in these prespective is urgently

___________________
Korespondensi penulis:
e-mail: alisuman_62@yahoo.com
Tlp. (021) 6602044, Fax. (021) 6612137 97

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

suggested to reduce fishing effort at the level of f.opt (fishing optimum) for overfishing fish groups.
Whilts possibly to increase effort for fish groups with fully and moderate exploited state at the level
off opt.

Keywords: potenc; level of exploitation; FMAs; fish resource; management

PENDAHULUAN Pelagis kecil, Demersal dan Udang) secara kualitatif


dengan lebih memperhatikan indikator perikanan,
Dengan tersedianya potensi yang besar, sektor biologi dan ekologi, sehingga pada kajian tersebut
kelautan dan perikanan dapat menjadi odyssey to tidak diperoleh angka potensi dan JTB. Walaupun
prosperity atau jalan bagi masyarakat Indonesia demikian, melalui kajian indikator tersebut dapat
menuju kemakmuran. Hal ini bukan suatu yang ditetapkan tingkat pemanfaatan masing masing
mustahil, sebab sektor perikanan merupakan salah kelompok spesies pada setiap WPP. Pada tahun 2008
satu sektor utama yang akan menghantarkan kembali dilakukan kajian ulang secara kuantitatif
Indonesia sebagai negara yang m aju terhadap empat kelompok spesies pada masing
perekonomiannya pada tahun 2030. Untuk masing WPP, dimana metoda yang dipergunakan
mewujudkannya, dibutuhkan pengelolaan sumber adalah “Model Surplus Produksi” yang hanya didasari
daya ikan yang lestari dan berkelanjutan. oleh dua variable input yaitu “Catch” dan “Effort” yang
diperoleh dari Buku Statistik Nasional Perikanan
Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan Tangkap yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
sumber daya perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan Tangkap–Departemen Kelautan dan
Perikanan melalui Pasal 7(1) Undang-undang No. 31 Perikanan (Anonimus, 2010).
Tahun 2004 jo UU No. 45 Tahun 2009 wajib
menetapkan potensi dan alokasi sumberdaya ikan di Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan
Sebagai dasar penetapan potensi dan tingkat perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya
pemanfaatan tersebut telah beberapa kali dilakukan ikan dan lingkungan di seluruh Indonesia, Wilayah
kajian stok sumberdaya ikan.Kajian stok sumber daya Pengelolaan Perikanan kemudian diubah dari 9 WPP
ikan merupakan dasar utama dalam langkah-langkah menjadi 11 WPP berdasarkan Peraturan Menteri
pengelolaan sumberdaya perikanan (Sparre dan Kelautan dan Perikanan No. Per.01/Men/2009 tentang
Venema, 1992). Dengan adanya kajian stok yang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.
berkesinambungan, kebaruan data dapat dijadikan Perubahan WPP ini tentunya akan memberikan
pijakan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan implikasi terhadap hasil perhitungan potensi. Jumlah
sumber daya perikanan secara akurat dan cermat Tangkapan yang Diperbolehkan dan tingkat
untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan pemanfaatan. Dengan demikian perlu dilakukan
nelayan di Indonesia. koreksi terhadap perhitungan yang telah dilakukan
terdahulu
Potensi dan Jumlah Tangkapan yang
Diperbolehkan (JTB) beberapa kelompok spesies ikan Pada tahun 2011 dilakukan kajian ulang pertama
seperti, Pelagis besar, Pelagis kecil, Demersal, Udang, kali setelah WPP berubah menjadi 11 WPP dan
Cumi, Ikan hias, Moluska dan Tripang, Benih alam metoda yang dipergunakan sudah menggabungkan
komersial, Ikan konsumsi perairan karang, pertama metode holistik dan analitik. Hasil kajian ini telah
kali ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian dibuat menjadi dasar kebijakan pemanfaatan sumber
No. 995/Kpts/IK 210/9/99. Pada tahun 2001, telah daya ikan di Indonesia seperti tertuang dalam Kepmen
dilakukan pada 9 Wilayah Pengelolaan Perikanan 45 Tahun 2011.Dalam kaitan untuk memperbarui data
(WPP), kemudian kajian berikutnya telah dilakukan dan informasi Kepmen 45/2011 tersebut, terutama
pada 9 WPP yang sama terhadap beberapa kelompok untuk mengakurasi status pemanfaatan sumber daya
spesies, yang kemudian disusul dengan kajian ulang ikan di Indonesia, maka dilakukan pembaruan potensi
berikutnya pada tahun 2005. Metoda pengkajian yang dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pada tahun
dipergunakan pada tahun 1998 dan 2001 mencakup 2013 dan 2015 (Suman et al., 2014; Suman, 2016).
metoda Akustik (Acoustic), Sapuan (Swept Area
Method), Model Surplus Produksi dan Visual sensus Tulisan ini akan membahas potensi dan tingkat
(Sparre & Venema, 1992). pemanfaatan sumber daya ikan di WPP NRI tahun
2015, serta opsi pengelolaannya untuk mewujudkan
Tidak seperti pada kajian sebelumnya, pengkajian pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan
sumber daya ikan pada tahun 2005 hanya dilakukan di Indonesia. Analisis potensi dan tingkat pemanfaatan
terhadap 4 kelompok spesies ikan (Pelagis besar, digunakan metode akustik dan surplus produksi

98
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

(Sparre dan Venema, 1992), dengan basis data hasil (Aoyama, 1973). Ikan demersal yang paling umum
penelitian Balai Penelitian Perikanan Laut tahun 2015 dikenal masyarakat antara lain adalah; kakap merah,
di 11 WPP dan dilengkapi dengan data statistik bawal putih, manyung, kuniran, kurisi, gulamah, layur,
perikanan nasional tahun 2002-2014. beloso dan peperek. Secara ekologis kelompok
sumber daya udang (termasuk lobster) merupakan
PENGERTIAN sumber daya demersal. Karena posisinya sebagai
komoditas ekspor perikanan yang sangat penting dan
Kelompok jenis ikan yang dikaji pada tahun 2015 sifat-sifat biologi yang berbeda dari ikan pada
meliputi 9 kelompok ikan yaitu: pelagis kecil, pelagis umumnya, upaya pengkajian stoknya dilakukan
besar, demersal, ikan karang, udang penaeid, lobster, secara terpisah.
kepiting, rajungan dan cumi-cumi. Kelompok pelagis
besar yang termasuk tuna tidak dibahas dalam tulisan Berbeda dengan kajian tahun 1998 dan 2001,
ini karena ‘assessment’ sumberdaya ikan tuna yang dimana tingkat pemanfaatan ditetapkan berdasarkan
mempunyai sifat migrasi jauh (highly migratory perbandingan nilai JTB dan produksi saat itu, hal baru
species) harus dilakukan dengan mengikutsertakan yang muncul dalam kajian stok 2015 ini adalah, selain
data dari negara-negara yang terletak pada alur Potensi Lestari dan JTB (80% x Potensi Lestari),
migrasi dari ikan tersebut. Pengkajian stok sumber diperoleh informasi tentang Upaya Optimum dari
daya tuna dilakukan oleh negara-negara yang setiap kelompok ikan pada setiap WPP. Dengan
tergabung dalam organisasi pengelolaan perikanan membandingkan Upaya Optimum dengan upaya saat
regional (RFMO, Regional Fisheries Management ini maka akan diketahui tingkat pemanfaatannya yang
Organization), yaitu IOTC (Indian Ocean Tuna dapat dijadikan titik acuan dalam penentuan jumlah
Commission), CCSBT (Commission for the kapal standard yang dapat memperoleh izin
Conservation of Southern Bluefin Tuna) dan WCPFC penangkapan. Tingkat pemanfaatan diklassifikasikan
(Western and Central Pacific Fisheries Commission menjadi 3 tingkatan yaitu: (1) moderat (M), indikator
(Sparre & Venema, 1992, Wudianto, 2014). warna hijau dan nilai <=0,5; (2) fully-exploited (F),
indikator warna kuning dan nilai >0,5-1,0; dan (3)
Sumber daya ikan pelagis (termasuk cumi-cumi) overfishing (O), indikator warna merah dan nilai > 1,0
adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus (Suman, 2016).
hidupnya berada di permukaan atau dekat permukaan
perairan, dengan karakteristik: membentuk Selain itu input data tahun tahun 2015 berbeda
gerombolan yang cukup besar, beruaya (migrasi) yang dengan kajian sebelumnya yang hampir 90 %
cukup jauh dengan gerak/aktifitas yang cepat. Sumber menggunakan data statistik, yang akan
daya ikan pelagis kecil yang paling umum antara lain mempengaruhi akurasi hasil. Pada tahun 2015 input
adalah: layang, kembung, selar, tembang, lemuru, teri data adalah 80 % berasal dari data primer hasil survei
dan ikan terbang. Ikan pelagis besar antara lain adalah; akustik terutama untuk kelompok ikan pelagis kecil,
tuna, cakalang tongkol, tenggiri, cucut, marlin dan pelagis besar, demersal dan 20 % sisanya
layaran. Kelompok ikan pelagis besar lebih bersifat menggunakan data statistik dengan model surplus
oseanik sedangkan ikan pelagis kecil lebih bersifat produksi. Input data statistik masih digunakan pada
neritik. Semua jenis ikan pelagis besar pada kelompok ikan karang, lobster, rajungan, kepiting dan
umumnya beruaya sangat jauh hingga melampaui cumi-cumi, karena keterbatasan metode akustik yang
yurisdiksi suatu negara, sehingga pengkajian stok dan belum mampu mendeteksi kelompok-kelompok ikan
pengelolaannya biasanya selalu dilakukan secara tersebut secara akurat (Suman, 2016).
internasional, sesuai dengan alur migrasinya. Untuk
kajian potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER
ikan pelagis besar hanya diakukan pada jenis ikan di DAYA IKAN
luar tuna dan cakalang (Wudianto, 2014).
Dalam konteks pengelolaan sumberdaya ikan,
Kelompok ikan demersal (termasuk ikan karang) wilayah perairan Indonesia dibagi menjadi 11 Wilayah
adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari masa Pengelolaan Perikanan (WPP). Wilayah Pengelolaan
kehidupannya berada di dasar atau dekat dasar Perikanan tersebut diasumsikan sebagai satu unit
perairan. Perairan paparan benua (continental shelf) stok, dan oleh karena itu masing-masing WPP itu
dengan dasar yang relatif rata biasanya merupakan harus dikelola secara bersama oleh wilayah
daerah penangkapan ikan demersal. Ciri-ciri utama administratif di seputarnya. Tanpa pengelolaan
kelompok ikan tersebut antara lain adalah; bersama, implementasi pengelolaan dipastikan tidak
membentuk gerombolan yang tidak besar, gerak ruaya akan berjalan dengan baik dan tidakan akan mencapai
yang tidak jauh dan aktifitas gerak yang relatif rendah tujuan.

99

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

Komposisi jenis sumber daya ikan yang sebagian besar wilayah lautnya adalah merupakan
tertangkap di WPP digolongkan menjadi 9 kelompok bagian Samudera Hindia (Babu & Anrose, 2013;
yaitu: pelagis kecil, pelagis besar, demersal, karang, Naderi, 2013; Ndegwa et al., 2013)
udang, lobster, kepiting, rajungan dan cumi-cumi.
Secara keseluruhan komposisi jenis ikan tersebut Kelompok ikan lainnya yaitu kelompok ikan
didominasi kelompok ikan pelagis kecil sebesar 36 demersal (termasuk ikan karang) terlihat mendominasi
% dan ikan pelagis besar sebesar 25 % (Lampiran di WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut
1). Dominansi kelompok ikan pelagis kecil (termasuk Cina Selatan) dan WPP 712 (Laut Jawa) dan WPP
cumi-cumi) ditemukan pada WPP yang dipengaruhi 571 (Selat Malaka dan Laut Andaman) (Lampiran 1).
oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yaitu di WPP tersebut adalah laut dangkal yang dasar
WPP 572 (Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera perairannya cenderung berlumpur yang merupakan
dan Selat Sunda), WPP 715 (Teluk Tomini, Laut habitat utama ikan demersal (Aoyama, 1973), dan
Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk kondisi lingkungan inilah yang menyebabkan ikan
Berau), WPP 716 (Laut Sulawesi dan Sebelah Utara demersal dominan di perairan ini. Analisis lebih lanjut
Pulau Halmahera), WPP 717 (Teluk Cenderawasih mendapatkan komposisi jenis kelompok ikan
dan Samudera Pasifik) dan WPP 718 (Laut Aru, Laut demersal di seluruh WPP lebih dari 127 jenis dan
Arafuru dan Laut Timor Bagian Timur) (Lampiran 1). yang mendominasi adalah ikan petek (Leiognathus
Untuk seluruh WPP, komposisi jenis ikan pelagis spp), kurisi (Nemipterus spp) dan kakap (Lutjanus
didapatkan lebih dari 12 jenis dan yang mendominasi spp) (Prihatiningsih et al., 2012; Suprapto et al., 2013;
adalah ikan layang biru (Decapterus macarellus) dan Taufik et al., 2013; Baihaqi & Hufiadi, 2013; Edrus,
layang deles (Decapterus russeli). Fenomena 2014; Suman et al., 2014; Suprapto et al., 2014;
dominansi jenis ikan pelagis kecil tersebut, terlihat Baihaqi & Hufiadi, 2015; Mahiswara & Baihaqi, 2015;
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan Taufik et al., 2015a ; Taufik et al., 2015b; Yusuf &
habitat. Ikan layang biru adalah ikan layang oseanik Baihaqi, 2015; Zamroni et al., 2015). Komposisi jenis
dan terlihat mendominasi WPP yang dipengaruhi ikan demersal tertangkap di WPP terlihat sangat kaya
Samudera dengan salinitas tinggi, sementara ikan dan beragam dan hal ini merupakan ciri sumber daya
layang deles adalah ikan layang pantai dan ditemukan ikan di perikanan tropis (Aoyama, 1973).
mendominasi WPP yang lautnya dangkal dengan
salinitas lebih rendah (Suwarso et al., 2012; Suwarso Kelompok udang, lobster, kepiting dan rajungan
et al., 2013a; Suwarso et al., 2013b; Suwarso et al., yang merupakan kelompok krustasea, terlihat
2015; Zamroni et al., 2013; Kuswoyo et al., 2014; menyebar di seluruh WPP tetapi tidak mendominasi
Suman et al., 2014; Zamroni, 2014; Zamroni et al., (Lampiran 1). Kelompok krustasea penyebarannya
2015; Suwarso et al., 2015). sangat dipengaruhi oleh luasan hutan mangrove dan
terumbu karang, semakin luas hutan mangrove dan
Untuk kelompok ikan pelagis besar terlihat hanya terumbu karang akan semakin meningkatkan
dominan pada WPP 573 (Samudera Hindia Sebelah produksinya (Naamin, 1984). Komposisi jenis untuk
Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, kelompok krustasea di seluruh WPP, ditemukan lebih
Laut Sawu dan Laut Timor) dan WPP 713 (Selat dari 25 jenis dengan dominasi udang krosok
Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali) (Parapenaeopsis spp., Metapenaeus spp.) sekitar 21
(Lampiran 1). Dominansi kelompok ikan pelagis besar % (Suprapto et al., 2012; Kembaren et al., 2013a;
di 2 WPP tersebut sangat berkaitan dengan sifat Kembaren et al., 2013b, Lestari & Damora, 2014;
oseanik WPP tersebut, yang merupakan habitat Suman et al., 2014; Kembaren et al., 2014; Kembaren
utama ikan pelagis besar. Hal inilah yang dan Ernawati, 2015; Ernawati et al., 2015; Kembaren
menyebabkan kelompok ikan pelagis besar ini et al., 2015a; Kembaren et al., 2015b ; Tirtadanu et
mendominasi perikanan di negara-negara seputar al., 2016). Komposisi jenis udang yang tertangkap di
Samudera Hindia (Wudianto, 2014). Analisis lebih seluruh WPP terlihat didominasi udang pantai seperti
lanjut menunjukkan komposisi jenis ikan pelagis besar udang krosok. Hal ini berkaitan dengan daerah
di seluruh WPP ditemukan lebih dari 10 jenis dan penangkapan nelayan udang yang umumnya skala
yang dominan adalah ikan tongkol (Auxis sp.) dan kecil, adalah di sekitar pantai. Disamping itu udang
tenggiri (Euthynnus sp.) (Chodrijah et al., 2012; krosok lebih kuat dalam adaptasi pada tekanan
Suwarso et al., 2012; Amri et al., 2013; Hidayat & penangkapan yang intensif di sekitar pantai (Naamin,
Noegroho, 2013; Suwarso et al., 2013b; Kuswoyo et 1984).
al., 2014; Amri et al., 2015a; Amri et al., 2015b;
Wagiyo & Hidayat, 2015;Hidayat et al., 2015; Zamroni Analisis lebih lanjut menunjukkan potensi sumber
et al., 2015). Dominansi jenis tongkol dan tenggiri daya ikan di perairan Indonesia adalah sebesar 9,931
ditemukan di perairan Iran, India dan Kenya, dimana juta ton per tahun dengan potensi tertinggi terdapat

100
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

di WPP 718 sebesar 1,992 juta ton/tahun (20%), dan menyebabkan degradasi stok dan mengancam
terendah di WPP 571 sebesar 484.414 ton/tahun (5 kesejahteraan nelayan yang mengusahakan sumber
%) (Lampiran 1).Potensi yang tinggi yang ditemukan daya ikan ini. Dalam kaitan itu diperlukan opsi
di WPP 718 adalah berkaitan dengan suburnya pengelolaan yang lebih baik sehingga
perairan di area tersebut. Melihat posisi Laut Arafura pemanfaatannya dapat terkendali sesuai kaidah-
yang berhubungan dengan Laut Timor dan Laut Banda, kaidah kelestarian dalam menjamin pemanfaatannya
maka akan terjadi percampuran (mixing) antara massa secara berkelanjutan.
air tawar yang berasal dari daratan Papua dengan
Laut Arafura. Proses penyuburan secara periodik OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN
terjadi oleh proses umbalan air (upwelling) dan
penyegaran yang terus menerus dari Samudera Sumber daya ikan dipandang sebagai sumber
Pasifik melalui mekanisme Arus Lintas Indonesia. daya yang dapat pulih kembali (renewable resources),
Ketiga proses alam yang terjadi secara rutin tersebut maka pengelolaan untuk menjamin keberkelanjutan
menyebabkan kesuburan Laut Arafura tidak diragukan sumber daya tersebut harus diartikan sebagai upaya
lagi disertai dengan produktivitas primer yang tinggi, pemanfaatan sumber daya yang laju ekstrasinya tidak
sehingga merupakan daerah penangkapan ikan yang boleh melampaui laju kemampuan daya pulihnya.
potensial (Naamin, 1984). Menurut Morgan & Valencia Oleh karena itu rezim pemanfaatan secara terbuka,
(1983) Laut Arafura termasuk Paparan Sahul, memiliki sebagaimana yang umumnya dianut di Indonesia saat
kedalaman perairan berkisar antara 5-60m atau rata- ini, sudah seharusnya tidak digunakan untuk
rata 30m dengan lapisan tebal berupa lumpur dan mengusahakan sumber daya ini. Dalam kaitan itu
sedikit pasir yang mencakup hampir 70 prosen dari perlu dilakukan perubahan paradigma pengelolaan
luas wilayah perairannya. Di daerah pantai Papua menuju pemanfaatan berbasis unit stok dan kawasan
banyak terdapat hutan mangrove yang merupakan dengan menerapkan opsi-opsi pengelolaan yang
faktor utama dalam produktivitas primer dan sebagai sesuai dengan hal tersebut. Untuk menentukan opsi-
daerah penyangga potensi sumberdaya ikan. opsi pengelolaan yang tepat tersebut, maka harus
didasarkan pada hasil-hasil penelitian terutama kajian
Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan secara potensi dan tingkat pemanfaatan.
keseluruhan terlihat didominasi status overfishing
(indikator warna merah) sekitar 49 %, diikuti kondisi Beragamnya jenis alat tangkap yang dipergunakan
fully-exploited (indkator warna kuning) sekitar 37 % dan karak ter sumber daya ikan tropis yang
dan kondisi moderat (indikator warna hijau) hanya 14 multispesies menyebabkan pengelolaan sumber daya
% (Lampiran 2 dan 3). Kelompok ikan yang mengalami ikan menjadi tidak mudah untuk dilaksanakan. Namun
kondisi overfishing paling tinggi adalah kelompok demikian beberapa opsi masih mungkin dapat dipilih
udang Penaeid, lobster, kepiting dan rajungan, yang untuk mengelola sumber daya ikan di Indonesia,
mencapai 63 % dari kondisi overfishing saat ini.Secara diantaranya: penutupan musim dan daerah
keseluruhan terlihat bahwa dari 11 WPP yang ada di penangkapan, pembatasan ukuran ikan terkecil,
perairan Indonesia, hanya WPP 717 yang belum pengaturan ukuran mata jaring, pembatasan upaya
diusahakan secara penuh, sementara 10 WPP penangkapan dan kuota penangkapan (Gulland, 1972).
lainnya sudah dalam status pemanfaatan yang Dari berbagai opsi ini, hal yang mendesak untuk
berlebih. Pemanfaatan yang sangat intensif untuk dilakukan adalah opsi pembatasan upaya
udang dan krustasea lainnya adalah berkaitan dengan penangkapan. Hal ini mengingat tingkat pemanfaatan
permintaan akan komoditas tersebut yang sangat sumber daya ikan di 11 WPP sekitar 49 % sudah
tinggi untuk tujuan ekspor dan konsumsi dalam negeri. menunjukkan gejala overfishing. Apabila kondisi ini
Konsekwensi logisnya komoditas ini menjadi tujuan dibiarkan, maka stok sumber daya ikan akan
utama penangkapan dan cenderung dieksploitasi mengarah kepada degradasi stok dan dalam jangka
secara berlebihan setiap tahunnya (Naamin, 1984). panjang akan mengalami kepunahan. Dengan
demikian opsi pembatasan upaya penangkapan yang
Dalam perspektif tersebut, dapat dikatakan bahwa harus diimplementasikan, meliputi :
pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Indonesia
saat ini sudah berada dalam tahapan yang tidak (1) WPP 571
rasional dan dalam jangka panjang akan mengancam
kelestarian sumber daya. Hal initerjadi karena pola Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di
pengelolaan sumber daya ikan yang ada saat ini WPP 571 adalah upaya optimal (f opt), yaitu: 2.017
kurang mengacu pada kaidah-kaidah keberlanjutan, unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 6.384 unit
serta kurang didasarkan pada hasil penelitian. purse seine untuk ikan pelagis besar; 2.081 unit dogol
Konsekwensi logisnya bila hal ini dibiarkan akan untuk ikan demersal; 24.470 unit pancing rawai untuk

101

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

ikan karang; 2.340 unit dogol untuk udang Penaeid; Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah
8430 unit jaring insang untuk lobster, 6088 unit jaring 4.711 unit pancing rawai bagi pengusahaan ikan
insang untuk kepiting; 1.018 unit bubuuntuk rajungan karang, 1.213 unit trammel net untuk udang Penaeid,
dan 232 unit bagan perahu untuk cumi-cumi (Suman, 1.548 unit perangkap lain untuk kepiting dan 4.178
2016). unit pancing cumi untuk cumi-cumi. Sementara
penambahan upaya bisa dilakukan untuk
Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah pengusahaan ikan pelagis kecil sebanyak 321 unit
119 unit purse seine bagi pengusahaan ikan pelagis purse seine, 3.953 unit purse seine untuk ikan pelagis
kecil, 99 unit dogol untuk ikan demersal, 1.538 unit besar, 551 unit dogol untuk ikan demersal, sebanyak
dogol untuk udang Penaeid, 2.216 unit jaring insang 12.330 unit jaring insang untuk lobster dan 4.082 unit
untuk lobster dan 1.455 unit jaring insang untuk jaring insang untuk rajungan.
kepiting. Sementara penambahan upaya bisa
dilakukan untuk pengusahaan ikan pelagis besar (4) WPP 711
sebanyak 713 unit purse seine, untuk ikan karang
sebanyak 21.258 unit pancing rawai; dan 2.592 unit Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di
bubu untuk rajungan dan 109 unit bagan perahu untuk WPP 711 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 3.673
cumi-cumi. unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 37.533 unit
gillnet untuk ikan pelagis besar; 16.260 unit dogol
(2) WPP 572 untuk ikan demersal; 11.956 unit pancing rawai untuk
ikan karang; 8.063 unit dogol untuk udang Penaeid;
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di 15.519 unit bubu untuk lobster, 15.850 unit bubu untuk
WPP 572 adalah upaya optimal (f opt), yaitu: 2.589 kepiting; 30.720 unit bubu untuk rajungan dan 3.832
unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 3.460 unit unit bagan perahu untuk cumi-cumi (Suman, 2016).
purse seine untuk ikan pelagis besar; 10.340 unit Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah
dogol untuk ikan demersal; 16.821 unit pancing rawai 2.353 unit purse seine bagi pengusahaan ikan pelagis
untuk ikan karang; 3.433 unit dogol untuk udang kecil, 3.853 unit dogol untuk udang Penaeid, 2.003unit
Penaeid; 8.662 unit jaring insang untuk lobster, 62.133 bubu untuk lobster, 5.697 unit bubu untuk kepiting
unit jaring insang untuk kepiting; 12.617 unit jaring dan 3.872 unit bagan perahu untuk cumi-cumi.
insang untuk rajungan dan 8.483 unit pancing cumi Sementara penambahan upaya bisa dilakukan untuk
untuk cumi-cumi (Suman, 2016). pengusahaan ikan pelagis besar sebanyak 21.915 unit
gillnet, 266 unit dogol untuk ikan demersal, 1.407 unit
Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah pancing rawai untuk ikan karang dan 11.286 unit bubu
997 unit purse seine bagi pengusahaan ikan pelagis untuk rajungan.
besar, 2.049 unit jaring dogol untuk udang Penaeid,
890 unit jaring insang untuk lobster dan 794 unit jaring (5) WPP 712
insang untuk rajungan. Sementara penambahan
upaya bisa dilakukan untuk pengusahaan ikan pelagis Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di
kecil sebanyak 994 unit purse seine untuk ikan pelagis WPP 712 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 12.755
kecil, 4.898 unit jaring dogol untuk ikan demersal, unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 10.691 unit
untuk ikan karang sebanyak 11.696 unit pancing rawai purse seine untuk ikan pelagis besar; 36.866 unit
untuk ikan karang, 18.327 unit jaring insang untuk dogol untuk ikan demersal; 24.320 unit pancing rawai
kepiting dan 5.175 unit pancing cumi untuk cumi-cumi. untuk ikan karang; 25.471 unit dogol untuk udang
Penaeid; 24.865 trammel net untuk lobster, 31.745
(3) WPP 573 unit bubu untuk kepiting; 86.867 unit bubu untuk
rajungan dan 4.006 unit pancing cumi untuk cumi-
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di cumi (Suman, 2016).
WPP 573 adalah upaya optimal (f opt), yaitu: 3.705
unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 14.448 unit Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah
purse seine untuk ikan pelagis besar; 14.848 unit 1.697 unit purse seine bagi pengusahaan ikan pelagis
dogol untuk ikan demersal; 13.250 unit pancing rawai besar, 5.362 unit dogol untuk udang Penaeid, 8.898
untuk ikan karang; 3.333 unit trammel net untuk udang unit trammel net untuk lobster, 8.842 unit bubu untuk
Penaeid; 26.984 unit jaring insang untuk lobster, kepiting, 4.113 unit bubu untuk rajungan dan 2.498
30.500 unit perangkap lain untuk kepiting; 11.480 unit unit pancing cumi untuk cumi-cumi. Sementara
jaring insang untuk rajungan dan 10.210 unit pancing penambahan upaya bisa dilakukan untuk
cumi untuk cumi-cumi (Suman, 2016). pengusahaan ikan pelagis kecil sebanyak 5.284 unit

102
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

purse seine, 7.358 unit dogol untuk ikan demersal purse seine untuk ikan pelagis besar; 7.550 unit rawai
dan 8.027 unit pancing rawai untuk ikan karang. dasar untuk ikan demersal; 37.410 unit pancing rawai
untuk ikan karang; 358 unit pukat udang untuk udang
(6) WPP 713 Penaeid; 4.869 unit bubu untuk lobster, 3.129 unit
jaring insang untuk kepiting; 8.020 unit jaring insang
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di untuk rajungan dan 1.826 unit dogol untuk cumi-cumi
WPP 713 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 7.421 (Suman, 2016).
unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 11.602 unit
purse seine untuk ikan pelagis besar; 43.063 unit Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah
dogol untuk ikan demersal; 60.450 unit pancing rawai 186 unit purse seine untuk ikan pelagis kecil, 2.114
untuk ikan karang; 8.633 unit dogol untuk udang unit purse seine untuk ikan pelagis besar, 75 unit
Penaeid; 17.121 unit bubu untuk lobster, 10.016 unit pukat udang untuk udang Penaeid, 1.131 unit bubu
bubu untuk kepiting; 29.025 unit bubu untuk rajungan untuk lobster, 2.525 unit jaring insang untuk kepiting,
dan 10.315 unit pancing cumi untuk cumi-cumi 1.626 unit jaring insang untuk rajungan dan 1.499 unit
(Suman, 2016). dogol untuk cumi-cumi. Sementara penambahan
upaya bisa dilakukan untuk pengusahaan ikan
Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah demersal sebanyak 3.850 unit rawai dasar dan 26.926
1.691 unit dogol bagi pengusahaan ikan demersal, unit pancing rawai untuk ikan karang.
6.032 unit dogol untuk udang Penaeid, 6.828 unit bubu
untuk lobster, 5.870 unit bubu untuk kepiting, 14.975 (9) WPP 716
unit bubuuntuk rajungan dan 7.295 unit pancing cumi
untuk cumi-cumi. Sementara penambahan upaya bisa Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di
dilakukan untuk pengusahaan ikan pelagis kecil WPP 716 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 4.222
sebanyak 2.921 unit purse seine, 1.653 unit purse unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 3.666 unit
seine bagi ikan pelagis besar dan 39.971 unit pancing purse seine untuk ikan pelagis besar; 13.162 unit
rawai untuk ikan karang. rawai dasar untuk ikan demersal; 23.279 unit pancing
rawai untuk ikan karang; 1.667 unit pukat udang untuk
(7) WPP 714 udang Penaeid; 3.359 unit bubu untuk lobster, 5.304
unit jaring insang untuk kepiting; 6.862 unit jaring
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di insang untuk rajungan dan 224 unit bagan tancap
WPP 714 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 3.946 untuk cumi-cumi (Suman, 2016).
unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 4.293 unit
purse seine untuk ikan pelagis besar; 9.990 unit rawai Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah
dasar untuk ikan demersal; 28.650 unit pancing rawai 2.532 unit pancing rawai bagi pengusahaan ikan
untuk ikan karang; 1.063 unit pukat udang untuk udang demersal, 68 unit bubu untuk lobster, 623 unit jaring
Penaeid; 14.254 unit bubu untuk lobster, 4.380 unit insang untuk rajungan dan 95 unit bagan tancap untuk
jaring insang untuk kepiting; 14.765 unit bubu untuk cumi-cumi. Sementara penambahan upaya bisa
rajungan dan 2.042 unit dogol untuk cumi-cumi dilakukan untuk pengusahaan ikan pelagis kecil
(Suman, 2016). sebanyak 2.137 unit purse seine, 944 unit purse seine
untuk ikan pelagis besar, 7.661 unit rawai dasar untuk
Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah ikan demersal, 423 unit pukat udang untuk udang
1.932 unit jaring insang untuk kepiting dan 557 unit Penaeid dan 338 unit jaring insang untuk rajungan.
bubu untuk rajungan. Sementara penambahan upaya
bisa dilakukan untuk pengusahaan ikan pelagis kecil (10) WPP 717
sebanyak 1.235 unit purse seine, untuk pelagis besar
besar sebanyak 580 unit purse seine, 4.566 unit rawai Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di
dasar untuk ikan demersal, 18.935 unit pancing rawai WPP 717 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 712
untuk ikan karang, 364 unit pukat udang untuk udang unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 1.558 unit
Penaeid, 534 unit bubu untuk lobster dan 527 unit purse seine untuk ikan pelagis besar; 10.565 unit
dogol untuk rajungan. rawai dasar untuk ikan demersal; 5.690 unit pancing
(8) WPP 715 rawai untuk ikan karang; 1.505 unit pukat udang untuk
udang Penaeid; 2.256 unit bubu untuk lobster, 7.875
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di unit jaring insang untuk kepiting; 7.399 unit jaring
WPP 715 adalah upaya optimal (f opt), yaitu: 3.626 insang untuk rajungan dan 680 unit bagan perahu
unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 3.618 unit untuk cumi-cumi (Suman, 2016).

103

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah status fully-exploited dan moderat. Prinsip kehati-
479 unit bubu untuk lobster dan 3.354 unit jaring hatian harus dilakukan pada penambahan upaya yang
insang untuk rajungan. Sementara penambahan statusnya fully-exploited, yaitu dengan melakukan
upaya bisa dilakukan untuk pengusahaan ikan pelagis pemantauan secara ketat pada indeks kelimpahan
kecil sebanyak 194 unit purse seine, 82 unit purse stok (CPUE).
seine untuk ikan pelagis besar, 5.797 unit rawai dasar
untuk ikan demersal, 1.072 unit pancing rawai untuk Rekomendasi
ikan karang, 1.132 pukat udang untuk udang Penaeid,
762 unit jaring insang untuk kepiting, dan 213 unit Untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan
bagan perahu untuk cumi-cumi. sumber daya ikan di Indonesia, maka harus dilakukan
perbaikan kebijakan pengelolaan dengan acuan angka
(11) WPP 718 potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan
tahun 2015 sesuai KepmenKP No. 47/2016. Hal yang
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di paling mendesak dilakukan adalah restrukturisasi
WPP 718 adalah upaya optimal (f opt), yaitu : 3.425 armada di seluruh WPP dengan titik acuan berupa
unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 5.403 unit upaya optimal.
purse seine untuk ikan pelagis besar; 4.549 unit pukat
ikan untuk ikan demersal; 17.480 unit pancing rawai PERSANTUNAN
untuk ikan karang; 304 unit pukat udang untuk udang
Penaeid; 7.675 unit jaring insang untuk lobster, 6.138 Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan
unit perangkap lain untuk kepiting; 6.182 unit jaring Penelitian Stok Sumberdaya Ikan di 11 WPP pada
insang untuk rajungan dan 2.253 unit bagan perahu Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta T.A. 2015.
untuk cumi-cumi (Suman, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Pengurangan upaya yang harus dilakukan adalah
pengurangan 642 unit pukat ikan untuk ikan demersal, Amri, K., Chodrijah, U., Noegroho, T., Hidayat, T.,
91 unit pukat udang untuk udang Penaeid dan 1.785 Wagiyo, K., Restiangsih, Y.H.,… & Merta, G.S.
unit jaring insang untuk lobster. Sementara (2013). Penelitian aspek biologi, tingkat
penambahan upaya bisa dilakukan untuk pemanfaatan dan optimasi pemanfaatan ikan
pengusahaan ikan pelagis kecil sebanyak 1.645 unit pelagis besar di WPP 572, WPP 573 dan WPP
purse seine, 1.867 unit purse seine untuk ikan pelagis 717 untuk mendukung industrialisasi perikanan.
besar, 8.809 unit pancing rawai untuk ikan karang, Laporan Akhir, Balai Penelitian Perikanan Laut,
1.440 unit perangkap lain untuk kepiting, 5.153 unit Jakarta.
jaring insang untuk rajungan dan 609 unit bagan
perahu untuk cumi-cumi. Amri, K., Noegroho, T., Wagiyo, K., & Febrianty, E.
(2015a). Status pemanfaatan sumber daya ikan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI pelagis besar di perairan WPP 571 Selat Malaka
Kesimpulan dan Laut Andaman. In: Suman, A., Haluan, J.,
Yunaspi, Efizon, D., Bintoro, G., & Amri, K. (Eds):
Potensi sumber daya ikan di 11 WPP-NRI adalah Status pemanfaatan sumber daya ikan di perairan
9,931 juta ton per tahun dengan potensi tertinggi Selat Malaka (WPP-NRI 571), hal: 12-29. Penerbit
sebesar 1,992 juta ton per tahun (20 %) ditemui di Ref Grafika, Jakarta.
WPP 718 (LautArafura). Tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan pada umumnya berada pada tahapan lebih Amri, K., Chodrijah, U., Wagiyo, K., Noegroho, T.,
tangkap (overfishing), jenuh (fully-exploited) dan Hidayat, T., Rahmat, E.,… & Ayubi, M.A.A.
berkembang (moderat) serta yang mendominasi (2015b). Penelitian stok, tingkat pemanfaatan dan
adalah statusoverfishing sekitar 43 %, terutama untuk fishing capacity sumber daya ikan pelagis besar
kelompok krustasea (udang, lobster, kepiting dan di laut Arafura (WPP 718). Laporan Akhir, Balai
rajungan). Opsi pengelolaan yang harus dilakukan Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
untuk menjaga kelestrian sumber daya ikan di
Indonesia adalah melakukan pembatasan upaya Anonimus. (2010). Potensi produksi sumber daya ikan
penangkapan pada titik acuan upaya optimal (f opt.). di WPP 571, 711, 712 dan 718. Pusat Riset
Skenario pembatasan upaya tersebut meliputi Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan
pengurangan upaya pada kelompok ikan yang berada Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan:
pada status overfishing, dan penambahan upaya pada 36 hal.

104
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

Aoyama, T. (1973). The demersal fish stock and pemanfaatan sumber daya ikan di perairan laut
fisheries of the South China Sea. IPCF/SCC/Dev/ Jawa, hal: 235-243. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
73/3, 80, Rome.
Hidayat, T., Noegroho, T., & Chodrijah, U. (2015).
Babu, C., & Anrose, A. (2013). Status of neritic tuna Musim penangkapan, laju tangkap dan komposisi
fisheries in India. IOTC-2013 WPNT03-09. Bali- hasil tangkapan jaring insang hanyut di Laut Cina
Indonesia. Selatan. In: Suman, A., J. Haluan, Yunaspi, D.
Efizon, G. Bintoro & K. Amri (Eds): Status
Baihaqi & Hufiadi. (2013). Komposisi hasil tangkapan pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Laut
dan hasil per unit upaya (CPUE) cantrang di Cina Selatan (WPP-NRI 711), hal: 219-229.
perairan utara Jawa. In: Suman, A., Wudianto , G. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
Bintoro & J. Haluan (Eds) : Status pemanfaatan
sumber daya ikan di perairan laut Jawa, hal : 167- Kembaren, D.D., Suprapto & Wedjatmiko. (2013a).
177. Penerbit Ref Grafika, Jakarta. Komposisi jenis dan sebaran laju tangkap udang
Penaeid di perairan Tarakan, Kalimantan Utara.
Baihaqi & Hufiadi. (2015). Karakteristik dan efisiensi In: Suman, A., Wudianto, G. Bintoro & J. Haluan
pukat ikan yang berbasis di PPS Belawan. In: (Eds) : Status pemanfaatan sumber daya ikan di
Suman, A., J. Haluan, Yunaspi, D. Efizon, G. perairan Laut Sulawesi, hal: 153-164. Penerbit IPB
Bintoro & K. Amri (Eds) : Status pemanfaatan Press, Bogor.
sumber daya ikan di perairan Selat Malaka (WPP-
NRI 571), hal : 174-190. Penerbit Ref Grafika, Kembaren, D.D., Nurdin, E., Wedjatmiko, Ernawati,
Jakarta. T., Lestari, P., Damora, A.,… & Johardi, E. (2013b).
Penelitian status dan optimasi pemanfaatan
Chodrijah, U., Noegroho, T., & Rahmat, E. (2012). sumber daya udang Penaeid dan krustasea lain
Perikanan pelagis besar yang berbasis di dalam mendukung industrialisasi perikanan di
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Samudera Hindia barat Sumatera (WPP 572),
Sulawesi Tenggara.In : Suman, A., Wudianto & Samudera Hindia Selatan Jawa (WPP 573) serta
B. Sumiono (Eds) : Status pemanfaatan sumber Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik (WPP
daya ikan di perairan Selat Makassar, Teluk Bone, 717). Laporan Akhir, Balai Penelitian Perikanan
Laut Flores dan Laut Banda, hal: 227-242. Penerbit Laut, Jakarta.
IPB Press, Bogor.
Kembaren, D.D., Wedjatmiko & Suprapto (2014).
Edrus, I.N. (2014). Komposisi dan CPUE ikan Komposisi jenis, laju tangkap dan distribusi udang
demersal yang tertangkap pukat ikan dan pancing pada musim timur di perairan utara Papua. In:
ulur di perairan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Suman, A., Wudianto, A. Ghofar & J. Haluan (Eds):
In: Suman, A., Wudianto, A. Ghofar & J. Haluan Status pemanfaatan sumber daya ikan di
(Eds): Status pemanfaatan sumber daya ikan di Samudera Hindia (WPP 572, 573) dan Samudera
Samudera Hindia (WPP 572, 573) dan Samudera Pasifik (WPP 717), hal: 351-364. Penerbit Ref
Pasifik (WPP 717), hal: 1-21. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
Grafika, Jakarta.
Kembaren, D., & Ernawati, T. (2015).Status
Ernawati, T., Kembaren, D.D., & Suman, A. (2015). pemanfaatan sumber daya udang di perairan Selat
Status pemanfaatan sumber daya udang di perairan Malaka. In: Suman, A., J. Haluan, Yunaspi, D.
Laut Cina Selatan. In: Suman, A., J. Haluan, Efizon, G. Bintoro & K. Amri (Eds): Status
Yunaspi, D. Efizon, G. Bintoro & K. Amri (Eds) : pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Selat
Status pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Malaka (WPP-NRI 571), hal: 1-11. Penerbit Ref
Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711), hal : 18-30. Grafika, Jakarta.
Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
Kembaren, D., Ernawati, T., Rijal, M., Pane, A. R.,
Gulland, J.A. (1972). Some introductory guidelines to Setiawan, R., & Yusuf, H.N. (2015a). Penelitian
management of shrimp fisheries. FAO, IOFC/DEV/ stok, tingkat pemanfaatan dan kapasitas
72/74: 12 p. penangkapan sumber daya udang dan krustasea
lainnya di WPP 714- Teluk Tolo dan Laut Banda.
Hidayat, T., & Noegroho, T. (2013). Perikanan jaring Laporan Akhir Balai Penelitian Perikanan Laut
insang hanyut di laut Jawa. In: Suman, A., Jakarta.
Wudianto, Bintoro, G., & Haluan, J. (Eds): Status

105

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

Kembaren, D.D., Suprapto, Rijal, M., Setiawan, R., Sparre, P., & Venema, S.C. (1992). Introduction to
& Koderi (2015b). Penelitian stok, tingkat tropical fish stock assesment. Part I. Manual. FAO
pemanfaatan dan kapasitas penangkapan sumber Fish. Tech. Pap. No. 306/1.
daya pelagis besar di laut Arafura (WPP 718).
Laporan Akhir, Balai Penelitian Perikanan Laut, Suman, A., Wudianto, Sumiono, B., Irianto, H.E.,
Jakarta. Badrudin & Amri, K. (2014). Potensi lestari dan
tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di Wilayah
Kuswoyo, A., Fauzi, M., & Suwarso. (2014). Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP
Perikanan pelagis kecil di sekitar Tobelo, Laut RI). Penerbit Ref Grafika, Jakarta: 199 hal.
Halmahera. In: Suman, A., Wudianto, Ghofar, A.,
& Haluan, J., (Eds): Status pemanfaatan sumber Suman, A. (2016). Potensi dan tingkat pemanfaatan
daya ikan di Samudera Hindia (WPP 572, 573) sumber daya ikan di WPP-NRI 2015. Makalah
dan Samudera Pasifik (WPP 717), hal: 379-387. disampaikan pada sidang tahunan Komnas
Penerbit Ref Grafika, Jakarta. Kajiskan. Balai Penelitian Perikanan Laut,
Puslitbangkan, Balitbang KP.
Lestari, P. & Damora, A. (2014). Kepadatan stok dan
komposisi udang di perairan Muko-Muko, Suprapto, Lestari, P., & Nurulludin. (2012).
Bengkulu. In: Suman, A., Wudianto, Ghofar, A., & Keanekaragaman jenis udang di perairan Selat
Haluan, J., (Eds): Status pemanfaatan sumber Makassar. In: Suman, A., Wudianto., & Sumiono,
daya ikan di Samudera Hindia (WPP 572, 573) B (Eds): Status pemanfaatan sumber daya ikan
dan Samudera Pasifik (WPP 717), hal: 92-98. di perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut
Penerbit Ref Grafika, Jakarta. Flores dan Laut Banda, hal: 29-43. Penerbit IPB
Press, Bogor.
Mahiswara & Baihaqi. (2015). Komposisi hasil
tangkapan dan daerah penangkapan pukat ikan Suprapto, Taufik, M., & Prihatiningsih (2013).Indeks
yang berbasis di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. keanekaragaman jenis ikan demersal di perairan
In: Suman, A., J. Haluan, Yunaspi, D. Efizon, G. Tarakan. In: Suman, A., Wudianto, Bintoro, G., &
Bintoro & K. Amri (Eds): Status pemanfaatan Haluan, J. (Eds): Status pemanfaatan sumber
sumber daya ikan di perairan Laut Cina Selatan daya ikan di perairan Laut Sulawesi, hal: 109-120.
(WPP-NRI 711), hal: 207-218. Penerbit Ref Grafika, Penerbit IPB Press, Bogor.
Jakarta.
Suprapto, Nurulludin & Sadhotomo, B. (2014).
Naamin, N. (1984). Dinamika populasi udang jerbung Komposisi jenis, daerah sebaran dan kepadatan
(Penaeus merguiensis de Man) di perairan Arafura stok ikan demersal di perairan utara Papua. In:
dan alternatif pengelolaannya. Disertasi Doktor Suman, A., Wudianto., Ghofar, A., & Haluan, J.
pada Fakultas Pasca Sarjana, IPB Bogor: 381 hal. (Eds) : Status pemanfaatan sumber daya ikan di
Samudera Hindia (WPP 572, 573) dan Samudera
Naderi, R.A. (2013). The role importance of neritic Pasifik (WPP 717), hal : 323-338. Penerbit Ref
tuna catches in Iran. IOTC-2013 WPNT03-09. Bali- Grafika, Jakarta.
Indonesia.
Suwarso, Zamroni, A., & Kuswoyo, A. (2012). Hasil
Ndegwa, S., Wekeda, P.N., Ndoro, C., & Nishida, T. tangkapan ikan pelagis kecil di Selat Makassar,
(2013). Analyses of catch, effort and nominal Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Banda.In :
CPUE of frigale tuna (Auxis thazard) and kawa- Suman, A., Wudianto & Sumiono, B (Eds): Status
kawa (Euthynnus affinis) caught by recreational pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Selat
fishers in Kenya. IOTC-2013 WPNT03-09. Bali- Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut
Indonesia. Banda, hal: 151-173. Penerbit IPB Press, Bogor.

Prihatiningsih, Suprapto & Wedjatmiko (2012). Suwarso, Kuswoyo, A., & Fauzi, M. (2013a).
Komposisi dan penyebaran ikan demersal di Eksploitasi ikan pelagis kecil di Laut Sulawesi.
perairan Selat Makassar.In : Suman, A., In: Suman, A., Wudianto, Bintoro, G & Haluan, J
W udianto., & Sumiono, B. (Eds): Status (Eds): Status pemanfaatan sumber daya ikan di
pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Selat perairan Laut Sulawesi, hal: 95-108. Penerbit IPB
Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Press, Bogor.
Banda, hal: 45-59. Penerbit IPB Press, Bogor.

106
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

Suwarso, Hariati, T., Zamroni, A., Fauzi, M., tonggol) di perairan Langsa. In: Suman, A., Haluan,
Herlisman, Natsir, M.,... & Lasniroha, R. (2013b). J., Yunaspi., Efizon, D., Bintoro, G., & Amri, K.,
Penelitian stok, distribusi dan parameter biologi (Eds) : Status pemanfaatan sumber daya ikan di
ikan pelagis untuk mendukung industrialisasi perairan Selat Malaka (WPP-NRI 571), hal : 107-
perikanan di WPP 572, WPP 573 dan WPP 717. 120. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
Laporan Akhir, Balai Penelitian Perikanan Laut,
Jakarta. Wudianto (2014). Kajian ilmiah untuk mendukung RPP
Tuna Cakalang Tongkol di Indonesia. Pusat
Suwarso, Fauzi, M., Zamroni, A., Kuswoyo, A., & Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi
Yahya, F. (2015). Status pemanfaatan sumber Sumber Daya Ikan (P4KSI), Badan Penelitian dan
daya ikan pelagis kecil di perairan WPP 571 Selat Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Malaka. In: Suman, A., Haluan, J., Yunaspi.,
Efizon, D., Bintoro, G., & Amri, K. (Eds): Status Yusuf, H.N., & Baihaqi. (2015). Komposisi dan CPUE
pemanfaatan sumber daya ikan di perairan Selat hasil tangkapan pukat ikan dan pukat cincin di
Malaka (WPP-NRI 571), hal: 30-59. Penerbit Ref perairan sekitar Belawan, Selat Malaka. In:
Grafika, Jakarta. Suman, A., Haluan, J., Yunaspi., Efizon, D.,
Bintoro, G., & Amri, K., (Eds) : Status pemanfaatan
Suwarso, Zamroni, A., Fauzi, M., Kuswoyo, A., sumber daya ikan di perairan Selat Malaka (WPP-
Ilhamdi, H., Yahya, M.F., & Batubara, A. (2015). NRI 571), hal : 107-120. Penerbit Ref Grafika,
Penelitian stok, tingkat pemanfaatan dan fishing Jakarta.
capacity sumber daya ikan pelagis kecil di laut
Arafura (W PP 718). Laporan Akhir, Balai Zamroni, A., Suwarso & Fauzi, M. (2013).
Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Perkembangan perikanan mini purse seine di
perairan utara Jawa. In: Suman, A., Wudianto,
Taufik, M., Suprapto, Sadhotomo, B., Prihatiningsih, Bintoro, G., & Haluan, J. (Eds): Status
Idrus, I.N., Nurulludin.,… & Koderi, (2013). pemanfaatan sumber daya ikan di perairan laut
Penelitian stok, life history dan dinamika populasi Jawa, hal: 245-255. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
ikan demersal di WPP 572, WPP 573 dan WPP
717. Laporan Akhir, Balai Penelitian Perikanan Zamroni, A. (2014). Perikanan pukat cincin di Sibolga,
Laut, Jakarta. Sumatera Utara. In: Suman, A., Wudianto, A.
Ghofar & J. Haluan (Eds): Status pemanfaatan
Taufik, M., Suprapto, Edrus, I.N., Prihatiningsih, sumber daya ikan di Samudera Hindia (WPP 572,
Mukhlis, N.A., Nurulludin, & Wahyuningsih, 573) dan Samudera Pasifik (WPP 717), hal: 207-
(2015a). Penelitian stok, tingkat pemanfaatan dan 216. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
kapasitas penangkapan sumber daya ikan
demersal di WPP 714 - Teluk Tolo dan Laut Banda. Zamroni, A., Fauzi, M., & Ilhamdi, H. (2015).Status
Laporan Akhir Balai Penelitian Perikanan Laut pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil Laut
Jakarta. Cina Selatan (WPP-NRI 711). In: Suman, A.,
Haluan, J., Yunaspi., Efizon, D., Bintoro, G., &
Taufik, M., Sadhotomo, B., Suprapto, Edrus, I.N., Amri, K., (Eds): Status pemanfaatan sumber daya
Panggabean, A.S., Prihatiningsih.,... & Surahman, ikan di perairan Laut Cina Selatan (WPP-NRI 711),
A. (2015b). Penelitian stok, tingkat pemanfaatan hal : 49-67. Penerbit Ref Grafika, Jakarta.
dan kapasitas penangkapan sumber daya ikan
demersal di laut WPP 718 laut Arafura. Laporan Zamroni, A., Suwarso, Widyastuti, H., Herlisman,
Akhir, Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta. Kuswoyo, A., Ilhamdi, H.,... & Irwanto, R. A. (2015).
Tirtadanu, Suprapto, & Ernawati, T. (2016). Penelitian karakteristik biologi perikanan, habitat
Komposisi, sebaran dan kepadatan stok udang sumber daya dan potensi produksidiWPP-715
di laut Jawa. Balai Penelitian Perikanan Laut, (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Seram, Laut
Jakarta (inpress). Halmahera danTeluk Berau). Laporan Akhir Balai
Penelitian Perikanan Laut, Jakarta.
Wagiyo, K. & Hidayat, T. (2015). Aspek penangkapan
dan pengusahaan ikan tongkol abu-abu (Thunnus

107

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

Appendix1. Potency and exploitation rate of fish resources 2015 in Fisheries Management Area (FMA) of
Indonesia
Appendix1. Potency and exploitation rate of fish resources in 2015 in Fisheries Management Area (FMA)
of Indonesia

108
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah….serta Opsi Pengelolaannya (Suman, A., et al)

Appendix2. Status of exploitation rate of fish resources 2015 in Fisheries Management Area (FMA) of
Indonesia
Appendix2. Status of exploitation rate of fish resources in 2015 in Fisheries Management Area (FMA) of
Indonesia

109

Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)


J.Kebijak.Perikan.Ind. Vol.8 No.2 Nopember 2016: 97-110

Appendix3. Exploitation rate of fish resources 2015 in Fisheries Management Area (FMA) of Indonesia.
Appendix3. Exploitation rate of fish resources in 2015 in Fisheries Management Area (FMA) of Indonesia.

110
Copyright © 2016, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia (JKPI)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai