OLEH:
1. Silvana Nilam Cahya ( 192029004 )
2. M. Kemal Mustafa ( 192020098 )
3. Suci Nyak Maneh ( 192020046 )
4. Tutik Styarini ( 195119001 )
5. Nafszaqyah Desma Putri ( 195150001 )
6. Samuel ( 192020107 )
~UU NO 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN
Bangsa Indonesia dikaruniai dan mendapatkan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa kekayaan alam
berupa sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, oleh karena itu kekayaan alam tersebut
harus diurus dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya berdasarkan akhlak mulia, sebagai ibadah
dan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber daya alam yang antara lain berupa hutan produksi, hutan lindung, kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, taman buru, hasil hutan, tumbuhan dan satwa harus dilestarikan dan
didayagunakan dengan penuh rasa tanggung jawab, karena mempunyai fungsi produksi, fungsi
lindung antara lain pengaturan tata air, pencegahan banjir dan erosi, memelihara kesuburan tanah,
pelestarian lingkungan hidup, dan fungsi konservasi keanekaragaman hayati, yang merupakan
penyangga kehidupan serta untuk wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan.
Agar fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan secara optimal dan lestari, maka dilakukan usaha
perlindungan terhadap hutan produksi, hutan lindung, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian
alam, taman buru, hasil hutan, tumbuhan dan satwa.
Dalam Pasal 47 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, perlindungan hutan dan
kawasan hutan merupakan usaha untuk :
a.mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama serta penyakit ; dan
b.mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
Perlindungan hutan ditujukan terhadap hutan produksi, hutan lindung, kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, taman buru, hutan hak, hasil hutan dan tumbuhan dan satwa.
Untuk menjamin terselenggaranya perlindungan hutan, maka kepada Pejabat Kehutanan tertentu
dalam lingkup instansi kehutanan di pusat dan daerah diberi kewenangan kepolisian khusus yang
disebut Polisi Kehutanan. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pengurusan hutan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
diberi wewenang sebagai penyidik yang disebut Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehutanan.
Untuk melakukan pengamanan hutan di areal kawasan hutan yang telah dibebani hak atau izin dapat
dibentuk Satuan Pengamanan Hutan oleh pemegang hak atau pemegang izin, yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh instansi kehutanan. Mengingat bahwa keberadaan hutan
sangat penting bagi kehidupan manusia, maka perlindungan hutan tidak saja dilaksanakan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah, tetapi juga oleh segenap masyarakat dengan berperan-serta
secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam upaya untuk lebih menjamin usaha
perlindungan hutan, sebagian wewenang yang menjadi urusan Pemerintah dapat diserahkan ke
daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk terlaksananya perlindungan hutan, maka
dilakukan pengawasan dan pengendalian secara berjenjang, baik oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat secara terkoordinasi, terintegrasi, dan tersinkronisasi
~UU NO 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA
a. bahwa sumber daya alam hayati Indonesia dan ekosistemnya yang mempunyai kedudukan serta
peranan penting bagi kehidupan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu perlu
dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya, baik masa kini
maupun masa depan;
b. bahwa pembangunan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya pada hakikatnya adalah
bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;
c. bahwa unsur-unsur sumber daya alam hayati dan ekosistemnya pada dasarnya saling tergantung
antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi sehingga kerusakan dan kepunahan
salah satu unsur akan berakibat terganggunya ekosistem;
d. bahwa untuk menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung dengan
cara sebaik-baiknya, maka diperlukan langkah-langkah konservasi sehingga sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta
melekat dengan pembangunan itu sendiri;
e. bahwa peraturan perundang-undangan yang ada dan masih berlaku merupakan produk hukum
warisan pemerintah kolonial yang bersifat parsial, sehingga perlu dicabut karena sudah tidak
sesuai dengan perkembangan hukum dan kepentingan nasional;
f. bahwa peraturan perundang-undangan produk hukum nasional yang ada belum menampung dan
mengatur secara menyeluruh mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
g. bahwa sehubungan dengan hal-hal di atas, dipandang perlu menetapkan ketentuan mengenai
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dalam suatu undang-undang.
Menimbang:
Mengingat:
Pasal 1
Selain pengertian-pengertian sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan :
1. Pemegang Hak Pengusahaan Hutan adalah badan hukum Indonesia yang diberi hak pengusahaan
hutan oleh Menteri; Compiled by: 21 Yayasan Titian 2
2. Penataan batas adalah kegiatan yang meliputi proyeksi batas, pemancangan tanda batas,
pengukuran, dan pemetaan serta pembuatan berita acara tata batas;
3. Pemungutan hasil hutan adalah kegiatan untuk mengambil kayu dan hasil hutan lainnya dan
mengangkutnya ke tempat pengumpulan;
4. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku mempunyai wewenang untuk memberikan izin;
5. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang kehutanan.
Pasal 2
Tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi
fungsinya.
Pasal 3
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilakukan segala usaha, kegiatan,
tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta
untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan.
Pasal 4
1. Sesuai dengan peruntukannya Menteri menetapkan Kawasan Hutan, yaitu:
a. wilayah yang berhutan yang perlu dipertahankan sebagai hutan tetap;
b. wilayah tidak berhutan yang perlu dihutankan kembali dan dipertahankan sebagai hutan tetap.
2. Hutan yang berada di dalam Kawasan Hutan adalah “Hutan Tetap”.
3. Hutan yang berada di luar kawasan hutan yang peruntukannya belum ditetapkan adalah “Hutan
Cadangan”.
4. Hutan yang ada di luar kawasan hutan dan bukan hutan cadangan adalah “Hutan lainnya”.
Pasal 5
1. Semua hutan dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya, dikuasai oleh Negara.
2. Hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (1) memberi wewenang untuk:
a. Menetapkan dan mengatur perencanaan, peruntukkan, penyediaan dan penggunaan hutan sesuai
dengan fungsinya dalam memberikan manfaat kepada rakyat dan Negara.
b. Mengatur pengurusan hutan dalam arti yang luas.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang atau badan hukum dengan
hutan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai hutan.
Pasal 13
1. Pengusahaan hutan bertujuan untuk memperoleh dan meningggikan produksi hasil hutan guna
pembangunan ekonomi nasional dan kemakmuran rakyat.
2. Pengusahaan hutan diselenggarakan berdasarkan azas kelestarian hutan dan azas perusahaan
menurut rencana karya atau bagan kerja tersebut pada pasal 8, dan meliputi: penanaman,
pemeliharaan, pemungutan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan.
Pasal 14
1. Pada dasarnya pengusahaan Hutan Negara dilakukan oleh Negara dan dilaksanakan oleh
Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah berdasarkan Undang-undang yang berlaku.
2. Pemerintah dapat bersama-sama dengan pihak lain menyelenggarakan usaha bersama di bidang
Kehutanan.
3. Kepada Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah dan Perusahaan Swasta dapat diberikan hak
pengusahaan hutan.
4. Kepada warganegara Indonesia dan Badan-badan Hukum Indonesia yang seluruh modalnya
dimiliki oleh warganegara Indonesia dapat diberikan hak pemungutan hasil hutan.
5. Pemberian hak-hak tersebut pada ayat (3) dan (4) pasal ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 19
1. Peraturan pelaksanaan dari Undang-undang ini dapat memuat sangsi pidana berupa hukuman
pidana penjara atau kurungan dan/atau denda.
2. Kayu dan/atau hasil hutan lainnya yang diperoleh dari dan benda-benda lainnya yang tersangkut
dengan atau digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut pada ayat (1), dapat disita untuk
Negara.
3. Tindak pidana tersebut dalam ayat (1) menurut sifat perbuatannya dapat dibedakan antara,
kejahatan dan pelanggaran.
~IMPLEMENTASI DARI KE 5 UU