SKRIPSI
Oleh:
ARON ROBBY FERDINAND SIAHAAN
161201146
SKRIPSI
Oleh:
ARON ROBBY FERDINAND SIAHAAN
161201146
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
ABSTRA
Hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas, karena
terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil
dan juga merupakan ekosistem hutan yang potensial. Ekosistem mangrove
memiliki fungsi ekologi yaitu sebagai penahan abrasi, tempat pembesaran ikan
(pembibitan dan pengembangbiakkan, dan juga fungsi ekonomi sebagai mata
pencaharian masyarakat pesisir, produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang,
makanan), kerajinan, obyek wisata, penelitian dan sumber bahan bangunan.
Respirasi tanah merupakan indikator penting pada suatu ekosistem. Respirasi
tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan
mikroorganisme yang melakukan aktivitas hidup dan berkembang biak dalam
tanah. Keberadaan mikroba di dalam tanah secara alami mempunyai peranan
untuk menjaga fungsi tanah dan mengendalikan produktifitasnya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menghitung total bakteri dan aktivitas mikroorganisme
pada tegakan mangrove yang ada di Desa Lubuk Kertang. Sampel tanah diambil
secara acak pada kedalaman 0-20 cm di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan
Barat Kabupaten Langkat. Sampel tanah diambil di bawah 7 jenis tegakan
mangrove yaitu Sonneratia alba, Avicennnia alba, Avicennia marina,
Avicennia officinalis, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata,
Rhizophora stylosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total bakteri tertinggi
terdapat di bawah tegakan Rhizophora apiculata yaitu sebanyak 276,71 x104
SPK/ml sedangkan terendah di bawah tegakan Avicennia alba yaitu sebanyak
75,62 x104 SPK/ml. Hasil perhitungan terhadap aktivitas mikroorganisme
tertinggi terdapat di bawah tegakan Rhizophora apiculata yaitu 8,17 mg CO2/hari
dan terendah terdapat di bawah tegakan Avicennia officinalis sebesar 1,43 mg
CO2/hari.
iii
ABSTRAC
ARON ROBBY FERDINAND SIAHAAN: Soil Respiration in the Rhizosphere of
Mangrove Stands in Lubuk Kertang, Brandan Barat, Langkat, guided by
DENI ELFIATI and ARIDA SUSILOWATI.
iv
RIWAYAT
v
KATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“Respirasi Tanah Pada Rizosfir Tegakan Mangrove di Desa Lubuk Kertang,
Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Deni Elfiati, SP, MP dan Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut., M.Si selaku komisi
pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan
berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, motivasi
serta bimbingan dari berbagai pihak terutama dari kedua orangtua penulis yaitu
ayahanda Martahan Mangoloi Siahaan dan ibunda Sondang Romauli Sibarani
yang selalu memberi nasihat, dukungan serta doa. Selain itu pada kesempatan ini
penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Tito Sucipto, S.Hut., M.Si., IPU dan Dr. Ir. Samsuri, S.Hut., M.Si.,
IPM. selaku dosen penguji pada ujian skripsi saya yang memberikan saran
dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
2. Tiffany Chatrine Siahaan, S.Pd., Sarah Cindy Lavenia Siahaan, Natalya
Omny Letare Siahaan selaku kakak dan adik kandung yang tak henti-
hentinya memberi semangat, serta dukungan materi dan moral untuk
menyelesaikan penelitian ini.
3. Nyak Winda Yantika Rizki dan Andri Fadly Harahap selaku teman
sepembimbingan yang telah memberi dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kak Nelly yang telah mengarahkan dan memberi masukan selama
penelitian di laboratorium.
5. Kepala Desa Lubuk Kertang dan Kepala Laboran Biologi, Fakultas MIPA,
Universitas Negri Medan yang telah memberikan izin tempat penulis
untuk penelitian.
6. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Fakultas Kehutanan Universitas
Sumatera Utara.
7. Seluruh teman teman khususnya Departemen Budidaya Hutan stambuk
2016 yang juga memberikan semangat dan dukungan selama penelitian.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
penyempurnaan skripsi ini, terimakasih.
vi
DAFTAR
Halaman
PENDAHULUAN............................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................... 1
Tujuan Penelitian...................................................................... 3
Manfaat Penelitian.................................................................... 3
vii
LAMPIRAN........................................................................................ 31
viii
DAFTAR
No. Halaman
1. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah................................................. 19
2. Data Perhitungan Total Bakteri Tanah ........................................ 22
3. Data Perhitungan Aktivitas Mikroorganisme Tanah.................... 24
ix
DAFTAR
No. Halaman
1. Desain Peta Lokasi Pengambilan Sampel Tanah ....... 12
2. Desain Plot Pengambilan Sampel Secara Acak........... 14
x
DAFTAR
No. Halaman
1. Proses Analisis Kimia Tanah.......................................... 31
2. Kriteria Analisis Kimia................................................... 34
3. Kriteria Penilaian Salinitas ............................................. 34
4. Hasil Uji DMRT Pengenceran....................................... 35
5. Hasil Uji DMRT Respirasi ............................................. 35
6. Dokumentasi.................................................................... 36
xi
1
PENDAHULUA
Latar Belakang
Indonesia adalah negara maritim yang memiliki panjang garis pantai
+81.000 Km. Pada kawasan pantai tersebut tumbuh berbagai vegetasi, di
antaranya mangrove atau hutan bakau. Luas hutan mangrove di Indonesia
diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar atau 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia.
Mangrove merupakan ekosistem yang khas yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut. Ekosistem mangrove memiliki peranan yang penting dalam kelangsungan
hidup makhluk hidup baik sebagai pemberi jasa lingkungan maupun untuk
kebutuhan hidup manusia. Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologi yaitu
sebagai penahan abrasi, tempat pembesaran ikan (pembibitan dan penangkaran
ikan) dan juga fungsi ekonomi sebagai mata pencaharian masyarakat pesisir,
produksi berbagai hasil hutan (kayu, arang, makanan), kerajinan, obyek wisata,
penelitian dan sumber bahan bangunan (Sukardjo, 1984).
Hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas,
karena terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai, dan pulau-pulau
kecil dan juga merupakan ekosistem hutan yang potensial. Fungsi ekonomi hutan
mangrove yaitu sebagai penyedia kayu, daun-daunan dapat dijadikan sebagai baku
obat-obatan dan lain-lain. Sedangkan fungsi ekologis hutan mangrove yaitu
sebagai penyedia nutrient bagi biota perairan, penahan abrasi, amukan angin topan
dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya.
Mangrove di bagi menjadi 3 elemen, yaitu elemen mangrove mayor, mangrove
minor dan mangrove asosiasi. Elemen mayor adalah mangrove yang hanya hidup
pada daerah mangrove, secara alami dan tidak ditemukan di komunitas teresterial
/darat. Elemen minor biasanya hanya di jumpai di tepian habitat dan jarang
membentuk tegakan murni dan elemen asosiasi jarang ditemukan tumbuh di
dalam komunitas mangrove yang sebenarnya (Halidah, 2014).
Tanah yang ditumbuhi pada tanaman mangrove adalah tanah yang
memiliki sifat bertekstur halus, mempunyai tingkat kematangan rendah,
mempunyai kadar garam yang rendah, alkalinitas tinggi, dan sering mengandung
lapisan sulfat masam atau bahan sulfidik (cat clay). Kandungan liat atau debu
2
umumnya tinggi, kecuali tanah-tanah atau pecahan batu karang. Lapisan tanah
dengan kandungan garam yang tinggi kadang-kadang dapat ditemukan pada tanah
mangrove baik di daerah batu karang maupun di daerah endapan liat. Jenis
Rhizophora spp dapat tumbuh dengan keadaan tekstur tanah lempung berpasir
sedangkan pada tumbuhan Avicennia spp dan Sonneratia spp pH tanah dengan
kisaran nilai antara 6-7 merupakan pH yang sesuai untuk pertumbuhan mangrove
(Dewi dan Herawatiningsih, 2017).
Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya
kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktivitas hidup dan berkembang biak
dalam suatu masa tanah. Mikroorganisme dalam setiap aktivitasnya membutuhkan
O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi
tanah. Pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktivitas metabolik
mikroorganisme daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikroorganisme
tanah. Respirasi tanah yang mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah dapat digunakan sebagai salah satu indikator dari kesuburan
tanah (Cahyono et al., 2013).
Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan jumlah CO 2 yang
dihasilkan oleh mikroba tanah, jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
Respirasi mikroba tanah sangat kompleks, banyak metode yang telah diusulkan
untuk menangkap gas yang dihasilkan dan menganalisisnya sesuai dengan tujuan
dan lingkungan peneliti, bisa dikatakan tidak ada metode yang sepenuhnya
memuaskan. Prosedur di laboratorium meliputi penetapan pemakaian O2 atau
jumlah CO2 yang dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang diinkubasi dalam
keadaan yang diatur di laboratorium (Sandrawati, 2007).
Respirasi tanah merupakan indikator penting pada suatu ekosistem,
meliputi seluruh aktivitas yang berkenaan dengan proses metabolisme di dalam
tanah, dekomposisi sisa tanaman dalam tanah, dan konversi bahan organik tanah
menjadi CO2. Respirasi tanah menggambarkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Respirasi tanah adalah proses hilangnya CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama
yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Hal ini
dipengaruhi tidak hanya oleh faktor biologis seperti vegetasi dan faktor
3
lingkungan, antara lain suhu, kelembaban, pH, tetapi juga lebih kuat oleh faktor
buatan manusia (Fahmi, 2016).
Di dalam tanah, keberadaan mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik,
kimia, dan biologi tanah. Besarnya peran faktor lingkungan dalam seleksi mikroba
lingkunganlah yang memilih jenis mikroba mana yang dapat hidup dan
berkembang biak dalam suatu ekosistem tanah tertentu. Perbedaan berbagai
atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah disebabkan oleh perbedaan jenis dan
kandungan bahan organik, kadar air, jenis penggunaan tanah dan cara
pengelolaannya. Teknik pengambilan contoh tanah yang tepat perlu dipahami agar
waktu, tenaga, dan biaya yang dicurahkan untuk pengambilan contoh tanah
menjadi lebih efisien. Jumlah contoh tanah yang terlalu banyak adalah
pemborosan, namun jika jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit, data
bisa keliru sehingga informasi yang diperoleh bisa menjadi kurang bermanfaat
(Mawardiana et al., 2007).
Respirasi tanah adalah indikator dari aktivitas biologi tanah seperti
mikroba ataupun kehidupan lain dalam tanah, dan aktivitas mikroba tersebut
berperan dalam proses dekomposisi senyawa organik yang menjadi sumber energi
bagi tumbuhan. Proses dekomposisi berlangsung dengan adanya aktivitas
mikroorganisme, sehingga mikroorganisme menjadi tenaga penggerak dalam
respirasi tanah (Putri et al., 2017). Oleh sebab itu karena pentingnya aktivitas
mikroorganisme untuk kesuburan dan pertumbuhan mangrove maka dilakukan
penelitian untuk mengetahui aktivitas mikrorganisme di bawah tegakan
mangrove.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis jumlah total bakteri dari tanah mangrove
2. Menganalisis aktivitas mikroorganisme dari tanah mangrove
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
untuk bahan bakar, produksi arang dan lain-lain. Selain fungsi ekonomis
mangrove juga memiliki fungsi ekologis, daun mangrove merupakan penghasil
bahan organik, akarnya dapat menjadi tempat berlindung invertebrata yang
menempel, sebagai peredam gelombang air laut dan badai, abrasi, penahan lumpur
dan sebagai perangkap sedimen. (Saprudin dan Halidah, 2012).
bunganya mengandung madu, apabila nektar ini dicampur dengan buah dan kulit
batang muda berkhasiat untuk obat batuk (Kuswardani, 2015).
berlangsung dalam tanah mempunyai kisaran agak lebar, yakni sangat singkat dan
luar biasa lamanya. Pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tanah
diimbas oleh tindakan dan faktor lingkungan tertentu (Bakri et al., 2016).
Komponen kimia tanah dapat dipengaruhi seperti pH tanah, N, P, K, C-
organik, dan KTK (Kapasitas Tukar Kation). Tanah adalah lapisan atas bumi yang
merupakan campuran dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah
mati dan membusuk, akibat pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi
lapuk, mineral-mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian membentuk tanah
yang subur. Sifat tanah yang berbeda mengakibatkan setiap tanah mempunyai
respon yang berbeda terhadap sifat tanah tersebut. Peranan tanah terhadap sifat
tanah yang berkaitan yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah antara
lain tekstur dan struktur tanah. Sifat kimia tanah antara lain pH tanah dan
kandungan unsur hara. Kandungan hara terdiri dari kandungan nitrogen, fosfor,
kalium dan bahan organik (Rahmah et al., 2014).
Nitrogen (N) merupakan unsur esensial bagi tumbuhan. N dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak dan diserap dalam bentuk ion NH4+ dan ion NO3-.
sedikitnya kandungan nitrogen yang terdapat di dalam tanah berpengaruh bagi
pertumbuhan tanaman secara nyata. Nitrogen dapat masuk ke dalam tanah melalui
kegiatan jasad renik yang mengikat nitrogen dari udara baik secara bebas maupun
secara bersimbiosis. Kehilangan N juga dapat mempengaruhi sifat kimia tanah.
Kehilangan N dapat melalui dinitrifikasi, volatilitas, pengangkutan hasil panen
atau pencucian dan erosi permukaan tanah. Hilangnya N melalui pencucian umum
terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur kasar, kandungan bahan organik sedikit
dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) rendah yang memiliki tingkat kemasaman
tinggi (pH 5.5) (Nariratih et al., 2013).
Respirasi
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui banyak sedikitnya
aktivitas mikroorganisme dalam tanah yaitu dengan melakukan respirasi. Proses
respirasi ini menghasilkan karbon dioksida dan air. Respirasi merupakan suatu
pencerminan dari aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Respirasi tanah
dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik berupa bakteri maupun
cendawan. Interaksi antara mikroba dengan lingkungan fisik di sekitarnya
mempengaruhi kemampuannya dalam respirasi, tumbuh, dan membelah. Salah
satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembapan tanah yang berkaitan erat
dengan respirasi tanah. Tingkat respirasi tanah menurun secara eksponensial
dengan peningkatan lintang dan dengan meningkatnya suhu. Respirasi tanah
merupakan salah satu indikator dari aktivitas biologi tanah seperti mikroba, akar
tanaman atau kehidupan lain di dalam tanah, dan aktivitas ini sangat penting
untuk ekosistem di dalam tanah (Setyawan dan Hanum, 2014).
1
Wang et al. (2014), beberapa mikroorganisme yang terdapat dalam tanah juga
akan mengalami adaptasi dengan keadaan lingkungan. Hal tersebut dilakukan
mikroba agar tetap bisa bertahan dalam tanah. Mikroorganisme dalam proses
penguraian bahan organik dalam tanah juga mampu melepaskan karbon dioksida
ke udara selain itu suhu juga mempengaruhi hasil laju respirasi sehingga memiliki
keterkaitan dengan umpan baliknya CO2 di atmosfer udara yang dihasilkan oleh
proses respirasi itu sendiri.
Respirasi tanah merupakan tipikal parameter aktivitas metabolik dari
populasi mikroba tanah yang berkorelasi positif dengan material organik tanah.
Salah satu indikator kesehatan tanah adalah respirasi tanah yang menunjukkan
aktivitas biologi tanah. Teknik pengukuran respirasi tanah dilakukan dengan cara
menentukan aktivitas mikroorganisme tanah. Salah satu cara untuk mempelajari
suatu aktivitas mikroorganisme tanah adalah dengan menghitung jumlah
organisme tanah dan karbon dioksida yang dilepaskan oleh organisme tanah
tersebut dengan waktu tertentu. Respirasi tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan yang juga mempengaruhi kualitas dan indikator kesuburan tanah
seperti suhu, kelembaban, C-organik, dan pH tanah (Agustin et al., 2020).
Kadar air tanah berperan bagi proses yang berlangsung didalam tanah,
yaitu berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme. Dimana mikroorganisme
merupakan tenaga penggerak untuk proses dekomposisi yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi laju respirasi. Pengaruh kadar air
terhadap aktivtias mikroorganisme dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Kadar air semakin tinggi maka ketersediaan oksigen menjadi rendah
yang menghambat proses dekomposisi aerob secara tidak langsung yang dapat
mempengaruhi proses laju respirasi. Pada tanah yang tidak berkontak langsung
dengan udara akan menyebabkan masalah kekurangan oksigen. Kurangnya
oksigen dapat mengakibatkan aktivitas mikroorganisme pada tanah menjadi
menurun (Azizah, 2007).
12
METODE PENELITIAN
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Tanah di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan
Brandan Barat, Kabupaten Langkat
air, media nutrien agar (NA), (K2Cr2O7 5 ml; H2SO4 10 ml; H3PO4 85% 5 ml;
NaF 4% 2,5 ml; diphenylamine 5 tetes; FeSO4 0,5 N; NH4OAc 20 ml; alkohol
80% 20 ml; NaOH 50% 20 ml; H2O 15 ml; H3BO3 4% 25 ml; NaOH 40% 25 ml),
fisiologis steril (8,5 g NaCl per liter akuades), KOH 0,2 N, phenophtalein, HCl
0,1 N, dan metil oranye.
Alat yang digunakan adalah Sendok tanah, kantong plastik, alat tulis,
kertas label, erlenmeyer, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, labu ukur,
tabung sentrifuse, cawan petri, beaker glass, laminar air flow, toples plastik, botol
kaca kecil, botol kocok, shaker, rotamixer, gunting/cutter, selotip, bunsen dan
autoclaf.
Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sampel Tanah
Lokasi pengambilan sampel tanah dilakukan di areal hutan mangrove di
Dusun II Palutabuhan, Dusun III Tepi Gandu dan Dusun V Kepala Enam, Desa
Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat. Sampel tanah
diambil dari 3 jenis yaitu bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia spp) dan
pedada (Sonneratia spp). Pengambilan sampel tanah dibuat 10 plot pada 3 jalur,
dengan masing-masing ukuran plot 20x20 m2 pada masing-masing tegakan.
Pengambilan sampel tanah dilakukan secara acak, dengan kedalaman 0-20 cm
pada setiap lubang pengambilan sampel tanah. Pengambilan sampel tanah diambil
dari lima titik yang kemudian dikompositkan tanah menjadi satu yang
ditempatkan pada plastik klep yang sudah diberi label. Pengambilan contoh tanah
komposit yang digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang
keberadaan mikroba di suatu areal. Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk
dapat menganalisis sifat kimia dan biologi tanah yang diperoleh dengan cara
mengambil sampel contoh tanah secara acak.
1
dituangkan, mulut wadah media nutrient agar disterilkan terlebih dahulu dengan
melewatkannya pada api bunsen yang dilakukan di dalam laminar air flow. Media
nutrient agar dituangkan secara perlahan-lahan ke dalam cawan petri dan diputar
ke arah kanan tiga kali dan kearah kiri tiga kali supaya suspensi mikroorganisme
tersebar secara merata pada cawan petri. Setelah media benar-benar padat, cawan
petri diinkubasikan pada suhu kamar dengan diletakkan secara terbalik. Setelah
tiga hari inkubasi dilakukan perhitungan jumlah mikroorganisme dengan rumus:
Jumlah total mikroorganisme = rata-rata jumlah koloni per cawan petri x faktor
pengenceran.
Keterangan:
r = jumlah C-CO2 yang dihasilkan tiap gram tanah lembab per hari
a = ml HCl untuk sampel tanah
b = ml HCl untuk kontrol
t = normalitas HCl
n = jumlah Hari inkubasi
5. Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non
Faktorial dengan kedalaman tanah 0-20 cm dari sumber tanah mangrove pada
tegakan bakau (Rhizophora spp), api-api (Avicennia spp) dan pedada
(Sonneratia spp).
Faktor perlakuan terdiri dari:
T1 : Sumber tanah Rhizophora stylosa
T2 : Sumber tanah Rhizophora mucronata
T3 : Sumber tanah Rhizophora apiculata
T4 : Sumber tanah Avicennia alba
T5 : Sumber tanah Avicennia marina
T6 : Sumber tanah Avicennia officinalis
T7 : Sumber tanah Sonneratia alba
1
Yij = µ + τi + €ij
Dimana:
Yij : Respon atau nilai pengamatan keberadaan aktivitas mikroba tanah pada
tegakan mangrove taraf ke-i pada ulangan ke-j
µ : Rataan umum keberadaan aktifitas mikroba tanah
τi : Pengaruh sumber tanah ke-i
€ij : Pengaruh galat pada keberadaan aktivitas mikroba dari sumber tanah ke-i
pada kedalaman tanah ulangan ke-j
ulangan ke 3. Menurut Nursin et al. (2014) tingginya pH tanah dengan nilai antara
6 - 7 disebabkan karena adanya sumbangan serasah daun, akar, batang yang jatuh
ke tengah dan terkomposisi sehingga membentuk bahan organik. Kandungan pH
tanah yang masam disebabkan karena adanya perombakan serasa vegetasi
mangrove oleh mikroorganisme tanah yang menghasilkan asam-asam organik
yang menyebabkan penurunan pH pada tanah (Arsad et al., 2017). Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pH tanah yang sangat masam yaitu sistem tanah yang
dipenuhi oleh ion-ion H+ yang bersifat asam. Prabowo dan Subantoro (2018)
menyatakan, bahan organik mempengaruhi besar atau kecilnya daya serap tanah
akan air. Semakin banyak air pada tanah akan menyebabkan reaksi pelepasan ion
H+ sehingga tanah menjadi masam.
Kandungan C-organik adalah indikator tinggi rendahnya suatu jumlah
bahan organik tanah yang tersedia dalam tanah. C-organik pada tanah tegakan
mangrove berada pada kriteria sedang sampai sangat tinggi (2,78% - 5,31%).
Tinggi rendahnya nilai C-organik pada suatu tanah dikarenakan terdapat serasah
tanaman yang melapuk, sehingga pelapukan serasah tersebut dapat mempengaruhi
tingginya kandungan bahan organik pada tanah tersebut. Sebagaimana yang
dikemukakan Afandi et al. (2015), bahwa meningkatnya bahan organik dapat
mempengaruhi sifat tanah baik secara fisik, kimia, dan biologi. Karbon adalah
sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga C-organik pada tanah akan
memacu kegiatan mikroorganisme dan meningkatkan proses dekomposisi.
Rendahnya kadar C-organik pada suatu tanah dapat terjadi karena proses
dekomposisi yang cukup lama.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) adalah sifat kimia tanah yang memiliki
hubungan dengan kesuburan tanah. Hasil analisis KTK (Kapasitas Tukar Kation)
pada rizofir tegakan mangrove diperoleh 2 kriteria yaitu kriteria tinggi dan kriteria
sedang. Kriteria tinggi berada pada nilai 25,74 – 36,71 me/100 g, sedangkan
kriteria sedang berada pada nilai 19,96 – 23,97 m/100 g. Menurut Soewandita
(2008), tingginya nilai KTK dapat disebabkan karena adanya dekomposisi bahan
organik yang dapat menghasilkan humus yang dapat membuat KTK menjadi
meningkat. Tingginya nilai KTK pada lokasi penelitian karena kandungan bahan
organik pada tanah di lapangan tinggi. Nursin et al. (2014) menyatakan,
2
rendahnya nilai KTK tanah dapat disebabkan karena rendahnya kandungan bahan
organik tanah sebagian akibat dari kegiatan fisik di badan tanah dan kondisi tanah
yang sangat masam. Keadaan tanah yang sangat masam menyebabkan tanah
kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam
bentuk dapat tukar karena perkembangan muatan positif.
Fosfat adalah salah satu unsur makro esensial, bukan hanya bagi
kehidupan tumbuhan tetapi juga untuk biota tanah. Kadar P-tersedia pada tanah
mangrove memiliki kriteria rendah dan sangat rendah yaitu 1,72 ppm-18,3 ppm.
Rendahnya ketersediaan unsur P tersebut diduga selain karena rata-rata pH di
daerah penelitian tergolong masam atau dikarenakan rendahnya P-tersedia
kemungkinan disebabkan oleh pencucian lapisan tanah. Menurut Rahmi (2014),
rendahnya P-tersedia pada tanah dapat disebabkan karena pH tanah yang rendah
yang membuat kelarutan Al menjadi tinggi yang menyebabkan P menjadi tidak
tersedia. Kadar hara P-tersedia yang tinggi akan menguntungkan bagi tanaman
sehingga tanah-tanah demikian cenderung subur. Jumlah P tersedia dalam tanah
ditentukan oleh besarnya P dalam serapan yang mekanisme ketersediaannya
diatur oleh pH dan jumlah bahan organik tanah (Susanto, 2005).
Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang sangat diperlukan bagi
tanaman. Unsur ini sangat penting dalam siklus hidup tanaman. Berdasarkan
analisis kimia tanah, kandungan N-total pada rizosfir tegakan mangrove
didapatkan 2 kriteria yaitu, kriteria rendah (0,14-0.20%) dan kriteria tinggi
(0,21%-0,35%). Menurut Patti et al. (2018), rendahnya kandungan N-total dalam
substrat, karena dimanfaatkan kembali oleh mangrove untuk pertumbuhannya. N-
total rendah disebabkan karena intensitas dan genangan pasang surut yang cukup
tinggi sehingga memungkinkan terangkutnya serasah yang ada menuju perairan
pantai (Wibowo, 2009). Hanafiah (2005) dalam Wasis (2012) menyatakan,
hilangnya N dari tanah juga dikarenakan penggunaan untuk metabolisme tanaman
dan mikroba, selain itu N dalam bentuk nitrat dapat mudah tercuci oleh air hujan.
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
Salinitas dapat mengacu pada kandungan garam di dalam tanah, dimana
keberadaan garam dapat mempengaruhi sifat untuk proses pertumbuhan. Jika
konsentrasi sisa kadar garam tinggi maka tanaman akan layu dan mati terlepas
2
dari jumlah air yang diberikan. Nilai salinitas tanah pada mangrove di
kedalaman 0-20 cm memiliki kriteria rendah sampai tinggi (1,38-
8,16 mmho/cm). Rendahnya salinitas pada mangrove dikarenakan volume
pasokan air sungai yang lebih besar dibandingkan dengan volume pasokan air laut
di saat pasang terjadi. Sungai yang menjadi tempat tumbuh vegetasi mangrove
menjadi tempat bermuaranya sungai lain, sehingga mempengaruhi tinggi
rendahnya salinitas (Samsumarlin et al., 2015).
Jalur
Sumber Tanah (Ulangan) Rataan
I II III
Sonneratia alba 129,43 186,17 153,74 156,45a
Avicennia alba 96,03 43,83 87,00 75,62a
Avicennia marina 187,07 181,03 203,90 190,67ab
Avicennia officinalis 275,80 122,30 44,67 147,59a
Rhizophora apiculata 225,40 302,23 302,50 276,71b
Rhizophora mucronata 231,80 145,53 204,57 193,97ab
Rhizophora stylosa 89,53 242,13 84,97 138,88a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolum yang sama menunjukkan
yang tidak signifikan berdasarkan uji DMRT (Duncan Mutical Range Test).
Saibi dan Tolangara (2017) bahwa jika bahan organik yang terdapat pada suatu
tanah tinggi, maka aktivitas mikroorganisme akan tinggi, dimana bahan organik
berfungsi sebagai sumber energi yang berasal dari hasil dekomposisi. Apabila
dekomposisi bahan organik tinggi, maka akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme.
Kesuburan tanah di bawah tegakan Rhizophora apiculata di Desa Lubuk
Kertang tidak terlepas dari faktor utama yaitu bahan organik. Bahan organik
memiliki peran penting yaitu untuk sebagai agen menaikkan kapasitas unsur hara,
agen yang menunjang terbentuknya srtuktur dan agregat tanah, serta media untuk
berkembangnya populasi mikroorganisme tanah. Ekosistem mangrove memiliki
berbagai jenis mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim ekstraseluler yang
diperlukan untuk perombakan bahan organik (Sinatryani et al., 2014).
Bahan organik dapat mempengaruhi sifat kimia dan total bakteri tanah
sehingga berpengaruh nyata terhadap aktivitas mikroorganisme tanah dimana
semakin banyak bahan organik yang tersedia dapat menjadi sumber energi untuk
mikroorganisme dalam tanah menjadikan total bakteri semakin banyak. Menurut
Hanafiah et al. (2009) bahwa jika adanya populasi yang tinggi menunjukkan
adanya suplai makanan dan energi yang cukup untuk populasi tersebut. Bahan
organik juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi nilai respirasi
mikroorganisme. Bahan organik memiliki manfaat sebagai sumber energi bagi
mikroorganisme, dimana mikroorganisme tanah tersebut akan mendekomposisi
untuk mendapatkan bahan makanan.
25
Kesimpulan
1. Total bakteri tanah tertinggi terdapat pada tegakan Rhizophora apiculata yaitu
sebesar 276,71 x104 SPK/ml.
2. Hasil analisis aktivitas mikroorganisme tanah tertinggi terdapat pada tegakan
Rhizophora apiculata yaitu sebesar 8,17 mg/hari.
Saran
Penelitian ini akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan mengidentifikasi
jenis bakteri dan menghitung mikroorganisme lain pada masing-masing jenis
tanah.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arsad WM, Toknok B dan Korja IN. Sifat Kimia Tanah Di Bawah Vegetasi
Mangrove Di Desa Lebiti Kecamatan Togean Kabupaten Tojo Una-
Una. Jurnal Forest Sains, 15(1): 22-27.
Azizah R, Subagiyo S, dan Rosanti E. 2007. Pengaruh Kadar Air Terhadap Laju
Respirasi Tanah Tambak pada Penggunaan Katul Padi Sebagai Priming
Agent. ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences,
12 (2): 67-72.
Bakri I, Thaha AR dan Isrun. 2016. Status Beberapa Sifat Kimia Tanah Pada
Berbagai Penggunaan Lahan Di Das Poboya Kecamatan Palu Selatan.
Jurnal Agrotekbi, 4 (5): 512-520.
Fahmi KM. 2016. Pengaruh Dua Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida
Terhadap Respirasi Tanah Pada Pertanaman Ubi (Manihot esculenta
Crantz.). Universitas Lampung.
2
Goulden ML, Munger JW, Fan SM, Daube BC, and Wofsy SC. 1996. Exchange
Of Carbon Dioxide By a Deciduous Forest: Response to Interannual
Climate Variability. Science, 271(1): 1576-1578.
Halidah H. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove yang Kaya
Manfaat. Balai Penelitian Kehutanan Makassar. Buletin Eboni,
11(1): 37-44.
Hanafiah AS, Sabrina T dan Guchi H. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah.
Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Nasution NAP, Yusnaini S, dan Niswati A. 2015. Respirasi Tanah pada Sebagian
Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
Jurnal Agrotek Tropika, 3(3): 427-433.
2
Noor YR, Khazali M, dan Syadipura INN. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove
di Indonesia. Bogor: Wetlands Internatinal Indonesia Programme.
Bogor.
Nursin A, Wardah W, dan Yusran Y. 2014. Sifat Kimia Tanah pada Berbagai
Zonasi Hutan Mangrove di Desa Tumpapa Kecamatan Balinggi
Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Warta Rimba, 2(1), 17-23.
Paramudhita PS. 2012. Analisis Proksimat, Ekstraksi, dan Uji Fitokimia Pada
Tumbuhan Api-Api (Avicennia spp.). [Skripsi]: FPIK IPB.
Patti PS, Kaya E, dan Silaho C. 2018. Analisis Status Nitrogen Tanah Dalam
Kaitannya Dengan Serapan N Oleh Tanaman Padi Sawah Di Desa
Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Agrologia. 2(1):51-58.
Puspayanti NM, Tellu HAT, dan Suleman SM. 2013. Jenis-jenis Tumbuhan
Mangrove di Desa Lebo Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong
dan Pengembangannya Sebagai Media Pembelajaran. e-JIP BIOL,
1(1): 1-9.
Putri NAR, Niswati A, Yusnaini S dan Buchari H, 2017. Pengaruh Sistem Olah
Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap Respirasi Tanah Pada
Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L) Ratoon Ke-1 Periode 2
Di PT Gunung Madu Plantations. Jurnal Agrotek Tropika,
5(2): 109-112
Rahmah S, Yusran dan Umar H. 2014. Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Tipe
Penggunaan Lahan Di Desa Bobo Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.
Warta Rimba. 2(1): 88-95.
Rahmi A dan Biantary MP. 2014. Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status
Kesuburan Tanah Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha Tani Beberapa
Kampung di Kabupaten Kutai Barat. Ziraa'ah Majalah Ilmiah
Pertanian, 39(1): 30-36.
Saibi N dan Tolangara AR. 2017. Dekomposisi Serasah Avecennia lanata Pada
Berbagai Tingkat Kedalaman Tanah. Techno: Jurnal Penelitian,
6(01): 56-63.
2
Sandrawati A. 2007. Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Ayam
Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung
Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Fluventic Eutrudeps Asal
Jatinangor Kabupaten Sumedang. Jurnal Ilmu Tanah. 14: 13-14.
Saprudin dan Halidah. 2012. Potensi Dan Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Hutan
Mangrove Di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Balai Penelitian
Kehutanan Manado. 9 (3): 213-219.
Sumarni N, Rosliani R, dan Duriat AS. 2010. Pengelolaan Fisik, Kimia, dan
Biologi Tanah Untuk Meningkatkan Kesuburan Lahan dan Hasil Cabai
Merah. 20(2): 130-137.
Utami SNH, dan Handayani S. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian
Organik. Ilmu Pertanian, 10(2): 63-69.
3
Wang XL, Liu S, Piao IA, Janssens J, Tang W, Liu Y, Chi and Wang J. 2014. Soil
Respiration Under Climate Warming: Differential Response of
Heterotrophic and Autotrophic Respiration. Global Change Biology,
20: 3229-3237.
Wasis B, Setiadi Y, dan Purwanto ME. 2012. Perbandingan Sifat Kimia dan
Biologi Tanah Akibat Keterbukaan Lahan Pada Hutan Reboisasi Pinus
di Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera
Utara. Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1): 33-36
Wilson, Supriadi, dan Guchi H. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah Pada Lahan
Kopi Di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Online
Agroekoteaknologi. 3(2): 642- 648.
31
LAMPIRAN
b. C-Organik
Metode yang digunakan untuk menetapkan C-organik tanah adalah metode
Walkley dan Black (Mukhlis, 2014). Timbang 0,1 atau 0,5 gr tanah kering udara,
masukkan ke dalam erlenmeyer 500 cc. Tambahkan 5 ml K 2Cr2O7 1 N (gunakan
pipet) goncang dengan tangan. Tambahkan 10 ml H2SO4 pekat, kemudian
goncang 3-4 dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 100 ml air suling dan 5
ml H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 ml, kemudian tambahkan 5 tetes diphenilamine,
goncang larutan berwarna biru tua kehijauan kotor. Titrasikan dengan Fe (NH 4)2
(SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berubah menjadi hijau terang. Lakukan cara
yang sama untuk mendapatkan volume titrasi Fe (NH4)2 (SO4)2 0,5 N untuk
blangko. Kemudian dihitung:
C-org = 5 x (1-(T/S)) x 0,003 x 1/0,77 x 100/BCT
c. Didestruksi pada alat digester dengan suhu rendah dan dinaikkan secara
bertahap hingga larutan jernih (temperatur < 200OC). Setelah larutan jernih
suhu dinaikkan dan dilanjutkan selama 30 menit.
d. Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 ml H2O
2. Tahapan Destilasi
a. Ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi
b. Pipet 25 ml H3BO3 4 %, tempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan tambahkan 3
tetes indikator campuran; dan tempatkan sebagai penampung hasil destilasi
c. Ditambahkan NaOH 40% ± 25 ml ke tabung destilasi dan langsung didestilasi
d. Ditampung hasil destilasi di erlenmeyer yang berisi H3BO3. Destilasi
dihentikan bila larutan di erlenmeyer berwarna hijau dan volumenya ± 75 ml 3.
3. Tahapan Titrasi
a. Dititrasi hasil destilasi dengan HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai oleh
perubahan warna dari hijau menjadi merah.
b. Perhitungan:
N (%) = ml HCL x N HCL x 14X 100
Berat Tanah x 1000
7. Dihitung:
P Tersedia (ppm): ppm pelarut x 20 x faktor pengencer (bila ada)
2
e. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Metode yang digunakan untuk menetapkan KTK tanah adalah metode
Ekstraksi NH4OAc pH 7. Prosedur penetapan KTK menurut Mukhlis (2014)
adalah sebagai berikut:
1. Dimasukkan sedikit serat fiber ke dasar tabung perkolasi dan sedikit pasir
kuarsa yang kering.
2. Ditimbang 2,5 gr contoh tanah dan tempatkan pada tabung perkolasi.
3. Ditambahkan 50 ml larutan CH3COONH4 1 N pH 7.
4. Dicuci tanah pada tabung perkolasi dengan alkohol 80% hingga larutan tanah
bebas dari NH4 +
5. Ditambahkan dengan memperkolasikan larutan 50 ml NaCl 10 % asam;
perkolat ditampung pada labu ukur 50 cc dan penuhkan dengan H 2O sampai
volume 50 ml.
6. Pipet 20 ml perkolat dari labu ukur dan tempatkan ke tabung destilasi dan
tambahkan 50 ml H2O. Kemudian tempatkan pada alat destilasi.
7. Ditambahkan perkolat 15 ml NaOH 40 % pada alat destilasi
8. Ditampung hasil destilasi pada erlenmeyer 250 cc yang berisi 25 ml H3BO3 4%
dan 2 tetes indikator metil merah atau indikator campuran
9. Destilasi selesai apabila terjadi perubahan warna pada larutan destilat dan
volumenya telah mencapai ± 75 ml
10.Titrasi hasil destilat dengan HCl 0,1 N; hingga warna larutan kembali ke warna
semula (sebelum didestilasi).
11. Dihitung:
KTK (me/100 gr) = ml HCl x N HCl x 100/2,5 x 50/20
3
Rhizophora mucronata