Anda di halaman 1dari 7

J. Akad. Kim.

5(1): 37-43, Februari 2016


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

ANALISIS KADAR UNSUR NITROGEN (N) DAN POSFORUS (P)


DALAM LAMUN (Enhalus acoroides) DI WILAYAH PERAIRAN
PESISIR KABONGA BESAR KECAMATAN BANAWA
KABUPATEN DONGGALA

The Analysis Of Nitrogen (N) And Phosphorus (P) Level In Seagrass (Enhalus
acoroides) In Bay Area Of Kabonga Besar, Banawa District,
Donggala Regency
*Sofyan Ramadhan, Vanny M.A. Tiwow dan Irwan Said
Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 13 Desember 2015, Revised 15 Januari 2016, Accepted 14 Februari 2016

Abstract
The caring of community and local government toward sustainability of seagrass ecosystem has not
built properly as well as toward the ecosystem of coral reef and mangrove, as a result, this plant needs
attention for its sustainability. One of seagrass’s species which is avalaible abundantly in Banawa district
Donggala regency, is enhalus acoroides type. This research aims to know the level of Nitrogen dan
Phosphorus in enhalus acoroides which grow in the bay of Kabonga besar, Banawa district Donggala
regency. Determination of Nitrogen level used Kjeldhal method which consisted of destruction, destilation,
titration and Phosphorus used wet ash method which continued to use the UV-Vis Spectrometry. The
result showed that the level of Nitrogen in seagrass (enhalus acoroides) type was 1.89 in percentage and
phosphorus was 0.413 in percentage.
Keywords: seagrass, kjeldahl method, Nitrogen, Phosphorus
Pendahuluan
Wilayah pesisir Indonesia mempunyai dan disekitar pulau-pulau kecil terlihat dari
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi banyaknya aktivitas nelayan yang menjadikan
seperti hutan bakau (mangrove), padang padang lamun sebagai daerah pemukiman,
lamun, terumbu karang, ikan, mamalia, reptilia pengoperasian alat tangkap ikan, jalur
dan berbagai jenis moluska. Secara berurutan, transportasi laut. Kondisi ini menunjukkan
kita dapat menemui tanaman bakau, padang bahwa padang lamun dapat mendukung
lamun, dan terumbu karang di wilayah pesisir produktivitas perairan pesisir tersebut. Namun
pantai. Interaksi ketiga ekosistem ini sangat perlu disadari bahwa pemanfaatan habitat
erat. Struktur komunitas dan sifat fisik ketiga lamun sebagai aktivitas kegiatan manusia
ekosistem ini saling mendukung, sehingga bila tersebut akan memberikan tekanan ekologis
salah satu ekosistem terganggu, ekosistem yang terhadap pertumbuhan dan perkembangan
lain akan terpengaruh (Tahril, dkk., 2011). padang lamun dalam melaksanakan fungsi
Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan ekologisnya (Kementerian Negeri Lingkungan
berbunga (Angiospermae) yang hidup dan Hidup, 2004)
tumbuh di laut dangkal, mempunyai akar, Keberadaan lamun masih belum banyak
rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah serta dikenal baik pada kalangan akademisi maupun
berkembang biak secara generatif (penyerbukan masyarakat umum, jika dibandingkan
bunga) dan vegetatif (Kementerian Negeri dengan terumbu karang maupun bakau
Lingkungan Hidup, 2004) Pentingnya (mangrove). Padahal ketiganya merupakan
kehadiran padang lamun di sepanjang pantai kesatuan yang tak terpisahkan dari wilayah
pesisir. Permasalahan yang mendasar dalam
*Korespondensi: pengelolaan ekosistem padang lamun adalah
Sofyan Ramadhan masih kurangnya pemahaman masyarakat
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako dan pemerintah daerah mengenai pentingnya
email: ramadhansofyan1992.sr@gmail.com peranan ekosistem padang lamun. Kepedulian
© 2016 - Universitas Tadulako masyarakat dan pemerintah daerah terhadap
37
Volume 5, No. 1, 2016: 37-43 Jurnal Akademika Kimia

pelestarian ekosistem padang lamun belum Jumlah dari sinar matahari yang dapat
terbangun secara memadai seperti halnya diserap oleh daun kebanyakan bergantung
terhadap ekosistem terumbu karang dan hutan pada pigmennya. Peran dari lingkungan dapat
bakau . Hal ini disebabkan karena padang mempengaruhi pigmen daun dan penyerapan
lamun masih dipandang terbatas dari segi sinar matahari (Silva & Santos, 2003). Variabel
fisiknya semata sebagai ”rerumputan yang tidak lingkungan seperti suhu, salinitas, kecerahan
berguna”. Banyak kegiatan pembangunan di dan secara kimia seperti ketersedian unsur hara
wilayah pesisir telah mengorbankan ekosistem dalam lingkungan perairan aka mengakibatkan
padang lamun, seperti kegiatan pembangunan perubahan komposisi spesies dari komunitas
kawasan industri, rekreasi atau pelabuhan lamun. Perubahan komunitas lamun seperti itu
ternyata terjadi pengurangan terhadap luasan dapat dimanfaatkan untuk memonitor keadaan
kawasan padang lamun, sehingga pertumbuhan, lingkungan pada saat tersebut dan juga dapat
produksi ataupun biomasanya akan mengalami digunakan untuk menduga hubungannya
penyusutan (Sudiarta & Sudiarta, 2011) dengan kondisi lingkungan di masa selanjutnya
Ekosistem lamun mempunyai peranan (Tahril, dkk., 2011)
penting dalam menunjang kehidupan dan Tanaman mampu menyimpan bagian
perkembangan jasad hidup di laut dangkal. karbon dari molekul CO2 untuk membangun
Lamun mempunyai tingkat produktifitas strukturnya. Analisis siklus karbon pada
primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem pesisir menunjukkan pentingnya
ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal keberadaan vegetasi pesisir seperti alga makro,
seperti ekosistem terumbu karang. Lamun lamun, dan mangrove, tetapi diabaikan
juga mempunyai hubungan ekologis dengan dari penghitungan siklus karbon di lautan.
ikan melalui rantai makanan dari produksi Pengabaian ini dimungkinkan akibat
biomasanya (Usman, 2012). Lamun terbatasnya luasan vegetasi pesisir, yang hanya
memberikan tempat perlindungan dan tempat sekitar < 2% dari permukaan samudera.
menempel berbagai hewan dan tumbuh- (Kiswara, 2010)
tumbuhan (alga) (Umar, 2010). Padang Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan
lamun juga dapat ditemukan hewan jenis untuk kompos dan pupuk, cerutu dan mainan
ekhinodermata yang menghuni seluruh padang anak-anak, dianyam menjadi keranjang,
lamun seperti pada perairan Darunu, Sulawesi tumpukan untuk pematang, mengisi kasur, ada
Utara telah ditemukan 21 jenis ekhinodermata, yang dimakan, dibuat jaring ikan. Pada zaman
keseluruhan jenis terdapat dalam 4 kelas yakni modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk
kelas holothuroidea (teripang) diwakili 5 jenis, penyaring limbah, stabilizator pantai, bahan
kelas echinoidea (bulu babi) diwakili 7 jenis, untuk pabrik kertas, makanan, obat-obatan
kelas asteroidea (bintang laut) diwakili 5 jenis dan sumber bahan kimia (Umar, 2010).
dan kelas Ophiuroidea (bintang mengular) Mengingat lamun sangat penting
diwakili 4 jenis (Yusron, 2012). manfaatnya bagi lingkungan dan sumberdaya
Daun lamun yang lebat akan memperlambat hayati perairan, maka lamun jenis Enhalus
air yang disebabkan oleh arus dan ombak acoroides perlu untuk diperhatikan kelestarian
sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. dan juga pertumbuhannya. Pertumbuhan,
Rimpang dan akar lamun dapat menahan dan morfologi, kelimpahan dan produksi primer
mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan lamun pada suatu perairan umumnya
dan menstabilkan permukaan substrat sesuai ditentukan dari ketersediaan posforus,
pada Gambar 1. Jadi padang lamun yang nitrat, dan amonium yang berperan penting
berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat dalam menentukan fungsi tanaman lamun
mencegah erosi (Miller & Sluka, 1999). (Yamamuro, dkk., 2003). Kandungan nitrat,
nitrit dan fospat yang terdapat dalam lamun
memiliki variasi konsentrasi pada musim dan
lokasi yang berbeda (Thangaradjou & Kannan,
2007). Oleh karena kandungan posforus dan
nitrogen dalam lamun Enhalus aoroides sangat
menunjang pertumbuhannya di perairan pesisir
Kabonga Besar kecamatan Banawa kabupaten
Donggala maka, perlu melakukan penelitian
untuk mengetahui berapa besar kandungan
posforus dan nitrogen dalam lamun tersebut
Gambar 1. Lamun Enhalus acoroides Penelitian ini bertujuan untuk menentukan

38
Sofyan R. Analisis Kadar Unsur Nitrogen (N) dan Posforus (P) ................

kadar nitrogen dan posforus yang terkandung Penentuan Kadar Nitrogen


dalam lamun Enhalus, acoroides yang tumbuh Tahap destruksi
di di wilayah perairan pesisir kelurahan Sampel yang telah disiapkan ditimbang
Kabonga Besar, kecamatan Banawa, kabupaten sebanyak 0,250 g lalu dimasukkan dalam
Donggala tabung digestion Menambahkan 1 g campuran
selen dan 2,5 mL H2SO4 pekat. Masukkan 1
Metode g campuran selen dan 2,5 mL H2SO4 pekat
Alat dan Bahan Penelitian ke dalam tabung digestion. Selanjutnya.
Alat yang digunakan dalam penelitian dipanaskan dalam blok digestion hingga suhu
ini Alat yang digunakan dalam pengambilan 350oC. Destruksi selesai bila keluar uap putih
sampel dilapangan antara lain wadah tempat dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam).
sampel yang kedap cahaya sebanyak 3 buah, Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian
gunting. Sedangkan alat yang digunakan dalam ekstrak diencerkan dengan aquades hingga
laboratorium adalah wadah sampel, spatula, tepat 50 mL. Kocok sampai homogen, biarkan
oven, cawan penguap, ayakan 80 mess, mill semalam agar partikel mengendap. Ekstrak
grinder (Retsch zm 200), gelas ukur, gelas kimia, jernih digunakan untuk pengukuran N dengan
labu takar, labu takar, pipet tetes, pipet mikro, cara destilasi
neraca digital, tabung digestion, turboksoq
kjeldhalterm (Gerhardt), destilation vapodest Tahap destilasi dan titrasi
45s (Gerhardt), Erlenmeyer 500 mL batang Masukkan 10 mL larutan ekstrak sampel
pengaduk, statif, klem, spektrofotometer UV- ke dalam labu didih. Tambahkan sedikit
Vis (T90+ pg instruments Ltd), tabung reaksi, serbuk batu didih dan aquades hingga setengan
hot plate, magnetic stirrer (Gerhardt). volume labu. Siapkan penampung NH3 yaitu
Bahan yang digunakan pada penelitian ini erlenmeyer yang berisi 10 mL larutan H3BO3
yaitu sampel lamun, aquades, logam selenium, 1% ditambah 2 tetes indikator indikator metil
larutan H2SO4 pekat (Merck KGaA), indikator merah (berwarna merah) dan dihubungkan
metil merah, larutan H3BO3 (merck), larutan dengan alat destilasi. Tambahkan NaOH 40%
NaOH 40% (Merck), larutan HNO3 65% sebanyak 10 mL ke dalam labu didih yang
(merck), larutan HClO4 60% (Merck), larutan berisi sampel dan secepatnya ditutup. Destilasi
standar posforus 0-20 ppm, larutan pereaksi P hingga volume penampung mencapai 50–75
dan larutan pewarna P. mL (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan
HCl 0,014 N hingga warna merah muda. Catat
Prosedur Kerja volume titar sampel (Vc) dan blanko (Vb).
Tahap–tahap prosedur penelitian dikutip Setelah itu dilakukan perhitungan dengan
dari Sulaeman, dkk., (2005) menggunakan rumus (Sulaeman, dkk., 2005).
Persiapan Sampel
Sampel yang dikumpulan dari 3 titik ( ts-tb ) x Normalitas HCl x Ar N x fk 100%
kemudian disatukan, lalu dicuci dengan aquades Persentase kadar N =
hingga benar-benar bersih kemudian dipotong massa sampel
kecil-kecil, setelah itu sampel dikeringkan dimana: ts = volume titrasi sampel; tb = volume
dengan oven selama pada suhu 70oC. Sampel titrasi blangko; fk = faktor koreksi kadar air
Lamun yang telah kering dihaluskan dengan
mill grinder mesin lalu di saring menggunakan Penetapan Posforus (metode pengabuan basah)
ayakan ukuran 80 mess. Sebanyak 0,500 g sampel lamun ditimbang
dan dimasukkan ke dalam tabung digestion.
Penentuan kadar air Tambahkan 5 mL larutan HNO3 60% dan
Timbang seberat 100 g sampel lamun. 0,5 mL larutan HClO4 65% . Selanjutnya
Masukkan ke dalam oven yang diset 105oC dipanaskan dalam digestions blok dengan
selama 4 jam. kemudian dinginkan dan suhu 100oC selama satu jam, kemudian suhu
ditimbang kembali. Kadar air kemudian ditingkatkan menjadi 150oC. Setelah uap
dihitung menggunakan rumus (Sulaeman, kuning habis suhu digestion blok ditingkatkan
dkk., 2005) menjadi 200oC. Destruksi selesai setelah keluar
asap putih dan sisa ekstrak kurang lebih 0,5
Kehilangan bobot mL. Tabung diangkat dan dibiarkan dingin.
Kadar air ( % ) = x 100 Ekstrak diencerkan dengan aquades hingga
Bobot sampel awal volume tepat 50 mL dan kocok dengan
pengocok tabung hingga homogen. Ekstrak

39
Volume 5, No. 1, 2016: 37-43 Jurnal Akademika Kimia

ini dapat digunakan untuk pengukuran unsur- Tabel 1. Hasil Penelitian lamun
unsur makro. Pipet secara berturut berturut
turut 0 mL; 1 mL; 2 mL; 4 mL; 6 mL dan 8 mL
larutan standar posforus 20 ppm ke dalam gelas
ukur. Tambahkan dengan aquades sehingga
volume masing-masing menjadi 10 mL. Deret
standar posforus setelah pengenceran ini
memiliki konsentrasi secara berturut turur:
0 ppm; 2 ppm; 4 ppm; 8 ppm; 12 ppm dan
16 ppm. Pipet masing-masing 1 mL ekstrak
sampel ke dalam tabung kimia dan tambahkan Kadar Air
9 mL aquades dan dikocok. Dipipet masing Analisis kadar air dilakukan dengan
masing 2 mL ekstrak encer sampel dan deret menimbang 1 g sampel yang telah halus ke
standar posforus (0-16 ppm) ke dalam tabung dalam cawan yang telah diketahui bobot
reaksi. Tambahkan 10 mL pereaksi pewarna kosongnya. Cawan yang berisi sampel kemudian
P. Kocok dengan pengocok tabung sampai dimasukkan ke dalam oven yang diset 105oC
homogen dan biarkan 30 menit. Kadar P dalam selama 4 jam. Pemanasan ini bertujuan untuk
larutan diukur dengan alat spektrofotometer menguapkan air yang terikat pada jaringan
pada panjang gelombang 693 nm dan dihitung lamun. Air akan mendidih dan mulai menguap
pada suhu 100oC. Setelah pemanasan cawan
menggunakan persamaan (Sulaeman, dkk., penguap yang berisi sampel terlebih dahulu
2005) dimasuk,kan dalam desikator lalu ditimbang
hingga diperoleh hasil yang konstan. Analisa ini
ppm kurva x volume ekstrak (mL) x 100% x Ar P x fp x fk dilakukan sebanyak 2 kali dan diperoleh hasil
Kadar P ( % ) = berturut turut 15,657 g dan 15,648 g. Setelah itu
1000 x massa sampel(mg) x Mr.PO4
dilakukan perhitungan sehingga diperoleh hasil
ppm kurva x 50 x 100 x 31 x 10 x 1.11 pada Tabel 1. Berdasarkan hasil perhitungan
=
1000 x 500 x 95 diperoleh kadar air rata-rata 10.15%. Kadar
ppm kurva x 0.1 x 31 x 1.11 air akan digunakan untuk menghitung faktor
=
95 koreksi, dan diperoleh faktor koreksi kadar
air sebesar 1.11. Faktor koreksi kadar air akan
Dimana: ppm kurva = kadar contoh yang di- digunakan untuk menganalisis kadar Nitrogen
dapat dari kurva hubungan antara kadar deret dan posforus.
standar dengan pembacaannya setelah dikore-
ksi blanko; 100 = faktor konversi ke %; 1000 Kadar Nitrogen (N)
= faktor konversi ke ppm (mg/kg); fp = faktor Analisis N total didasari dengan mengubah
pengenceran (10); fk = faktor koreksi kadar air N-organik menjadi N-ammonium oleh asam
sulfat yang dipanaskan sekitar 380oC dan
dengan menggunakan katalis. Prinsip, metode
Hasil dan Pembahasan kjeldhal yaitu penetapan jumLah secara empiris
Pada penelitian ini sampel lamun Enhalus berdasarkan jumlah N dalam bahan. Setelah
acoroides yang telah diperoleh harus dicuci bahan dioksidasi, ammonia (hasil konversi
bersih dengan air untuk menghilangkan pasir senyawa yang mengandung N) bereaksi dengan
dan zat zat lain yang mungkin melekat pada asam membentuk amonium sulfat. Dalam
lamun, setelah itu lamun di keringkan dengan kondisi basa, ammonia diuapkan kemudian
cara di angin anginkan pada suhu ruangan ditangkap dengan larutan asam. Jumlah N
lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu ditentukan dengan titrasi HCl. Metode kjeldhal
pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan
40oC hingga kering dan dihaluskan dengan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap
menggunakan mill grinder hingga halus titrasi (Legowo & Nurwantoro, 2004)
lalu diayak dengan ayakan 80 mess untuk Pada tahap destruksi sampel lamun
memisahkan sampel yang halus. Sampel yang dipanaskan, dalam asam sulfat pekat sehingga
halus kemudian digunakan untuk analisis terjadi destruksi menjadi unsur-unsurnya.
selanjutnya. Setelah dilakukan penelitian Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
diperoleh data seperti pada Tabel 1. CO, CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya

40
Sofyan R. Analisis Kadar Unsur Nitrogen (N) dan Posforus (P) ................

akan berubah menjadi (NH4)2SO4. asam 1,862%. Setelah dirata- ratakan menjadi 1,89%.
sulfat yang dipergunakan untuk destruksi Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara
diperhitungkan adanya bahan protein lemak utama dalam tanah yang sangat berperan dalam
dan karbohidrat. merangsang pertumbuhan dan memberi warna
Untuk mempercepat destruksi perlu hijau pada daun. Peran nitrogen bagi tanaman
ditambah katalisator berupa campuran Na2SO4 adalah untuk merangsang pertumbuhan
& HgO (20:1), atau campuran K2SO4 CuSO4 secara keseluruhan khususnya batang, cabang,
dan Selenium. Reaksi pada saat destruksi adalah dan daun, serta mendorong terbentuknya
sebagai berikut : klorofil sehingga daunnya menjadi hijau, yang
berguna bagi proses fotosintesis. Selain itu
nitrogen berfungsi mempercepat pertumbuhan
tanaman, menjadikan daun tanaman menjadi
lebih hijau dan segar serta banyak mengandung
Selenium dapat mempercepat proses butir-butir hijau daun yang penting dalam
oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan proses fotosintesis (Marliani, 2011)
itik didih juga mudah mengadakan perubahan Lamun (Seagrass) dapat berkembang biak
dari valensi tinggi ke valensi rendah atau secara generatif (penyerbukan bunga) dan
sebaliknya. Penggunaan selenium lebih reaktif vegetatif (Kementerian Negeri Lingkungan
dibandingkan merkuri dan kupri sulfat tetapi Hidup, 2004). Perkembangbiakan secara
selenium mempunyai kelemahan yaitu karena generatif memerlukan bunga jantan dan bunga
sangat cepatnya oksidasi maka nitrogennya betina. Biomassa dari dari daun, akar dan
justru mungkit ikut hilang. Hal ini dapat diatasi rhizoma dari lamun yang berbunga lebih besar
dengan pemakaian selenium yang sangat sedikit daripada lamun yang tidak berbunga. Untuk
yaitu kurang dari 0,25 g. Proses destruksi sudah memproduksi bunga lamun jenis Enhalus
selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak acoroides membutuhkan serta membutuhkan
berwarna (Legowo & Nurwantoro, 2004). nitrogen sebesar 14,8±1.1 mg N (2,2±0,1%).
Proses selanjutnya ialah destilasi, yang Untuk membentuk bunga pada tangkai
bertujuan untuk memisahkan zat yang jantan dibutuhkan nitrogen sebesar 3,8±0,3
diinginkan, yaitu memecah amonium sulfat
(NH4)2SO4 menjadi amonia (NH3) dengan mg (2,1±0,1%) dan untuk membentuk buah
menambahkan NaOH lalu dipanaskan. diperlukan nitrogen sebanyak 63,2±4,9 mg
Fungsi penambahan NaOH adalah untuk (1,5±0,1%). Lamun jenis Enhalus acoroides
memberikan suasana basa, karena reaksi tidak yang ada di kabupaten Banawa memiliki
dapat berlangsung asam. Ammonia yang kadar nitrogen 1,89%. Dengan demikian,
dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh berdasarkan kadar nitrogennya lamun tersebut
larutan asam standar. Asam standar yang dpat dapat berbuah, namun untuk berbunga baik
dipakai adalah larutan asam borat (H3BO3) jantan maupun betina diperlukan lebih banyak
4% yang sebelumnya telah dicampur dengan nitrogen (Rollon, dkk., 1999) sehingga lamun
indikator metil merah. Destilasi diakhiri bila jenis Enhalus acoroides yang ada di kabupaten
semua ammoniak telah teroksidasi sempurna Banawa berkembangbiak dengan cara vegetatif
dengan ditandai destilat tidak bereaksi basa. (rhizoma).
Proses distilasi dihentikan ketika hasil destilat Lamun jenis enhalus acoroides yang
berwarna biru (Legowo & Nurwantoro, 2004). ditemukan di lokasi yang berbeda di Filipina
Asam borat yang bereaksi dengan ammonia berkisar 1,3–2,1% (Rollon, dkk., 1999).
dapat diketahui dengan titrasi dengan Konsentrasi nitrogen dalam daun berbagai jenis
menggunakan asam klorida 0,1 N dengan lamun dalam satu lokasi memberikan variasi
indikator metil merah, akhir titrasi ditandai yang berbeda berkisar 2,1-3,1%. Lamun jenis
dengan perubahan warna larutan dari biru Thalassia hemprichii memiliki kadar nitrogen
menjadi merah muda. Selisih jumLah titrasi berkisar 2,5-3,0% sedangkan jenis Syringodium
sampel dan blanko merupakan jumlah isoetifolium yang ada di jepang memiliki kadar
ekuivalen nitrogen. Blanko berfungsi sebagai berkisar 0,81-1,04% (Yamamuro, dkk., 2003).
faktor koreksi terhadap senyawa N yang berasal Kandungan nitrogen lamun jenis Enhalus
dari pereaksi yang digunakan (Legowo & acoroides yang ada di kabupaten Banawa lebih
Nurwantoro, 2004). besar daripada jenis Syringodium isoetifolium
Pada penelitian ini sampel di uji sebanyak 2 yang ada di jepang dan lebih kecil daripada
kali diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Kadar lamun jenis Thalassia hemprichii yang ada di
nitrogen yang dihasilkan yakni 1,921% dan Australia dan Jepang.

41
Volume 5, No. 1, 2016: 37-43 Jurnal Akademika Kimia

Kadar Posforus (P) antimony tartrate akan bereaksi dengan


Untuk menganalisis kadar P dalam sampel senyawa ortofosfat yang ada dalam jaringan
lamun, digunakan metode destruksi basah tanaman, dengan suasana asam membentuk
yakni, perombakan sampel dengan asam-asam senyawa asam phosphomolydic. Konsentrasi
kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dari Posforus dalam larutan tersebut dapat di
dioksidasi dengan menggunakan zat oksidator. ukur menggunakan autoanalyzer (Amin &
Pada metode destruksi basah dekomposisi Flowers, 2004)
sampel dilakukan dengan cara menambahkan Tahap selanjutnya ialah mengukur larutan
pereaksi asam tertentu ke dalam suatu bahan standar Posforus (0-16 ppm) menggunakan alat
yang dianalisis. Asam-asam yang digunakan spektrofotometer UV-VIS. Hal ini bertujuan
adalah asam-asam pengoksidasi seperti H2SO4, untuk memperoleh konsentrasi sampel dengan
HNO3, H2O2, HClO4, atau campurannya. menggunakan persamaan regresi yang diperoleh
Pemilihan jenis asam untuk mendestruksi dari pengukuran absorbansi larutan standar,
suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis yaitu adalah Y= 0,0098x+0095 dengan R2 =
(Kristianingrum, 2012). Pada penelitian ini 0,9784 Tahap berikutnya adalah pengukuran
di gunakan sampel lamun sebanyak 0,500 g absorban sampel yang dilakukan sebanyak dua
sampel Lamun ke dalam tabung digestion. kali perlakuan dan nilainya. yakni 0,208 dan
kemudian ditambahkan dengan Menambahkan 0,206. dengan menggunakan persamaan regresi
5 mL larutan HNO3 60% dan 0,5mL larutan tersebut diperoleh nilai P masing-masing
HClO4 65% kemudian didiamkan hingga 0,417% dan 0,410%, Setelah dirata-ratakan
diperoleh larutan jernih, yang menunjukkan menjadi 0,412% seperti pada Tabel 1.
bahwa semua konstituen yang ada telah larut Kadar posforus dalam lamun Enhalus
sempurna atau perombakan senyawa-senyawa acoroides yang ada di kecamatan Banawa
organik telah berjalan dengan baik. Besoknya kabupaten Donggala adalah 0,412% sedangkan
dipanaskan dalam dengan suhu 100oC lamun jenis yang sama yang tumbuh di
selama satu jam, kemudian suhu ditingkatkan Tanjung Bolinao yang ada di Filipina memiliki
menjadi 150oC. Setelah uap kuning habis suhu kandungan posforus berkisar 0,30-0,47 %.
digestion blok ditingkatkan menjadi 200oC. Hal ini menunjukkan bahwa lamun yang ada
Destruksi selesai setelah keluar asap putih di kabupaten Banawa memiliki kadar posforus
dan sisa ekstrak kurang lebih 0,5 mL. Tabung yang sama banyaknya dengan lamun Enhalus
diangkat dan dibiarkan dingin. Larutan ekstrak acoroides ada di Tj. Bolinao, Filipina (Rollon,
yang dihasilkan diencerkan dengan aquades dkk., 1999)
hingga volume tepat 50 mL dan di aduk Untuk memproduksi bunga betina, selain
menggunakan magnetic stirer tabung hingga dibutuhkan nitrogen, juga dibutuhkan posforus
homogen (Sulaeman, dkk., 2005). sebanyak 2,3±0,6mg P (0,45±0,00%). Untuk
Larutan standar posforus dibuat dengan memproduksi bunga pada tangkai diperlukan
mengencerkan larutan standar posforus 1000 posforus sebanyak 0,8±0,3mg P (0,40±0,02%).
ppm menjadi 500 ppm lalu diencerkan lagi Untuk berbuah lamun membutuhkan posforus
250 ppm, lalu 100 ppm hingga 20 ppm. 14,6±0,5 mg P (0,34±0,02%). Kadar Posforus
Setelah itu dengan menggunakan pipet digital, pada lamun Enhalus acoroides yang ada di
larutan ekstrak sampe di ambil berturut turut kabupaten Banawa, sebanyak 0,413%, sehingga
0; 1; 2; 4; 6; 8 dan 10 mL larutan standar dapat disimpulkan bahwa kadar posforusnya
posforus 20 ppm ke dalam tabung reaksi. telah mencukupi untuk berbuah. Namun
Tambahkan dengan aquades sehingga volume untuk berbunga, baik jantan ataupun betina
masing-masing menjadi 10 mL. Deret standar dan berbuah diperlukan Posforus dan Nitrogen
ini memiliki kepekatan: 0; 2; 4; 8; 12 dan 16. yang sesuai. Bila bunga tidak terbentuk maka
Pipet masing-masing 1 mL ekstrak sampel lamun akan berkembang biak secara vegetatif
ke dalam tabung kimia.Tambahkan 9 mL (Rollon, dkk., 1999). Lamun jenis Enhalus
aquades dan mengocok. Dipipet masing acoroides, membutuhkan waktu yang lama
masing 2 mL ekstrak encer sampel dan deret untuk berkembangbiak secara vegetatif
standar Posforus (0-16 ppm) ke dalam tabung (Sambara, 2014)
reaksi. Tambahkan 10 mL pereaksi pewarna P
dikocok dengan sampai homogen dan biarkan Kesimpulan
30 menit. Kadar nitrogen dalam lamun Enhalus
Pada metode penentuan Posforus dengan acoroides yang terdapat di perairan pesisir
menggunakan asam askorbat/molybdate, Kabonga Besar, kecamatan Banawa, kabupatens
Senyawa amonium molybdate dan Kalium Donggala ialah 1,89% dan kadar Posforusnya

42
Sofyan R. Analisis Kadar Unsur Nitrogen (N) dan Posforus (P) ................

(P) sebanyak 0,413%. Sambara, Z. R. (2014). Laju penjalaran rhizoma


lamun yang ditransplantasi secara multispesies
Ucapan Terima Kasih di pulau Barang Lompo. Universitas
Ucapan terima kasih penulis berikan Hasanuddin. Makassar.
kepada laboran Laboratorium Agroteknologi
FAPERTA Universitas Tadulako yang banyak Silva, J. & Santos, R. (2003). Daily variation
membantu penulis dalam menyelesaikan pattern in seagrass photosynthesis along a
penelitian ini. vertical gradient S. Marine Ecologi Progress
Series, 257, 37-44.
Referensi
Sudiarta, I. K. & Sudiarta, I. G. (2011). Status
Amin, M. & Flowers, T. H. (2004). Evaluation kondisi dan identifikasi permasalahan
of kjeldahl digestion method Journal of kerusakan padang lamun di Bali. Jurnal
Research (Science) Bahauddin Zakariya Mitra Bahari, 5(2), 104-126.
University, Pakistan, 15(2), 159-179.
Sulaeman, Suparto & Eviati. (2005). Analisis
Kementerian Negeri Lingkungan Hidup, K. kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Bogor:
(2004). no. 200 tentang Kriteria baku Balai penilitian tanah dan pengembangan
kerusakan dan pedoman pnentuan status penelitian, Departemen Pertanian.
padang lamun.
Tahril, Taba, P., Nafie, N. L. & Noor, A. (2011).
Kiswara, W. (2010). Potensi padang lamun Analisis besi dalam ekosistem lamun dan
sebagai karbon rosot dan peyerap karbon hubungannya dengan sifat fisikokimia
di pulau pari, Teluk Jakarta. Oseanologi dan perairaan pantai Kabupaten Donggala.
Limnologi di Indonesia, 36(3), 361-376. Jurnal Natur Indonesia, 13(2), 105-111.
Kristianingrum, S. (2012). Kajian berbagai Thangaradjou, T. & Kannan, L. (2007).
proses destruksi sampel dan efeknya. Paper Nutrient characteristics and sediment
presented at the Seminar Nasional MIPA texture of the seabeds of the Gulf of Mannar.
UNY, Yogjakarta.
Journal of Environment Bbiology, 28(1), 29-
Legowo, A. M. & Nurwantoro. (2004). Analisis 33.
pangan. Semarang: UNDIP Press.
Umar, T. (2010). Ekosistem padang lamun.
Marliani, V. P. (2011). Analisis kandungan Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan
hara N dan P serta klorofil tebu transgenik (Agrikan UMMU-ternate), 3(1), 9-29.
IPB 1 yang ditanam di kebun percobaan Pg
Djatirojo, Jawa Timur. Institut Pertanian Usman. (2012). Teknik penetapan nitrogen
Bogor. Bogor. total pada contoh tanah secara destilasi titrasi
dan kolorimetri menggunakan autoanalyzer.
Miller, M. W. & Sluka, R. D. (1999). Patterns of Buletin Teknik Pertanian, 17(1), 41-44.
seagrass and sediment nutrient distribution
suggest Antrhopogenic enrichment in Yamamuro, M., Kayanne, H. & Yamho,
Laamu Atollm Republic of Maldives. H. (2003). 15 N of seagrass leaves for
Marine Pollution bulletin, 38(12), 1152- monitoring antrogenic nutrient increase
1156. in coral reef ecosystems. Marine Pollution
bulletin, 46, 452-458.
Rollon, N. R., Steveninck, E. R. & Vierssen, W.
(1999). Spatio-temporal variation in sexual Yusron, E. (2012). Ekhinodermata di padang
reproduction of the tropical seagrass enhalus lamun perairan Darunu, Minahasa Utara,
acoroides (L.f ) royle in Cape Bolinao, NM Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di
Philippines. Aquatic Botany, 76, 339-354. Indonesia, 38(2), 181-188. .

43

Anda mungkin juga menyukai